LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana pelaksanaan, rehabilitasi, manajemen nyeri, cara menilai nyeri, dan terapi
medikamentosa terkait dengan scenario ?
Jawab :
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan penyebabnya. Namun dapat
dilakukan terapi umum sebagai berikut:
Medikamentosa
- Kortikosteroid→ untuk mengurangi nyeri, juga dipercaya dapat menghasilkan
perbaikan neurologis.
- Antidiabetika→ pada kasus-kasus yang diperburuk oleh penyakit diabetes
mellitus.
Terapi konservatif
a.Tirah baring (bed rest)
b. Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra
c. Memperbaiki keadaan umum penderita
Fisioterapi
Problem : kelemahan sistem muskuloskeletal pada ekstremitas atas dan bawah
tubuh bagian kiri.
Assesment: kekuatan otot extremitas superio 5/5- ; extremitas inferior 5/5-, tonus
normal, tidak ada atrofi otot, tidak ada kontraktur.
Program : Infra Red, ROM (range of motion) dan meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah tubuh bagian kiri.
Terapi Okupasi
Problem : agak kesulitan melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan sendiri
karena terlalu lama berbaring.
Assesment: Pasien mengalami deconditioning syndrome.
Program :
◦ Melatih pasien untuk latihan bekerja, seperti apa yang biasanya dilakukan sendiri,
melatih kekuatan duduk, berdiri dan berjalan.
◦ Melakukan kegiatan sehari-hari sendiri, dan tanpa bantuan orang lain, misalnya
berpakaian, makan, dan rawat diri.
◦ AKS/ADL secara luas berkaitan dengan aspek psikologis, komunikasi, sosial.
Sumber :
- Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
- McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention
ClassificationFourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
- North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.
1. Penyakit neuron motorik – untuk alasan yang tidak diketahui atau genetik, neuron
motorik bawah (dan kadang-kadang juga atas) secara bertahap mati. Beberapa
jenis penyakit neuron motorik genetik (diwariskan) mencakup infantile progresif
atrofi otot tulang belakang (SMA1), atrofi otot tulang belakang menengah (sma2),
atrofi otot tulang belakang remaja (SMA3) dan atrofi otot tulang belakang
dewasa. Bentuk yang paling umum dari penyakit neuron motorik, yang dikenal
hanya sebagai penyakit neuron motorik atau amyotrophic lateral sclerosis atau
penyakit Lou Gehrig, biasanya tidak diwariskan dan penyebabnya belum
diketahui.
2. Neuropati – sistem saraf perifer (saraf selain yang di dalam sumsum tulang
belakang) yang terpengaruh. Beberapa penyakit yang berbeda dari saraf perifer
termasuk penyakit genetik penyakit Charcot-Marie-Tooth, diabetes gangguan
hormonal (jika tidak terkontrol), dan penyakit autoimun seperti demielinasi
neuropati inflamasi kronis (CIDP).
4. Miopati termasuk distrofi otot – berbagai jenis distrofi otot (pemborosan otot)
disebabkan oleh berbagai mutasi genetik yang mencegah pemeliharaan dan
perbaikan jaringan otot. Beberapa jenis termasuk distrofi otot Becker, distrofi otot
bawaan, distrofi otot Duchenne dan distrofi otot Facioscapulohumeral. Penyakit
lain dari otot (miopati) dapat disebabkan sebagai efek samping yang jarang dari
obat (misalnya, obat penurun kolesterol yang dikenal sebagai statin), penyakit
autoimun seperti polimiositis atau polymyalgia rheumatica atau gangguan
hormonal seperti hipotiroidisme.
Miopati
Manifestasi klinis miopati
1. Kelemahan otot proksimal
2. Waddling kiprah
3. Kesulitan memanjat tangga
4. Kesulitan mengangkat lengan di atas kepala
5. Kram dengan miopati metabolik
6. Mialgia dengan miopati inflamasi
7. Menelan dan kesulitan bernapas, saat ini, biasanya terlambat
4. Penyakit otot
Klasifikasi Penyakit Otot
1. Distrofi
Duchenne Muscular Dystrophy
Dystrophy myotonic
2. Bawaan miopati
Glikogenosis
Mitokondria
3. Acquired miopati
Polimiositis
Dermatomiositis
Miositis badan inklusi
Obat terkait
4. Duchenne Muscular Dystrophy
X-linked resesif
Tidak adanya protein distrofin
Lambat untuk mencapai tonggak bermotor, sxs pada usia 5
- Semua berjalan, tidak pernah bisa berjalan
- Berakhir di kursi roda pada usia 10-12
- Steroid dapat menunda waktu sampai terikat kursi roda
Otot digantikan oleh lemak dapat muncul hipertrofik
Sering agak mengalami keterbelakangan mental
Harapan hidup <20 tahun dengan kematian yang berhubungan dengan
kegagalan pernafasan atau kardiomiopati.
Sumber :
R, Michael. Overview of Neuromuscular Junction Disorders. Merck Manual. 2008.
Pernodjo Dahlan.2010. Materi Lecture : Neuromuscular disease. Bag/SMF Penyakit
Saraf. FK UGM/RS Dr. Sardjito : Yogyakarta
Manajemen Nyeri
a. Terapi Farmakologik
Analgesik Nonopioid: Obat Antiinflamsi Nonsteroid (OAINS)
Untuk nyeri akut derajat ringan. Aspirin, Ibuprofen, Asetaminofen.
Analgesia opioid
Digunakan dalam piñatalaksanaan nyeri sedang sampai berat. Obat-obat ini
merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pascaoperasi dan nyeri terkait
dengan kanker. Morfin
Antagonis dan Agonis-Antagonis Opioid
Obat yang melawan efek obat opioid dengan mengikat reseptor opioid dan
menghambat pengakktivannya. Nalokson, Talwin, Stadol.
b. Terapi Nonfarmakologik
Terapi dan Modalitas Fisik
Untuk meredakan nyeri mencakup beragam bentuk stimulasi kulit (pijat, stimulasi
saraf dengan listrik transkutis, akupuntur, aplikasi panas atau dingin, olahraga).
Dasar dari stimulasi kulit adalah teori pengendalian gerbang pada transmisi nyeri.
Stimulasi kulit akan merangsang serat-serat berdiameter kecil non-nosiseptif yang
berdiameter besar untuk “menutup gerbang” bagi serat-serat berdiameter kecil
yang menghantarkan nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi. Pijat dapat dilakukan
dengan jumlahbtekanan dan stimulasi yang bervariasi terhadap berbagi titik-titik
pemicu miofasial diseluruh tubuh . untuk mengurangi gesekan digunakan minyak
atau losion. Pijat akan melemaskan otot dan meningkatkan sirkulasi local.
Stimulasi saraf dengan listrik melalui kulit (TENS atau TNS) terdiri dari suatu
alat yang digerakkan oleh batere yang mengirim impuls listrik lemah melalui
elektroda yang diletakkan di tubuh. Elektroda umumnya diletakkan diatas atau
dekat dengan bagian yang nyeri.
Stretegi Kognitif-Perilaku
Bermanfaat dalam mengubah persepsi pasien terhadap nyeri, mengubah perilaku
nyeri, dan memberi pasien perasaan yang lebih mampu untuk mengendalikan
nyeri. Strategi-strategi ini mencakup relaksasi, penciptaan khayalan (imagery),
hypnosis, dan biofeedback.
Prosedur Ablatif pada Jaur Nosiseptif
Interupsi jalur nyeri oleh teknik-teknik kimiawi atau termal atau dengan
pembedahan. Dengan demikian, ablasi secara permanen menghambat jalur-jalur
saraf ke otak dengan menghancurkan saraff yang menjadi sumber nyeri kronik.
Satu-satunya nyeri nonkanker yang saat ini diatasi dengan teknik ablasi adalah
neuralgia trigeminus (NT), yang mungkin disembuhkan dengan ablasi nervus
kranialis V secara bedah.. indikasi melakukan hal ini ada empat yaitu, (1) apabila
terapi sistemik gagal untuk mengendalikan nyeri secara adekuat atau efek
samping tidak dapat ditoleransi; (2) setelah pemberian obat neuraksial gagal; (3)
apabila terdapat lesi somatic fokal, nyeri visera atau neuropatik yang sangat
mungkin berespons baik terhadap neuroblasi dengan resiko terbats; atau (4)
apabila keinginan pasien mengarah kepada ablasi. Prosedur mungkin berupa
interupsi di satu dari tiga tingkatan: akar saraf perifer (neurektomi, rizotomi,
simpatektomi), korda spinalis (kordotomi), atau otak (talamotomi).
4. Apakah pengaruh kondsi muculoskeletal kronis yang mengganggu fungsi terhadap suatu
individu?
Jawab :
Secara fungsional ankle merupakan daerah yang menerima beban dari seluruh tubuh baik
pada saat berdiri maupun berjalan, sehingga daerah ankle cenderung mengalami
gangguan akibat truma mekanik. Pada umumnya, trauma yang terjadi pada ankle sering
menimbulkan sprain ankle, yang dikenal orang awam sebagai keseleo. Sprain ankle
merupakan kondisi terjadinya over stretch pada ligamen lateral komplek ankle yang
disebabkan oleh gerak inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba. Kondisi ini menyebabkan
problem nyeri dan bengkan pada sisi lateral ankle serta penurunan fungsi berjalan.
Kondisi ini sering terjadi pada olahragawan seperti pemain sepak bola, atletik, pesenam
pada kelompok kebugaran dan lain-lain. Sprain ankle umumnya merupakan kondisi nyeri
akut, tetapi dapat menjadi kondisi kronik jika terjadi repetetif sprain. Kronik sprain ankle
dengan probem nyeri kronik dapat diterapi olehmmodalitas ultra sonik sebagai modalitas
tambahan terhadap intervensi MWD. Dengan penambahan terapi ultra sonik terhadap
intervensi MWD pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil penurunan nyeri yang
lebih bermakna datri pada interfensi MWD saja pada kelompok kontrol. Hal ini
disebabkan oleh efek mekanik dari ultra sonik dan efek termal dari MWD sangat
mempercepat proses penyembuhan jaringan dan penurunan nyeri. Dapat dilihat dari hasil
uji analisi hipotesis yang menunjukkan bahwa interfensi ultra sonik dan MWD
memberikan penurunan nyeri yang sangat bermakna dengan nilai p=0,000 dibandingkan
dengan interfensi MWD saja.
Indikasi:
- fraktur yang tidak dapat sembuh atau bahaya vaskular nekrosis tinggi
- fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
- fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
2.Reposisi tertutup
-reposisi tertutup
-fiksasi eksterna
-reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi eksterna
Pada fiksasi eksterna bagian tulang yang fraktur dipertahankan dengan transfixing
screw atau tension wire, yang dilekatkan melalui tulang di atasnya dan dibawah
dari fraktur dan mengaitkannya pada suatu external frame. Biasanya hal ini
dilakukan pada fraktur tibia dan pelvis tetapi metode ini juga digunakan pada
fraktur femur, humerus dan distal radius.
Indikasi dilakukan external fiksasi adalah: fraktur yang disertai dengan kerusakan
berat dari jaringan lunak fraktur dengan cedera saraf atau pembuluh darah fraktur
comminuted yang berat dan tidak stabil fraktur pelvis fraktur dengan infeksi, yang
dengan internal fixation tidak bisa multipel trauma dengan komplikasi serius
sumber: www.faculty.southwest.tn.edu
a. Rekayasa Teknik, Rekayasa teknik dibagi menjadi 4 sub kategorikal, yakni eliminasi,
substitusi, partisi, dan ventilasi.
4) Ventilasi, yaitu tindakan menambah ventilasi untuk ruang yang memiliki paparan debu
tinggi dan resiko paparan bahan asing lain yang tinggi. Bisa juga diartikan
sebagai penangkal dari suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin.
Sumber :
Armis, MD, SpB, SpBO . 2013. BUKU AJAR TRAUMA MUSKULOSKELETAL. FK
UGM : Jogjakarta.
Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed union,
dan non union.
a. Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak seharusnya. Malunion merupaka penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion
dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
b. Delayed Union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan fraktur
berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
c. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseuardoarthrosis.
sumber :
smeltzer.s.c, 2014, keperawatan medical bedah brunner & suddarth, edisi 12, egc
Jakarta.
Price, Anderson,S dan Wilson, L. M. C, 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Edisi 6, Vol 2, Alih bahasa, Brahm U. Pendit, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Diketahui bahwa trauma pada sistem muskuloskeletal dapat terjadi pada tulang seperti
fraktur, pada sendi sehingga menimbulkan subluksasidislokasi, fraktur-dislokasi, fraktur
intra-artikular dan instabilitas sendi, pada jaringan lunak otot, tendo, ligamen, meniskus
dan pada neuro-vaskular. Tujuan tindakan setiap penderita trauma pada umumnya adalah
life saving dan life limb dalam artian memaksimalkan survival penderita, dan save joint
agar outcome fungsinya tercapai optimal juga. Trauma atau penyakit pada
muskuloskeletal dalam kondisi tertentu memerlukan penanganan secepatnya, bila tidak
dilakukan maka dapat berakibat kerusakan atau gangguan fungsi (impairment).
Kebutuhan oksigen penderita adalah prioritas utama dan sangat diperlukan secepatnya
sebagai save life, bila ini tidak tercapai maka kerusakan otak penderita menjadi
irreversible. Oleh karena itu tindakan memperbaiki jalan napas, respirasi penderita dan
sirkulasi darah yang akan mendistribusi oksigen ke organ-organ atau ke jaringan perifer
merupakan tindakan utama dan sangat diperlukan. Berkurangnya jumlah oksigen di
perifer akibat gangguan distribusi / sirkulasi akan mengakibatkan sok. Penyebab sok pada
trauma umumnya akibat perdarahan, , tapi dapat juga akibat dan jantung itu sendiri tidak
mampu mendistribusikan darah ke perifer sehingga disebut sok kardiogenik seperti
cardiac tamponade atau trauma tulang belakang yang menyebabkan hilangnya tonus
vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi perifer dan disebut sok neurogenik. Komplikasi
trauma yang dikerjakan segera (emergency) seperti sindrom kompartemen pada trauma di
tungkai bawah segera dilakukan. Apabila tidak segera maka jaringan akan nekrosis dan
diganti dengan jaringan fibrosis. Apabila gejala 5 P (pulseless, pain, paresthesie, paralyse
dan pallor.) terjadi maka kerusakan jaringan lunak tersebut menjadi irreversible.
Dislokasi dapat menimbulkan teregangnya neurovaskular di sekitar sendi, dan iskhemia
permukaan sendi dan dapat berakhir dengan amputasi. Oleh sebab itu Anda harus
melakukan reposisi secepatnya, sehingga degenerasi sendi atau gangguan fungsi dapat
dikurangi. Fraktur tersembunyi bila terjadi kelambatan diagnosis akan mengakibatkan
peningkatan kejadian morbitas. Lebih 20% fraktur skapoid tidak teriihat di radiograph,
dan fraktur akan teriihat setelah proses dekalsifikasi terjadi yaitu 10 hari atau 2 minggu
pasca trauma.
Sumber :
Armis, MD, SpB, SpBO . 2013. BUKU AJAR TRAUMA MUSKULOSKELETAL. FK
UGM : Jogjakarta
Sumber :
Armis, MD, SpB, SpBO . 2013. BUKU AJAR TRAUMA MUSKULOSKELETAL. FK
UGM : Jogjakarta
11. Apa prioritas pemeriksaan penunjang yang didahulukan supaya prognosisnya bisa lebih
baik ?
Jawab :
1. Laboratorium : Darah rutin , factor pembekuan darah , golongan darah , cross test ,
urianalisa
2. Radiologis : untuk lokasi AP/L , Memuat dua sendi proksimal dan distal fraktur ,
memuat gambaran foto dua ekstremitas yaitu yang cedera dan yang tidak terkena
cedera . Sesudah tindakan dan sebelum tindakan .
Sumber : Lavy CBD , Barret DS.Ortopedi Dan Fraktur Sistem Apley Ed.7.Widya Medika
. Jakarta
2. Selain kasus open fraktur dan kompartemen sindrom, kejadian dislokasi dan fractur
dislokasi juga bisa ditemui di IGD. Pada keadaan normal cartilage mendapat nutrisi dari
cairan synovial yang berasal dari darah yang sudah tersaring eritrositnya, terjadi diffusi
masuk ke joint space bila terjadi mekanisme gerak sendi. Saat dislokasi nutrisi terhenti.
Cartilage yang mati sulit regenerasi. Penanganan dislokasi adalah segera reposisi dan
stabilisasi 2-3 minggu.
3. Selain kasus kasus di atas, lesi vasculer besar juga termasuk dalam emergency
orthopedics. Lesi vaskuler besar yang tersering adalah arteri poplitea dan arteri radialis,
juga plexus vein sacral pada sacro iliac disruption atau unstable pelvis atau fractur
malgaigne. Kasus emergency ortopedic lain adalah septic arthritis. Pasien akan
mengalami panas badan , nyeri sendi sangat hebat bila digerakkan. Area yang sering
terkena septic artritis adalah sendi panggul (coxitis) dan lutut (gonitis). Pus yang ada
dalam sendi akan merusak sendi, bila tidak segera ditangani, maka arthrotomi pilihan
terapi septic artritis pada sendi yang rusak.
5. Fraktur pelvis dapat bersifat unstable apabila cincin pelvis mengalami kerusakan pada
2 tempat atau lebih, biasanya terjadi karena high energy injury. Pada daerah pelvis
terdapat plexus plexus vena, jika ada trauma seringkali menyebabkan pecahnya
pembuluh darah ini, dan pendarahan baru berhenti jika cavum pelvis terisi penuh
dengan darah. Pada fraktur unstable, pendarahan tidak berhenti karena pelvis tidak
terfiksasi dengan sempurna.
6. Fat emboly sering terjadi 3-5 hari sesudah fraktur tulang panjang (femur & tibia). Fat
globule dari sumsum tulang masuk sirkulasi dan bila masuk ke otak akan mengganggu
kesadaran, serta bila masuk paru mengakibatkan sesak. Pertolongan fat emboli adalah
oxygenasi dengan PEEP (positive expirasi end pressure) respirator dan heparin atau
antikoagulan. Diharapkan dengan mengetahui penanganan awal kasus emergency
ortopedic dapat menyelamatkan nyawa (life threatening ) dan yang menyelamatkan
extremitas (save the limb).
Sumber : Armis, MD, SpB, SpBO . 2013. BUKU AJAR TRAUMA MUSKULOSKELETAL.
FK UGM : Jogjakarta.
LEARNING OBJECTIVE
“Peristiwa Mtantimali”