Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator dalam

menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan juga sebagai

ukuran untuk menilai kualitas pengawasan antenatal.

Pada masa sekarang ini Indonesia masih menghadapi berbagai kendala dalam

pembangunan sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan.

Kendala tersebut tampak antara lain dari masih tingginya kelahiran dan kematian

neonatal. Setiap tahun diperkirakan ada sejumlah 4.608.000 bayi dilahirkan dan

100.454 diantanya ternyata meninggal dunia pada masa neonatal atau sebelum usia 1

bulan. Dengan kata lain setiap 5 menit satu bayi meninggal di Indonesia oleh bebagai

sebab. ( Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir,2003)

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3%

(3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini

kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57%

meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi

meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%,

trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital. (Chapter.

2015)

Periode BBL (Normal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia,

pada masa ini terjadi proses penyesuaian system tubuh bayi intrauteri kekehidupan

1
2

ekstrauteri masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian karena pada

masa ini terdapat mortalitas paling tinggi (Rudon 2006).

Penelitian menunjukkan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode

neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi

baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan

cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan

menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Jadwal

kunjungan bayi baru lahir perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan karena bayi

memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke

kehidupan luar berlangsung baik, bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang

dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik

(Vivian, 2010).

Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya dalam penurunan AKB adalah

dengan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan baik dan sesuai

dengan manajemen asuhan kebidanan, serta memberikan suatu pengetahuan

informasi kepada ibu maupun keluarga mengenai pentingnnya melakukan perawatan

pada bayi baru lahir agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan (Chapter. 2015).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen SOAP

dengan pola pikir varney yang tepat pada bayi baru lahir dan sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan.


3

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data pada Ny. N dengan Bayi Baru

Lahir di BPM Suryati Kabupaten Aceh Utara

b. MampuMenentukan interpretasi data pada Ny. N dengan Bayi Baru Lahir

di BPM Suryati Kabupaten Aceh Utara

c. MampuMengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Ny.N

dengan Bayi Baru Lahir di BPM Suryati Kabupaten banda aceh.

d. Mengidentifikasikan kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi

pada Ny. N dengan Bayi Baru Lahir di BPM Suryati Kabupaten Aceh

utara.

e. MampuMerencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ny. N dengan Bayi

Baru Lahir di BPM Suryati Kabupaten Aceh utara.

f. Mampu Melaksanakan rencana asuhan pada Ny. N dengan Bayi Baru Lahir

di BPM Suryati kabupaten Aceh Utara.

g. MampuMengevaluasi rencana asuhan pada Ny. N dengan Bayi Baru

Lahir di BPM Suryati Kabupaten Aceh Utara.

C. Manfaat

1. Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis dalam menangani

asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sehingga dapat meninggkatkan

pelayanan kesehatan, serta melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan

standar yang ditetapkan.


4

2. Bagi Lahan Praktek

a. Memberi masukan sebagai aplikasi antara teori dan praktek serta

menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

antara lahan praktek dan mahasiswa yang melaksanakan kegiatan

terhadap bayi baru lahir.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis dalam menangani

asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, sehingga dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan.

3. Bagi klien

Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pasien akan

pentingnya perawatan pada bayi baru lahir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teoritis Kasus

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan ( Rukiyah dkk, 2010).

2. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

(Depkes RI, 2005).

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital

(cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007).

Penanganan dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu

dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada disekitar

mulut dan hidung dengan kapas dan kain kasa steril. Bayi sehat akan

menangis dalam 30 detik, tidak perlu dilakukan apa-apa lagi, karena bayi

sudah bernafas spontan dan warna kulitnya kemerah-merahan (Bari, 2006).

3. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

Menurut Vivian (2010)ciri-ciri umum bayi baru lahir normal antara lain :

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.

5
6

b. Berat badan 2500-4000 gram.

c. Panjang badan 48-52 cm.

d. Lingkar dada 30-38 cm.

e. Lingkar kepala 33-35 cm.

f. Lingkar lengan 11-12 cm.

g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

h. Pernafasan ± 40-60 x/menit.

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

k. Kuku agak panjang dan lemas.

l. Nilai APGAR > 7.

m. Gerak aktif.

n. Bayi lahir langsung menangis.

o. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

p. Reflek sucking (hisap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.

q. Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik.

r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.

s. Genetalia
7

a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang.

b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta adanya labia mayora dan labia minora.

t. eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24

jam pertama dan bewarna hitam kecoklatan.

4. Bayi Baru Lahir Normal Terbagi Menjadi 2 Masa

a. Reaktif I

Terjadi 15 – 30 menit pertama sesudah lahir

1) Bayi menggerakkan kepala

2) Takikardi terjadi dalam 3 menit pertama

3) Respirasi cepat, cuping hidung dan retraksi

4) Suhu tubuh turun diikuti aktivitas, tonus otot meningkat

5) Stimulasi para simpatis (bayi tidak menangis)

6) Reaksi khas dan respon

b. Reaktif II

Respirasi cepat, tonus cepat, warna kulit berubah

1) Respirasi cepat, tonus cepat, warna kulit berubah

2) Mucus oral menetap

3) Bayi responsif terhadap sentuhan, denyut jantung stabil

4) Pengeluaran mekonium

5) Stabilitas vasomotor dan pernapasan ireguler (mulut, hidung)


8

5. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih

untuk bayi baru lahir ialah :

a. Pencegahan Infeksi

1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,

gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah

didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan

untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan

timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.

b. Melakukan penilaian

1) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas

Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap- megap atau lemah

maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

c. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas

1) Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh

bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
9

2) Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan

yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap

panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut

3) Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang

lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas

angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.

4) Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda

-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh

bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh

bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

d. Membebaskan Jalan Nafas nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis

spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis,

penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher

bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus

sedikit tengadah ke belakang.


10

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari

tangan yang dibungkus kassa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering dan kasar.

5) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya

yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat

6) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

7) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)

8) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut

harus diperhatikan.

e. Merawat tali pusat

1) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau

jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.

2) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam

larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh

lainnya.

3) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi

4) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau

kain bersih dan kering.

5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan

benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi

tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan

secara mantap klem tali pusat tertentu.


11

6) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling

ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci

dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.

7) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan

klonin 0,5%

8) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa

bagian kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi

merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai

suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara

memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak

segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi)

beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan

basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak,

meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau

berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

Pencegahan terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :

1) Keringkan bayi secara seksama

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
12

3) Tutup bagian kepala bayi

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

5) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)

g. Pencegahan infeksi

1) Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K

pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K

per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri

vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.

2) Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular

seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu

pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan

salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.

Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan

setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat

Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan

langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk

melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :

1) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak dengan bayi.


13

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

3) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan

benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika

menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.

4) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.

5) Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop

dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi

dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah

digunakan). (Depkes RI, 2012)

h. Identifikasi bayi

1) Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang

segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan

kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya

sampai waktu bayi dipulangkan.

2) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat

penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi

3) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus

tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas

4) Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi,

nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap

ibu
14

5) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan

nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002)

B. Teoritis Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah.

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap

langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data

dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney adalah:

1. Langkah I (Pertama): Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap, yaitu:

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study

2. Langkah II ( kedua): Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.


15

3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasi diagnosa atau masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

4. Langkah IV (Empat): Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang

Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien serta dapat merujuk sesuai kondisi klien.

5. Langkah V (Kelima): Merencanakan Asuhan Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manjemen

terhadap diagnosa atau maslah yang telah diidentifikasi atau diantasipasi,

pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

6. Langkah VI (Keenam) : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan

lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan.


16

7. Langkah VII ( ketujuh) : Evaluasi

Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi efektif dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di

dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

C. Teori Tehnik Pendokumentasian

Teknik pendokumentasian ada dua yaitu bentuk narative dan flowsheet/

checklist. Bentuk narative merupakan catatan yang dibentuk oleh sumber asal dari

dokumentasi maka sering disebut sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber.

Sumber atau asal dokumentasi dapat dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab

untuk memberikan informasi. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan

kejadian/kronologis. Sedangkan bentuk flowsheet atau checklist adalah cara tercepat

dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan

mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada

flowsheet.
BAB III

STUDI KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

Laporan kasus ini dilakukan dalam bentuk kegiatan studi kasus community

of care metode penulisan deskriptif yang merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di RSU MEURAXA Kabupaten banda aceh.

Waktu penelitian dilakukan bulan november 2016.

C. Subjek Laporan Kasus

Subjek dalam laporan ini adalah bayi Ny.N dengan Berat Badan 3200

Gram, panjang badan 55,5 cm, Lingkar Kepala 35 cm, Lingkar Dada 32 cm,

dengan nilai APGAR score nya 9/10 keadaan bayi Ny.N mempunyai reflek yang

baik. Eliminasi bayi juga baik yaitu pada 30 menit pertama bayi sudah dapat

Buang Air Kecil (BAK), dan pada 60 menit pertama bayi sudah dapat Buang Air

Besar (BAB).

D. Intriment Laporan Kasus

Istrumen dalam laporan ini dilakukan dengan menggunakan format

pengkajian bayi baru lahir.

17
18

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik

palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaaan laboratorium.

F. Alat dan Bahan

1. Pengisapan lendir (mucus extrator)

2. Tabung oksigen beserta alatnya untuk membantu pernafasan bayi.

3. Tempat tidur bayi dan incubator bayi.

4. Alat untuk resusitasi untuk pernafasan.

5. Obat-obatan tetes mata profilaktik (larutan poraknitrat 1%) atau salep (salep

tetra siklin 1% atau salep mata evytromisin 0,5%).

6. Tanda pengenal bayi (identifikasi) yang sama dengan ibu.

7. Alat pemotong, pengikat dan antiseptik tali pusat.

8. Stop watch dan termometer.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan

I. Pengumpulan Data

A. Identitas

Nama bayi : Bayi Ny. N

Umur : 1 Jam

Tgl/Jam/Lahir : 29/03/2017/ 20.10Wib/Normal

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat Badan : 3200 gram

Panjang : 49 Cm

Nama Ibu : Ny.N Nama Suami : Tn. D

Umur : 22 Thn Umur : 25 Thn

Suku/Bangsa : Aceh Suku/Bangsa : Aceh

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Alamat Rumah : Joet tufah Alamat Rumah : Joet Tufah

B. Anamnesa (Data Subjektif)

Pada tanggal : 29-03-2017 Pukul : 20.10 Wib

Riwayat Penyakit Kehamilan

- Perdarahan : 250 ml

- Pre-Eklamsia : tidak ada

19
20

- Eklamsia : tidak ada

- Penyakit kelamin : tidak ada

- Dll : tidak ada

1. Kebiasaan waktu hamil

a. Makanan : ada

b. Obat-obtan/jamu : tidak ada

c. Merokok : tidak ada

d. Dll : tidak ada

2. Riwayat Kehamilan

a. Keadaan kesehatan ibu selama hamil : Baik

b. ANC selama hamil : Teratur

c. TT selama hamil : ada

d. Dapat tablet zat besi selama hamil : ada

e. Penyakit menyertai ibu selama hamil : tidak ada

f. Gizi ibu selama hamil : Baik

g. Foto rongen selama hamil : tidak ada

h. Riwayat persalinan terdahulu : tidak ada

3. Riwayat Persalinan Sekarang

a. Jenis persalinaan : Normal

b. Ditolong oleh : Bidan

c. Lamanya persalinan

Kala I : 8 Jam

Kala II : 7 Menit
21

d. Ketuban Pecah : Pukul : 12.00 Wib

Warna : sedikit kuning Jumlah : 600 ml

- Komplikasi Persalinan : Tidak ada

- Ibu : Tidak ada

- Bayi : Tidak ada

e. Keadaan Byi Baru Lahir

Nilai APGAR : 5-10= 7/8/9

Resusitasi : Tidak ada Rangsangan : ada

Pengisapan Lendir : Tidak ada Lamanya :-

Ambu : Tidak ada Lamanya : Tidak ada

Massase Jantung : Tidak ada Nomornya : Tidak ada

Intubasi Endutralheal : Tidak ada

Oksigen : Tidak ada

Terapi : Tidak ada

Keterangan : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik (Obyektif)

- Keadaan umum : Baik

- Suhu : 36 0C Pukul : 20.10 Wib

- Pernafasan : 49 x/m Pukul : 20.10 Wib

- BB Sekarang : 3200 gram

Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis

- Kepala : ada

- Ubun-ubun : ada
22

- Muka : ada

- Telinga : ada

- Mulut : ada

- Hidung : ada

- Leher : ada

- Dada : ada

- Tali Pusat : ada

- Punggung : ada

- Extremitas : ada

- Genitalia : ada

- Anus : ada

- Reflek Moro : ada

- Reflek Rooting : ada

- Reflek Walking : ada

- Reflek Graphs/Planter : ada

- Reflek Sucking : ada

- Reflek Tonik Neek : ada

- Anrto Pometri :

- Lingkar Kepala : ada (sob:32 Cm, fo:34 Cm, mo:35 Cm)

- Lingkar Dada : ada (normal 30,5-33 Cm)

- Lingkar lengan atas : ada (9,5-11Cm)

- Eliminasi :
23

- Miksi : ada Warna : sedikit kuning Tgl: 29-03-2017

Pukul : 06:40 Wib

- Mekonim : Ada Warna : Hitam Tgl: 29-03-2017

Pukul : 06:40 Wib

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

- Diagnosa : By. Ny. N Baru Lahir Normal cukup bulan sesuai

masa kehamilan

- Data Dasar : -

- Masalah : Tidakada

- Kebutuhan : Tidak ada

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi

Tidak ada

V. Rencana Asuhan

1. Jagalah kehangatan bayi

2. Pembenahan ASI, terutama selama 6 bulan (Asi Eklusif)

3. Lakukan erawatan tali pusat

4. Agar ibu mengawasi tanda bahaya

5. Berikan vitamin K
24

VI. Implementasi / Pelaksanaan

Hari/Tanggal Pukul Tindakan/ Implementasi Paraf

Selasa, 20.10Wib 1. Menjaga kehangatan bayi

29-03-2016 2. Memberi ASI eklusif selama 6

bulan

3. Merawat tali pusat minimal 2x

sehari

4. Mengawasi tanda bahaya yang

harus dikenali oleh ibu:

- Pemberian ASI sulit, sulit

menghisap/ hisapan lemah.

- Kesulitan bernafas

- Lentangi: bayi terus-menerus

tanpa bangun untuk makan

- Warna abnormal : kulit/ bibir

(biru/sianosis) atau bayi

kuning

- Suhu terlalu panas (febris)

atau dingin

5. Pemberian vitamin K pada bayi

untuk mencegah terjadinya

perdarahan.
25

VII. Evaluasi

1. Ibu paham dan mau memberikan ASI eklusif selama 6 bulan

2. Ibu paham untuk mengenali tanda bahaya yang terjadi padanya

3. Ibu paham dann mau melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan.
26

B. Pendokumentasian Asuhan dalan Bentuk SOAP

Hari/ Pukul SOAP


Tanggal
Selasa, 20.10 S: Ibu mengatakan senang atas kehadiran bayinya

29-03-2017 Wib O: - K/U : baik

- Kesadaran : penuh

TTV

- Nadi : 120 x/m

- RR : 49 x/m

- Suhu : 36°c

- BB : 3630 gr

- PB : 55,5 Cm

- JK : Perempuan

Tangisan : spontan

Warna : kemerahan seluruh badan

Tonus otot : (+)

A : Neonatus cukup bulan, sesuai usia kehamilan,

usia bayi 1 jam

P: - Melakukan pemeriksaan fisik

- Menghangatkan bayi

- Perawatan tali pusat

- Beri vitamin K
BAB V

PEMBAHASAN

Setelah melakukan proses asuhan kebidanan pada Bayi Ny. N dengan bayi

baru lahir di BPM Suryati kabupaten Aceh utara penulis akan membahas antara teori

dengan kenyataan. Dalam pembahasan dimulai dari pengkajian analisis

diagnosa/masalah, diagnosa/masalah potensial, tindakan segera, perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pada pengkajian dan data yang penulis peroleh bahwa bayi Ny. N lahir

tanggal 29-03-2017 jam 20.10 Berdasarkan data-data yang ada, tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktek atau kenyataan, sehingga didapatkan suatu

diagnosa bayi baru lahir dengan masa transisi. Dalam teori dijelaskan bahwa bayi

dalam masa transisi masih sangat perlu mendapatkan perawatan yang lebih

intensif. Bayi masih membutuhkan perlindungan dari lingkungan sekelilingnya

yang hangat untuk mencegah agar bayi tidak hipotermi. Dan sangat dianjurkan

ibu unutk segera memeluk bayinya, dengan demikian bayi akan memperoleh

kehangatan yang alami dari tubuh ibu. Dengan demikian proses asuhan

kebidanan dengan melakukan rawat gabung dapat dijalankan sesuai dengan teori.

Dan dalam memberikan asuhan petugas selalu menerapkan komunikasi

terapeutik sehingga klien sangat kooperatif oleh semua tindakan dan anjuran

petugas.

27
28

2. Analisia Diagnosa/Masalah

Pada analisa data ditemukan diagnosa Bayi Baru Lahir dengan 1 jam

masa transisi.

3. Identifikasi Diagnosas/Masalah Potensial

Berdasarkan data-data yang ada tidak ditemukan masalah potensial.

4. Identifikasi Kebutuhan Segera

Pada identifikasi kebutuhan segera juga tidak ada tindakan apa-apa karena

bayinya lahir normal.

5. Intervensi

Rencana asuhan pada Bayi Baru Lahir 1 jam masa transisi disesuaikan

dengan teori, karena fasilitas dan protap yang ada menunjang untuk membuat

perencanaan tersebut sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada.

6. Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu pada rencana tindakan yang

telah disusun. Adapun asuhan yang telah dilaksanakan yaitu menjaga suhu tubuh

bayi agar tetap hangat, mengganjal punggung bayi menggunakan gulungan kain

sehingga posisi bayi setengah miring dan kepala bayi ekstensi, melakukan kontak

dini ibu dengan bayi dengan mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu sesegera mungkin, melakukan observasi eliminasi alut dan uri

dalam 24 jam, melakukan observasi TTV, melakukan perawatan tali pusat,

mengajarkan cara menyusui yang benar dan memberikan motivasi pada ibu untuk

menyusui bayinya sesering mungkin, memandikan bayi dengan air hangat

menggunakan sabun bayi dan shampo khusus bayi, mengganti pekaian bayi.
29

7. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan

dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan tindakan kebidanan. Adapun evaluasi

dari asuhan yang telah diberikan adalah sebagai berikut: Bayi Baru Lahir umur

1jam masa transisi. selama melakukan asuhan klien dan keluarga sangat

kooperatif terhadap petugas.

Dalam praktek asuhan kebidanan pada bayi baru lahir tidak ada

kesenjangan praktek dan teori yang didapat dari pendidikan.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi Baru Lahir (BBL) disebut dengan neonatus yang merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badan antara 2500-4000 gram (Vivian,

2013).

Bayi Baru Lahir ialah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42

minggu, dan berat lahir 2500- 4000 gram ( Dep. Kes.RI ,2005).

Bayi Ny. N yang berjenis kelamin perempuan lahir pada tanggal 3-10-

2016 pukul 08.30WIB anak dari pasangan Ny.N dan Tn.D. Ibu tidak mempunyai

masalah dalam kehamilannya ibu tidak mempunyai penyakit selama masa

kehamilan tidak ada komplikasi terhadap janin dan ibu. Lama persalinan pada

kala 1 adalah 8 jam dan pada kala 2 selama 7 jam tidak ada komplikasi yang

terjadi selama masa persalinan.

B. Saran

1. Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis dalam menangani

asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sehingga dapat meninggkatkan

30
31

pelayanan kesehatan, serta melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan

standar yang ditetapkan.

2. Bagi Lahan Praktek

a. Memberi masukan sebagai aplikasi antara teori dan praktek serta

menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

antara lahan praktek dan mahasiswa yang melaksanakan kegiatan

terhadap bayi baru lahir.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis dalam menangani

asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, sehingga dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan.

3. Bagi klien

Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pasien akan

pentingnya perawatan pada bayi baru lahir.


DAFTAR PUSTAKA

Bari, Syaifuddin, Abdul, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Jakarta:YBP-SP.

Nanny, Vivian, 2013.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

JNPK-KR. 2010.AsuhanPersalinan Normal.

Johariyah.dkk.2012. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.Jakarta :


CV.Trans Info Media

Maryunani, Anik. 2015. AsuhanNeonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-sekolah. Jakarta
: IN MEDIA

32

Anda mungkin juga menyukai