LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum masehi. Hal ini
dapat dibuktikan oleh pengairan sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah dunia.
Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan
nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian ini menimbulkan dari yang paling sederhana
Irigasi merupakan suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan cara membendung
sumber air. Upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia
modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman
dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber
mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Uji Konsistensi data adalah untuk menguji kebenaran dari data yang kita miliki, data
hujan disebut konsistensi apabila data yang terukur dan dihitung adalah teliti dan benar serta
e. Analisa statistik
Analisa statistik merupakan analisa yang paling sering digunakan dalam analisa uji
konsistensi data, salah satu metodenya adalah metode RAPS. Metode RAPS (Rescaled
Adjusted Partial Sums), merupakan pengujian konsistensi data dengan menggunakan data
dari stasiun itu sendiri, yaitu pengujian dengan kumulatif penyimpangan terhadap nilai rata-
rata dibagi dengan akar kumulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya
k
Sk* ¿ ∑ Y i−Y
i=1
Dengan :
K : 1, 2, 3,..... n
Sk *
Sk** ¿
Dy
2.3 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan total baik dari permukaan air, daratan, maupun dari
tumbuh-tumbuhan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi evapotranspirasi ini antara lain:
suhu udara, kembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, ketinggian
lokasi proyek, dan lain sebagainya. Di dalam perencanaan irigasi, penilaian jumlah air yang
dibutuhkan untuk suatu areal tidak memisahkan antara evaporasi dan transpirasi. Istilah yang
digunakan adalah ET, dan merupakan kombinasi antara evaporasi dan transpirasi. Oleh
karena air yang digunakan oleh tanaman untuk proses metabolisme hanya sedikit atau kurang
dari 1%, nilai tersebut diabaikan (Marjuki, 1993: 80).
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman
melalui evporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air
(vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang
penguapan ke atmosfer (vaporremoval). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan
seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi
adalah vaporasasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan
dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi
terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke
atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanaman (tanah) akan
ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman (Allen et al. 1998)
2.2.1 Evaporasi
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan
selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer
(vaporremoval). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai, lahan
pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Oleh karenanya, kondisi fisika yang
mempengaruhi laju evaporasi umum terjadi pada kedua proses alamiah tersebut. Faktor-
faktor yang berpengaruh antara lain cahaya matahari, suhu udara, dan kapasitas kadar air
dalam udara. Proses evaporasi yang disebutkan diatas tergantung pada jumlah air yang
tersedia (Asdak, 1995).
Penguapan air dapat dibedakan ke dalam penguapan internal dan penguapan eksternal.
Penguapan eksternal terjadi pada permukaan tanah (evaporasi) dan terjadi pada tanaman
(transpirasi), sedangkan penguapan internal terjadi dalam pori-pori tanah (Hakim dkk, 1986).
Air yang masuk ke dalam tanah sebagian dimanfaatkan tanaman untuk membentuk
bahan organik dalam proses fotosintesis, sebagian diuapkan melalui proses transpirasi. Air
yang masuk dalam tanah dapat tertahan dalam tanah sebelum diserap oleh tanaman, atau
bergerak ke atas melalui pipa kapiler kemudian menguap (Pairunan A.K dkk, 1997).
Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-
faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga berpengaruh terhadap
transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi dari permukaan tanah dan
transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi
(Hakim dkk, 1986)
2.2.2 Transpirasi
Transpirasi adalah vaporasasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air
tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi,
vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air
akan lepas ke atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanaman (tanah)
akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman.
Transpirasi adalah suatu proses ketika air diuapkan ke uadara dari permukaan
daun atau tajuk vegetasi. Oleh karenanya, faktor-faktor yang mengendalikan besar kecilnya
transpirasi suatu vegetasi adalah sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
evaporasi, yaitu radiasi panas matahari, suhu, kecepatan angina, dan gradient tekanan
udara. Dalam hal ini, besarnya transpirasi, dalam batas tertentu, juga dipengaruhi oleh
karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti struktur tajuk, perilaku pori-poeri daun, dan lain-
lain (Seyhan, 1990).
Selain harus memperhatikan jumlah air yang tersedia dan kemampuan atmosfer untuk
menyerap dan mengangkut uap air, masih harus mempertimbangkan mekanisme transpirasi
vegetasi. Beberapa teknik pengukuran transpirasi telah dilakukan pada beberapa jenis
tanaman dalam plot-plot percobaan. Teknik tersebut antara lain; (1). Plot pengukuran dengan
menggunakan alat lysimeter, (2). Pengukuran berkurangnya kelembaban tanah dalam plot
percobaan, (3). Pemangkasan cabang-cabang tanaman dan menimbangnya untuk mengukur
besarnya laju kehilangan air, dan (4). Menganalisis dengan menggunakan neraca air, (Asdak,
1995).
2.2.3 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman
melalui evporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air
(vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang
penguapan ke atmosfer (vaporremoval). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan
seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi
adalah vaporasasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan
dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi
terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke
atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanaman (tanah) akan
ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman (Allen et al. 1998).
Gambar
2.3 Major Climatic
Factor Influencing Corp Water Need
Sumber : http://fao.org
Evapotranspirasi terbagi atas beberapa jenis, yaitu Evapotranspirasi Potensial,
Evapotranspirasi Standar, Evapotranspirasi Tanaman, Evapotranspirasi Actual. Biasanya
untuk menganalisa debit andalan untuk mengethaui ketersediaan air, dipengaruhi oleh
evapotranspirasi potensial. Adapun metode yang digunakan untuk mencari nilai
evapotranspirasi potensial adalah metode penman yang telah dimodifikasidan Metode Blaney
Cridle.
Dengan :
ETo = c x ETo*
ETo* = W (0,75 Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
dengan :
W = faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi
Rs = radiasi gelombang pendek, dalam satuan evaporasi ekivalen (mm/hari)
= (0,25 + 0,54 n/N) Ra
R = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir atau angka
angot (mm/hari)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t).f(ed).f(n/N)
f(t) = fungsi suhu
= σ . T a 4
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi
pola tanam :
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola
tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim
tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas
pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah
lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).
2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga tiap petak mendapatkan air
sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu
lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam menetukan metode irigasi dan
untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan. Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk
usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan
dalam satu satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman
yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada
setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga
berbeda (Wirosoedarmo, 1985).
Ada dua hal pokok yang mendasari diperlukannya tata tanam, yaitu:
Mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Tata tanam adalah upaya
pengaturan air yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, jenis tanaman dan luas baku
sawah pada suatu lahan pertanian. Rencana tanam yang dilakukan agar tidak terjadi
kekacauan dalam pembagian dan pemberian air. Rencana tata tanam yang disusun meliputi
(Anonim, 1986):
a. Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada persediaan air untuk
tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air untuk tanaman berada dalam jumlah
besar, sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan menurun.
b. Topografi
Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut, berpengaruh terhadap suhu
dan kelembaban udara dimana keduanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
d. Jenis Tanah
e. Sosial Ekonomi
Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk dirubah, sebab
berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu jenis tanaman.
Tujuan pola tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefektif
mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan tujuan dari penerapan
pola tata tanam adalah sebagai berikut:
2. Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha pengelolaan air irigasi.
Berdasarkan pada tujuan pola tata tanam diatas ada beberapa faktor yang diperhatikan untuk
merencanakan pola tata tanam, yaitu:
1. Awal tanam
Wilayah Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Oleh karena
itu dalam pola tata tanam awal tanam merupakan hal yang penting untuk direncanakan. Pada
awal tanam, biasanya musim hujan belum turun sehingga persediaan air relatif kecil. Untuk
menghindari kekurangan air, maka urutan tata tanam pada waktu penyiapan lahan diatur
sebaik-baiknya.
2. Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berdeda-beda. Berdasarkan hal
tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus diatur agar kebutuhan air dapat terpenuhi.
Menurut (Soekarto, 1979), jenis tanaman yang diusahakan adalah :
a. Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama pertumbuhannya. Perkiraan
kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
b. Tanaman tebu
Selain tanaman padi, tanaman lain yang perlu diperhatikan dalam hal pengairan adalah
tanaman tebu. Tanaman tebu diberi air secukupnya pada musim kemarau tetapi tebu tidak
perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah 1,5 kali
kebutuhan air untuk tanaman palawija.
c. Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain: jagung, kedelai, tembakau, kapas, cabe,
kacang dan lain-lain. Tumbuhan tersebut biasanya ditanam dalam musim kemarau dan tidak
membutuhkan banyak air. Kebutuhan air untuk tanaman palawija adalah 0,2-0,25 l/dtk/ha.
3. Luas areal
Semakin luas areal persawahan yang diairi, maka kebutuhan air irigasi semakin banyak.
Pengaturan luas tanaman akan membatasi besarnya kebutuhan air tanaman. Pengaturan ini
hanya terjadi pada daerah yang airnya terbatas. Luas tanam juga mempengaruhi besarnya
intensitas tanam. Intensitas tanam adalah perbandingan antara luas tanam per tahun dengan
luas lahan.
Apabila debit yang tersedai cukup besar, maka hampir semua jenis tanaman dapat dipenuhi
kebutuhannya sehingga pada umumnya pemberian air dapat dilakukan terus-menerus.
a) Padi – Padi
Dalam pertanian, dikenal istilah jadwal tanam. Namun, masih banyak petani atau
pelaku di sektor pertanian yang mengenyampingkan istilah ini. Padahal, pengertian ini
memiliki peran yang memungkinkan pelaku di sektor pertanian mendapatkan arah budi daya
tanaman khususnya tanaman pangan. Hal ini seusai dengan apa arti jadwal tanam itu sendiri.
Jadwal tanam adalah waktu tertentu yang dijadikan sebagai tahap permulaan menanam
(mislanya padi dan sebagainya).
Koefisien tanaman adalah karakteristik dari tanaman yang digunakan untuk memprediksi
nilai evapotranspirasi. Koefisien tanaman (Kc) dihitung berdasarkan rasio dari
evapotranspirasi yang terukur berdasarkan pengamatan di suatu lahan dengan kondisi
vegetasi seragam dan air melimpah (ET), dengan evapotranspirasi referensi (ET 0). Jika
digambarkan dengan rumus:
Kc = ET/ET0
Setelah pemupukan, diusahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air meurut
kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu maka dilakukan penggantian air
sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm ( atau 3.3 mm/hari selama 0.5 bulan ) selama
sebulan dan 2 bulan setelah transplantasi. Perhitungan kebutuhan pada masa tanam
diuraikan secara mendetail secara berikut sehingga dapat dilihat perbedaannya pada
perhitungan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan, yaitu :
a. Menghitung curah hujan efektif (Re) dengan cara seperti yang sudah
diterangkan diatas.
IR = NFR/0.64
DR(a) = IR/8.64
2.5 Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana tanah dalam keadaan
jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi
akan diperoleh dari penelitiian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan
bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek maka pengukuran
laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung
sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Didaerah-daerah
miring, perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di
daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari
akibat perkolasi dan rembesan. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih
tinggi.
Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju
perkolaasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan
dianjurkan pemakaiannya. Pada laporan ini digunakan nilai perkolasi rata-rata yaitu 2
mm/hari.
Pengelolahan lahan dan persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan
penanaman pertanian karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya
mencapai keberhasilan penanaman pada pertanian. Pengelolahan lahan dan persemaian
betujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus
sehat dan subur. Lahan becocok tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai
media tumbuh tanaman padi. Tahapan pengolahan lahan, pada lahan basah/sawah.
b. Persemaian Tetap
Persemaian ini biasanya berukuran besar (luas) dan lokasinya menetap di suatu tempat,
dengan tujuan untuk melayani areal penanaman yang luas.
Curah hujan andalan adalah besarnya CH yang dapat diharapkan ada (dapat
diandalkan) pada periode tertentu disuatu lahan, dimana resiko kegagalan telah
diperhitungkan dengan se- baik-baiknya. Besarnya CH yang diandalkan tersedia : beberapa
tahun sekali, sesuai dengan periode (kala ulang) yang diambil/ditentukan.
n
R80 = 5
+1
Re = 0,7 x R80
Dimana :
Curah hujan efektif adalah jumlah hujan yang jatuh selama periode pertumbuhan
tanaman dan hujan itu berguna untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Jumlah curah hujan
efektif pada areal tanaman tergantung pada intensitas hujan, topografi lahan, sistem
pengolahan tanah serta tingkat pertumbuhan tanaman (Oldeman dan Syarifuddin, 1977 dalam
sari, N, Y, 2004). Curah hujan efektif untuk tanaman lahan tergenang berbeda dengan curah
hujan efektif untuk tanaman pada lahan kering dengan memeperhatikan pola periode musim
hujan dan musim kemarau (Ariyani, D. (t.thn.). Hidrologi). Perhitungan Curah hujan efektif
dilakukan atas dasar prinsip hubungan antara keadaan tanah, cara pemberian air dan jenis
tanaman (Handayani, 1992).
Curah hujan efektif dapat dihitung secara empiris yang dinyatakan dengan:
Keterangan :
Hujan yang diharapkan terjadi selama satu musim tanam berlangsung disebut curah
hujan efektif. Masa hujan efekrif untuk satu lahan persawahan dimulai dari pengolahan tanah
smapai tanaman dipanen, tidak hanya selama masa pertumbhan (Pasandaran dan Taylor,
1984). Curah Hujan efektif untuk tanaman lahan tergenang berbeda dengan memperlihatkan
pola periode musim hujan dan musim kemarau. Perhitungan curah hujan efektif dilakukan
atas dasar prinsip hubungan antara keadaan tanah, cara pemberian air dan jenis tanaman
(Handayani, 1992).
Besarnya curah hujan efektif diperoleh dari pengolahan data curah hujan harian hasil
pengamatan pada stasiun curah hujan yang ada di daerah irigasi atau daerah sekitarnya
dimana sebelum menentukan curah hujan efektif terlebih dahulu ditentukan nilai curah hujan
andalan yakni curah hujan rata-rata setengah bulanan (mm/15 hari) dengan kemungkinan
terpenuhi 80% dan kemungkinan tak terpenuhi 20% dengan menggunakan rumus analisis
(Chow, 1994).
Menurut Dwi, 2006 dalam Susiloputri dan Farida, 2011 ada dua macam pengertian
kebutuhan air menurut jenisnya, yaitu :
1. Kebutuhan air bagi tanaman (penggunaan konsumtif), yaitu banyaknya air yang
dibutuhkan
tanaman untuk membuat jaring tanaman (batang dan daun) dan untuk diuapkan
B = Infiltrasi
E = Evaporasi
W = Tinggi genangan
T = Transpirasi
Re = Hujan efektif
P = Perkolasi
2. Kebutuhan air untuk irigasi, yaitu kebutuhan air yang digunakan untuk pengairan pada
saluran irigasi sehingga didapat kebutuhan air untuk masing-masing jaringan. Kebutuhun
air irigasi (IR) untuk suatu tanaman adalah sejumlah air dibutuhkan pada bangunan
pembawa air untuk mengairi sebidang areal, dimulai dari pengolahan tanah sampai dengan
panen. Kebutuhan air irigasi adalah sama dengan kebutuhan air di sawah ditambah dengan
kehilangan (Dinas PU KP-01,1986). Kebutuhan air irigasi untuk padi sawah terdiri dari :
Perkolasi (peresapan), Penggantian lapisan air , dan dikurangi Curah hujan efektif.
Efisiensi Irigasi adalah perbandingan antara jumlah air yang nyata bermanfaat bagi
tanaman yang diusahakan dengan jumlah air yang diberikan dihitung dalam persen (%).
Menurut Arsyad (2010), efisiensi irigasi dipengaruhi oleh efisiensi pemakaian air di petak
sawah dan efisiensi pengaliran air dari bendung (sumber air) sampai ke sawah.
b. Keadaan topografi
Menurut Dwi, 2006 dalam Susiloputri dan Farida, 2011 ada dua macam pengertian
kebutuhan air menurut jenisnya, yaitu:
1. Kebutuhan air bagi tanaman (penggunaan konsumtif), yaitu banyaknya air yang
dibutuhkan tanaman untuk membuat jaring tanaman (batang dan daun) dan untuk
diuapkan (evapotranspirasi), perkolasi, curah hujan, pengolahan lahan dan pertumbuhan
tanaman. Rumus yang digunakan :
Ir = E + T + ( P + B ) + W – Re …………………. ( 3 )
B = Infiltrasi
E = Evaporasi
W = Tinggi genangan
T = Transpirasi
Re = Hujan efektif
P = Perkolasi
2. Kebutuhan air untuk irigasi, yaitu kebutuhan air yang digunakan untuk pengairan
pada saluran irigasi sehingga didapat kebutuhan air untuk masing-masing jaringan.
Kebutuhun air irigasi (IR) untuk suatu tanaman adalah sejumlah air dibutuhkan pada
bangunan pembawa air untuk mengairi sebidang areal, dimulai dari pengolahan tanah
sampai dengan panen. Kebutuhan air irigasi adalah sama dengan kebutuhan air di
sawah ditambah dengan kehilangan (Dinas PU KP-01,1986). Kebutuhan air irigasi
untuk padi sawah terdiri dari :
Perkolasi (peresapan), Penggantian lapisan air , dan dikurangi Curah hujan efektif.
Standar kebutuhan air ada 2 (dua) macam yaitu : ( Ditjen Cipta Karya, 2000 )
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-
tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti ;memasak,
minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai
adalah liter/orang/hari.
Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar keperluan
rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain :
2. Penggunaan umum
Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori
dimana :
r = t Po − Pt ……………………………………….. (2.4)
dimana :
Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan
parameter:
ETc
Ref Ref
NFR
P IR
WLR
dimana,
P = perkolasi, mm/hari
e = efisiensi irigasi
Perluapan penggenangan bebas, jika debit air besar sehingga tinggi muka air
melampaui tanah di kiri kanannya (air akan bebas meluap ke kiri dan ke kanan).
Perluapan penggenangan terkendali, cara pemberian air dengan cara ini yaitu air
dialirkan dari parit pada satu sisi suatu petak sawah, air dialirkan ke petak sawah yang
telah ditentukan letaknya maupun ukurannya.
Sistem kalenan, cara pemberian air dengan cara ini yaitu penggenangan diberikan
pada kalenan-kalenan yang dibuat sejajar lajur-lajur tanaman, air diberikan pada parit
pemberi dengan menggunakan pipa atau hevel.
Dengan petak penggenangan atau check sungai, yaitu sistem pemberian air yang
umumnya dipakai untuk tanaman buah-buahan dengan membuat cekungan di bawah
tanaman yang akan di airi. Proses pemberian air ke cekungan tersebut dengan sistem
pengairan terbuka.
Peresapan dengan sistem terbuka. Pada sistem ini, air dialirkan pada saluran-saluran
yang telah mengelilingi suatu petak sawah, sehingga air dapat meresap ke kiri dan ke
kanan. Umumnya diberikan di bawah zone perakaran dan di atas muka air tanah.
Dengan adanya daya kapiler, maka air dapat naik ke atas sehingga air dapat diserap
dan dimanfaatkan oleh tanaman.
Peresapan dengan saluran tertutup. Pada sistem ini, air dialirkan pada pipa porous
yang dimasukkan ke dalam tanah sehingga air dapat diserap dan dapat meresap ke
tanah disekitarnya. Cara ini jarang digunakan karena pipa porous yang digunakan
harus di tahan terhadap air (tidak cepat lapuk) dan juga pemasangannya mahal.
Pemberian Air dengan Penyiraman
Pemberian air dengan cara pancaran. Cara ini dipancarkan ke udara dengan
menggunakan pipa berporasi atau alat pancar yang bisa berputar untuk memperoleh
pemerataan, sehingga air jatuh di atas tanaman yang menyerupai hujan. Cara ini
sering disebut sprinkler irrigation.
Pemberian air dengan cara tetesan. Pemberian air dengan cara ini yaitu air dialirkan
dengan menggunakan pipa-pipa yang pada tempat tertentu diberi perlengkapan jalur
keluarnya air (lubang-lubang). Lubang tersebut diletakkan sedikit di atas tanah tetapi
tidak terlalu tinggi, sehingga air dapat menetes terus-menerus, cara ini biasa
disebut trickle irrigation.
Sistem pemberian air secara rotasi dipakai di jaringan irigasi selama debit rendah
untuk mengatasi kehilangan air yang relatif tinggL Sistem rotasi mi diterapkan jika debit
yang tersedia di bawah 60 - 80% dan debit rencana. Bila tersedia debit lebih dan itu maka
dipakai sistem pengaliran terus-menerus. Penerapan sistem kombinasi memerlukan boks-
boks bagi yang
(2) memungkinkan pembagian air secara rotasi. Pengaturan dan pembagian air yang adil
memerlukan pintu yang dapat disetel sesuai dengan daerah hilir yang akan diberi air. Karena
pembagian air ini bisa berbeda-beda selama rotasi, maka setelan harus fleksibel. Fluktuasi
debit akan mempengaruhi pembagian air secara proporsional dipakai pintu sorong untuk
mengatur aliran selama pemberian air secara rotasi
Pada umumnya sering terjadi kekurangan air irigasi selama musim kemarau, terutama
pada petak yang terakhir. Jika hal ini terjadi, pengairan saluran-saluran harus digilir untuk
menghilangi kehilangan air yang banyak selama pengangkutan.
Debit minimum suatu saluran berbeda-beda, tergantung luas sawah yang ditanami dan
luas sawah yang mendapat air dari saluran tersebut. Untuk keperluan itu perlu diperhitungkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Pembagian air tidak kurang dari 20 lt/dt. Untuk menjamin hal tersebut pemberian air
digilir.
b. Seluruh jaringan tersier tergilir, jika jumlah air bersesuaian dengan FPR 0,10 lt/dt/ha.
tiap desa. Jadwal penggiliran didasarkan pada periode 10 harian dan LPR dari tersier-
tersier.
Pembagian sampai pada pintu tersier akan diawasi oleh juru, sedangkan dalamjaringan
·Juru dan pengamat akan turun tangan dalam pembagian air di petak tersier, hanya jika
Keterangan :
FPR (Factor Polowijo Relatif) adalah perbandingan antara debit minimum terhadap LPR.
Rumus :
FPR = Q/LPR
Dimana:
LPR = Angka perbandingan antara satuan luas baku terhadap palawija yang
1. Polowijo :1
8. Tebu tua :0
9. Tembakau :1
10. Beru :0
o jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama akibat lebih sedikit waktu
tersedia untuk tanaman
4. Eksploitasi rumit
6. Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih
sedikit waktu yang tersedia untuk tanaman yang kedua
a. Tiap jaringan induk dibagi menjadi tiga golongan A,B,C. Tiap golongan
dadakan sampai seluruh petak-petak tersier dengan cara menggolongkan
baku-baku sawah yang seharusnya hampir sama menjadi masing-masing
golongan.
d. Tanaman padi gadu yang masih ada di sawah diberi air dengan cukup.
Tiap golongan harus diberi batas yang tetap. Tiap-tiap tahun pengaturan golongan
digilir, sehingga keuntungan atau kerugian bagian dapat terbagi secara merata. Sistem
golongan dikerjakan sebagai berikut: