Laporan KGM Akhir Program
Laporan KGM Akhir Program
Latar Belakang
Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini
termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan
disebutkan bahwa "ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau". Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan
bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan
pangan di Indonesia. Oleh karenanya pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan
melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Namun demikian, disadari bahwa perwujudan ketahanan pangan perlu
memperhatikan sistem hierarki mulai dari tingkat global, nasional, regional, wilayah, rumah
tangga dan individu (Simatupang, 2006). Lebih jauh, Rachman dan Ariani (2007)
menyebutkan bahwa tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah
merupakan syarat keharusan dari terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja
tidak cukup, syarat kecukupan yang harus dipenuhi adalah terpenuhinya kebutuhan pangan
di tingkat rumah tangga/individu. Berdasar pemikiran tersebut, adalah penting untuk
mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Dikaitkan dengan potensi yang ada, Indonesia memiliki sumber daya hayati yang sangat
kaya. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk Indonesia masih dibawah anjuran
pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan
dan gizi keluarga dapat dilakukan melalui pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun
yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui
pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga.
Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal,
kebanyakan berpagar keliling dan memiliki batas-batas yang jelas, ditanami dengan satu
atau berbagai jenis tanaman, yang digunakan untuk keperluan sehari-hari atau
diperdagangkan. Pekarangan merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi
lahan pertanian yang produktif terutama untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang bergizi
bagi pemiliknya.
Pekarangan dapat dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman seperti
tanaman pengganti makanan pokok, hias, obat dan lain-lain. Penataan tanaman ini
dipekarangan dapat dilakukan sedemikian rupa. Keterbatasan lahan bukanlah hal yang
menjadi hambatan untuk mengaktualkan potensi nilai ekonomi yang dimilikinya. Lahan
tersebut dioptimalkan untuk ditanami tanaman-tanaman dengan nilai ekonomi tinggi
seperti tanaman pangan, tanaman hias, tanaman obat dan tanaman penyuplai oksigen
dalam jumlah besar.
Desa Mulyasari merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciampel yang sudah
menjalankan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Program Pemerintah) yang sudah
memulai program tersebut pada pertengahan tahun 2011. Namun Perkembangan program
KRPL saat ini mengalami stagnasi. Hal tersebut diakibatkan oleh berbagai kendala seperti
kurangnya pendampingan, serta kelembagaan organisasi KRPL yang sudah terbentuk belum
dapat bekerja secara optimal.
Di Desa Mulyasari, lahan pekarangan biasanya ditanami dengan tanaman hias yang
tidak produktif dan sebagian ditanami buah-buahan seperti mangga namun tidak dirawat
dengan baik. Dengan adanya Program pemanfaatan pekarangan dengan teknologi budidaya
tanaman secara Hidroponik diharapkan lahan pekarangan anggota KELOMPOK WANITA
TANI dapat dimanfaatkan sebagai menjadi sumber gizi bagi keluarga terutama sayuran yang
sehat tanpa racun pestisida.
. Berdasarkan pengamatan tersebut, diharapkan melalui Program Pemanfaatan
Pekarangan, keratifitas ibu-ibu rumah tangga di Desa Mulyasari dapat diberdayakan dengan
memanfaatkan lahan pekarangan rumah menjadi lahan produktif yang mampu
menghasilkan sayuran berkualitas dan sehat untuk anggota keluarga. Selain itu lewat
program ini juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pola hidup sehat
dan dapat menambah penghasilan masyarakat Desa Mulyasari melalui kegiatan usaha
bersama.
TUJUAN
Program Kampung Gizi ini bertujuan Pemanfaatan pekarangan sebagai sumber gizi
keluarga yang sehat tanpa racun pestisida dan terwujudnya ketahanan pangan di Desa
Mulyasari.
BAB II PELAKSANAAN
Sosialisasi Program Kampung Gizi
Menyampaikan maksud dan tujuan program dan membuat kesepakatan awal untuk
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap
kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.
Gambar 1. Sosialisasi Program Kampung Gizi dilakukan oleh Fasilitator kepada kelompok
sasaran dan petugas penyuluh lapangan
Pemateri pada pelatihan ini adalah Toni PSM seorang tokoh sekaligus praktisi
pertanian hidroponik nasional. Bersama Eva L. Madarona beliau adalah salah satu pendiri Ijo
Hydro yang merupakan salah satu produsen sarana produksi pertanian hidroponik dan
Organik di Indonesia.
Hasil musyawarah juga telah menetapkan bentuk usaha dan produk dari KUB
Mulyasari sesuai dengan potensi yang ada di Desa Mulyasari antara lain : Sayuran
Hidroponik, Sayuran Konvensional, Makanan ringan, Minuman dan Kerajinan tangan.
Gambar 14. Pengenalan dan Pengembangan Hidroponik kepada warga Desa Mulyasari
Produksi Sayuran Hidroponik di Kebun Bersama
1. Persemaian
Proses Semai Benih adalah tahap awal dalam budidaya tanaman. Dalam proses ini ibu-
ibu KUB menyemai jenis sayuran sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota KUB.
Jenis sayuran yang sudah bisa di tanam oleh anggotan KUB antara lain : Selada, Pakcoy,
Caisim, Kangkung, dan Bayam.
2. Perawatan Bibit
Pada proses semai media tanam yang digunakan adalah arang sekam dan Rockwool,
karena kedua bahan ini mudah meyerap air, namun diperlukan juga perawatan bibit hasil
semai dengan menyiram/menyemprotkan pembibitan dengan air untuk menjaga
ketersediaan air bagi tanaman.
Gambar 16. Perawatan Bibit dengan penyiraman manual pada umur bibit 3-7 HSS
Pemindahan bibit ke meja pembibitan dilakukan sekitar 7 hari setelah semai. Hal ini
dilakukan agar bibit lebih sehat dan lebih cepat pertumbuhannya karena di meja pembibitan
diberikan juga nutrisi yang dibutuhkan untuk tanaman
Pemindahan bibit ke meja pembesaran dilakukan sekitar 14 hari setelah semai. Pada
meja pembesaran ini tanaman akan tumbuh hingga saatnya panen, usia panen tergantung
pada jenis sayuran yang ditanam, rata-rata sayuran hidroponik bisa dipanen pada 25 – 35
hari setelah semai. Pada proses pembesaran nutrisi yang diberikan disesuaikan dengan
umur dan komoditas tanaman.
Gambar 18. Proses Pindah Tanam dari Meja Pembibitan ke Meja Produksi
Dengan dilakukannya tahapan – tahapan budidaya sayuran dengan cara hidroponik ini,
para anggota KUB diharapkan dapat lebih memahami dan menguasai keterampilan
penggunaan bahan dan alat – alat hidroponik. Selain itu juga dengan menerapkan proses
budidaya yang sesuai dapat menghasilkan produk sayuran hidroponik yang berkualitas
Pelatihan Aquaponik
Dengan telah terbentuknya kepengurusan KUB di Desa Mulyasari yang sudah dikukuhkan
oleh Kepala Desa, maka sebagai tindak lanjutnya dilakukan pembahasan untuk merumuskan
AD/ART KUB Mulyasari sebagai pedoman jalannya roda organisasi KUB.
Jumlah anggota
Pelatihan Agribisnis untuk anggota KELOMPOK WANITA TANI
30 30
Kelompok Wanita Tani yang mengikuti pelatihan
agribisnis
Jumlah anggota
Pembentukan Kelompok Usaha Bersama KELOMPOK WANITA TANI
20 22
(KUB) yang bergabung dengan
KUB
Berdirinya Kebun
Pembangunan Kebun Hidroponik 1 1
Hidroponik skala produksi
Jumlah anggota
KELOMPOK WANITA TANI
Pelatihan Aquaponik 30 30
yang ikut dalam kegiatan
pelatihan Aquaponik
Terbentuknya
Kepengurusan Kelompok
√ √
Usaha Bersama (KUB)
Pembentukan KUB di Desa Mulyasari
Mulyasari
AD/ART KUB Mulyasari √ √
BAB III
Kesimpulan
Pada Tahun 2017, PT Nestle Indonesia bekerjasama dengan Koperasi Tani Karawang
telah melaksanakan kegiatan Program Kampung Gizi yang berlokasi di Desa Mulyasari,
Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang. Program Kampung Gizi diharapkan dapat
dikembangkan dan direplikasi oleh masyarakat setempat maupun masyarakat di wilayah
lainnya.
Pada awal kegiatan Kampung Gizi peserta berjumlah 30 orang yang terdiri dari
anggota Kelompok Wanita Tani di Desa Mulyasari. Namun dalam perkembangannya yang
mengaplikasikan teknologi hidroponik bukan hanya anggota KWT melainkan juga anggota
masyarakat, aparat desa dan kecamatan Ciampel. Hal ini membuktikan bahwa adanya
apresiasi dan partisipasi dari masyarakat, Pemerintahan Desa dan Kecamatan di wilayah
Ciampel. Diharapkan pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan dengan menerapkan
model Kampung Gizi dapat terus berjalan dan berkembang khususnya di masyarakat Desa
Mulyasari serta di wilayah Kecamatan Ciampel umumnya.
Saran
Beberapa faktor perlu dicermati untuk keberlanjutan program “Kampung Gizi” ini
adalah :
1. Petugas lapangan setempat dan ketua kelompok sejak awal harus dilibatkan secara
aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan
ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya.
2. Ketersediaan sarana produksi pertanian, proses produksi, penanganan pascapanen
dan pengolahan, serta pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan
penumbuhan dan penguatan kelembagaan KUB, pengolahan hasil, dan pemasaran.
Selanjutnya, untuk mewujudkan kemandirian kawasan, perlu dilakukan pengaturan
pola dan rotasi produksi termasuk sistem integrasi dengan penyedia pasar.
3. Komitmen dan dukungan serta fasilitasi Pemerintah Desa setempat untuk mendorong
implementasi model inovasi teknologi seperti Hidroponik maupun Aquaponik.
Lampiran 1. Daftar Hadir Sosialisasi PHBS
Lampiran 2. Sosialisasi Lanjutan Hidroponik di Pekarangan
Lampiran 3. Pelatihan Hidroponik Tingkat Lanjut dan Agribisnis Hidroponik
Lampiran 4. Daftar Hadir Pembentukan Kelompok Usaha Bersama
Lampiran 5. Surat Pengukuhan Kepengurusan KUB Mulyasari
Lampiran 6. Surat Keterangan Desa untuk KUB Mulyasari
Lampiran 7. Susunan Kepengurusan dan Anggota KUB Mulyasari