Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini
termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan
disebutkan bahwa "ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau". Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan
bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan
pangan di Indonesia. Oleh karenanya pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan
melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Namun demikian, disadari bahwa perwujudan ketahanan pangan perlu
memperhatikan sistem hierarki mulai dari tingkat global, nasional, regional, wilayah, rumah
tangga dan individu (Simatupang, 2006). Lebih jauh, Rachman dan Ariani (2007)
menyebutkan bahwa tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah
merupakan syarat keharusan dari terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja
tidak cukup, syarat kecukupan yang harus dipenuhi adalah terpenuhinya kebutuhan pangan
di tingkat rumah tangga/individu. Berdasar pemikiran tersebut, adalah penting untuk
mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Dikaitkan dengan potensi yang ada, Indonesia memiliki sumber daya hayati yang sangat
kaya. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk Indonesia masih dibawah anjuran
pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan
dan gizi keluarga dapat dilakukan melalui pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun
yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui
pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga.
Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal,
kebanyakan berpagar keliling dan memiliki batas-batas yang jelas, ditanami dengan satu
atau berbagai jenis tanaman, yang digunakan untuk keperluan sehari-hari atau
diperdagangkan. Pekarangan merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi
lahan pertanian yang produktif terutama untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang bergizi
bagi pemiliknya.
Pekarangan dapat dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman seperti
tanaman pengganti makanan pokok, hias, obat dan lain-lain. Penataan tanaman ini
dipekarangan dapat dilakukan sedemikian rupa. Keterbatasan lahan bukanlah hal yang
menjadi hambatan untuk mengaktualkan potensi nilai ekonomi yang dimilikinya. Lahan
tersebut dioptimalkan untuk ditanami tanaman-tanaman dengan nilai ekonomi tinggi
seperti tanaman pangan, tanaman hias, tanaman obat dan tanaman penyuplai oksigen
dalam jumlah besar.
Desa Mulyasari merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciampel yang sudah
menjalankan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Program Pemerintah) yang sudah
memulai program tersebut pada pertengahan tahun 2011. Namun Perkembangan program
KRPL saat ini mengalami stagnasi. Hal tersebut diakibatkan oleh berbagai kendala seperti
kurangnya pendampingan, serta kelembagaan organisasi KRPL yang sudah terbentuk belum
dapat bekerja secara optimal.
Di Desa Mulyasari, lahan pekarangan biasanya ditanami dengan tanaman hias yang
tidak produktif dan sebagian ditanami buah-buahan seperti mangga namun tidak dirawat
dengan baik. Dengan adanya Program pemanfaatan pekarangan dengan teknologi budidaya
tanaman secara Hidroponik diharapkan lahan pekarangan anggota KELOMPOK WANITA
TANI dapat dimanfaatkan sebagai menjadi sumber gizi bagi keluarga terutama sayuran yang
sehat tanpa racun pestisida.
. Berdasarkan pengamatan tersebut, diharapkan melalui Program Pemanfaatan
Pekarangan, keratifitas ibu-ibu rumah tangga di Desa Mulyasari dapat diberdayakan dengan
memanfaatkan lahan pekarangan rumah menjadi lahan produktif yang mampu
menghasilkan sayuran berkualitas dan sehat untuk anggota keluarga. Selain itu lewat
program ini juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pola hidup sehat
dan dapat menambah penghasilan masyarakat Desa Mulyasari melalui kegiatan usaha
bersama.

TUJUAN
Program Kampung Gizi ini bertujuan Pemanfaatan pekarangan sebagai sumber gizi
keluarga yang sehat tanpa racun pestisida dan terwujudnya ketahanan pangan di Desa
Mulyasari.
BAB II PELAKSANAAN
Sosialisasi Program Kampung Gizi
Menyampaikan maksud dan tujuan program dan membuat kesepakatan awal untuk
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap
kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.

Gambar 1. Sosialisasi Program Kampung Gizi dilakukan oleh Fasilitator kepada kelompok
sasaran dan petugas penyuluh lapangan

Sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Sosialisasi PHBS ini merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,
terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Kegiatan ini diadakan dengan menghadirkan pembicara yang memiliki kompetensi
pada bidang bidang kesehatan yaitu Bidan Desa dan UPTD Kesehatan Kecamatan Ciampel
yang berpengalaman sebagai fasilitator di dinas kesehatan setempat. Memberikan
pengetahuan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Pendampingan Pemanfaatan Pekarangan
Pendampingan yang dilakukan adalah budidaya hidroponik secara sederhana agar
diaplikasikan di pekarangan kelompok sasaran.
Gambar 2. Sosialisasi PHBS oleh Bidan Desa Mulyasari dan UPTD Kesehatan Kec. Ciampel

Gambar 3. Pendampingan cara berhidroponik sederhana

Praktek Pembuatan Arang Sekam


Arang Sekam merupakan salah satu media tanam yang diperlukan dalan budidaya
tanaman secara hidroponik. Di Desa Mulyasari terdapat banyak sisa ampas gabah/sekam
sisa penggilingan padi, sehingga potensi ini bisa dimanfaatkan untuk memproduksi
sendiri media tanam dari arang sekam yang banyak terdapat di Desa Mulyasari.

Gambar 4. Praktek Pembuatan Arang Sekam

Pembangunan Kebun Bersama dengan Sistem Hidroponik


Pembangunan Kebun Bersama ini diharapkan menjadi pusat pembelajaran pertanian
bagi kelompok sasaran serta warga masyarakat. Kebun Bersama akan menjadi sentra
produksi sayuran hidroponik yang sehat tanpa racun pestisida di Desa Mulyasari yang
dibudidayakan oleh kelompok wanita tani Mulyasari dan hasil produksinya dapat
diperjualbelikan di sekitar lingkungan Desa Mulyasari.
Kebun Bersama dibangun dengan ukuran 12m x 5m, di dalamnya terdapat 1 meja
persemaian dan 2 meja produksi dengan kapasitas produksi sekitar 300 batang sayuran.

Gambar 5. Pembangunan Kebun Bersama


Partisipasi dalam Kegiatan Karawang Creative Night Season 3

Karawang Creative Night (KCN) adalah kegiatan tahunan yang menampilkan


keanekaragaman aktivitas komunitas, seni dan budaya, kuliner serta produk-produk yang
menjadi ciri khas kota Karawang. KCN di tahun 2017 merupakan tahun ke 3 digelarnya
kegiatan ini. KCN adalah wujud kecintaan masyarakat Karawang kepada kota yang selama ini
menjadi tempatnya bernaung dan melakukan berbagai aktivitas. Selain itu, KCN juga
menjadi wahana eksplorasi potensi daerah melalui produk unggulan yang layak dijual
kepada masyarakat.
Dalam KCN, Kelompok Wanita Tani Desa Mulyasari menampilkan aneka ragam
produk UKM seperti minuman, makanan ringan serta kerajinan tangan, serta ditampilkan
juga produk sayuran hidroponik yang dihasilkan dari pekarangan para anggota Kelompok
Wanita Tani. Aneka produk lokal ini disajikan dan dipersembahkan kepada pengunjung
dalam rangka menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap produk lokal.
Gambar 6. Stand KELOMPOK WANITA TANI Mulyasari di Karawang
Creative Night Season 3
Pelatihan Hidroponik Tingkat Lanjut

Pelatihan hidroponik tingkat lanjut untuk KELOMPOK WANITA TANI Mulyasari


dilaksanakan untk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara budidaya
hidroponik yang baik dan praktis. Dalam pelatihan lanjutan ini juga ibu-ibu anggota
KELOMPOK WANITA TANI mendapatkan pengetahuan tentang Budidaya hidroponik skala
industry, budidaya hidroponik bunga edible flowers dan pemasaran hasilnya. Selain
Pelatihan dalam kegiatan ini juga anggota KELOMPOK WANITA TANI dapat melihat kebun
hidroponik sayuran, edible flowers dan mencoba membuat produk olahan dari produksi
kebun seperti salad dan jelly bunga edible flowers.
Pemateri dalam pelatihan ini adalah Eva L. Madarona yang merupakan seorang
tokoh petani muda Indonesia yang sukses, sudah banyak dikenal dan telah banyak
memberikan pelatihan-pelatihan pertanian hidroponik di seluruh Indonesia.

Gambar 7. Pelatihan Hidroponik Tingkat Lanjutan


Pelatihan Agribisnis Hidroponik

Pelatihan Agribisnis Hidroponik dilaksanakan agar KELOMPOK WANITA TANI dapat


berkembang menjadi kelompok usaha bersama. Dalam pelatihan ini anggota KELOMPOK
WANITA TANI diajarkan tentang karakteristik bisnis tanaman hidroponik serta mendapat
pembelajaran tentang persiapan, produksi dan pemasaran baik hasil sayuran dan produk
olahan dari tanaman hidroponik.

Pemateri pada pelatihan ini adalah Toni PSM seorang tokoh sekaligus praktisi
pertanian hidroponik nasional. Bersama Eva L. Madarona beliau adalah salah satu pendiri Ijo
Hydro yang merupakan salah satu produsen sarana produksi pertanian hidroponik dan
Organik di Indonesia.

Gambar 8. Pelatihan Agribisnis Hidroponik

Pembentukan Kelompok Usaha Bersama

Pembentukan kelompok usaha bersama adalah kegiatan lanjutan dari pelatihan-


pelatihan yang sudah diterima oleh anggota KELOMPOK WANITA TANI Mulyasari. Langkah
awal pembentukan adalah dengan musyawarah pembentukan pengurus KUB dengan hasil
musyawarah sebagai berikut:

Susunan Kepengurusan KUB Mulyasari


Ketua : Usiyah
Sekretaris : Sriwati
Bendahara : Ujun Junah Junasih
Divisi-divisi:
Divisi Produksi : Nyai Aisah
Divisi Sarana Produksi : Sri
Divisi Pemasaran : Nani Suryani

Hasil musyawarah juga telah menetapkan bentuk usaha dan produk dari KUB
Mulyasari sesuai dengan potensi yang ada di Desa Mulyasari antara lain : Sayuran
Hidroponik, Sayuran Konvensional, Makanan ringan, Minuman dan Kerajinan tangan.

Musyawarah lanjutan akan dilaksanakan untuk membahas AD/ART dan program


kerja sebagai salah satu syarat untuk mengajukan pengukuhan dari Kepala Desa dan instansi
terkait.

Gambar 9. Musyawarah Pembentukan KUB Mulyasari


Aplikasi Budidaya Hidroponik di Kebun Bersama

Penerapan Budidaya sayuran dengan system Hidroponik di Kebun Bersama merupakan


suatu langkah awal Kelompok Wanita Tani Mulyasari dalam upaya untuk mengaplikasikan
ilmu dan pengetahuan yang telah didapat dari pelatihan – pelatihan yang sudah diberikan.
Diharapkan dengan berjalan dan berproduksinya Kebun Bersama ini, seluruh anggota KWT
Mulyasari dapat merasakan manfaat dari hasil panen sayuran yang dibudidayakan. Selain itu
dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi KWT Mulyasari.

Gambar 10. Proses Persemaian

Gambar 11. Proses Pembibitan

Gambar 12. Proses Pindah Tanam


Gambar 13. Panen Perdana Kebun Bersama “Kampung Gizi Mulyasari”

Pengenalan dan Pengembangan Hidroponik Kepada warga Desa Mulyasari

Efek dari keberhasilan budidaya sayuran dengan system Hidroponik di Kebun


Bersama yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani Desa Mulyasari adalah semakin banyak
warga masyarakat yang ingin mengenal dan belajar budidaya secara Hidroponik. Atas dasar
tersebut secara inisiatif dari Kelompok Wanita Tani bersama Aparat Desa Mulyasari
melakukan Kegiatan Pengenalan dan Pelatihan Hidroponik Sederhana dengan peserta yang
terdiri dari warga Desa beserta aparat Desa Mulyasari. Setelah kegiatan ini diharapkan
warga Desa Mulyasari dapat membuat instalasi Hidroponik sederhana di rumahnya masing -
masing.

Gambar 14. Pengenalan dan Pengembangan Hidroponik kepada warga Desa Mulyasari
Produksi Sayuran Hidroponik di Kebun Bersama

Proses Produksi Sayuran Hidroponik di Kebun Bersama Desa Mulyasari, dilkasanakan


dalam beberapa tahapan :

1. Persemaian

Proses Semai Benih adalah tahap awal dalam budidaya tanaman. Dalam proses ini ibu-
ibu KUB menyemai jenis sayuran sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota KUB.
Jenis sayuran yang sudah bisa di tanam oleh anggotan KUB antara lain : Selada, Pakcoy,
Caisim, Kangkung, dan Bayam.

Gambar 15. Proses Persemaian untuk Produksi Sayuran Hidroponik

2. Perawatan Bibit

Pada proses semai media tanam yang digunakan adalah arang sekam dan Rockwool,
karena kedua bahan ini mudah meyerap air, namun diperlukan juga perawatan bibit hasil
semai dengan menyiram/menyemprotkan pembibitan dengan air untuk menjaga
ketersediaan air bagi tanaman.

Gambar 16. Perawatan Bibit dengan penyiraman manual pada umur bibit 3-7 HSS

3. Pindah Tanam Bibit (Pembibitan)

Pemindahan bibit ke meja pembibitan dilakukan sekitar 7 hari setelah semai. Hal ini
dilakukan agar bibit lebih sehat dan lebih cepat pertumbuhannya karena di meja pembibitan
diberikan juga nutrisi yang dibutuhkan untuk tanaman

Gambar 17. Proses Pindah Bibit dari Nampan ke Meja Pembibitan


4. Pindah Tanam ke Meja Produksi (Pembesaran)

Pemindahan bibit ke meja pembesaran dilakukan sekitar 14 hari setelah semai. Pada
meja pembesaran ini tanaman akan tumbuh hingga saatnya panen, usia panen tergantung
pada jenis sayuran yang ditanam, rata-rata sayuran hidroponik bisa dipanen pada 25 – 35
hari setelah semai. Pada proses pembesaran nutrisi yang diberikan disesuaikan dengan
umur dan komoditas tanaman.

Gambar 18. Proses Pindah Tanam dari Meja Pembibitan ke Meja Produksi

Dengan dilakukannya tahapan – tahapan budidaya sayuran dengan cara hidroponik ini,
para anggota KUB diharapkan dapat lebih memahami dan menguasai keterampilan
penggunaan bahan dan alat – alat hidroponik. Selain itu juga dengan menerapkan proses
budidaya yang sesuai dapat menghasilkan produk sayuran hidroponik yang berkualitas

Pelatihan Aquaponik

Aquaponik pada dasarnya merupakan pengembangan dan kombinasi antara hidroponik


dengan budidaya ikan. Dalam teknik aquaponik memanfaatkan hubungan simbiosis
mutualisme dimana tanaman mendapatkan sumber unsur hara dari limbah kotoram ikan,
sementara ikan mendapatkan supply air yang lebih bersih dan dimurnikan oleh tanaman.

Dalam pelatihan aquaponik ini disampaikan cara pembuatan system aquaponik


sederhana yang bisa diaplikasikan oleh peserta pelatihan. Tujuan pelatihan aquaponik ini
adalah untuk menambah pengetahuan anggota KWT dalam pemanfaatan pekarangan
dengan cara aquaponik yang dapat menghasilkan ikan dan sayuran secara bersamaan.

Gambar 19. Pemberian materi Pelatihan Aquaponik


Diharapakan dengan mengikuti pelatihan aquaponik, terdapat anggota KWT yang
mengaplikasikan baik itu system aquaponik secara keseluruhan ataupun sederhana seperti
filter pengairannya

Gambar 20. Praktek Pelatihan Aquaponik

Pembahasan AD/ART KUB Mulyasari

Dengan telah terbentuknya kepengurusan KUB di Desa Mulyasari yang sudah dikukuhkan
oleh Kepala Desa, maka sebagai tindak lanjutnya dilakukan pembahasan untuk merumuskan
AD/ART KUB Mulyasari sebagai pedoman jalannya roda organisasi KUB.

Gambar 21. Pembahasan AD/ART KUB Mulyasari


Dari hasil pembahasan AD/ART ini telah dapat dirumuskan AD/ART KUB Mulyasari yang
telah disepakati bersama oleh pengurus dan anggota KUB disaksikan juga oleh pendamping
KUB dan pemerintah Desa.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
perencanaan.

KEGIATAN DEFINITION TARGET REALISASI


Jumlah anggota
Sosialisasi tentang pola hidup sehat KELOMPOK WANITA TANI
untuk 30 org anggota KELOMPOK yang ikut dalam kegiatan 30 30
WANITA TANI sosialisasi pola hidup
sehat
Jumlah anggota
Anggota KELOMPOK WANITA TANI
KELOMPOK WANITA TANI
mempraktekan budidaya tanaman
yang mempraktekan 30 30
dengan cara hidroponik dipekarangan
hidroponik sederhana
rumah
dipekarangan rumah
Jumlah semua nilai tes
tentang pola hidup sehat
Anggota KELOMPOK WANITA TANI yang di 30 anggota KELOMPOK
mengerti tentang pola hidup sehat di WANITA TANI dibagi 80% 80%
lingkungan keluarga jumlah total KELOMPOK
WANITA TANI yang ikut
sosialisasi
Jumlah Anggota
KELOMPOK WANITA TANI
Anggota KELOMPOK WANITA TANI yang
yang mempraktekkan
mempraktikkan instalasi Hidropinik 30 25
Instalasi Hidroponik
sederhana dipekarangan rumah
sederhana dipekarangan
rumah
Setiap anggota
KELOMPOK WANITA TANI
Anggota KELOMPOK WANITA TANI yang
menyediakan berbagai
mempunyai persediaan sayuran 30 25
jenis sayuran sesuai
dipekarangan rumah bagi keluarganya
dengan kebutuhan
keluarga setiap hari
Jumlah sistem dan
Tingkat kemampuan anggota
instalasi yang dimiliki
KELOMPOK WANITA TANI dalam 5 3
anggota KELOMPOK
pemanfaatan pekarangan rumah
WANITA TANI
Jumlah anggota
KELOMPOK WANITA TANI
Pelatihan hidroponik tingkat lanjut 30 30
yang ikut dalam kegiatan
pelatihan hidroponik
tingkat lanjut

Jumlah anggota
Pelatihan Agribisnis untuk anggota KELOMPOK WANITA TANI
30 30
Kelompok Wanita Tani yang mengikuti pelatihan
agribisnis
Jumlah anggota
Pembentukan Kelompok Usaha Bersama KELOMPOK WANITA TANI
20 22
(KUB) yang bergabung dengan
KUB
Berdirinya Kebun
Pembangunan Kebun Hidroponik 1 1
Hidroponik skala produksi
Jumlah anggota
KELOMPOK WANITA TANI
Pelatihan Aquaponik 30 30
yang ikut dalam kegiatan
pelatihan Aquaponik
Terbentuknya
Kepengurusan Kelompok
√ √
Usaha Bersama (KUB)
Pembentukan KUB di Desa Mulyasari
Mulyasari
AD/ART KUB Mulyasari √ √
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada Tahun 2017, PT Nestle Indonesia bekerjasama dengan Koperasi Tani Karawang
telah melaksanakan kegiatan Program Kampung Gizi yang berlokasi di Desa Mulyasari,
Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang. Program Kampung Gizi diharapkan dapat
dikembangkan dan direplikasi oleh masyarakat setempat maupun masyarakat di wilayah
lainnya.
Pada awal kegiatan Kampung Gizi peserta berjumlah 30 orang yang terdiri dari
anggota Kelompok Wanita Tani di Desa Mulyasari. Namun dalam perkembangannya yang
mengaplikasikan teknologi hidroponik bukan hanya anggota KWT melainkan juga anggota
masyarakat, aparat desa dan kecamatan Ciampel. Hal ini membuktikan bahwa adanya
apresiasi dan partisipasi dari masyarakat, Pemerintahan Desa dan Kecamatan di wilayah
Ciampel. Diharapkan pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan dengan menerapkan
model Kampung Gizi dapat terus berjalan dan berkembang khususnya di masyarakat Desa
Mulyasari serta di wilayah Kecamatan Ciampel umumnya.

Saran

Beberapa faktor perlu dicermati untuk keberlanjutan program “Kampung Gizi” ini
adalah :
1. Petugas lapangan setempat dan ketua kelompok sejak awal harus dilibatkan secara
aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan
ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya.
2. Ketersediaan sarana produksi pertanian, proses produksi, penanganan pascapanen
dan pengolahan, serta pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan
penumbuhan dan penguatan kelembagaan KUB, pengolahan hasil, dan pemasaran.
Selanjutnya, untuk mewujudkan kemandirian kawasan, perlu dilakukan pengaturan
pola dan rotasi produksi termasuk sistem integrasi dengan penyedia pasar.
3. Komitmen dan dukungan serta fasilitasi Pemerintah Desa setempat untuk mendorong
implementasi model inovasi teknologi seperti Hidroponik maupun Aquaponik.
Lampiran 1. Daftar Hadir Sosialisasi PHBS
Lampiran 2. Sosialisasi Lanjutan Hidroponik di Pekarangan
Lampiran 3. Pelatihan Hidroponik Tingkat Lanjut dan Agribisnis Hidroponik
Lampiran 4. Daftar Hadir Pembentukan Kelompok Usaha Bersama
Lampiran 5. Surat Pengukuhan Kepengurusan KUB Mulyasari
Lampiran 6. Surat Keterangan Desa untuk KUB Mulyasari
Lampiran 7. Susunan Kepengurusan dan Anggota KUB Mulyasari

Anda mungkin juga menyukai