LEARNING OBJECTIVE
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk mengatur secara sengaja
kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk
kesejahteraan keluarga (Ritonga, 2005:87)
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau
alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Affandi, 2006:26)
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif-objketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2009)
KB adalah sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa
sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan
tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut
(Suratun dkk, 2008:19)
Dari beberapa pengertian KB diatas maka dapat disimpulkan bahwa KB adalah suatu
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual, material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan serasi, selaras, seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat serta lingkungan
Alata kontrasepsi :
Alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Sumber :
BKKBN 2004
BKKBN 2009
WHO 2004
Vasektomi
Keuntungan
Keuntungan adalah metode permanent, efektivitas permanen, menghilangkan
kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan, prosedur
aman dan sederhana
Efek samping
Efek samping adalah infeksi, hematoma, granulose sperma.
Sumber
www.depkes.go.id>download
www.repository.usu.ac.id>bitstream
4. Bagaimna proses kerja implant dari saat pelepasan implant sampai fertile kembali ?
Jawab :
1. Mengentalkan lendir serviks
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus
serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk
penetrasi sperma.
2. Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang
diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai
fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
3. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat
pergerakan sperma.
4. Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan LH
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik
pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi. (BKKBN, 2003)
a. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi, terjadi
perdarahan bercak (spothing) dan perdarahan tidak teratur. Sejumlah perubahan pola
haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan
tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran
darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi,
tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur
dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang
setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
b. Berat badan bertambah
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan
dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada pengguna
implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan
nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar
rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan
lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat
menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada
hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).
C Menimbulkan acne (jerawat), ketegangan pada payudara
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang
paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik
levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan
penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding
globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun
testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung
levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan)
menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum
untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik
dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal
(misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan
antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan.
d. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang
dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode
tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah
kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang
baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta pencabutan implan.
e. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan
keinginannya, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan. Dibutuhkan klinisi
terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
f. Tidak memberikan perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual HIV/AIDS
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang
berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk
menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
(BKKBN, 2003)
Sumber: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/51512/MjEzMTIy/Analisis-Gender-
dengan-Perspektif-Sosial-Budaya-Mengenai-Keluarga-Berencana-di-Desa-Bolon-
Kecamatan-Colomadu-Kabupaten-Karanganyar-Bab-2.pdf