Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN RUJUKAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI


MAKASSAR
2020

DAFTAR ISI

Bab I. DEFINISI ................................................................................ 1


A. Definisi .................................................................................. 1
.
B. Manfaat ................................................................................ 3
..
C. Tujuan ................................................................................... 3

i
.
Bab II. Tata Laksana ......................................................................... 4
Bab III. Kebijakan ..............................................................................
Bab IV. Dokumentasi ........................................................................

ii
BAB I
DEFINISI

A. Definisi
1. Rujukan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai respon
terhadap ketidakmampuan suatu pusat layanan kesehatan atau
fasilitas kesehatan dalam melaksanakan tindakan medis terhadap
pasien. Sistem rujukan merupakan suatu mekanisme pengalihan
atau pemindahan pasien yang terjadi dalam atau antar fasilitas
kesehatan yang berada dalam suatu jejaring. Dalam arti yang
lebih luas, rujukan dapat dimulai dari tingkat masyarakat sampai
ke tingkat layanan kesehatan tersier dan sebaliknya (“two-way
referral”) maupun rujukan antar institusi dalam fasilitas kesehatan
tersebut. Sedangkan yang dirujuk dapat pasiennya sendiri
maupun layanan penunjang lainnya.
2. Pelayanan Kesehatan adalah suatu layanan yang mencakup
diagnosa dan pengobatan penyakit, atau promosi, pemeliharaan
dan pemulihan kesehatan.
3. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat.
4. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan.
5. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di
puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan,
klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan
kesehatan, dan rumah sakit pratama.
6. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan spesialistik.

1
7. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan
subspesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan subspesialistik.
8. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik vertikal maupun horizontal.
9. Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
yang berbeda tingkatan.
10. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan.
11. Indikasi medis rujukan yaitu pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan yang didasarkan pada indikasi
medis.
12. Jenis rujukan
Rujukan dapat dilaksanakan dari suatu fasilitas kesehatan kepada
fasilitas kesehatan lainnya sebagai berikut :
a. Vertikal : bila pasien dirujuk dari tingkat yang lebih rendah
kepada tingkat yang lebih tinggi atau sebaliknya, berdasarkan
tugas dan tanggung jawab dari kategori fasilitas kesehatan
yang bersangkutan.
b. Horizontal : rujukan pasien dilaksanakan antara fasilitas
kesehatan pada tingkat yang sama pada wilayah yang
berbeda.
Selain itu terdapat juga rujukan spesimen, rujukan penunjang
diagnostik, rujukan pengetahuan dan rujukan tenaga ahli (dokter
spesialis).

B. Manfaat
Maksud dari disusunnya “Panduan Sistem Rujukan” ini adalah untuk
memberikan petunjuk dan arahan bagi fasilitas kesehatan terkait
sistem rujukan khususnya bagi masyarakat peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial
C. Tujuan
Tujuan disusunnya buku pedoman ini adalah :

2
1. Pelaksanaan sistem rujukan dapat terlaksana dengan baik.
2. Menjadi bahan penilaian efisiensi pembiayaan bagi masyarakat
peserta jaminan kesehatan at

3
BAB I
RUANG LINGKUP

Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk
dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu
dari :
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata
tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

BAB II
TATA LAKSANA

A. Prosedur Merujuk Pasien


Prosedur Klinis :
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding.

4
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
3. Memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi rumah sakit
tujuan rujukan.
4. Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang
dirujuk.
5. Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan
panduan transfer eksternal.
6. Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan
petugas di rumah sakit tujuan rujukan.
7. Petugas pendamping pasien dan ambulan menunggu pasien di IGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan
dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
Prosedur Administratif :
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang
dilakukan.
3. Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
5. Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.
B. Prosedur Merujuk dalam Kondisi Khusus
Kondisi khusus dibagi 3 :
1. Pasien APS rujuk dengan terpasang alat kesehatan
2. Pasien APS rujuk tanpa terpasang alat kesehatan
3. Pasien dirujuk dengan penyakit menular
1. Prosedur merujuk pasien APS rujuk dengan terpasang alat
kesehatan
a. Keluarga pasien dan atau pasien atas inisiatif sendiri meminta
untuk dirujuk ke Rumah Sakit yang lain terkait berbagai alasan.
b. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
c. Menghubungi rumah sakit tujuan rujukan.
d. Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang
dirujuk.

5
e. Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai
dengan panduan transfer eksternal.
f. Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan
petugas di rumah sakit tujuan rujukan.
g. Petugas pendamping pasien dan ambulan menunggu pasien di
IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat
pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
2. Prosedur Pasien APS rujuk tanpa terpasang alat kesehatan
a. Keluarga pasien dan atau pasien atas inisiatif sendiri meminta
untuk dirujuk ke Rumah Sakit yang lain terkait berbagai alasan.
b. Keluarga pasien atau pasien memilih untuk berangkat sendiri
menggunakan kendaraan pribadi.
c. Dokter dan perawat memberikan edukasi tentang kondisi pasien.
d. Perawat melepas alat kesehatan yang terpasang pada pasien.
e. Pasien berangkat dengan kendaraan pribadi setelah
menyelesaikan administrasi di Rumah Sakit.
3. Prosedur Pasien dengan penyakit menular
a. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding.
b. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
c. Memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi rumah sakit
tujuan rujukan dan memberitahukan bahwa pasien yang dirujuk
adalah pasien dengan penyakit menular.
d. Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang
dirujuk.
e. Petugas pendamping menggunakan APD sesuai ketentuan
Rumah Sakit
f. Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai
dengan panduan transfer eksternal.
g. Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan
petugas di rumah sakit tujuan rujukan dengan memberitahukan
kondisi penyakit menular pasien.
h. Petugas pendamping pasien dan ambulan menunggu pasien di
IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat
pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
4. Prosedur Administratif :

6
a. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
b. Mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang
dilakukan.
c. Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan rujukan).
d. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
e. Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
f. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
g. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah
diselesaikan administrasi yang bersangkutan.
C. Prosedur Menerima Rujukan Pasien
Prosedur Klinis :
1. Segera menerima dan melakukan serah terima dengan petugas
yang merujuk.
2. Melakukan prosedur triage.
3. Segera melakukan stabilisasi pasien sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO).
4. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
Prosedur Administratif :
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk ditempelkan di status rekam medis pasien.
2. Mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang
dilakukan.
3. Membuat informed consent (persetujuan/penolakan tindakan,
persetujuan rawat inap atau pulang paksa).
4. Segera memberikan informasi kepada petugas yang merujuk
dan/atau keluarga pasien tentang rencana pelayanan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
5. Apabila tidak sanggup menangani, maka harus merujuk ke RSU
yang lebih mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2
kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur
selanjutnya sama seperti prosedur merujuk pasien.
D. Prosedur Membalas Rujukan Pasien
Prosedur Klinis :

7
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan wajib
mengembalikan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan pengirim
setelah dilakukan proses antara lain :
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi
penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh fasilitas
pelayanan kesehatan pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan
klinis, tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan pengirim.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi
pasien sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah
Sakit/Puskesmas tersebut dalam keadaan :
a. Sehat atau sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal
3. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan pasien harus
memberikan laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada
fasilitas pelayanan kesehatan pengirim pasien mengenai kondisi
klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut.
Prosedur Administratif :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang merawat pasien berkewajiban
memberi surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang
pernah diterimanya kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang
mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan dapat dititipkan melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan sedapat mungkin dipastikan bahwa informasi
balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju.
3. Semua fasilitas pelayanan kesehatan wajib mengisi format
pencatatan dan pelaporan.
E. Prosedur Menerima Balasan Rujukan Pasien
Prosedur Klinis :
1. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan yang terakhir merawat pasien tersebut.

8
2. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
Prosedur Administratif :
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam
medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam
telah ditindaklanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada fasilitas pelayanan kesehatan
pengirim bahwa surat balasan rujukan telah diterima.
F. Alur Rujukan

Keterangan :
: Alur rujukan non emergensi
: Alur rujukan emergensi
Rujukan dari Masyarakat
Masyarakat dapat mendatangi Poskesdes, kader Kesehatan, posyandu,
upaya kesehatan kerja (UKK) untuk mendapatkan pertolongan pertama
terhadap sakit yang dideritanya. Apabila kasusnya memerlukan
tindakan lebih lanjut, maka dapat dirujuk ke Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (PPK I).

Rujukan pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Pasien datang berobat pada PPK I karena kesadaran sendiri ataupun
berasal dari kiriman/rujukan yang dilakukan Poskesdes, Posyandu,
Kader Kesehatan maupun UKK. Apabila ternyata setelah dilakukan
serangkaian pemeriksaan harus dirujuk, maka rujukan dapat ditujukan

9
ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua sesuai dengan
kebutuhan pelayanan medis pasien tersebut

Rujukan pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua


Pasien dapat berobat ke fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
setelah mendapatkan rujukan dari Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama. Apabila ternyata setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan
kedokteran pasien harus dirujuk, maka rujukan dapat ditujukan ke
fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan medis pasien tersebut.

Rujukan pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga


Pasien pada pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pasien yang
dirujuk dari fasilitas pelayanan kesehatan jenjang di bawahnya yang
memerlukan pelayanan medis pada fasiltas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Ketiga.

10
BAB III
KEBIJAKAN

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pencatatan dan Pelaporan


1. Setiap pasien rujukan yang diterima dan yang akan dirujuk dicatat
oleh ruangan terkait dan bagian rekam medis.
2. Setiap data yang diperoleh, mulai tindakan/pelayanan yang sudah
dilaksanakan sampai follow-up atas kemajuan ataupun kemunduran
yang terjadi pada setiap pasien dicatat pada rekam medik pasien
yang bersangkutan.
3. Menganalisis setiap kasus yang dilayani guna mengevaluasi secara
mandiri, kemampuan fasilitas baik dari aspek kemampuan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana, dan sumber daya pendukung
lainnya.
4. Data yang diharapkan dapat direkapitulasi adalah data kelahiran,
morbiditas, mortalitas, 10 Penyakit Terbanyak dan Cause of Death
untuk kasus-kasus Death on Arrival ( DoA ). Khusus untuk DoA
kelak akan dievaluasi hubungannya dengan proses merujuk dengan
tujuan memperbaiki sistem rujukan ini dari waktu ke waktu. Selain itu
data juga akan dipergunakan untuk menghitung analisa efektivitas
biaya (cost-effectiveness analysis). Diharapkan sistem ini dapat
dinilai untuk kemudian diperbaiki dari waktu ke waktu.
B. Pelaporan
Bentuk pelaporan : formulir yang digunakan untuk mencatat pengiriman
rujukan pasien berisi data pasien, keluarga pendamping, diagnosa
rujukan, informed consent, kegawatdaruratan pasien, tenaga dan alat
yang menyertai selama proses pendampingan, waktu rujukan, tempat
tujuan rujukan.
C. Analisis dan Umpan Balik
Secara rutin, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan dan
Instalasi Rawat Inap melaporkan kasus rujukan kepada Direksi. Hasil
analisis dapat dipergunakan untuk memperbaiki sistem yang ada serta
membuat kebijakan di bidang pelayanan medis.

D. Pembinaan dan Pengawasan


Adapun kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan,
meliputi :
1. Kegiatan pemantauan dan penilaian proses pengiriman rujukan,
meliputi :
a. Dari jumlah kasus yang dirujuk, dinilai :
1) Kelengkapan isian format rujukan.
2) Ketepatan waktu merujuk, dan kemana pasien dirujuk.
3) Proses pendampingan rujukan dan pelayanan yang diberikan.
4) Prosentase kasus yang dirujuk tiba di lokasi yang disarankan.
5) Prosentase pasien yang dirujuk melapor kembali membawa
balasan rujukan.
6) Persentase atas ketepatan diagnosis kasus yang dirujuk
dengan diagnosa setelah dirawat.
b. Dari kasus yang perlu tindak lanjut atas saran dari fasilitas
rujukan :
1) Prosentase kasus rujukan balik yang dapat dilayani di fasilitas
pengirim rujukan.
2) Masalah dan hambatan yang dijumpai dalam menindaklanjuti
saran-saran yang diberikan.
3) Konsistensi dan kepatuhan menindaklanjuti saran yang
diberikan fasilitas pelayanan rujukan.
4) Kemampuan memanfaatkan data dan informasi yang ada,
untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan dan rujukan.
c. Proses pembinaan dilaksanakan dengan supervisi dan
pengamatan langsung kinerja fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan, agar dapat dinilai tingkat kesenjangan kemampuan
teknis dan proses pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.
d. Hasil pengamatan dan evaluasi dapat digunakan untuk
menyusun program pelatihan dan atau pembinaan petugas,
sesuai kebutuhannya.
e. Pemberian feedback ke semua pihak yang terkait.
2. Kegiatan memantau dan menilai koordinasi rujukan antar sarana
kesehatan
Dalam rangka memberikan kepastian bahwa pasien yang dirujuk
akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan sesuai yang
diharapkan, maka sebelum melakukan rujukan harus dilakukan
komunikasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang akan
menerima pasien guna untuk memastikan bahwa fasilitas pelayanan
kesehatan dapat, siap dan mampu menerima pasien yang akan
dirujuk.
Saat melakukan rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan,
harus dilakukan dengan menggunakan format rujukan yang telah
diisi diagnosa dari fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk dan
ditanda tangani oleh petugas yang berwenang.
3. Kegiatan pemantauan dan penilaian pembiayaan dilaksanakan
melalui :
- Pemantauan klaim pembiayaan kesehatan yang dilaksanakan
oleh pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga.
- Pemantauan tingkat utilisasi dari sarana dan prasarana pada
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga.
- Evaluasi perencanaan perawatan pasien/clinical pathway.
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Committee on Trauma. (2008). Advanced


Trauma Life Support for Doctors. Student Course Manual.
Diterjemahkan & dicetak oleh komisi trauma “IKABI”. Eighth Edition.
American Medical Association (AMA). Referral of Patients. http://www.ama-
assn.org//ama/pub/physician-resources/medical-ethics/code-
medical-ethics/opinion304.page
Dinkes Provinsi Jawa Timur. (2012). Pedoman Sistem Rujukan Berbasis
Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur.
National Institute for Clinical Excellence. Referral Advice.
http://www.nice.org.uk/media/94D/BE/Referraladvice.pdf
Tim Materi GELS – Brigade Siaga Bencana – Unit Diklat IGD. (2013). Materi
Pelatihan General Emergency Life Support. Kemenkes RI -
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan – RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta.
KEMENHUMHAM. (2009). Undang Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
LAMPIRAN 1

SURAT RUJUKAN INTERNAL


LAMPIRAN 2

SURAT RUJUKAN EKSTERNAL

Anda mungkin juga menyukai