Anda di halaman 1dari 19

Penelitian Pendidikan 1

Filosofi dasar-dasar Penelitian Pendidikan

Dosen : Masniladevi, S. Pd., M. Pd

Kelompok 2

Anggraini Cikita Putri

Annisa Yulindra

Indah Rahma Aulia

Larasati

Messa Nasti Putri

Noci Oktari

Sucita Triana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

2018

Filosofi dasar-dasar Penelitian Pendidikan

A. Makna dan cara mendapatkan pengetahuan

Dua istilah, yaitu pengetahuan dan ilmu pengetahuna ini sering digunakan
secara bergantian. Apakah kedua istilah itu memang sama? Ataukah kedua istilah itu
berbeda. Apabila sama dalam hal apa, atau apabila memang berbeda dimanakah
perbedaannya. Maka dari itu perlu adanya batasan kedua istilah itu. Apakah
sebenarnya yang dimaksud pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu?
Pengetahuan, berkenaan dengan hal yang biasa kita ketahui dalam kehidupan
sehari-hari, atau yang oleh Cohen, dkk. (2007) disebut sebagai common-sense
knowing, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman seseorang.
Pengetahuan yag dalam Bahasa inggris kita sebut “Knowledge” yang secara umum
dapat diartikan sebagai suatu pemahaman (understanding) atau sesuatu hal yang
diketahui atau dipahami oleh seseorang. Dari segi Bahasa, knowledge diartikan
sebagai : (i) expertise, and skill acquired by a person though experience or education;
the theoretical or practical understanding of a subject; (ii) what is known in a
particular field or in total; facts and information; or (iii) awareness or familiarity
gained by experience of a fact or situation (Wikipedia, the free encyclopedia, diakses
16 Januari 2010).
Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau
segala sesuatu yang berkenaan dengan hal (Moliono, dkk. 1988). Berkenaan dengan
hal yang dikenali atau diketahui, seseorang dapat memahami dan mungkin melakukan
atau mengaplikasikan tentang pengetahuan tersebut dalam situasi tertentu.
Pengetahuan dapat berupa fakta-fakta, misalnya pada saat tertentu kita mengetahui
bahwa jam berangkat ke kantor atau sekolag adalah jam 06.00. orang lain yang
sama-sama berangkat ke kantor atau sekolah tidak jam 06.00 melainkan jam 06.30.
walaupun tiba dikantor atau sekolah sama-sama jam 07.00. kedua orang ini secara
fakta memiliki “pengetahuan” tentang jam, tetapi fakta yang diketahui pada saat
sama-sama berangkat ke kantor atau sekolah berbeda. Disamping itu, pengetahuan
bisa berupa informasi, misalnya menteri akan dating pada acara dies natalis nanti;
teman-temannya akan hadir pada acara resepsi hari ulang tahunnya, dan sebagainya.
Berkeitan dengan pengertian pengetahuan, kita sering mengaitkannya dengan
ilmu sehingga kita menggunakkannya dengan istilah ilmu pengetahuan. Sebenarnya
apa yang dimaksud dengan ilmu tersebut? Walaupun demikian untuk menjawab
pertanyaan ini bukanlah perkara mudah. Ilmu, dalam segala hal ilmu pengetahuan
berbeda dengan pengetahuan. Ilmu pengetahuan memiliki makna yang luas dan
menuntut teknik dan keterampilan berpikir. Secara singkat, ilmu (science)
didefinisikan sebagai, “a systematic and controlled extension of commo sense”
(Kerlinger & Lee, 2000). Istilah ilmu (science) mengarah pada “a tremendous body of
knowledge” (Fraenkel, dkk., 2012), yaiitu sebagai khasanah pengetahuan yang
dilandasi dengan menggunakan metode pengetahuan tertentu. Ilmu pengetahuan
merupakan suatu usaha manusia secara terus-menerus dan mendalam dengan
menggunakan metode berpikir tertentu. Ilmu sebagai “science” merupakan hasil
aktivitas berpikir atau kegiatan olah piker manusia, dan ia bukanlah sekedar produk
yang siap dikomunikasikan (Suriasumantri, 1985). Lebih jauh, Suriasumantri
menyatakan bahwa ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Ilmu pengetahuan sebagai suatau cabang studi, (Vockell &
Asher, 1995) berkenaan dengan pemerolehan prinsip-prinsep umum yang dapat diuji
tentang lingkungan alamiah melalui proses induksi, deduksi, dan uji hipotesis. Proses
induksi adalah penarikan kesimpulan elalui fakta-fakta atau hal-hal khusus ke umum.
Deduksi merupakan penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju
yang lebih khusus. Uji hipotesis merupakn pembuktian terhadap jawaban-jawaban
secara tentative dengan cara mencari bukti-bukti atau fakta-fakta dilapangan
(empiris).
Dalam mendefinisikan ilmu atau ilmu pengetahuan, menurut Conant ada dua
sudut pandang, yaitu sudut pandang yang bersifat statis dan dinamis (Kerlinger & Lee,
2000). Berdasarkan sudut pandang statis, ilmu itu merupakan suatu aktivitas yang
memberikan bantuan atau kontribusi informasi secara sistematik terhadap dunia luas.
Lebih jauh, menurut Conant bahwa tugas ilmuwan yaitu menemukan fakta-fakta baru
dan mengembangkannya kedalam khazanah pengetahuan yang sudah ada. Dalam
pandangan ini, ilmu (ilmu pengetahuan) juga diartikan sebagai suatu cara untuk
menjelaskan masalah atau fenomena yang telah diamati. Pandangan statis ini
memberikan penekanan pada pengetahuan yang ada dan kemuadian
mengembangkannya pada hokum-hukum, teori-teori, hipotesis-hipotesis, dan
prinsip-prinsip yang ada. Sebaliknya, menurut pandangan dinamis, yang menganggap
bahwa pengetahuan bukan sekedar suatu aktivitas, apa yang dilakukan oleh para
ilmuwan. Ilmu pengetahuan yang ada itu penting, tetapi yang lebih penting lagi kita
perhatikan bahwa ilmu pengetahuanyang ada sekarang menjadi dasar atau landasan
untuk pengembanan ilmu dan penelitian berikutnya. Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan
menurut sudut pandang dinamis ini disebut juga pandangan heuristic. Istilah heuristic
itu sendiri sangat berkenaan dengan penemuan (discovery). Dengan demikian,
menurut pandangan dinamis atau heuristic ini, dalam ilmu pengetahuan menekankan
skemata konseptual yang saling berkaitan sehingga berguna untuk penelitian yang
akan dating atau penelitian berikutnya.
Tugas atau fungsi ilmu (ilmu pengetahuan) itu menurut Braithwaite (Kelinger
& Lee, 2000) yaitu untuk menetapkan hokum-hukum umum yang mencakuo
perilaku-perilaku objek-objek atau peristiwa-peristiwa empiris yang berkenaan
dengan masalah keilmuan, dan dengan demikian memungkinkan kita untuk
menghubungkan pengetahuan kita dari peristiwa-peristiwa yang terpisah-pisah dan
untuk membuat ramalan yang tepat dari peristiwa-peristiwa yang belum kita ketahui.
Dalam buku pengantar filsafat (Burhanudin, 2013), pengetahuan ada dua
yaitu :
- Pengetahuan biasa (knowledge/common sense), tidak memandang betul-betul
sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan yang seobyektif-obyektifnya, tidak
menyelidiki obyeknya sampai habis-habisan, taka da sintesis, tak bermetode
dan tak bersistem.
- Pengetahuan Ilmiah/ilmu pengetahuan (sciene) adalah sebaliknya yaitu
mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang sebaik-baiknya,
menyelidiki obyeknya selengkap-lengkapnya sampai habis-habisan, hendak
memberikan sintesis yaitu pandangan yang bergandengan, bermetode dan
bersistem.
Kesipulan yang dapat ditarik sekarang ialah bahwa bagi manusia mempunyai
kemungkinan untuk mencapai pengetahuan yang lebih sempurna dari pada
pengetahuan biasa, yang lebih tinggi derajatnya, yang hendak memberikan “insight”
(pemahaman yang mendalam). Ilmu pengetahuan memang berdasarkan “pengetahuan
biasa” tetapi disempurnakan, diperluas, dipertanggungjawabkan supaya pasti dan
benar. Hingga manusia dengan demikian mendekati apa yang dicita-citaknnta, yaitu
kebenaran dan kehidupan yang didasarkan atas kebenaran itu, yaitu kehidupan yang
sungguh-sungguh yang bertaraf manusiawi.
Dalam “Ensiklopedia Indonesi”, kita jumpai pengertian sebagai berikut:
“Ilmu pengetahuan, suatu sister dan pelbagai pengetahuan yang masing-masing
mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa
menurut asas-asas tertentu, higga menjadi kesatuan; suatu system dari pelbagai
pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan
yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi,
deduksi).”
Menurut epistemology, setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari
berkontaknya dua macam besaran, yaitu:
a. Benda atau yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (obyek)
b. Manusia ynag melakukan pelbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnta
mengetahui (mengenal) benda atau hal tadi (subyek).

Ada beberapa cara macam cara manusia menguasai ilmu pengetahuan untuk hidup
dalam dunianya. Beberapa macam metode tersebut diantaranya adalah :

a. Melalui pengalaman. Seseorang manusia bisa memiliki dan menguasi ilmu


pengetahuan tertentu melalui pengalaman, baik secara individual maupun
dalam hidup bermasyarakat.

Cara belajar melalui pengalaman sendiri biasanya mengalami banyak rintangan


karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk maupun nasihat agar dapat
melakukan pekerjaan lebih baik. Cara pendekatan orang yang belajar dari pengalaman
sendiri sering disebut trial end error atau coba dan salah dan mencobanya lagi.

b. Melalui cara tenacity. Cara lain seseorang belajar menguasai suatu ilmu
pengetahuan adalah menggunkan model tradisi yang berlaku didalam
masyarakat. Cara tradisi ini akan lebih kuat jika terjadi peristiwa yang
membenarkan tradisi perilaku. Sebaliknya, kan hilang nilai kepercayaan itu.

c. Melalui metode otoritas. Metode otoritas menggunakan seseorang


menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan
secara efektif. Cara lain adalah dengan bertanya atau menggunakan
pengalaman orang lain.

d. Melalui metode deduktif dan induktif. Cara ini adalah yang paling lama
digunakan oleh para ahli zaman yunani dan mesir kuno dalam mengebangkan
dan menguasai ilmu pengetahuan(Ari,Dkk.,1985)

Dengan menggunakan alasan logis yang sudah mendekati ilmiah mereka dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan sedemikian maju dan dapat digunakan sebagai
kajian pustka sampai sekarang. Alasan logis ini pada umumnya dapat dibedakan dua
macam yaitu logika deduktif dan logika induktif.

e. Menggunkan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah adalah merupakan


metode untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih
tinggi nilai validitas dan ketepatannya, jika dibandinhgkan dengan beberapa
macam pendekatan yang telah didiskusikan diatas. Metode ilmiah pada
prinsipnya adalah metode gabungan secara integral antara dua logika deduktif
dan logika induktif yang kemudian menghasilkan langkah-langkah penting
sebagai strategi ilmiah.

B. Hakekat ilmu pengetahuan (ontologi, epistemologi, aksiologi) dan


pengertian dasar keilmuan (fakta, konsep, prinsip, teori, hukum)

1. Hakekat ilmu Pengetahuan

a) Ontologi
Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada)”.
Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan
bagaimana keadaan yang sebenarnya.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

Hakekat obyek ilmu (ontologi) terdiri dari objek materi yang terdiri dari
jenis-jenis dan sifat-sifat ilmu pengetahuan dan objek forma yang terdiri dari sudut
pandang dari objek itu.

b) Epistemologi

Secara epistimologis, ‘epistemologi’ berakar dari bahasa Yunani ‘episteme’ yang


berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, dan ‘logos’ yang berarti juga
pengetahuan. Jadi, epistemologi berarti pengetahuan mengenai pengetahuan yang
sering disebut ‘teori pengetahuan (theory of knowledge).

Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu


pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan
yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya.(Bahrum.2013. Ontologi, Epistemologi
Dan Aksiologi,8.36-51)
.

Dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukup


dengan berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja
karena keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai kebenaran ilmu
pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu pengetahuan didapatkan
melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau kombinasi antara rasionalisme
dengan empirisme sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.

Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur tertentu yang diikuti untuk
mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Epistemologi dari
metode keilmuan akan lebih mudah dibahas apabila mengarahkan perhatian kita
kepada sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir yang diatur
dalam suatu urutan tertentu.

Kerangka dasar prosedur ilmu pengetahuan dapat diuraikan dalam enam


langkah sebagai berikut:
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah

b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan

c. Penyusunan atau klarifikasi data

d. Perumusan hipotesis

e. Deduksi dari hipotesis

f. Tes pengujian kebenaran (Verifikasi)

c) Aksiologis

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin di capai oleh aksiologi adalah
hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Aksiologi berasal dari
(Adib,
kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.
Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu: Ontologi, Efistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Halaman 31-32)

Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu; nilai etika dan nilai estetika.

Etika termasuk cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia dan


memandangnya dari sudut baik dan buruk. Adapun cakupan dari nilai etika adalah:
Adakah ukuran perbuatan yang baik yang berlaku secara universal bagi seluruh
manusia, apakah dasar yang dipakai untuk menentukan adanya norma-norma
universal tersebut, apakah yang dimaksud dengan pengertian baik dan buruk dalam
perbuatan manusia, apakah yang dimaksud dengan kewajiban dan apakah implikasi
suatu perbuatan baik dan buruk.

Nilai etika diperuntukkan pada manusia saja, selain manusia (binatang,


benda,alam) tidak mengandung nilai etika, karena itu tidak mungkin dihukum baik
atau buruk, salah atau benar. Contohnya dikatakan ia mencuri, mencuri itu nilai
etikanya jahat. Dan orang yang melakukan itu dihukum bersalah. Tetapi kalau kucing
mengambil ikan dalam lemari, tanpa izin tidak dihukum bersalah. Yang bersalah
adalah kita yang tidak hati-hati, tidak menutup atau mengunci pintu lemari.

Adapun estetika merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan kreasi seni,


dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan seni atau kesenian. Kadang
estetika diartikan sebagai filsafat seni dan kadang-kadang prinsip yang berhubungan
dengan estetika dinyatakan dengan keindahan. Syarat estetika terbatas pada
lingkungannya, disamping juga terikat dengan ukuran-ukuran etika.

2. Pengertian Dasar keilmuan

Dasar ke ilmuan adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis,


dengan menggunakan metode-metode tertentu. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab :
‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar. Dalam
bahasa Inggris disebut science (pengetahuan).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ilmu memiliki pengertian, yaitu: Ilmu
adalah suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan).

Ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala ataupun kondisi pada
suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat dan metode ilmiah
lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris, sistematis,
objektif, analisis dan verifikatif.

a. Fakta

Fakta adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang merupakan kenyataan; sesuatu
yang benar-benar ada atau terjadi. Pengertian bahasa ini yang searah dengan makna
haqiqah dalam bahasa Arab. Pengertian fakta secara istilah merupakan perbandingan
dengan data dalam penelitian. Bila data dipahami sebagai teori, maka fakta adalah
kenyataan/prakteknya. Dalam penelitian, perbandingan antara data dan fakta ini atau
antara teori dan kenyataan/praktek akan melahirkan sebuah masalah

b. Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala
secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan, kelompok. Diharapkan peneliti
mampu memformulasikan pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam
kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang
lainnya.
Dalam dunia penelitian dikenal dua pengertian mengenai konsep, yaitu Pertama
konsep yang jelas hubungannya dengan realita yang diwakili, contoh : meja, mobil
dan lain-lainnya. Kedua konsep yang abstrak hubungannya dengan realitas yang
diwakili, contoh : kecerdasan, kekerabatan, dan lain-lainnya.

Konsep merupakan unsur pokok daripada penelitian. konsep merupakan hal yang
abstrak, maka per;u diterjemahkan dalam kata-kata sedemikian rupa, sehingga dapat
di ukur secara empiris.

c. Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk


menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antarkonsep. Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori
menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.

Menurut Kerlinger teori adalah sebagai serangkaian bagian (variabel), definisi


dan dalil yang saling berhubungan yang dihadirkan sebuah pandangan sistematis
tentang fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah.

d. Hukum

Pendapat Friedrich Karl Von Savigny, seorang pemuka ilmu sejarah hukum dari
Jerman mengemukakan bahwa hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum
masyarakat .Menurutnya semua hukum berasal dari adat istiadat dan kepercayaan,
bukan dari pembentuk undang-undang). Pendapat Rudolph Von Ihering
mengemukakan bahwa hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai
tujuannya. Von Ihering menganggap hukum sebagai sarana untuk mengendalikan
individu-individu, agar tujuannya sesuai dengan tujuan masyarakat dimana mereka
menjadi warganya. Menurutnya hukum juga merupakan suatu alat yang dapat
dipergunakan untuk melakukan perubahan-perubahan sosial.

e. Prinsip

Menurut Kamus Bebsar Bahasa Indonesia “Prinsip adalah asas, kebenaran yang
jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan sebagainya. Menurut Palgunadi Tatit
Setyawan “Prinsip adalah hal yang membatasi esensi”. Sedangkan menurut Russel
Swanburg Prinsip adalah kebenaran yang mendasar, hukum atau doktrin yang
mendasari gagasan. Toto Asmara mengemukakan Prinsip adalah hal yang secara
fundamental menjadi martabat diri atau dengan kata lain, prinsip adalah bagian paling
hakiki dari harga diri.

Udo Yamin Efendi Majdi Prinsip adalah pedoman berprilaku yang terbukti
mempunyai nilai yang langgeng dan permanen. Ahmad Jauhar Tauhid Prinsip adalah
pandangan yang menjadi panduan bagi perilaku manusia yang telah terbukti dan
bertahan sekian lama. Herry Tjahjono Prinsip adalah hukum alam dan sudah jadi
kebenaran hakiki.

C. Hakekat kebenaran dan sarana berpikir ilmiah (Bshasa, matematika,


dan statistik)

Sarana Berpikir Ilmiah.

Sebagai sebuah proses, berpikir ilmiah ini adalah serangkaian gerak


pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran yang akhirnya sampai kepada
kesimpulan yang dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan atau pengetahuan
ilmiah. Proses dalam upaya mengembangkan gagasan dengan cara bernalar.
Maksudnya, kita mengambil sebuah fakta dan kemudian
menghubung-hubungkan atau membandingkannya. Dan hal ini tidak akan kita
lakukan jika tidak menulis.

a. Bahasa
Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikuti oleh Jujun, bahwa keunikan
manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai
Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik
istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab
dalam kegiatan berpikir manusiamempergunakan simbol.

Dalam pandangan Paul B. Weisz, pada dasarnya, sains adalah sebuah bahasa, dan
juga sebuah sistem komunikasi. Maksud dari karangan ilmiah ialah untuk
mengomunikasikan informasi ilmiah yang baru kepada ilmuwan lain. Di sini terlihat
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi penting dalam upaya menyapaikan temuan
sains. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa sebagai sarana
berpikir ilmiah ternyata memiliki fungsi ganda. Merangkum fungsi sebagai bahasa
ilmiah, dan sekaligus bahasa nasional.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah, dan juga merupakan alat berpikir, serta alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi,
bahasa terbagi ke dalam bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dalam pemakaiannya, bahasa
lisan terikat oleh ruang dan waktu, sehingga kesalahan leksikon (kosa kata), morfologi
(bentuk kata), ataupun sintaksin (tata kalimat) dapat diperbaiki secara langsung. Lain
halnya dengan bahasa tulisan yang sama sekali tidak terikat kepada ruang dan waktu,
hingga penggunaannya perlu secara tepat sesuai dengan kaidah yang baku.

Selanjutnya dikemukakan Amran Halim, bahwa ciri bahasa tulis adalah ketepatan
penggunaan kata, morfologi dan sintaksis (tata kalimat), sehingga tidak terdapat makna
ganda. Bagian-bagiannya dinyatakan secara ekspilisit (terang dan jelas) melalui
kaidah-kaidah tertentu. Bahasa ditulis tidak bertele-tele. Informasi yang disajikan harus
utuh, sehingga tidak ada bagian-bagian yang ditinggalkan (kaidah, bentuk kata, dan
satuan kalimat). Selain itu, bahasa ilmiah tidak menyangkut peran emosi. Tak jarang
pula bahasa tulis, khusus bahasa ilmiah terkait denga unsur-unsur tambahan antara lain
kaidah penulisan bahasa asing ataupun transliterasi.

Dalam pengertian linguistik, bahasa diberi pengertian sebagai sistem simbol


bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia
untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur
secara sistematis, sehingga bisa dipakai sebagai alat komunikasi. Sebagai alat
komunikasi, bahasa menjembatani pikiran antara penulis dan pembaca.
Faktor pengalaman memang membantu dalam membentuk keterampilan. Namun
keterampilan yang dimiliki terkait pula dengan kemampuan penguasaan bahasa yang
benar dan baik. Dalam pandangan Wahyu Wibowo, ciri-ciri bahasa Indonesia ragam
ilmiah antara lain adalah sebagai berikut :

1. Pemakaian kalimat efekktif (kesepadanan antara struktur gramatik ddan alur pikir
penulis).

2. Menghindari kalimat yang redundan (berlebih-lebihan).

3. Menghindari kalimat yang bermakna ambigu (ganda).

4. Pemakainan kata dan istilah yang bermakna lugas (bukan kiasan).

5. Menghindari penonjolan persona (pribadi penulis) dengan maksud menjaga


objektivitas isi tulisan.

b. Matematika

Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradapan manusia itu
sendiri. Sekitar 3500 tahun SM, bangsa Mesir telah mempunyai simbol yang
melambangkan angka. Digunakan untuk para pendeta untuk meramal pasang surut
Sungai Nil. Pengetahuan matematika masih dianggap keramat. Sebelumnya juga
matematika sudah digunakan di masa Babylonia. Bahkan sekitar masa ini, telah
berkembang dalam bahasa para pendeta Babylonia Cuneiform (yang masih memiliki
monopoli urusan-urusan itu), suatu upaya “ilmiah” yang lebih sistematik dari
astronomi matematis.

Tulis kuno berbentuk pasak (cuneiform) yang ditulis di atas prasasti tanah liat
cepat mengeras dan meninggalkan goresan yang sifatnya permanen. Kebayakan dari
prasasti tersebut berisi catatan-catatan matematika berasal dari zaman Babylonia kuno
sekitar tahun 1.800 SM. Menurut Neugebauer, bahwa tidak ada teks-teks astronomi
yang signifikan dari segi sains berasal dari zaman ini, sementara naskah-naskah
matematikanya adalah memiliki kualitas tertinggi dari semua yang ada di Babylonia.

Seperti halnya di Mesir, pengetahuan matematika difungsikan untuk mempelajari


gerakan bintang-bintang karena ada kaitannya dengan nasib para raja. Tapi menjelang
akhir masa Aksial (800-200 SM). Sudah berkembang menjadi konsumsi umum.
Digunakan untuk memahami nasib orang-orang biasa. Pengetahuan matematika masih
menjadi milik para pendeta dalam upaya untuk mempertahankan kekuasaan. Semasa
itu, tampaknya matematika masih dikaitkan dengan nilai-nilai ajaran agama.

Pada perkembangan berikutnya, matematika dimasukkan ke dalam filsafat.


Matematika merupakan salah satu dari cabang filsafat, yaitu filsafat matematika. Di
masa itu seluruh ilmu pengetahuan menyatu dalam filsafat. Baik ilmu kedokteran
maupun alkemi (kimia), metafisika, matematika, astronomi, bahkan musik dan puisi,
dan seterusnya. Filsafat memiliki pengertian yang luas, mencakup bidang-bidang yang
sekarang biasa disebut “ilmu pengetahuan umum”. Ilmu dalam ranah kognitif diperoleh
dari hasil penalaran deduktif, maupun penyimpulan empiris.

Ilmu matematika, yang pada hakikatnya merupakan studi tentang pengukuran,


merupakan bidang kedua setelah metafisika. Ibn Khaldun membagi matematika ke
dalam empat subdivisi, yakni (1) geometri; (2) aritmetik; (3) musik; dan (4)astronomi.
Geometri, cabang matematika yang berhubungan dengan kuantitas
(pengukuran-pengukuran) secara umum, terdiri dari angka-angka. Aritmetika,
mempelajari sifat-sifat esensial dan aksidental dari jumlah terputus, yang disebut
bilangan. Adapun musik, mempelajari proporsi suara dan bentuk-bentuknya, dan
pengukuran numerik mereka, yakni pengetahuan tentang melodi. Berikutnya,
astronomi, yakni cabang matematika yang menetapkan bola-bola langit, menentukan
posisi dan jumlah, maupun gerak dan presisinya.
Sebagai sarana berpikir ilmiah, matematika mengembangkan bahasa numerik yang
memungkinkan dilakukannya pengukuran secara kuantitatif. Matematika
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Matematika memang bahasa yang eksak, cermat, dan terbebas dari emosi. Lambang
matematika baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu
maka matematika hanya merupakan rumus-rumus yang mati. Ciri utama matematika
ialah metode dalam penalaran (reasoning). Persyaratan penalaran matematis yang
bersifat deduktif diletakkan oleh bangsa Yunani, mereka berpendapat hanya metode
deduksilah yang mampu menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercayai.

Dalam logika deduktif arah pemikiran bergerak dari pernyataan-pernyataan umum


kepada kesimpulan lebih khusus. Logika deduktif modern lebih bersifat matematis,
yang lazim disebut logika simbolis. Para positivisme Wina (aliran filsafat yang
dibangun Auguste Comte) mencoba menggunakan logika simbolik dalam penyimpulan
ilmiah dengan perluasan langsung metode-metode yang sudah akrab dalam logika
deduktif. Dalam semua pemikiran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik merupakan
konsekuensi logis dari fakta-fakta yang sebelumnya telah diketahui.

Matematika mempunyai kelebihan dibandingkan dari bahasa verbal. Matematika


mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan dilakukannya pengukuran
kuantitatif. Bahasa matematika merupakan suatu cara yang mudah dalam
memformulasikan hipotesis keilmuan. Dengan matematika, pengambilan kesimpulan,
melalui proses berpikir deduktif yang didasarkan pada premis-premis yang
kebenarannya telah ditentukan dan disertai fakta-fakta yang logis. Dengan demikian,
informasi yang disampaikan menjadi lebih jelas dan singkat.

Kaidah-kaidah baku ini sifatnya objektif. Dengan demikian,


kelemahan-kelemahan bahasa sebagai sarana pengetahuan ilmiah, khususnya yang
menyangkut subjektivitas, menjadi teratasi. Pengetahuan matematika masih menjadi
milik para pendeta dalam upaya untuk mempertahankan kekuasaan. Semasa itu,
tampaknya matematika masih dikaitkan dengan nilai-nilai ajaran agama.Sama sekali
bebas dari pengaruh emosi. Matematika mengungkapkan data secara objektif,
berdasarkan apa adanya. Dengan demikian, pemahamannya juga tidak memerlukan
pertimbangan subjektif. Matematika merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan bebas
dari emosi. Demikian pentingnya matematika dalam penilaian Morris Kline,
sampai-sampai ia menyebut matematika merupakan salah satu kekuatan utama
pembentuk konsep tentang alam, serta hakikat dan tujuan manusia dalam
kehidupannya.

c. Statistika
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang artinya negara.
Namun, dalam bahasa Inggris, ada dua kata yaitu statistics yang artinya ilmu
statistik dan kata statistic yag dapat diartikan sebagi ukuran yang diperoleh atau
berasal dari sample, yang berarti ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi.
Statistik ialah ilmu tentang analisis kuantitatif dari gejala massa. Adapun yang
menjadi objek penyelidikan adalah kuantitas-kuantitas atau jumlah-jumlah.
Namun hal ini tidak berarti, bahwa yang diselidiki hanya angka-angka semata,
seperti halnya dalam berbagai cabang matematika. Dalam statistik angka-angka itu
dinyatakan dalam satuan. Satuan tersebut bisa berupa: hari, bulan, tahun, meter,
kilometer, ha, gram, kilogram, liter, ton, dolar, rupiah atau lainnya. Dengan
demikian, angka tunggal atau suatu kejadian yang tersendiri, belum termasuk
statistik.

Salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data. Selain itu juga untuk
membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara
kebetulan. Sejalan dengan tujuannya, maka statistik lazim digunakan dalam
analisis data. Menurut W. Allen Wallis dan Harry Robert, ditinjau dari segi
keilmuan, statistika bukan merupakan bagian dari metode keilmuan yang
dipergunakan dalam mendeskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik
melalui hitungan maupun pengukuran. Jadi statistika merupakan sekumpulan
metode dalam memperoleh pengetahuan dalam kerangka metode keilmuan.
Kata statistik berasal dari kata status (latin) yang disepadankan dengan state
(Inggris). Awal-awalnya statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (kuantitatif), maupun yang tidak berwujud
angka(kualitatif). Namun kemudian statistik hanya diartikan sebatas kumpulan
bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.

Statistika adalah ilmu yang membahas (mempelajari) dan mengembangkan


prinsip-prinsip, metode atau prosedur yang perlu ditempuh dan dipergunakan
dalam rangka :

1. Pengumpulan data angka


2. Penyusunan dan pengatur data
3. Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
4. Penganalisaan terhadap data angka
5. Penarikan kesimpulan secara ilmiah atas dasar pengumpulan data angka
tersebut.
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan.
Selanjutnya dikemukakan tentang peranan statistika dalam tahap-tahap
metode keilmuan, yakni :
a. Tahap observasi
b. Tahap klasifikasi
c. Penyusunan materi
d. Tahap keempat hipotesis.

Sejalan dengan kerangka berpikir ilmiah, maka statistika terkait dengan


penalaran induktif kita dihadapkan pada berbagai kasus. Logika induktif
memproses pengetahuan berdasarkan fakta-fakta khusus yang diperoleh dari
pengetahuan inderawi melalui pengamatan. Selanjutnya dari sejumlah fakta
atau gejala khusus itu ditarik kesimpulan umum berupa pengetahuan yang
baru, baik untuk sebagian atau keseluruhan gejala tersebut. statistika
merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam
mendeskripsi gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan
maupun pengukuran.

Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah, maka secara sistematis,


rangkaian kerangka berpikir ilmiah terpenuhi pula. Bahasa, matematika, dan
statistika sebagai pelengkap. Ketiganya melengkapi proses penalaran, logika
induktif dan deduktif yang diperlukan dalam proses berpikir ilmiah.
Sementara statistika menyangkut pengetahuan tentang pengumpulan, analisis,
dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Dengan demikian,
statistika dapat memberi gambaran yang menyeluruh, serta memberi peluang
lebih besar bagi dilakukannya analisis yang lebih mendalam dan rinci.

D. Logika berpikir dan penalaran (induktif dan deduktif)

1. Logika berpikir deduktif

Logika deduktif pada prinsipnya adalah cara berpikir untuk mencari dan
menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju ke arah
yang lebih spesifik. Logika deduktif merupakan sistem berfikir untuk
mengorganisasi faktual dan mencapai suatu kesimpulan dengan
menggunakan argumentasi logika

Contoh logika deduktif: setiap binatang menyusui mempunyai kaki. Semua


kucing mempunyai kaki. Oleh karena itu, sebagai kesimpulannya, kucing adalah
binatang menyusui.

2. Logika Induktif

Cara ini merupakan cara prosees berfikir yang diawali dari fakta-fakta
pendukung yang spesifik, menuju pada arah yang lebih umum guna mencapai
suatu kesimpulan.

Contoh logika induktif diantaranya adalah seperti berikut. Ayam hitam yang
kita amati mempunyai hati. Ayam putih yang diamati juga mempunyai hati.
Kesimpulannnya adalah setiap ayam mempunyai hati. Dalam logika secara
induktif seorang peneliti berangkat dari pengamatan dna mungkin secara
eksperimentasi untuk melihat hati ayam. Dari bervariasi warna ayam semuanya
mempunyai hati. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah bentuk terakhir yang
berupa generalisasi dan pengamatan banyak ayam tersebut.
Daftar Pustaka

Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati. 2004. Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa


& Sastra. Bandung :Yayasan Nuansa Cendekia

Sukardi. ...... Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Suhartono, Suparlan. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Salam, Burhanuddin. 2012. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pnegembangan. Jakarta:


Kencana. (Hal 4-6)

Jalaludin. 2008. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Gaya Media Pratama

Jujun S. Suriasumantri. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :


Pustaka Sinar harapan

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai