Wrap Up SK 2 Urin A11
Wrap Up SK 2 Urin A11
ANYANG-ANYANGAN
Seorang perempuan muda, usia 23 tahun, belum menikah, datang ke dokter puskesmas
dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini
dirasakan sejak dua hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali
nyeri tekan supra pubik. Pada pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan peningkatan
leukosit. Kemudian pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.
1
KATA SULIT
Anyang-anyangan : rasa ingin berkemih terus menerus lebih dari 2-3 kali
dalam satu waktu, kadang-kadang disertai nyeri.
Supra pubik : daerah di atas os pubis.
Puskesmas : organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau
oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Pemeriksaan kultur urin : penumbuhan di media kultur untuk melihat
mikroorganisme.
PERMASALAHAN
2
HIPOTESIS
3
SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Vesika Urinaria dan Uretra
LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Vesika Urinaria dan Uretra
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Vesika Urinaria dan Uretra
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Proses Berkemih
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Reflex Berkemih
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi dan Faktor Resiko Infeksi Saluran
Kemih
LO 3.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan Pathogenesis Infeksi Saluran
Kemih
LO 3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Infeksi
Saluran Kemih
LO 3.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.8. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Terapi ISKB
LO 4.1. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana
LO 4.2. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Kultur Urin
LI 6. Memahami dan Menjelaskan Ruksah dalam Thaharah
4
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Vesika Urinaria dan Uretra
LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Vesika Urinaria dan Uretra
a. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria
cukup baik untuk menyimpan urine. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat.
Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya. Vesica
urinaria yang kosong pada dewasa seluruhnya terletak di dalam pelvis; bila vesica urinaria
terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak kecil, vesica
urinaria yang kosong menonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas
melebar, vesica urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang
dewasa.
Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies
superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum.
Vesica Urinaria mempunyai 4 bagian, yaitu :
Apex vesicale, dihubungkan ke cranial oleh urachus sampai ke umbilicus membentuk
ligamentum vesico umbilicale mediale.
Corpus vesicae, antara apex dan fundus.
Fundus (basis) vesicae, sesuai dengan basis.
Cervix vesicae, sudut caudal mulai uretra dengan ostium uretra internum.
Lapisan dalam vesica urinaria pada muara masuknya ureter terdapat plica ureterica yang
menonjol. Ketika VU ini kosong maka plica ini terbuka sehingga urin dapat masuk dari ginjal
melalui ureter, sedangkan ketika VU penuh maka plica ini akan tertutup karena terdorong
oleh urin sehingga urin tidak akan naik ke atas ureter.
Membran mukosa VU pada waktu kosong membentuk lipatan yang sebagian
menghubungkan kedua ureter membentuk plica interureterica. Bila dihubungkan dengan
ostium uretra internum maka akan membentuk segitiga yang disebut trigonum vesicae
(litaudi). Lapisan otot VU terdiri dari 3 otot polos membentuk trabekula yang disebut
m.Destrusor vesicae yang akan menebal di leher VU membentuk sfingter vesicae.
▲
Gambar 1-1. Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari ventral
5
Berasal dari Aa.Vesicalis superior dan A.vesicalis inferior cabang dari A.iliaca interna,
sedangkan pembuluh baliknya melalui V.vesicalis menyatu disekeliling VU membentuk
plexus dan akan bermuara ke V.iliaca interna .
▲
Gambar 1-2. Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari dorsal
b. Urethra
Urethra masculina
Urethra masculina panjangnya sekitar 15-20 cm dan
terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium
urethra externum pada glans penis. Urethra masculina
dibagi menjadi tiga bagian: (1) pars prostatica, (2) pars
membranacea, dan (3) pars spongiosa.
Urethra pars prostatica panjangnya 3 cm dan
berjalan melalui prostat dari basis sampai apexnya.
Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan
yang paling dapat dilebarkan dari urethra. Pada bagian
ini bermuara ductus ejaculatorius dan saluran keluar
kelenjar prostat.
Urethra pars membranacea panjangnya sekitar 1,25
cm, terletak di dalam diaphragma urogenitale, dan
dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian
ini merupakan bagian urethra yang paling tidak bisa
dilebarkan.
▲
Gambar 1-3. Urethra masculina
Urethra pars spongiosa panjangnya sekitar 15,75 cm dan dibungkus di dalam bulbus dan
corpus spongiosum penis. Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit dari
6
seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk fossa
navicularis (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra pars
spongiosa distal dari diaphragma urogenitale.
Urethra feminina
Panjang urethra feminina + 3,8 cm. Urethra terbentang dari collum vesicae urinaria sampai
ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal dari
clitoris. Urethra menembus musculus sphinter urethrae dan terletak tepat di depan vagina. Di
samping ostium urethrae externum, terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis.
Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.
▲
Gambar 1-4. Urethra feminina
Vaskularisasi Urethra
Arteria dorsalis penis dan arteria bulbourethralis yang merupakan cabang dari arteria
pudenda interna.
Persarafan Urethra
Persarafan urethra diurus oleh nervus dorsalis penis yang merupakan cabang-cabang dari
nervus pudendus.
VESIKA URINARIA
Tunika mukosa VU dilapisi oleh epitel transisional dengan ketebalan 5-6 lapisan, namun pada
saat sel meregang menjadi 2-3 lapisan. Pada permukaan sel dapat ditemukan sel payung.
Tunika muskularisnya terdiri dari 3 lapisan otot yaitu bagian luar terdapat otot polos tersusun
secara longitudinal, bagian tengan terdapat otot polos tersusun secara sirkular dan bagian
dalam tersusun otot polos tersusun secara longitudinal.
7
▲
Gambar 1-5. Vesika Urinaria
URETRA
Uretra Wanita
Dilapisi oleh epiter berlapis gepeng dan
terkadang ada yang dilapisi oleh epitel
bertingkat toraks. Ditengah-tengah uretra
terdapat sfingter eksterna / muscular
bercorak.
Uretra Pria
Pada pars prostatica dilapisi oleh epitel
transisional. Pada pars membranaceae
dilapisi oleh epitel bertingkat toraks. Pada
pars spongiosa umumnya dilapisi oleh epitel
bertingkat torak namun diberbagai tempat
terdapat epitel berlapis gepeng.
▲
Gambar 1-6. Urethra
8
rongga kandung kemih. Susunan anatomis ini mencegah aliran balik urin dari kandung kemih
ke ginjal ketika terjadi peningkatan tekanan di kandung kemih.
Ketika kandung kemih terisi, ujung ureter yang terdapat di dinding kandung kemih tertekan
dan menutup. Tapi urin masih tetap bisa masuk ke kandung kemih, karena kontraksi ureter
menghasilkan tekanan yang cukup besar untuk mendorong urin melewati saluran yang
tertutup. Lapisan epitel kandung kemih (epitel transisional) mampu meningkatkan atau
mengurangi luas permukaan melalui proses teratur daur membran saat kandung kemih terisi
atau kosong.
Daya tampung kandung kemih berkisar 250-400ml, semakin banyak terisi urin maka volume
di dalam kandung kemih juga semakin besar dan semakin besar pula tingkat pengaktifan
reseptor regang.
Aktivasi reseptor regang→ke serat-serat aferen→korda spinalis→antar neuron→rangsang
parasimpatis→hambat neuron motorik yang persarafi sfingter eksterna, kedua sfingter
terbuka dan urin terdorong keluar menuju uretra karena gaya kontraksi kandung kemih.
9
Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis
bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
(normal: tidak nyeri).
10
LO 3.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih
Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering
terjadi pada masa kehamilan. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan
pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%.
Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik
anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.Sekitar 15% wanita, mengalami paling sedikit
satu kali serangan akut inferksi saluran kemih selama hidupnya. Sebagian besar infeksi
tersebut adalah asimtomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan
meningkat sampai 10% pada resiko tinggi.
Namun pada masa neonatus , ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%)
yang tidak menjalani sirkumsisi daripadi bayi perempuan (0,7%) . Dengan bertambahnya usia
insiden ISK terbalik, yaitu pada masa usia sekolah, ISK pada anak perempuan 36%
sedangkan pada nak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada usia remaja anak perempuan
meningkat sampai 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 tahun
adalah 5-6% dan angka tersebut meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut
LO 3.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi dan Faktor Resiko Infeksi Saluran
Kemih
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni
usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata
Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian
juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam
urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella,
nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien-
pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat pengobatan
antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida
albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen.
(%)
11
4. Pseudomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci sp. 2-10
7. Candida albicans 1-2
8. Staphylococcus aureus 1-2
A. Enterobacteriacea
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar manusia dan hewan,
tanah, dan air. Enterobacteriaceae adalah kuman berbentuk batang pendek dengan
ukuran 0,5 um x 3,0 um negatif gram tidak berspora, gerak positif dengan flagel peritrik
(Salmonella, Proteus, Escherichia) atau gerak negatif (Shigella, Klebsiella), mempunyai
kapsul/selubung yang jelas seperti pada Klebsiella atau hanya berupa selubung tipis pada
Escherichia atau tidak berkapsul sama sekali. Sebagian besar spesies mempunyai fili atau
fimbriae yang berfungsi sebagai alat perlekatan dengan bakteri lain.
Contoh Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemih
1. Escherichia coli
Morfologi
Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u x 0,4 sampai 0,7 u;
gram-negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora.
Patogenisitas
Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan
merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda.
Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria. Nyeri
pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Tak satupun dari gejala
atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli. Infeksi saluran kemih dapat
mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda khusus sepsis.
E.coli yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan
infeksi disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K
tampaknya penting dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis berhubungan
dengan jenis philus khusus, philus P yang mengikat zat golongan darah P.
Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi dapat
terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat dan kehamilan.
E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-
jenis pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya piolonefritis.
2. Klebsiella
Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan
bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir
saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak,
bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar
yang daya lekatnya berlainan.
3. Enterobacter aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti dalam
saluran usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran kemih terjadi
melalui infeksi nosokomial.
4. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi luka, infeksi telinga atau saluran
napas. Spesies proteus dapat menyebabkan infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu
meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan
12
menyebabkan bakterimia, pneumonia dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada
penderita yang menerima infus intravena.
P.mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi
lainnya. Karena itu, pada infeksi saluran kemih oleh Proteus urine bersifat basa, sehingga
memudahkan pembentukan batu dan praktis tidak mungkin mengasamkannya. Pergerakan
cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan dalam invasinya terhadap saluran kemih.
Spesies Proteus menghasilkan urease mengakibatkan hidrolisis urea yang cepat dengan
pembebasan amonia.
B. Pseudomonas aeroginosa
P.aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal,
misalnya bila selaput mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan kulit langsung. Pada
pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat netropenia, misalnya
pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit dan
menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh phili,
enzim dan toksin.
C. Enterococcus faecalis
Terdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus faecalis merupakan yang paling
sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. Enterokokus adalah yang paling sering
menyebabkan infeksi nosokomial.
13
o Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
o Adanya hambatan pada aliran urin
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
14
o Infeksi komunitas. Infeksi ini terjadi saat seseorang tidak dalam penanganan fasilitas
medis. Pada infeksi ini rasio wanita lebih banyak dari laki-laki
o Infeksi nosokomial. Infeksi ini terjadi pada pasien dalam penanganan fasilitas medis
seperti rumah sakit atau ruang parawatan. Biasanya terjadi pada pasien dengan
pemasangan kateter
Sistitis noninfeksius
Meskipun sistitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, ada banyak faktor noninfeksius
yang meyebabkan saluran kemih mengalami inflamasi. Diantaranya adalah :
o Interstitial cystitis. Penyebab dari inflamasi kronik saluran kemih ini masih belum
dapat diketahui. Kebanyakan diderita oleh wanita dan merupakan penyakit yang sulit
didiagnosis dan diobati
o Cystitis associated with other conditions. Sistisis dapat disebabkan oleh komplikasi
dari penyakit lain seperti kanker ginekologi, kelainan peeradangan pelvis, endometriosis,
Crohn's disease, diverticulitis, lupus or tuberculosis.
Secara Anatomi
ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
Perempuan
15
o Sistitis adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
o Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril).
Laki-laki
o Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.
ISK atas
Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.
Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan
ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
- Klinis
o ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak
hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
o ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-
anak, laki-laki, atau ibu hamil.
16
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,
karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus
infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara
hematogen adalah Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan
Proteus sp.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu
jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut
:
Adanya bendungan total aliran urin
Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi
obat intratubular, misalnya sulfonamide
Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh darah
Pemakaian obat analgetik atau estrogen
Pijat ginjal
Penyakit ginjal polikistik
Penderita diabetes melitus
2. Infeksi asending
17
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita daripada
laki-laki disebabkan karena :
Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan
antibakteri yang kuat
2) Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin.
Selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluarann urin.
18
LO 3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Infeksi
Saluran Kemih
Manifestasi klinis
Gejala – gejala dari cystitis sering meliputi:
· Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
· Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
· Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
· Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
· Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
· Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
· Rasa sakit pada daerah di atas pubis
· Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
· Demam
· Anak – anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang nyata, seperti
lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat berkemih.
· Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
· Sering berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal. Gejala –
gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam,
kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk
dalam infeksi saluran kemih.
19
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya,
namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
· Desakan yang kuat untuk berkemih
· Rasa terbakar pada saat berkemih
· Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
· Adanya darah pada urin (hematuria)
Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan gejala yang spesifik,
tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:
1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa
salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta
mual atau muntah.
2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat
urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Untuk anak – anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2. seringnya berkemih
3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin
berjumlah sedikit (oliguria)
4. tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5. rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang dewasa,
meliputi:
1. rasa sakit pada punggung
2. adanya darah pada urin (hematuria)
3. adanya protein pada urin (proteinuria)
4. urin yang keruh
5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. demam
7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. tidak nafsu makan
9. lemah dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
20
11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya: pyelonephritis)
pada orang dewasa, meliputi:
1. kedinginan
2. demam tinggi dan gemetar
3. mual
4. muntah (emesis)
5. rasa sakit di bawah rusuk
6. rasa sakit pada daerah sekitar abdome
Merokok, ansietas, minum kopi terlalu banyak, alergi makanan atau sindrom pramenstruasi
bisa menyebabkan gejala mirip infeksi saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih pada bayi
dan anak kecil. Infeksi saluran kemih pada bayi dan anak usia belum sekolah memilki
kecendrungan lebih serius dibandingkan apabila terjadi pada wanita muda, hal ini disebabkan
karena memiliki ginjal dan saluran kemih yang lebih rentan terhadap infeksi.
Anamnesis :
ISK bawah : frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik.
ISK atas : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah,
hematuria.
Pemeriksaan fisik : febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut
kostovertebra.
Pemeriksaan penunjang
o Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah,
pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan perempuan
yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih
adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah
(midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril
pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara
pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain
karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica
urinaria. Yang dinilai adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan
infeksi saluran kemih. Positif bila ditemukan 5-10 per lapang pandang sedimen urin.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan olehStamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara
dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi
saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin
atau > 10.000 per ml urin.
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain :
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
21
Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis
akut
Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan
dengan proteinuria nefrotik.
d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi
saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
o Bakteriologis
a) Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan
gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.
b) Biakan bakteri
Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik >100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter >20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah >100.000 cfu/ml
Pemeriksaan penunjang lainnya :
1) Tes Kimiawi
Dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai
adalah tes reduksi griess nitrate (untuk bakteri gram negative). Dasarnya adalah sebagian
besar mikroba kecualienter ococci mereduksi nitrat. Batasannya bila ditemukan bakteri
>100.000. Kepekaannya mencapai 90% dengan spesifitas 99%.
22
Pemeriksaan tersebut antara lain berupa :
a. Foto polos abdomen
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak
b. Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi system
pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode infeksi saluran kemih
yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi
saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan, lebih dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat
mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu
radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada
penderita yang berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl,
dan pada keadaan dehidrasi.
c. Sistouretrografi saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral, terutama pada anak –
anak.
d. Ultrasonografi ginjal
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan bentuk
ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.
e. Pielografi antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan mengandung
factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada refluks vesikoureteral dan
pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari factor predisposisi infeksi saluran kemih.
f. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim ginjal, termasuk
mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan
adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan
ini lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan potensi
nefrotoksisitas.
g. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan
skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan
ini terutama digunakan untuk anak – anak dengan infeksi saluran kemih akut dan
biasanya ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih
sensitif untuk deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.
Gejala pada bayi baru lahir timbul demam, hipotermia, nafsu makan (ASI) yang
menurun, ikterus, kegagalan pertumbuhan atau sepsis pada bayi timbul demam yang tidak
diketahui sebabnya, berkurangnya nafsu makan yang mengakibatkan kegagalan
pertumbuhan, kesakitan waktu kencing, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah timbul nyeri abdominal, muntah, demam, kesakitan waktu
kencing, urgensi, frekuensi sampai disuria.
Pada anak usia sekolah timbul tanda klasik dari ISK, meliputi : urgensi, frekuensi
sampai disuria, demam, atau nyeri panggul. Kadang-kadang anak dengan ISK bakterial
disertai dengan cystitis hemoragik. Semua grup umum diatas bila menderita ISK asimtomatik
dapat menyebabkan kerusakan ginjal terutama pada bayi dan anak kemungkinan dapat
berkembangmenjadi refluks vesikourethral. Anak penderita ISK yang disertai dengan demam,
nyeri panggul, nyeri abdominal, maningkatnya lekosit PMN di dalam darah, peningkatan
jumlah sedimen, atau peningkatan c-reaktive protein biasanya membuktikan adanya
pyelonefritis. Anak yang menderita ISK asimtomatik dan disertai adanya infesi traktus
23
urinarius bagian bawah yang bisa pula disertai dengan infeksi traktus urinarius bagian atas
yang asimtomatik,hati-hati terhadap anak yang mempunyai tanda klasik dan cystitis sering
kali bukan ISK tetapi karena iritasi urethral atau karena sebab lain misalnya vaginitis.
Hasil laboratorium ISK cystitis :
1. Urin keruh berbau busuk
2. Protein < 0,5 g/dl
3. Terdapat sedikit kandungan darah
4. Nitrit positif : adanya enzim nitrat reduktase dari MO yang mereduksi nitrat menjadi
nitrit
5. Lekosit esterase positif :deteksi sensitif dan spesifik adanya piuria
6. Sedimen : kenaikan lekosit, bakteri, eritrosit, epithel transitional
DIAGNOSIS BANDING
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia, jamur,
schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun, hipersensitivitas)
sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis interstisial ( PBS / IC).
2. Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan; gagal ginjal ,
pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric); sepsis, atau sindrom sepsis, syok
septik, dan kegagalan multiorgan sistem.
3. Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung kemih ke
saluran kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa kecil.Keberadaannya
adalah patologis, dan merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk anak usia
jaringan parut ginjal dan gejala sisa.
4. Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing, dari ginjal ke
meatus uretra.Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran kemih,
kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin, sepsis atau kematian. Gejala hematuria mungkin
ada dengan atau tanpa infeksi.
24
a. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi
dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak
menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
b. ISK tipe berkomplikasi (uncomplicated)
1) ISK selama kehamilan
2) ISK pada DM. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan ISK lebih
sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah
terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal
kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati:
pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension
ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral palsy, fetal
death.
Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefrik
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal
kronik
Berdasarkan Klinis
Tanpa komplikasi : sistitis pada wanita hamil kelainan neurologis atau struktural
yang mendasarinya
Dengan Komplikasi : infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK pada laki-laki,
atau perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau struktural yang
mendasarinya
25
Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).
Tata cara pengobatan :
Menggunakan pengobatan dosis tunggal.
Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.
Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.
Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.
Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika pemberantasan
(eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.
Non Medika Mentosa
Istirahat penting selama fase akut. Bila mual-mual dan muntah-muntah perlu
mendapatmakanan parenteral. Pasien dianjurkan minum banyak supaya jumlah diuresis
mencapai 2 liter per hari selama fase akut. Keuntungan minum banyak :
a. pertumbuhan mikroorganisme terutama E.colidapat dihambat
b. mengurangi resiko anuria selama pengobatan dengan sulfonamide
c. mikroorganisme banyak diekskresikan selama miksi.
Beberapa kerugian minum banyak :
a. pasien tidak istirahat karena sering kencing
b. mengurangi konsentrasi antibiotika dalamurin sehingga mengurangi efek terapeutik
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama
didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi.
Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta
perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi
dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum
yang spesifik terhadap mikroba pathogen.
TRIMETHOPRIM
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat enzim
dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari
folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan ekskresi
dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk
pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg
setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut (7,11)
Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.
26
TRIMETHOPRIM-SULFAMETHOXAZOLE
Nama Generik: Co-trimoxazoleIndikasi : Infeksi Saluran Kemih, Infeksi Saluran
Pencernaa, Infeksi Saluran Pernapasan, Infeksi kulit
Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat, anemia megaloblastik
Bentuk Sediaan:
o Tablet (80 mg Trimethoprim – 400 mg Sulfamethoxazole)
o Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim – 800 mg Sulfamethoxazole)
o Sirup suspensi (Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim – 200 mg
Sulfamethoxazole)
Dosis:
o Anak diatas 2 bulan : 6-12 mg trimethoprim/ kg/ hari, terbagi dalam 2 dosis (tiap
12 jam)
o Dewasa : 2 x sehari 2 tablet atau 2 x sehari 1 kaplet forte
Efek Samping : mual, muntah, hilang nafsu makan, kemerahan pada kulit
Resiko Khusus : defisiensi G6PD, defisiensi asam folat, wanita hamil dan menyusui,
gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.
CIPROFLOXACIN
Nama Generik : Ciprofloxacin
Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Sinusitis Akut, Infeksi Kulit, Infeksi Tulang dan
Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia Nosokomial
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan quinolon lain
Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg); Tablet lepas lambat (500
mg, 1000 mg)
Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam
Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri perut, sakit kepala, susah tidur,
jantung berdebar-debar, halusinasi
Resiko Khusus : Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan menyusui.
AMPICILLIN
Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.
Efek:
Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan yang
bersifat sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus. Umumnya
pengobatan tidak perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih kembali 3 - 5
hari setelah pengobatan dihentikan.
FLUOROQUINOLON
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat
topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah
relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi
normal. Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif
termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral,
Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh
dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Fluoroquinolon terutama
diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi glomerulus. Pada
insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
27
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare.Fluoroquinolon dapat
merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di
bawah umur 18 tahun.
NITROFURANTOIN
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif.
Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi
dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri
sistemik. Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi
saluran kemih pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari
setelah makan.
Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama, neuropati
LEVOFLOXACIN
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolone. Hampir sama baiknya dengan generasi
kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.
NORFLOXACIN
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk
infeksi saluran kemih.
Terapi ISK dewasa
28
29
Pilihan antimikroba berdasarkan Educated Guess (Farmakologi, FKUI)
Jenis infeksi Penyebab tersering Pilihan antimikroba
30
- Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum
- Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang)
sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
- Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih dan
jangan menunda membuang air seni, karena perbuatan ini justru merupakan penyebab
terbesar dari ISK; Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu
menghindari saluran urin dari bakteri.
- Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung
permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum
menggunakannya sebaiknya bersihkan dulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet
umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.
- Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah
shower atau keran.
- Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan
katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
- Bersihkan kulit di sekitar vagina dan anus secara rutin setiap hari.
- Buang air kecil sesegera mungkin setelah melakukan hubungan seksual. Minumlah
segelas air untuk membantu mengeluarkan bakteri.
- Tidak menggunakan spray deodoran atau produk sejenisnya pada alat kelamin. Produk-
produk ini bisa mengiritasi uretra dan juga kandung kemih.
- Hindari menggunakan celana dalam yang terlalu kencang dan memiliki sirkulasi udara
yang buruk.
- Antibiotik dosis rendah bisa terus diberikan untuk orang-orang yang sering mengalami
infeksi kandung kemih. Namun pemberiannya harus sesuai dengan petunjuk dokter.
- Krim estrogen untuk vulva atau estrogen suppositoria untuk vagina bisa diberikan untuk
wanita post-menopause dengan vaginitis atrofik atau uretritis atrofik dan sering
mengalami infeksi kandung kemih.
31
Salah satu agar pembiakan yang umum digunakan. Mengandung sel darah yang dapat
berasal dari hewan (misal: domba); banyak bakteri yang dapat tumbuh pada media ini.
2. Agar mac conkey
Media agar ini adalah media yang spesifik untuk pertumbuhan bakteri gram negatif. Yang
paling umum adalah E. coli, yang mana pada agar ini akan terlihat sebagai suatu koloni
berwarna merah karena adanya indikator pH. Ada dua versi agar ini: pertama, adalah yang
ditambahkan gula laktosa kedalamnya dan yang kedua tanpa penambahan gula. Karena E.
coli memfermentasi gula menjadi asam maka akan muncuk warna merah pada agar.
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih
merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 10 5 koloni/ml
urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK.
Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 10 3 koloni / ml urin, maka bakteri
yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara
uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan
kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan
urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi
pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang
terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal,klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan :Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renalatau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atauevaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
32
رواه أبببببببو داود. فاسببببببتمر فببببببى صببببببلتاه، وهببببببو يصببببببلى، وقببببببد أصببببببيب عببببببباد بببببببن بشببببببر بسببببببهام
وابن خزيمة والبخارى تاعليقا
"Ubad bin Basyar menderita penyakit mencret dan dia tetap melanjutkan shalatnya (dalam
keadaan mencret tersebut)."
Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai penyakit mencret,
keluar kentut/air kencing secara kontinyu tidak memiliki kewajiban untuk mengulang-ulang
wudhunya, namun tetap meneruskan shalat dalam keadaan tersebut.
Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam keadaan
salisul-baul:
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan semacamnya,
dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar hadas tersebut dengan
wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat seusai wudhu
dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika seseorang berwudhu di rumah
maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan tidak menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika melakukannya
sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di waktu shalat.
Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar air
kencing atau kentut dan lainnya maka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan
istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.
33
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, GF, dkk. 2008. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s: Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology) Ed. 23. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC
http://www.nytimes.com/health/guides/disease/cystitis-acute-bacterial/possible-
complications.html
http://www.nhs.uk/Conditions/Cystitis/Pages/Diagnosis.aspx
http://irma-r-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-44723-Umum-SISTITIS.html
http://edrinarina-edrina.blogspot.com/2012/02/askep-cystitis.html
http://medicastore.com/penyakit/86/Sistitis.html
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cystitis/basics/definition/con-20024076
Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis A, Stamm
WE. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract. N Engl J Med. 1996
Aug 15;335(7):468-74.
Junquira, LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas Edisi 10. Jakarta: EGC
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, edisi 2, ab. Brahm U. Pendit.
Jakarta: EGC
Sudoyo AW, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, edisi V jilid II Infeksi Saluran Kemih Pasien
Dewasa. Jakarta:Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
34
Sukandar, Enday. 2009. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam oleh
Sudoyo AW dkk Jilid II Edisi V. Jakarta: InternaPublishing
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam oleh Suyono HS. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI.
35