Anda di halaman 1dari 6

AFIFAH NUR RAHMI

10542045413

LAPORAN KASUS (MINI)

IDENTITAS PASIEN

Nama : HNR

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Balana 2 no. 220

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Gatal

Anamnesis Terpimpin :

Seorang perempuan berusia 62 tahun ke poli kulit di Balai Kesehatan Kulit, Kelamin,
dan Kosmetik dengan keluhan gatal pada kedua kaki. Pasien mengatakan kalau tidak
minum obat merasa gatal, gatal mulai dirasakan dari kaki hingga ke badan. Awalnya
hanya muncul seperti biji keringat, namun lama kelamaan seperti gigitan nyamuk.
Pasien sudah pernah di UVB sebelumnya. Riwayat demam (-), riwayat alergi
makanan (-), riwayat penyakit sebelumnya (-), riwayat pengobatan (-), riwayat
penyakit keluarga (-) dan riwayat lingkungan sekitar (-).

STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi :

 Betis bawah kaki kanan


 Betis bawah kaki kiri

Effloresensi :

 Betis bawah kaki kanan : Skuama


 Betis bawah kaki kiri : Skuama
DIAGNOSIS : Dermatitis Seboroik

DIAGNOSIS BANDING :

 Psorias
Gambaran klinis: Plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik titik
perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai dengan
plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umunya simetris.
 Rosasea
Gambaran klinis : Eritema , papul , edema, pustul papul kemerahan tidak
nyeri
 Dermatitis atopik dewasa
Gambaran klinis : Lesi bersifat kronis berupa plak hiperpigmentasi,erosi dan
skuama.

PENATALAKSANAAN :

Cetrizine No. I 1x1


Fuson / Pyderma

DERMATITIS SEBOROIK

Definisi

Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulosquamous kronis umum yang


mudah dikenali. Penyakit ini dapat timbul pada bayi dan dewasa dan seringkali
dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (sebaseus atau seborrhea) kulit
kepala dan daerah folikel kaya sebaseus pada wajah dan leher. Kulit yang terkena
berwarna merah muda,bengkak, dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning-coklat
dan krusta.1

Epidemiologi

Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang pertama pada bayi dalam
3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade keempat sampai ketujuh
kehidupan. Tidak ada data yang tepat tersedia kejadian dermatitis seboroik pada bayi,
tetapi gangguan ini umum. Penyakit pada orang dewasa diyakini lebih umum
daripada psoriasis. Penyakit ini mempengaruhi setidaknya 3-5% dari populasi di
Amerika Serikat. Pria lebih sering terkena daripada wanita pada semua 7 kelompok
umur. Dermatitis seboroik ditemukan pada 85% pasien dengan infeksi HIV.
Dermatitis seboroik banyak terjadi pada pasien yang menderita penyakit parkinson
karena produksi sebumnya meningkat.1

Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dan patogenesis masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa faktor
diduga menjadi penyebab, antara lain, Seborrhea DS mempunyai korelasi yang kuat
antara aktivitas glandula sebasea dan umur penderita. Penyakit ini sering
dihubungkan dengan kulit yang tampak berminyak (seborrhea oleosa), namun
peningkatan produksi sebum tidak selalu didapatkan pada penderita DS Meskipun
seborrhea dikatakan sebagai faktor predisposisi, sebenarnya DS bukan diakibatkan
karena kelainan kelenjar sebasea.Efek mikrobial. Jamur Malassezia (yang
sebelumnya dikenal sebagai jamur Pityrosporum) sebagai mikroorganisme yang
berperan dalam patogenesis DS Malassezia spp.adalah jamur lipofilik yang
merupakan komponen flora normal kulit orang dewasa.
Patogenesis DS didasari pada beberapa hal yaitu, Aktivitas kelenjar
sebasea.Produksi sebum terbesar pada kulit kepala, wajah, dada, dan punggung,
Produksinya dikontrol oleh hormon androgen. Pada bayi, kelenjar sebasea teraktivasi
oleh hormon androgen dari ibu. Komponen sebum terdiri dari kompleks trigliserid,
asam lemak, wax ester, sterol ester, kolesterol, kolesterol ester dan squalene. Saat
disekresi, kandungan sebum yang terdiri dari trigliserid dan ester, akan dipecah
menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas, oleh mikroba komensal di
kulit dengan bantuan enzim lipase Pada penderita DS, trigliserid dan kolesterol
meningkat, namun squalene dan asam lemak bebas kadarnya menurun dibandingkan
orang normal. Asam lemak bebas terbentuk dari trigliserid melalui aktivitas lipase
yang yang diproduksi oleh P. acnes, dan bakteri ini jumlahnya sedikit pada DS. Hal
ini menandakan bahwa terdapat ketidakseimbangan mikrobial penyimpangan
komposisi lipid pada permukaan kulit.2

Gambaran Klinis

Dermatitis Seboroik merupakan dermatitis dengan distribusi terutama di


daerah yang kaya kelenjar sebasea. Lesi umumnya simetris, dimulai di daerah yang
berambut dan meluas meliputi skalp, alis, lipat nasolabial, belakang telinga, dada,
aksila dan daerah lipatan kulit. Secara klinis kelainan ditandai dengan eritema dan
skuama yang berbatas relatif tegas. Skuama dapat kering, halus berwarna putih
(dikenal sebagai pitiriasissika) sampai berminyak kekuningan (crusta lactea =
milkcrust). Dermatitis Seboroik umumnya tidak disertai rasa gatal.Bentuk yang
banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah ketombe/dandruft.3

Tatalaksana

Tujuan pengobatan tatalaksana medikamentosa DS pada skalp dan nonskalp


meliputi pemakaian obat secara topikal dan sistemik, dapat pula disertai pemakaian
bahan lain yang dapat digunakan sebagai terapi ajuvan ataupun terapi pencegahan.
Prinsip utama tatalaksana ketombe dan dermatitis seboroik di skalp adalah untuk
mengontrol kondisi kulit kepala agar nyaman dengan biaya seminimal mungkin.
Sejak tahun 1960 telah tersedia beragam sediaan yang digunakan untuk mengatasi
ketombe dan DS, baik berupa sampo, kondisioner, obat yang dijual bebas maupun
menggunakan resep. Prinsip tatalaksana perawatan rambut pada ketombe dan DS
adalah pengobatan harus dapat diterima secara estetik; yaitu dapat digunakan
bersama dengan bahan perawatan rambut harian yang akan meningkatkan kepatuhan
dan keberhasilan pengobatan.10 Pilihan pengobatan medikamentosa untuk
DSumumnya berupa obat ant ijamur, anti inflamasi, keratolitik, dan kalsineurin
inhibitor. Laporan terbaru menyatakan penambahan pilihan pengobatan pada DS non
skalp berupa obat yang mengandung bahan non steroid bersifat anti inflamasi
berkhasiat anti jamur (anti-inflammatory with antifungal properties/AIAFp) dengan
bukti kesahihan B (level of evidence). Di bawah ini adalah tabel yang berisi berbagai
pilihan pengobatan yang dapat digunakan pada kasus dermatitis seboroik. Pilihan
pengobatan utama adalah golongan obat anti jamur, diikuti dengan kortikosteroid dan
beberapa alternatif pilihan obat lainnya.

Pilihan pengobatan dermatitis seboroik non skalp

● Level of Evidence

●Obat anti jamur

●Ketokonazol A

●Siklopiroksolamin A

●Sertakonazol C

●Metronidazol A

●Itrakonazol C

●Litium Suksinat/Litium Glukonat A

●Kortikosteroid

●Hidrokortison A

●Obat kombinasi anti inflamasi – Antifungal (AIAF)

●Promiseb® B

●Kalsineurin inhibitor

●Takrolimus B

●Pimekrolimus B

Level of Evidence:

A: uji klinis terkontrol acak buta ganda,


B: uji klinis dengan randomisasi,

C: studi terbuka pedoman pengobatan DS juga dibuat oleh para pakar di Asia,
dengan mengikuti algoritma komprehensif yang khusus dikembangkan untuk
pengobatan DS di Asia baik pada anak maupun dewasa. Dalam berbagai laporan
kasus.4

Prognosis

Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor


konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol. Pada dermatitis
seboroik infantil prognosis baik dapat bersifat self limited disease. Dermatitis
seboroik dewasa dapat bersifat relaps.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Digilib.2010.Defenisi dermatitis seboroik.Fakultas Kedokteran Lampung.


2. Gayatri Lunni, 2011. Dermatitis seboroik.jurnal Universitas airlangga.
3. Ari,.Tahir , 2014. Dermatitis dan peran steroid dalam penangannya. Universitas
Hasanudin.
4. Sandra,Aninda ,2016, Pilihan Obat jangka panjang pada dermatitis
seboroik.Fakultas kedokteran univeristas Indonesia. RSUPN
dr.Ciptomangunkusumo jakarta.
5. Prof. Dr. dr Adhi Djuanda , 2013, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai