Kelompok 2
Annisa Yulindra
Larasati
Noci Oktari
Sucita Triana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2018
Dua istilah, yaitu pengetahuan dan ilmu pengetahuna ini sering digunakan
secara bergantian. Apakah kedua istilah itu memang sama? Ataukah kedua istilah itu
berbeda. Apabila sama dalam hal apa, atau apabila memang berbeda dimanakah
perbedaannya. Maka dari itu perlu adanya batasan kedua istilah itu. Apakah
sebenarnya yang dimaksud pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu?
Pengetahuan, berkenaan dengan hal yang biasa kita ketahui dalam kehidupan
sehari-hari, atau yang oleh Cohen, dkk. (2007) disebut sebagai common-sense
knowing, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman seseorang.
Pengetahuan yag dalam Bahasa inggris kita sebut “Knowledge” yang secara umum
dapat diartikan sebagai suatu pemahaman (understanding) atau sesuatu hal yang
diketahui atau dipahami oleh seseorang. Dari segi Bahasa, knowledge diartikan
sebagai : (i) expertise, and skill acquired by a person though experience or education;
the theoretical or practical understanding of a subject; (ii) what is known in a
particular field or in total; facts and information; or (iii) awareness or familiarity
gained by experience of a fact or situation (Wikipedia, the free encyclopedia, diakses
16 Januari 2010).
Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau
segala sesuatu yang berkenaan dengan hal (Moliono, dkk. 1988). Berkenaan dengan
hal yang dikenali atau diketahui, seseorang dapat memahami dan mungkin melakukan
atau mengaplikasikan tentang pengetahuan tersebut dalam situasi tertentu.
Pengetahuan dapat berupa fakta-fakta, misalnya pada saat tertentu kita mengetahui
bahwa jam berangkat ke kantor atau sekolag adalah jam 06.00. orang lain yang
sama-sama berangkat ke kantor atau sekolah tidak jam 06.00 melainkan jam 06.30.
walaupun tiba dikantor atau sekolah sama-sama jam 07.00. kedua orang ini secara
fakta memiliki “pengetahuan” tentang jam, tetapi fakta yang diketahui pada saat
sama-sama berangkat ke kantor atau sekolah berbeda. Disamping itu, pengetahuan
bisa berupa informasi, misalnya menteri akan dating pada acara dies natalis nanti;
teman-temannya akan hadir pada acara resepsi hari ulang tahunnya, dan sebagainya.
Berkeitan dengan pengertian pengetahuan, kita sering mengaitkannya dengan
ilmu sehingga kita menggunakkannya dengan istilah ilmu pengetahuan. Sebenarnya
apa yang dimaksud dengan ilmu tersebut? Walaupun demikian untuk menjawab
pertanyaan ini bukanlah perkara mudah. Ilmu, dalam segala hal ilmu pengetahuan
berbeda dengan pengetahuan. Ilmu pengetahuan memiliki makna yang luas dan
menuntut teknik dan keterampilan berpikir. Secara singkat, ilmu (science)
didefinisikan sebagai, “a systematic and controlled extension of commo sense”
(Kerlinger & Lee, 2000). Istilah ilmu (science) mengarah pada “a tremendous body of
knowledge” (Fraenkel, dkk., 2012), yaiitu sebagai khasanah pengetahuan yang
dilandasi dengan menggunakan metode pengetahuan tertentu. Ilmu pengetahuan
merupakan suatu usaha manusia secara terus-menerus dan mendalam dengan
menggunakan metode berpikir tertentu. Ilmu sebagai “science” merupakan hasil
aktivitas berpikir atau kegiatan olah piker manusia, dan ia bukanlah sekedar produk
yang siap dikomunikasikan (Suriasumantri, 1985). Lebih jauh, Suriasumantri
menyatakan bahwa ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Ilmu pengetahuan sebagai suatau cabang studi, (Vockell &
Asher, 1995) berkenaan dengan pemerolehan prinsip-prinsep umum yang dapat diuji
tentang lingkungan alamiah melalui proses induksi, deduksi, dan uji hipotesis. Proses
induksi adalah penarikan kesimpulan elalui fakta-fakta atau hal-hal khusus ke umum.
Deduksi merupakan penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju
yang lebih khusus. Uji hipotesis merupakn pembuktian terhadap jawaban-jawaban
secara tentative dengan cara mencari bukti-bukti atau fakta-fakta dilapangan
(empiris).
Dalam mendefinisikan ilmu atau ilmu pengetahuan, menurut Conant ada dua
sudut pandang, yaitu sudut pandang yang bersifat statis dan dinamis (Kerlinger & Lee,
2000). Berdasarkan sudut pandang statis, ilmu itu merupakan suatu aktivitas yang
memberikan bantuan atau kontribusi informasi secara sistematik terhadap dunia luas.
Lebih jauh, menurut Conant bahwa tugas ilmuwan yaitu menemukan fakta-fakta baru
dan mengembangkannya kedalam khazanah pengetahuan yang sudah ada. Dalam
pandangan ini, ilmu (ilmu pengetahuan) juga diartikan sebagai suatu cara untuk
menjelaskan masalah atau fenomena yang telah diamati. Pandangan statis ini
memberikan penekanan pada pengetahuan yang ada dan kemuadian
mengembangkannya pada hokum-hukum, teori-teori, hipotesis-hipotesis, dan
prinsip-prinsip yang ada. Sebaliknya, menurut pandangan dinamis, yang menganggap
bahwa pengetahuan bukan sekedar suatu aktivitas, apa yang dilakukan oleh para
ilmuwan. Ilmu pengetahuan yang ada itu penting, tetapi yang lebih penting lagi kita
perhatikan bahwa ilmu pengetahuanyang ada sekarang menjadi dasar atau landasan
untuk pengembanan ilmu dan penelitian berikutnya. Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan
menurut sudut pandang dinamis ini disebut juga pandangan heuristic. Istilah heuristic
itu sendiri sangat berkenaan dengan penemuan (discovery). Dengan demikian,
menurut pandangan dinamis atau heuristic ini, dalam ilmu pengetahuan menekankan
skemata konseptual yang saling berkaitan sehingga berguna untuk penelitian yang
akan dating atau penelitian berikutnya.
Tugas atau fungsi ilmu (ilmu pengetahuan) itu menurut Braithwaite (Kelinger
& Lee, 2000) yaitu untuk menetapkan hokum-hukum umum yang mencakuo
perilaku-perilaku objek-objek atau peristiwa-peristiwa empiris yang berkenaan
dengan masalah keilmuan, dan dengan demikian memungkinkan kita untuk
menghubungkan pengetahuan kita dari peristiwa-peristiwa yang terpisah-pisah dan
untuk membuat ramalan yang tepat dari peristiwa-peristiwa yang belum kita ketahui.
Dalam buku pengantar filsafat (Burhanudin, 2013), pengetahuan ada dua
yaitu :
- Pengetahuan biasa (knowledge/common sense), tidak memandang betul-betul
sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan yang seobyektif-obyektifnya, tidak
menyelidiki obyeknya sampai habis-habisan, taka da sintesis, tak bermetode
dan tak bersistem.
- Pengetahuan Ilmiah/ilmu pengetahuan (sciene) adalah sebaliknya yaitu
mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang sebaik-baiknya,
menyelidiki obyeknya selengkap-lengkapnya sampai habis-habisan, hendak
memberikan sintesis yaitu pandangan yang bergandengan, bermetode dan
bersistem.
Kesipulan yang dapat ditarik sekarang ialah bahwa bagi manusia mempunyai
kemungkinan untuk mencapai pengetahuan yang lebih sempurna dari pada
pengetahuan biasa, yang lebih tinggi derajatnya, yang hendak memberikan “insight”
(pemahaman yang mendalam). Ilmu pengetahuan memang berdasarkan “pengetahuan
biasa” tetapi disempurnakan, diperluas, dipertanggungjawabkan supaya pasti dan
benar. Hingga manusia dengan demikian mendekati apa yang dicita-citaknnta, yaitu
kebenaran dan kehidupan yang didasarkan atas kebenaran itu, yaitu kehidupan yang
sungguh-sungguh yang bertaraf manusiawi.
Dalam “Ensiklopedia Indonesi”, kita jumpai pengertian sebagai berikut:
“Ilmu pengetahuan, suatu sister dan pelbagai pengetahuan yang masing-masing
mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa
menurut asas-asas tertentu, higga menjadi kesatuan; suatu system dari pelbagai
pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan
yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi,
deduksi).”
Menurut epistemology, setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari
berkontaknya dua macam besaran, yaitu:
a. Benda atau yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (obyek)
b. Manusia ynag melakukan pelbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnta
mengetahui (mengenal) benda atau hal tadi (subyek).
Ada beberapa cara macam cara manusia menguasai ilmu pengetahuan untuk hidup
dalam dunianya. Beberapa macam metode tersebut diantaranya adalah :
b. Melalui cara tenacity. Cara lain seseorang belajar menguasai suatu ilmu
pengetahuan adalah menggunkan model tradisi yang berlaku didalam
masyarakat. Cara tradisi ini akan lebih kuat jika terjadi peristiwa yang
membenarkan tradisi perilaku. Sebaliknya, kan hilang nilai kepercayaan itu.
d. Melalui metode deduktif dan induktif. Cara ini adalah yang paling lama
digunakan oleh para ahli zaman yunani dan mesir kuno dalam mengebangkan
dan menguasai ilmu pengetahuan(Ari,Dkk.,1985)
Dengan menggunakan alasan logis yang sudah mendekati ilmiah mereka dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan sedemikian maju dan dapat digunakan sebagai
kajian pustka sampai sekarang. Alasan logis ini pada umumnya dapat dibedakan dua
macam yaitu logika deduktif dan logika induktif.
a) Ontologi
Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada)”.
Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan
bagaimana keadaan yang sebenarnya.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Hakekat obyek ilmu (ontologi) terdiri dari objek materi yang terdiri dari
jenis-jenis dan sifat-sifat ilmu pengetahuan dan objek forma yang terdiri dari sudut
pandang dari objek itu.
b) Epistemologi
Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur tertentu yang diikuti untuk
mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Epistemologi dari
metode keilmuan akan lebih mudah dibahas apabila mengarahkan perhatian kita
kepada sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir yang diatur
dalam suatu urutan tertentu.
d. Perumusan hipotesis
c) Aksiologis
Halaman 31-32)
Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu; nilai etika dan nilai estetika.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ilmu memiliki pengertian, yaitu: Ilmu
adalah suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan).
Ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala ataupun kondisi pada
suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat dan metode ilmiah
lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris, sistematis,
objektif, analisis dan verifikatif.
a. Fakta
Fakta adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang merupakan kenyataan; sesuatu
yang benar-benar ada atau terjadi. Pengertian bahasa ini yang searah dengan makna
haqiqah dalam bahasa Arab. Pengertian fakta secara istilah merupakan perbandingan
dengan data dalam penelitian. Bila data dipahami sebagai teori, maka fakta adalah
kenyataan/prakteknya. Dalam penelitian, perbandingan antara data dan fakta ini atau
antara teori dan kenyataan/praktek akan melahirkan sebuah masalah
b. Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala
secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan, kelompok. Diharapkan peneliti
mampu memformulasikan pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam
kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang
lainnya.
Dalam dunia penelitian dikenal dua pengertian mengenai konsep, yaitu Pertama
konsep yang jelas hubungannya dengan realita yang diwakili, contoh : meja, mobil
dan lain-lainnya. Kedua konsep yang abstrak hubungannya dengan realitas yang
diwakili, contoh : kecerdasan, kekerabatan, dan lain-lainnya.
Konsep merupakan unsur pokok daripada penelitian. konsep merupakan hal yang
abstrak, maka per;u diterjemahkan dalam kata-kata sedemikian rupa, sehingga dapat
di ukur secara empiris.
c. Teori
d. Hukum
Pendapat Friedrich Karl Von Savigny, seorang pemuka ilmu sejarah hukum dari
Jerman mengemukakan bahwa hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum
masyarakat .Menurutnya semua hukum berasal dari adat istiadat dan kepercayaan,
bukan dari pembentuk undang-undang). Pendapat Rudolph Von Ihering
mengemukakan bahwa hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai
tujuannya. Von Ihering menganggap hukum sebagai sarana untuk mengendalikan
individu-individu, agar tujuannya sesuai dengan tujuan masyarakat dimana mereka
menjadi warganya. Menurutnya hukum juga merupakan suatu alat yang dapat
dipergunakan untuk melakukan perubahan-perubahan sosial.
e. Prinsip
Menurut Kamus Bebsar Bahasa Indonesia “Prinsip adalah asas, kebenaran yang
jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan sebagainya. Menurut Palgunadi Tatit
Setyawan “Prinsip adalah hal yang membatasi esensi”. Sedangkan menurut Russel
Swanburg Prinsip adalah kebenaran yang mendasar, hukum atau doktrin yang
mendasari gagasan. Toto Asmara mengemukakan Prinsip adalah hal yang secara
fundamental menjadi martabat diri atau dengan kata lain, prinsip adalah bagian paling
hakiki dari harga diri.
Udo Yamin Efendi Majdi Prinsip adalah pedoman berprilaku yang terbukti
mempunyai nilai yang langgeng dan permanen. Ahmad Jauhar Tauhid Prinsip adalah
pandangan yang menjadi panduan bagi perilaku manusia yang telah terbukti dan
bertahan sekian lama. Herry Tjahjono Prinsip adalah hukum alam dan sudah jadi
kebenaran hakiki.
a. Bahasa
Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikuti oleh Jujun, bahwa keunikan
manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai
Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik
istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab
dalam kegiatan berpikir manusiamempergunakan simbol.
Dalam pandangan Paul B. Weisz, pada dasarnya, sains adalah sebuah bahasa, dan
juga sebuah sistem komunikasi. Maksud dari karangan ilmiah ialah untuk
mengomunikasikan informasi ilmiah yang baru kepada ilmuwan lain. Di sini terlihat
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi penting dalam upaya menyapaikan temuan
sains. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa sebagai sarana
berpikir ilmiah ternyata memiliki fungsi ganda. Merangkum fungsi sebagai bahasa
ilmiah, dan sekaligus bahasa nasional.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah, dan juga merupakan alat berpikir, serta alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi,
bahasa terbagi ke dalam bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dalam pemakaiannya, bahasa
lisan terikat oleh ruang dan waktu, sehingga kesalahan leksikon (kosa kata), morfologi
(bentuk kata), ataupun sintaksin (tata kalimat) dapat diperbaiki secara langsung. Lain
halnya dengan bahasa tulisan yang sama sekali tidak terikat kepada ruang dan waktu,
hingga penggunaannya perlu secara tepat sesuai dengan kaidah yang baku.
Selanjutnya dikemukakan Amran Halim, bahwa ciri bahasa tulis adalah ketepatan
penggunaan kata, morfologi dan sintaksis (tata kalimat), sehingga tidak terdapat makna
ganda. Bagian-bagiannya dinyatakan secara ekspilisit (terang dan jelas) melalui
kaidah-kaidah tertentu. Bahasa ditulis tidak bertele-tele. Informasi yang disajikan harus
utuh, sehingga tidak ada bagian-bagian yang ditinggalkan (kaidah, bentuk kata, dan
satuan kalimat). Selain itu, bahasa ilmiah tidak menyangkut peran emosi. Tak jarang
pula bahasa tulis, khusus bahasa ilmiah terkait denga unsur-unsur tambahan antara lain
kaidah penulisan bahasa asing ataupun transliterasi.
1. Pemakaian kalimat efekktif (kesepadanan antara struktur gramatik ddan alur pikir
penulis).
b. Matematika
Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradapan manusia itu
sendiri. Sekitar 3500 tahun SM, bangsa Mesir telah mempunyai simbol yang
melambangkan angka. Digunakan untuk para pendeta untuk meramal pasang surut
Sungai Nil. Pengetahuan matematika masih dianggap keramat. Sebelumnya juga
matematika sudah digunakan di masa Babylonia. Bahkan sekitar masa ini, telah
berkembang dalam bahasa para pendeta Babylonia Cuneiform (yang masih memiliki
monopoli urusan-urusan itu), suatu upaya “ilmiah” yang lebih sistematik dari
astronomi matematis.
Tulis kuno berbentuk pasak (cuneiform) yang ditulis di atas prasasti tanah liat
cepat mengeras dan meninggalkan goresan yang sifatnya permanen. Kebayakan dari
prasasti tersebut berisi catatan-catatan matematika berasal dari zaman Babylonia kuno
sekitar tahun 1.800 SM. Menurut Neugebauer, bahwa tidak ada teks-teks astronomi
yang signifikan dari segi sains berasal dari zaman ini, sementara naskah-naskah
matematikanya adalah memiliki kualitas tertinggi dari semua yang ada di Babylonia.
c. Statistika
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang artinya negara.
Namun, dalam bahasa Inggris, ada dua kata yaitu statistics yang artinya ilmu
statistik dan kata statistic yag dapat diartikan sebagi ukuran yang diperoleh atau
berasal dari sample, yang berarti ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi.
Statistik ialah ilmu tentang analisis kuantitatif dari gejala massa. Adapun yang
menjadi objek penyelidikan adalah kuantitas-kuantitas atau jumlah-jumlah.
Namun hal ini tidak berarti, bahwa yang diselidiki hanya angka-angka semata,
seperti halnya dalam berbagai cabang matematika. Dalam statistik angka-angka itu
dinyatakan dalam satuan. Satuan tersebut bisa berupa: hari, bulan, tahun, meter,
kilometer, ha, gram, kilogram, liter, ton, dolar, rupiah atau lainnya. Dengan
demikian, angka tunggal atau suatu kejadian yang tersendiri, belum termasuk
statistik.
Salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data. Selain itu juga untuk
membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara
kebetulan. Sejalan dengan tujuannya, maka statistik lazim digunakan dalam
analisis data. Menurut W. Allen Wallis dan Harry Robert, ditinjau dari segi
keilmuan, statistika bukan merupakan bagian dari metode keilmuan yang
dipergunakan dalam mendeskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik
melalui hitungan maupun pengukuran. Jadi statistika merupakan sekumpulan
metode dalam memperoleh pengetahuan dalam kerangka metode keilmuan.
Kata statistik berasal dari kata status (latin) yang disepadankan dengan state
(Inggris). Awal-awalnya statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (kuantitatif), maupun yang tidak berwujud
angka(kualitatif). Namun kemudian statistik hanya diartikan sebatas kumpulan
bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
Logika deduktif pada prinsipnya adalah cara berpikir untuk mencari dan
menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju ke arah
yang lebih spesifik. Logika deduktif merupakan sistem berfikir untuk
mengorganisasi faktual dan mencapai suatu kesimpulan dengan
menggunakan argumentasi logika
2. Logika Induktif
Cara ini merupakan cara prosees berfikir yang diawali dari fakta-fakta
pendukung yang spesifik, menuju pada arah yang lebih umum guna mencapai
suatu kesimpulan.
Contoh logika induktif diantaranya adalah seperti berikut. Ayam hitam yang
kita amati mempunyai hati. Ayam putih yang diamati juga mempunyai hati.
Kesimpulannnya adalah setiap ayam mempunyai hati. Dalam logika secara
induktif seorang peneliti berangkat dari pengamatan dna mungkin secara
eksperimentasi untuk melihat hati ayam. Dari bervariasi warna ayam semuanya
mempunyai hati. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah bentuk terakhir yang
berupa generalisasi dan pengamatan banyak ayam tersebut.
Daftar Pustaka