Anda di halaman 1dari 25

20 CARA MENGUATKAN IMAN

Iman di dalam hati kita bukanlah


sesuatu yang statis. Iman kita
begitu . Bak gelombang air laut
yang kadang pasang naik dan
kadang pasang surut.
Ketika kondisi iman kita lemah
dan kondisi lemah itu kita masih
ada dalam kebaikan, kita
beruntung. Namun, bila ketika
kondisi iman kita lemah dan
kondisi lemah itu membuat kita
ada di luar koridor ajaran
Rasulullah SAW, kita celaka.
Rasulullah saw. Bersabda:
“Engkau mempunyai amal yang
bersemangat, dan setiap
semangat mempunyai
kelemahan. Barangsiapa yang
KELEMAHANNYA tertuju pada
SUNNAHKU, maka dia telah
BERUNTUNG. Dan, siapa yang
KELEMAHANNYA tertuju kepada
SELAIN ITU (di luar sunnah Rasul),
maka dia telah BINASA.” (HR.
Ahmad)
Begitulah kondisi hati kita. Sesuai
dengan namanya, HATI dalam
bahasa Arab ‘QALBAN’ yang
berarrti SELALU BERUBAH-UBAH
(at-taqallub) DENGAN CEPAT.
Rasulullah saw. berkata,:
“Dinamakan HATI karena
PERUBAHANNYA. Sesungguhnya
hati itu ialah laksana BULU yang
MENEMPEL di PANGKAL POHON
yang diubah oleh hembusan
ANGIN secara TERBALIK.” (HR.
Ahmad dalam Shahihul Jami’ no.
2365)
Karena itu Rasulullah saw.
mengajarkan kepada kita sebuah
doa agar Allah saw. menetapkan
hati kita dalam ketaatan.
“Ya Allah Yang membolak-
balikkan hati-hati manusia,
balikanlah hati kami untuk taat
kepada-Mu.” (Muslim no. 2654)
Hati kita akan kembali pada
kondisi ketaatan kepada Allah
swt. jika kita senantiasa
memperbaharui keimanan kita.
Rasulullah saw. Bersabda :
“Sesungguhnya IMAN itu
dijadikan di dalam diri salah
seorang di antara kamu sekalian
sebagaimana PAKAIAN yang
dijadikan, maka MEMOHONLAH
kepada Allah agar DIA
MEMPERBAHARUI IMAN di dalam
hatimu.” (Al-Hakim di Al-
Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-
Shahihain no. 1585; Thabrany di
Al-Kabir)
Bagaimana cara memperbaharui
iman? Ada 20 sarana yang bisa
kita lakukan, yaitu sebagai
berikut.
1. Perbanyaklah Menyimak Ayat-
ayat Al-Quran
Al-Qur’an diturunkan Allah
sebagai cahaya dan petunjuk,
juga sebagai obat bagi hati
manusia.
“Dan Kami turunkan dari Al-
Qur’an sesuatu yang menjadi
OBAT dan RAHMAT bagi orang-
orang yang beriman.” (QS Al-
Isra’: 82).
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman adalah mereka
yang apabila disebut nama Allah
bergetarlah hatinya, dan apabila
dibacakan ayat-ayat Allah
bertambahlah imannya…” (QS. Al-
Anfal:2)
Kata Ibnu Qayyim, yang
seharusnya dilakukan oleh
seorang muslim untuk
menyembuhkan hatinya melalui
Al-Quran, “Caranya ada dua
macam: pertama, engkau harus
mengalihkan hatimu dari dunia,
lalu engkau harus
menempatkannya di akhirat.
Kedua, sesudah itu engkau harus
menghadapkan semua hatimu
kepada pengertian-pengertian
Al-Qur’an, memikirkan dan
memahami apa yang dimaksud
dan mengapa ia diturunkan.
Engkau harus mengamati semua
ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat
diturunkan untuk mengobati
hati, maka dengan izin Allah hati
itu pun akan sembuh.”
2. Rasakan keagungan Allah
dengan mempelajari alam
ciptaannya.
Al-Qur’an dan Sunnah banyak
sekali mengungkap keagungan
Allah SWT. Seorang muslim yang
ketika dihadapkan dengan
keagungan Allah, hatinya akan
bergetar dan jiwanya akan
tunduk. Kekhusukan akan hadir
mengisi relung-relung hatinya.
Resapi betapa agungnya Allah
yang Maha Mendengar, Maha
Mengetahui, yang memiliki nama-
nama yang baik (asma’ul husna).
Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-
Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-
Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-
Muth’ali. Dia yang menciptakan
segala sesuatu dan hanya
kepada-Nya lah kita kembali.
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan
silih bergantinya siang dan
malam terdapat tanda-tanda
kebesaran Allah bagi orang-
orang yang berakal (ulul albab).
Yaitu orang-orang yang
mengingat Allah dalam keadaan
berdiri, duduk dan berbaring
dan memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan
kami , tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia.
Maha suci Engkau , maka
lindungilah kami dari siksa
neraka…”
” (Ali Imran :190-191)
Jangan sampai kita termasuk
orang yang disebut ayat ini, “Dan
mereka tidak mengagungkan
Allah dengan pengagungan yang
semestinya, padahal bumi dan
seluruhnya dalam genggaman-
Nya pada hari kiamat dan langit
digulung dengan tangan kanan-
Nya.” (Az-Zumar: 67)
3. Belajar Ilmu
Karena Hakikat HATI dalam
bahasa Arab ‘QALBAN’ yang
berarrti SELALU BERUBAH-UBAH
(at-taqallub) DENGAN CEPAT.
dan Rasulullah saw. berkata,:
“Dinamakan HATI karena
PERUBAHANNYA. Sesungguhnya
hati itu ialah laksana BULU yang
MENEMPEL di PANGKAL POHON
yang diubah oleh hembusan
ANGIN secara TERBALIK.” (HR.
Ahmad dalam Shahihul Jami’ no.
2365)
Maka keimanan di dalam hati
perlu dikuatkan dengan cara :
1. Perbanyaklah menyimak ayat-
ayat Al-Quran
2. Rasakan keagungan Allah
dengan mempelajari alam
ciptaannya.


3. Carilah Ilmu Syar’i
Sebab, Allah berfirman dalam Al
Qur’an :
“Sesungguhnya yang TAKUT
kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya ialah orang-orang
yang BERILMU.” (Fathir: 28).
Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu
yang mengantarkan kita pada
rasa takut kepada Allah agar hati
ini selalu terjaga keimanannya.
Allah berfirman, “Adakah sama
orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” (Az-Zumar: 9).
Rasulullah SAW bersabda: “ Man
yuridillahu bihii khoiron
yufaqqihhu fiddiini =
Barangsiapa yang Allah
menghendaki kebaikan kepada
seseorang, maka Allah akan
menjadikannya faham akan ilmu
agama ” (Hadits)
Orang yang tahu tentang hakikat
penciptaan manusia, tahu
tentang syariat yang diturunkan
Allah sebagai tata cara hidup
manusia, dan tahu ke mana
tujuan akhir hidup manusia,
tentu akan lebih khusyuk hatinya
dalam ibadah dan kuat imannya
dalam aneka gelombang ujian
ketimbang orang yang jahil
(tidak tahu).
Orang yang tahu tentang apa
yang halal dan haram, tentu lebih
bisa menjaga diri daripada orang
yang tidak tahu. Orang yang tahu
bagaiman dahsyatnya siksa
neraka, tentu akan lebih khusyuk
dan bisa melawan ajakan nafsu
dan syaithan. Orang yang tidak
tahu bagaimana nikmatnya
surga, tentu tidak akan pernah
punya rasa rindu dan berjuang
untuk meraihnya.
4. Ikutilah Majlis Dzikr / Ta’lim.
Suatu hari Abu Bakar
mengunjungi Hanzhalah.
“Bagaimana keadaanmu, wahai
Hanzhalah?” Hanzhalah
menjawab, “Hanzhalah telah
berbuat munafik.” Abu Bakar
menanyakan, “Apa sebabnya?”
Kata Hanzhalah, “Jika kami
berada di sisi Rasulullah saw.,
beliau mengingatkan kami
tentang neraka dan surga yang
seakan-akan kami bisa melihat
dengan mata kepala sendiri. Lalu
setelah kami pergi dari sisi
Rasulullah saw. kami pun
disibukkan oleh urusan istri,
anak-anak, dan kehidupan, lalu
kami pun banyak lupa.”
Lantas keduanya mengadukan
hal itu kepada Rasulullah saw.
Kata Rasulullah, “Demi jiwaku
yang ada di dalam genggaman-
Nya, andaikata kamu sekalian
tetap seperti keadaanmu di
sisiku dan di dalam dzikir, tentu
para malaikat akan menyalami
kamu di atas kasurmu dan
tatkala kamu dalam perjalanan.
Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atan,
sa’atan (sekali-sekali).” (Shahih
Muslim no. 2750)
Begitulah majelis dzikir. Sahabat
Rasul sangat merasakan
manfaatnya majlis dzikir/taklim,
karena dapat menambah bobot
keimanan kita, karena setelah
kita berhadapan dg kehidupan
yg sebenarnya kita akan terlena
dan lupa. Makanya para sahabat
sangat bersemangat
mengadakan pertemuan halaqah
dzikir. “Duduklah bersama kami
untuk mengimani hari kiamat,”
begitu ajak Muadz bin Jabal. Di
halaqah itu, kita bisa
melaksanakan hal-hal yang
diwajibkan Allah kepada kita,
membaca Al-Qur’an, membaca
hadits, atau mengkaji ilmu
pengetahuan agama lainnya.
5. Perbanyaklah Amal Shalih
Suatu ketika Rasulullah saw.
bertanya, “Siapa di antara kalian
yang berpuasa di hari ini?” Abu
Bakar menjawab, “Saya.” Lalu
Rasulullah saw. bertanya lagi,
“Siapa di antara kalian yang hari
ini menjenguk orang sakit?” Abu
Bakar menjawab, “Saya.” Lalu
Rasulullah saw. bersabda,
“Tidaklah amal-amal itu menyatu
dalam diri seseorang malainkan
dia akan masuk surga.” (Muslim)
Begitulah seorang mukmin yang
shaddiq (sejati), begitu antusias
menggunakan setiap
kesempatan untuk
memperbanyak amal shalih.
Mereka berlomba-lomba untuk
mendapatkan surga. “Berlomba-
lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari
Rabb-mu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi.” (Ali
Imran : 133)
Begitulah mereka. Sehingga
keadaan mereka seperti yang
digambarkan Allah swt., “Mereka
sedikit sekali tidur pada waktu
malam, dan pada akhir-akhir
malam mereka memohon
ampunan (kepada Allah). Dan,
pada harta-harta mereka ada hak
untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bagian.” (Adz-
Dzariyat: 17-19)
Banyak beramal shalih, akan
menguatkan iman kita. Jika kita
kontinu dengan amal-amal
shalih, Allah akan mencintai kita.
Dalam sebuah hadits qudsy,
Rasulullah saw. menerangkan
bahwa Allah berfirman, “Hamba-
Ku senantiasa bertaqarrub
kepada-Ku dengan mengerjakan
amal sunah sehingga Aku
mencintainya.” (Shahih Bukhari
no. 6137). Pada waktu Allah
mencintai kita, maka Allah akan
menambah keimanan kita.
Allah berfirman:
” Dia-lah yang telah menurunkan
ketenangan ke dalam hati orang-
orang mu’min supaya keimanan
mereka bertambah di samping
keimanan mereka (yang telah
ada). Dan kepunyaan Allah-lah
tentara langit dan bumi dan
adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (Al Fath:4)
6. Lakukan berbagai macam
ibadah
Ibadah memiliki banyak
ragamnya. Ada ibadah fisik
seperti puasa, ibadah materi
seperti zakat, ibadah lisan seperti
doa dan dzikir. Ada juga ibadah
yang yang memadukan
semuanya seperti haji. Semua
ragam ibadah itu sangat
bermanfaat untuk
menyembuhkan lemah iman kita
dan menyempurnakan iman kita.
Puasa membuat kita khusyu’ dan
mempertebal rasa
muraqabatullah (merasa diawasi
Allah). Shalat rawatib dapat
menyempurnakan amal-amal
wajib kita kurang sempurna
kualitasnya. Berinfak mengikis
sifat bakhil dan penyakit
hubbud-dunya. Tahajjud
menambah kekuatan.
Banyak melakukan berbagai
macam ibadah bukan hanya
membuat baju iman kita makin
baru dan cemerlang, tapi juga
menyediakan bagi kita begitu
banyak pintu untuk masuk surga.
Rasulullah saw. bersabda,
“Barangsiapa yang menafkahi
dua istri di jalan Allah, maka dia
akan dipanggil dari pintu-pintu
surga: ‘Wahai hamba Allah, ini
adalah baik.’ Lalu barangsiapa
yang menjadi orang yang banyak
mendirikan shalat, maka dia
dipanggil dari pintu shalat.
Barangsiapa menjadi orang yang
banyak berjihad, maka dia
dipanggil dari pintu jihad.
Barangsiapa menjadi orang yang
banyak melakukan puasa, maka
dia dipanggil dari pintu ar-
rayyan. Barangsiapa menjadi
orang yang banyak
mengeluarkan sedekah, maka dia
dipanggil dari pintu
sedekah.” (Bukhari no. 1798)
7. Hadirkan perasaan takut mati
dalam keadaan su’ul khatimah
Rasa takut su’ul khatimah akan
mendorong kita untuk taat dan
senantiasa menjaga iman kita.
Penyebab su’ul khatimah adalah
lemahnya iman
menenggelamkan diri kita ke
dalam jurang kedurhakaan.
Sehingga, ketika nyawa kita
dicabut oleh malaikat Izrail, lidah
kita tidak mampu mengucapkan
kalimat laa ilaha illallah di
hembusan nafas terakhir.
“Hai orang-orang yang beriman
bertaqwalah dengan sebenar-
benarnya taqwa, dan janganlah
kamu mati kecuali dalam
keadaan muslim (tunduk patuh
kepada Allah) (Ali Imran: 102)
8. Banyak-banyaklah ingat mati
Rasulullah saw. bersabda, “Dulu
aku melarangmu menziarahi
kubur, ketahuilah sekarang
ziarahilah kubur karena hal itu
bisa melunakan hati, membuat
mata menangis mengingatkan
hari akhirat, dan janganlah kamu
mengucapkan kata-kata yang
kotor.” (Shahihul Jami’ no. 4584)
Rasulullah saw. juga bersabda,
“Banyak-banyaklah mengingat
penebas kelezatan-kelezatan,
yakni kematian.” (Tirmidzi no.
230)
Mengingat-ingat mati bisa
mendorong kita untuk
menghindari diri dari berbuat
durhaka kepada Allah; dan dapat
melunakkan hati kita yang keras.
Karena itu Rasulullah
menganjurkan kepada kita,
“Kunjungilah orang sakit dan
iringilah jenazah, niscaya akan
mengingatkanmu terhadap hari
akhirat.” (Shahihul Jami’ no.
4109)
Melihat orang sakit yang sedang
sakaratul maut sangat memberi
bekas. Saat berziarah kubur,
bayangkan kondisi keadaan
orang yang sudah mati.
Tubuhnya rusak membusuk. Ulat
memakan daging, isi perut, lidah,
dan wajah. Tulang-tulang hancur.
Bayangan seperti itu jika
membekas di dalam hati, akan
membuat kita menyegerakan
taubat, membuat hati kita puas
dengan apa yang kita miliki, dan
tambah rajin beribadah.
9. Mengingat-ingat Dahsyatnya
Keadaan di Hari Akhirat
Ada beberapa surat yang
menceritakan kedahsyatan hari
kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-
Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat,
An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-
Takwir. Begitu juga hadits-hadits
Rasulullah saw.
Dari Aisyah r.a. Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Dikumpulkanlah semua manusia
di padang mahsyar pada hari
kiamat dengan telanjang kaki,
telanjang tubuh dan tidak
berkhitan kemaluannya.”
Saya bertanya: “Ya Rasulullah,
kalau begitu kaum wanita dan
kaum lelaki semuanya dapat
melihat antara yang sebahagian
dengan sebahagian yang
lainnya?”
Beliau s.a.w. menjawab: “Hai
Aisyah, peristiwa pada hari itu
lebih dasyat untuk
memperhatikan diri mereka
daripada memperhatikan orang
lain.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Peristiwa pada hari itu lebih
penting untuk diperhatikan oleh
setiap orang
daripada yang sebahagian
melihat kepada sebahagian yang
lain.”
(Muttafaq ‘alaih)
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Haaqqah
disebutkan:
025. Adapun orang yang
diberikan kepadanya kitabnya
(catatan amalnya) dari sebelah
kirinya, maka dia berkata: “Wahai
alangkah baiknya kiranya tidak
diberikan kepadaku kitabku (ini),
026. Dan aku tidak mengetahui
apa hisab (perhitungan)
terhadap diriku, 027. Wahai
kiranya KEMATIAN itulah YANG
MENYELESAIKAN segala sesuatu.
028. HARTAKU sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadaku.
029. Telah hilang KEKUASAANKU
dariku”
030. (Allah berfirman):
“Peganglah dia lalu belenggulah
tangannya ke lehernya.”
031. Kemudian masukkanlah dia
ke dalam api neraka yang
menyala-nyala.
032. Kemudian belitlah dia
dengan rantai yang panjangnya
tujuh puluh hasta.
033. Sesungguhnya dia dahulu
TIDAK BERIMAN kepada Allah
Yang Maha Besar.
034. Dan juga dia tidak
mendorong (orang lain) untuk
MEMBERI MAKAN orang miskin.
035. Maka tiada seorang
temanpun baginya pada hari ini
di sini.
036. Dan tiada (pula) MAKANAN
sedikitpun (baginya) kecuali dari
DARAH dan NANAH.
037. Tidak ada yang
memakannya kecuali orang-
orang yang BERDOSA.
Dalam Al-Qur’an Surat An-Naba’
disebutkan:
021. Sesungguhnya neraka
Jahannam itu (padanya) ada
tempat pengintai,
022. lagi menjadi tempat kembali
bagi orang-orang yang
MELAMPAUI BATAS,
023. mereka tinggal di dalamnya
BERABAD-ABAD lamanya,
024. mereka tidak merasakan
kesejukan di dalamnya dan tidak
(pula mendapat) minuman,
025. selain AIR yang MENDIDIH
dan NANAH,
026. sebagai pembalasan yang
setimpal.
027. Sesungguhnya mereka
dahulu TIDAK TAKUT kepada
HISAB,
028. dan mereka MENDUSTAKAN
AYAT-AYAT KAMI Kami dengan
SESUNGGUH-SUNGGUHNYA,
029. dan segala sesuatu telah
Kami CATAT dalam suatu KITAB.
030. Karena itu RASAKANLAH. Dan
Kami sekali-kali TIDAK AKAN
MENAMBAH kepada kamu SELAIN
daripada ADZAB (SIKSAAN).
Orang-orang yang tidak beriman
dan berdosa akan benar-benar
MENYESAL,
#Bentuk Penyesalan Pertama:
“KIAMAT KECIL”
Kiamat kecil yang dialami
manusia ialah kematian.
Seseorang mulai menyesal ketika
detik-detik akhir usianya dan
menyakini nyawanya tidak lama
lagi keluar dari tubuhnya. Allah
Ta’ala berfirman,
“Dan dia yakin sesungguhnya
itulah waktu perpisahan (dengan
dunia). Dan bertaut betis (kiri)
dengan betis (kanan). Kepada
Tuhanmulah pada hari itu kamu
dihalau.” (Al-Qiyamah: 28-29).
“Hingga apabila datang kematian
kepada seseorang dari mereka,
ia berkata, ‘Tuhanku, kembalikan
aku (Ke dunia), agar aku berbuat
amal shalih terhadap yang telah
aku tinggalkan’.” (Al-Mukminun:
99).
“Sekali-kali tidak. Sesungguhnya
itu perkataan yang diucapkan
saja dan di depan mereka ada
dinding sampai hari mereka
dibangkitkan.” (Al-Mukminun:
100)
#Bentuk Penyesalan Kedua:
“GIGIT TANGAN”
Penyesalan sepeti ini terjadi
ketika seseorang akhirat melihat
sahabat karibnya menyelamatkan
dirinya dan tidak berdaya
membelanya di sisi Allah Ta’ala.
Saat itulah…,
“Orang dzalim mengigit dua
tangannya sambil berkata,
‘Kecelakaan besar bagiku. Kiranya
aku (dulu) tidak menjadikan si
fulan teman akrab.
Sesungguhnya ia telah
menyesatkanku dari Al Qur’an
ketika Al-Qur’an datang
kepadaku. Dan setan itu tidak
mau menolong manusia.” (Al-
Kahfi: 49).
Bahkan, ia berharap menjadi
tanah yang diinjak kaki dan tidak
disiksa dengan siksa dengan
siksa akhirat. Ia berkata:
“Alangkah baiknya sekiranya aku
dulu tanah.” (An-Naba’: 40)
#Bentuk Penyesalan Ketiga:
“KETIKA NERAKA DI DATANGKAN”
Rasulullah Shallallahu Alihis wa
Sallam bersabda:
“Ketika itu, neraka, yang punya
tujuh puluh ribu penahan,
didatangkan. Di setiap penahan
ada tujuh puluh ribu malaikat
yang menariknya.” (Diriwayatkan
Muslim)
Ketika pelaku maksiat melihat
neraka sebesar seperti itu, ditarik
4.900.000.000 malaikat, lidah
besar menjulur panjang, leher
yang punya mata, seperti
disebutkan di hadits, yang
diriwayatkan At-Tirmidzi,
“Pada hari Kiamat, leher keluar
dari neraka. Leher itu punya dua
mata yang bisa melihat, dua
telinga yang dapat mendengar,
dan lidah yang mampu bicara.
Lidah leher itu berkata, ‘Aku
mewakili tiga jenis manusia:
orang yang menjadikan Tuhan
selain Allah, orang sombong
sekaligus bandel, dan para
penggambar’.” (Diriwayatkan At-
Tirmidzi).
Ia dengar kemarahan dan
hembusan nafas neraka saat
berteriak dengan teriakan
menakutkan, “Apakah masih ada
tambahan orang untukku?
Apakah masih ada tambahan
orang untukku?” ketika itulah,
pelaku maksiat ingat saat-saat
maksiat, malas, menunda amal
shalih, menipu Allah Ta’ala
dengan taubat palsunya, dan
waktu-waktu lain yang hilang
sia-sia. Tapi, nostalgia semuanya
itu tidak ada gunanya. Allah
Ta’ala berfirman:
“Tapi, tidak berguna lagi
mengingat itu baginya.” (Al-Fajr:
23).
Ia berkata dengan penuh sesal,
“Alangkah baik kiranya aku dulu
mengerjakan (amal shalih) untuk
hidupku ini.” (Al-Fajr: 24).
Sayyid Quthb Rahimahullah
berkata, “Kesempatan telah
berlalu. Allah Ta’ala berfirman,
‘Tapi tidak berguna lagi
mengingat itu baginya.’
Peringatan sudah berlalu dan
tidak berguna lagi di sini, akhirat,
bagi siapa pun. Ucapan orang
kafir itu refleksi kesedihan atas
hilangnya kesempatan di negeri
amal, dunia. Ketika fakta ini
terlihat, ‘Dia mengatakan,
‘Alangkah baik kiranya aku dulu
mengerjakan (amal shalih) untuk
hidupku ini.’ Terlihat ada
kesedihan mendalam di balik
harapan dan itulah kondisi
paling menyakitkan yang
dirasakan seseorang di akhirat.”
Itulah bentuk penyesalan paling
mengenaskan yang dialami
manusia dan mereka tidak punya
harapan untuk bisa memperbaiki
kesalahan yang telah terjadi.
#Bentuk Penyesalan Keempat:
“KETIKA BERDIRI DI NERAKA”
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan jika kamu (Muhammad)
melihat ketika mereka
dihadapkan ke neraka, lalu
mereka berkata, ‘Kiranya kami
dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat
Tuhan kami, serta menjadi
orang-orang yang beriman’.” (Al-
An’am: 27)
Ibnu Katsir Rahimahullah
berkata, “Allah Ta’ala
mengungkap kondisi orang-
orang kafir saat mereka berdiri
di neraka pada Hari Kiamat,
menyaksikan belenggu dan
rantai di dalamnya, serta melihat
dengan mata kepala mereka
sendiri hal-hal dahsyat. Saat
itulah, mereka berkata: ‘Duhai,
betapa celakanya kita’.”
Sungguh aneh, orang-orang kafir
berkata saat berharap, “Dan kami
menjadi orng-orang beriman.”
Padahal, mereka dulu memerangi
para dai kejalan Allah Ta’ala,
kalimat tauhid, dan melecehkan
siapa saja mengajak kepadanya.
Kenapa kini, di akhirat, mereka
berharap ingin menjadi orang-
orang beriman? Kenapa itu baru
terlontar sekarang dan tidak di
dunia dulu? Itulah kemunafikan
yang tetap menempel pada
mereka, kendati mereka berdiri
didepan neraka menyaksikan
kedasyatannya. Mereka kira jiwa
mereka tidak diketahui Allah a’ala
dan dapat ngerjain Dia. Karena
itu, mereka membuat trik dengan
berbohong dan seluruh
argumentasi kuat, agar selamat
dari siksa yang pasti ini. Ini
sungguh aneh penyesalan yang
sarat dengan penipuan atau
penipuan yang penuh dengan
penyesalan. Kedua hal itu
menjijikkan.
#Bentuk Penyesalan Kelima:
“SETELAH DILEMPAR KE NERAKA”
Allah Ta’ala berfirman:
“Pada hari ketika muka mereka
dibolak-balik dineraka, mereka
berkata, ‘Alangkah baiknya, andai
kami taat kepada Allah dan taat
kepada Rasul.’ Dan mereka
berkata, ‘Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mentaati
pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu
meraka menyesatkan kami dari
jalan (yang benar). Ya Tuhan
kami, timpakan kepada mereka
adzab dua kali lipat dan kutuklah
mereka dengan kutukan
besar.” (Al-Ahzab: 66-68)
Ibnu Katsir Rahimahullah
berkata, “Maksudnya, mereka
diseret ke neraka dengan kepala
terbalik dan wajah mereka
dibola-balik di Neraka Jahanam.
Mereka berharap andai mereka
dikembalikan kedunia, mereka
akan bersama orang-orang yang
taat kepada Allah dan Rasul.”
Sekarang mereka baru tahu,
ternyata jalan yang dulu merekah
tempuh itu jalan salah, sebab
mereka mengikuti para
pemimpin dan tokoh-tokoh
mereka, yang berjalan di jalan
setan. Sekarang, mereka berani
mengutuk pemimpin-pemimpin
mereka dan bicara kepada
mereka dengan bahasa lantang,
setelah sebelumnya di dunia
mereka hidup sebagai pengecut,
hina, tidak berani mengatakan
kebenaran, dan tidak punya nyali
menolak kemungkaran. Setelah
mereka dilempar ke neraka dan
merasakan siksanya, perasaan
mereka yang tadinya membeku
itu hidup kembali dan mereka
menyesal kenapa tidak mengikuti
jalan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Tapi, waktu itu sudah tidak ada
lagi.
Sahabat Hikmah…
Dengan membacanya, mata hati
kita akan terbuka. Seakan-akan
kita menyaksikan semua itu dan
hadir di pemandangan yang
dahsyat itu. Semua pengetahuan
kita tentang kejadian hari kiamat,
hari kebangkitan, berkumpul di
mahsyar, tentang syafa’at
Rasulullah saw., hisab, pahala,
qishas, timbangan, jembatan,
tempat tinggal yang kekal di
surga atau neraka; semua itu
menambah tebal iman kita.
10. Berinteraksi dengan ayat-ayat
yang berkaitan dengan
fenomena alam
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, yaitu
orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka..” (QS Ali ‘Imran:
190-191)
Aisyah pernah berkata, “Wahai
Rasulullah, aku melihat orang-
orang jika mereka melihat awan,
maka mereka gembira karena
berharap turun hujan. Namun
aku melihat engkau jika engkau
melihat awan, aku tahu
ketidaksukaan di wajahmu.”
Rasulullah saw. menjawab,
“Wahai Aisyah, aku tidak merasa
aman jika di situ ada adzab.
Sebab ada suatu kaum yang
pernah diadzab dikarenakan
angin, dan ada suatu kaum yang
melihat adzab seraya berkata, ‘Ini
adalah awan yang akan
menurunkan hujan kepada
kami’.” (Muslim no. 899)
Begitulah Rasulullah saw.
berinteraksi dengan fenomena
alam. Bahkan, jika melihat
gerhana, terlihat raut takut di
wajah beliau. Kata Abu Musa,
“Matahari pernah gerhana, lalu
Rasulullah saw. berdiri dalam
keadaan ketakutan. Beliau takut
karena gerhana itu merupakan
tanda kiamat.”
11. Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah
kematian hati. Tubuh kita adalah
kuburan sebelum kita terbujur di
kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak
bisa kembali. Karena itu, orang
yang ingin mengobati imannya
yang lemah, harus
memperbanyak dzikirullah. “Dan
ingatlah Rabb-mu jika kamu
lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah
lha hati menjadi tentram.” (Ar-
Ra’d: 28)
Hanya orang-orang yang selalu
ingat kepada Allah yang bisa
mengoreksi diri dan kembali
kepda kebenaran.
“Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa
selain daripada Allah? Dan
mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.” (QS Ali
‘Imran : 135)
Ibnu Qayim berkata, “Di dalam
hati terdapat kekerasan yang
tidak bisa mencair kecuali
dengan dzikrullah. Maka
seseorang harus mengobati
kekerasan hatinya dengan
dzikrullah.”
12. Perbanyaklah munajat
kepada Allah dan pasrah kepada-
Nya
Seseorang selagi banyak pasrah
dan tunduk, niscaya akan lebih
dekat dengan Allah. Sabda
Rasulullah saw., “Saat seseorang
paling dekat dengan Rabb-nya
ialah ketika ia dalam keadaan
sujud, maka perbanyaklah
doa.” (Muslim no. 428)
Seseorang selagi mau
bermunajat kepada Allah dengan
ucapan yang mencerminkan
ketundukan dan kepasrahan,
tentu imannya semakin kuat di
hatinya. Semakin menampakan
kehinaan dan kerendahan diri
kepada Allah, semakin kuat iman
kita. Semakin banyak berharap
dan meminta kepada Allah,
semakin kuat iman kita kepada
Allah swt.
13. Tinggalkan angan-angan
yang muluk-muluk
Ini penting untuk meningkatkan
iman. Sebab, hakikat dunia hanya
sesaat saja. Banyak berangan-
angan hanyalah memenjara diri
dan memupuk perasaan
hubbud-dunya. Padahal, hidup di
dunia hanyalah sesaat saja.
Allah swt. berfirman, “Maka
bagaimana pendapatmu jika
Kami berikan kepada mereka
kenikmatan hidup bertahun-
tahun, kemudian datang kepada
mereka adzab yang telah
dijanjikan kepada mereka,
niscaya tidak berguna bagi
mereka apa yang mereka selalu
menikmatinya.” (Asy-Syu’ara:
205-207)
“Seakan-akan mereka tidak
pernah diam (di dunia) hanya
sesaat saja pada siang
hari.” (Yunus: 45)
14. Memikirkan Kehinaan Dunia
Hati seseorang tergantung pada
isi kepalanya. Apa yang
dipikirkannya, itulah orientasi
hidupnya. Jika di benaknya dunia
adalah segala-galanya, maka
hidupnya akan diarahkan untuk
memperolehnya. Cinta dunia
sebangun dengan takut mati.
Dan kata Allah swt., “Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang
memperdaya.” (Ali Imran)
Cinta terhadap keindahan dan
kenikmatan dunia adalah
sesuatu yang menjadi ciri khas
makhluk Allah yang bernama
manusia. Allah berfirman:
“Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-
lah tempat kembali yang baik
(surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Demikianlah watak asli manusia,
sehingga tidak ayal lagi hal itulah
yang banyak menjerumuskan
manusia sehingga hatinya terkait
dengan dunia padahal tidak
dipungkiri lagi keterkaitan hati
dengan dunia merupakan fitnah
sekaligus musibah yang
menimpa umat ini. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
{ ‫ﻝ‬
‫ﻤ ﻝ‬َ‫ﻤﺎ‬ ‫ﻟ‬
‫ﻟ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﺘﻲِﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻣ‬
‫ﻣﺘ‬ ‫ﻝ‬
‫ﺃ‬ ‫ﺔﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺘ‬ ‫ﻓ‬
‫ﻤ ﺘﻟ ﻤ ﻝ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔ‬
‫ﺔﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺘ‬
‫ﺘﻟ ﻤ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺔﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻣ‬
‫ﻣ ﺔ‬ ‫ﻝ‬
‫ﺃ‬ ‫ﻞﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻜ‬
‫ﺘ ﻝ ﺘﻞ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻥﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﺘ ﻣ‬ ‫ﺇ‬ }
“Sesungguhnya setiap umat
memiliki fitnah, dan fitnah bagi
umatku adalah harta.” (HR.
Tirmidzi dalam Silsilah Ash
Shohihah, Syaikh Al Albani
mengatakan hadits ini shahih)
Karena itu pikirkanlah bawa
dunia itu hina. Kata Rasulullah
saw., “Sesungguhnya makanan
anak keturunan Adam itu bisa
dijadikan perumpamaan bagi
dunia. Maka lihatlah apa yang
keluar dari diri anak keturunan
Adam, dan sesungguhnya
rempah-rempah serta lemaknya
sudah bisa diketahui akan
menjadi apakah ia.” (Thabrani)
{ ‫ﺘﺫﻟﻛﻝﺮ‬ ‫ﺇ ﺘﻣﻟﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﺘﻓﻴِﻤﻬﺎَﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻤﻣﺎَﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻥﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻤﻣﻟﻠﻝﻌﻮُ ﻥ‬ ‫ﻤﻣﻟﻠﻝﻌﻮُﻧ ﻤ ﻥ‬
‫ﺔﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﺍﻟﺪﺪﻟﻧﻤﻴِﺎَﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻥﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬
‫ﺇﺘ ﻣ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻞ‬
‫ﻝﻣﻤﺘﻤﻌﻠﺘ ﻥ‬ ‫ﻤ‬
‫ﺃﻟﻭﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻢﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬‫ﻤﻭﻤﻋﺎَﻟﺘ ﻥ‬ ‫ﻤﻭﺍﻟﻝﻩﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬‫ﻤ‬ ‫ﻤﻭﻤﻣﺎَﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻪﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲﻲ‬ ‫ﻣ‬
‫ﺍﻟﻠ ﺘ‬ }
“Dunia itu terlaknat dan segala
yang terkandung di dalamnya
pun terlaknat, kecuali orang yang
berdzikir kepada Allah, yang
melakukan ketaatan kepada-Nya,
seorang ‘alim atau penuntut ilmu
syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah.
Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al
Albani mengatakan hadits ini
hasan)\
Dengan memikirkan bahwa
dunia hanya seperti itu, pikiran
kita akan mencari orientasi ke
hal yang lebih tinggi: surga dan
segala kenikmatan yang ada di
dalamnya.
15. Mengagungkan hal-hal yang
terhormat di sisi Allah
“Barangsiapa yang
mengagungkan syiar-syiar Allah,
maka sesungguhnya itu dari
ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)
“Dan barangsiapa
mengagungkan apa-apa yang
terhormat di sisi Allah, maka itu
adalah lebih baik baginya di sisi
Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)
Hurumatullah adalah hak-hak
Allah yang ada di diri manusia,
tempat, atau waktu tertentu.
Yang termasuk hurumatullah,
misalnya, lelaki pilihan
Muhammad bin Abdullah,
Rasulullah saw.; tempat-tempat
suci (Masjid Haram, Masjid
Nabawi, Al-Aqsha), dan waktu-
waktu tertentu seperti bulan-
bulan haram.
Yang juga termasuk
hurumatullah adalah tidak
menyepelekan dosa-dosa kecil.
Sebab, banyak manusia binasa
karena mereka menganggap
ringan dosa-dosa kecil. Kata
Rasulullah saw., “Jauhilah dosa-
dosa kecil, karena dosa-dosa
kecil itu bisa berhimpun pada
diri seseornag hingga ia bisa
membinasakan dirinya.”
16. Menguatkan sikap al-wala’
wal-bara’
Al-wala’ adalah saling tolong
menolong dan pemberian
loyalitas kepada sesama muslim.
Sedangkan wal-bara adalah
berlepas diri dan rasa memusuhi
kekafiran. Jika terbalik, kita benci
kepada muslim dan amat
bergantung pada musuh-musuh
Allah, tentu keadaan ini petanda
iman kita sangat lemah.
Memurnikan loyalitas hanya
kepada Alah, Rasul, dan orang-
orang beriman adalah hal yang
bisa menghidupkan iman di
dalam hati kita.
17. Bersikap Tawadhu (Rendah
Hati)
Rasulullah saw. bersabda,
“Merendahkan diri termasuk
bagian dari iman.” (Ibnu Majah
no. 4118)
Rasulullah juga berkata,
“Barangsiapa menanggalkan
pakaian karena merendahkan
diri kepada Allah padahal dia
mampu mengenakannya, maka
Allah akan memanggilnya pada
hati kiamat bersama para
pemimpin makhluk, sehingga dia
diberi kebebasan memilih di
antara pakaian-pakaian iman
mana yang dikehendaki untuk
dikenakannya.” (Tirmidzi no.
2481)
Maka tak heran jika baju yang
dikenakan Abdurrahman bin Auf
–sahabat yang kaya—tidak beda
dengan yang dikenakan para
budak yang dimilikinya.
18. Perbanyak amalan hati
Hati akan hidup jika ada rasa
mencintai Allah, takut kepada-
Nya, berharap bertemu dengan-
Nya, berbaik sangka dan ridha
dengan semua takdir yang
ditetapkan-Nya. Hati juga akan
penuh dengan iman jika diisi
dengan perasaan syukur dan
taubat kepada-Nya. Amalan-
amalan hati seperti itu akan
menghadirkan rasa khusyuk,
zuhud, wara’, dan mawas diri.
Inilah halawatul iman (manisnya
iman)
19. Sering menghisab diri
Allah berfirman, “Hai orang-
ornag yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang
diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Umar bin Khattab r.a. berwasiat,
“Hisablah dirimu sekalian
sebelum kamu dihisab.” Selagi
waktu kita masih longgar,
hitung-hitunglah bekal kita untuk
hari akhirat. Apakah sudah
cukup untuk mendapat ampunan
dan surga dari Allah swt.?
Sungguh ini sarana yang efektif
untuk memperbaharui iman
yang ada di dalam diri kita.
20. Berdoa kepada Allah agar
diberi ketetapan iman
Perbanyaklah doa. Sebab, doa
adalah kekuatan yang luar biasa
yang dimiliki seorang hamba.
Rasulullah saw. berwasiat, “Iman
itu dijadikan di dalam diri salah
seorang di antara kamu
bagaikan pakaian yang dijadikan,
maka memohonlah kepada Allah
agar Dia memperbaharui iman di
dalam hatimu.”
Ya Allah, perbaharuilah iman
yang ada di dalam dada kami.
Tetapkanlah hati kami dalam taat
kepadamu. Tidak ada daya dan
upaya kami kecuali dengan
pertolonganMu.
Demikian semoga bisa dipahami
dan diamalkan…sehingga IMAN
kita akan tetap terpelihara dan
selamat hingga kematian kita
(khusnul khotimah)…a

Anda mungkin juga menyukai