Studi Kasus Dhika PHB
Studi Kasus Dhika PHB
PT Margo Squre
Pada awal PT margo squre dibuka dan disewakan untuk pertokoan, pihak pengelola merasa
kesulitan untuk memasarkannya. Salah satu cara untuk memasarkannya adalah secara persuasif
mengajak para pedagang meramaikan komplek pertokoan di pusat kota Surabaya itu. Salah
seorang diantara pedagang yang menerima ajakan PT margo squre adalah bp ilham, yang tinggal
di kemang,Jakarta.
Tetapi perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian. Kewajiban Ilham
ternyata tidak pernah dipenuhi, Ilham menganggap kesepakatan itu sekedar formalitas, sehingga
tagihan demi tagihan pengelola margo squre tidak pernah dipedulikannya. Bahkan menurutnya,
Akte No. 40 tersebut, tidak berlaku karena pihak margo squre telah membatalkan “Gentlement
agreement” dan kesempatan yang diberikan untuk menunda pembayaran. Hanya sewa ruangan,
menurut Ilham akan dibicarakan kembali di akhir tahun 2012. Namun pengelola margo squre
berpendapat sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku dan harga sewa ruangan tetap seperti yang
tercantum pada Akta tersebut.
ANALISIS
Setelah pihak PT margo squre mengajak ilham untuk meramaikan sekaligus berjualan di
komplek pertokoan di pusat kota Depok, maka secara tidak langsung PT margo squre telah
melaksanakan kerjasama kontrak dengan Ilham yang dibuktikan dengan membuat perjanjian
sewa-menyewa di depan Notaris. Maka berdasarkan pasal 1338 BW yang menjelaskan bahwa
“Suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya” sehingga dengan adanya perjanjian/ikatan kontrak tersebut maka pihak PT margo
squre dan ilham mempunyai keterikatan untuk memberikan atau berbuat sesuatu sesuai dengan isi
perjanjian.
Perjanjian tersebut tidak boleh dilangggar oleh kedua belah pihak, karena perjanjian yang
telah dilakukan oleh PT margo squre dan ilham tersebut dianggap sudah memenuhi syarat,
sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 1320 BW.Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan
empat syarat :
Perjanjian diatas bisa dikatakan sudah adanta kesepakatan, karena pihak PT margo squre
dan ilham dengan rela tanpa ada paksaan menandatangani isi perjanjian Sewa-menyewa yang
diajukan oleh pihak PT margo squre yang dibuktikan dihadapan Notaris.
Namun pada kenyataannya, Ilham tidak pernah memenuhi kewajibannya untuk membayar
semua kewajibannya kepada PT margo squre,dia tidak pernah peduli walaupun tagihan demi
tagihan yang datang kepanya, tapi dia tetap berisi keras untuk tidak membayarnya. Maka dari sini
Ilham bisa dinyatakan sebagai pihak yang melanggar perjanjian.
Dengan alasan inilah pihak PT margo squre setempat melakukan penutupan PINK CELL
secara paksa dan menggugat Ilham di Pengadilan Negeri Surabaya. Dan jika kita kaitkan dengan
Undang-undang yang ada dalam BW, tindakan Pihak PT margo squre bisa dibenarkan. Dalam
pasal 1240 BW, dijelaskan bahwa .Dalam pada itu si piutang adalah behak menuntut akan
penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah ia minta
supaya dikuasakan oleh Hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatuyang telah dibuat
tadi atas biaya si berutang, dengan tak mengurangi hak menuntut penggantian biaya, rugi dan
bunga jika ada alasan untuk itu.
Dari pasal diatas, maka pihak PT margo squre bisa menuntut kepada ILHAM yang tidak
memenuhi suatu perikatan dan dia dapat dikenai denda untuk membayar semua tagihan bulanan
kepada PT MARGO SQURE.
DAFTAR PUSTAKA
https://atikahpras.wordpress.com/2018/04/13/contoh-kasus-perdata-perikatan/