Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“MATERIAL ZAT ADITIF”


Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan
Pengampu: Sri Sumarni, ST., MT.

Disusun Oleh :

Nama : 1. Saekul Bakri (K1518069)


2. Totok Herwanto (K1518073)
3. Verani Handayanti (K1518075)
4. Windianeke Jelitamara (K1518077)
Kelas : PTB A

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Bahan Bangunan tentang “Material
Zat Aditif”.

1
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun wawasan terhadap pembaca.

Surakarta, 15 September 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
I. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................1
1.4. Manfaat.........................................................................................1

II. BAB II PEMBAHASAN


2.1. Bahan Aditif Beton.......................................................................2
2.2. Mutu Zat Aditif.............................................................................5
2.3. Perusahaan Pembuat Zat Aditif....................................................10
2
2.4. Standar SNI..................................................................................11

III. BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan..................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iv

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Ilmu Bahan
Bangunan dan juga untuk mendalami materi Material Beton, khususnya
Material Zat Aditif yang kami pelajari dalam mata kuliah Ilmu Bahan
Bangunan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana pengertian serta jenis-jenis zat aditif?
b. Bagaimana mutu zat aditif beton ?
c. Sebutkan perusahaan pembuat zat aditif?
d. Jelaskan pengujian zat aditif sesuai SNI

1.3. TUJUAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun untuk tujuan
mengetahui :
a. Mengetahui pengertian serta jenis-jenis zat aditif
b. Mengetahui mutu zat aditif beton
c. Dapat menyebutkan beberapa perusahaan pembuat zat aditif
d. Mengetahui pengujian zat aditif sesuai SNI

1.4. MANFAAT
Manfaat dari membaca makalah ini tentu saja dapat mengenal dan mengerti
lebih jauh dan lebih mendalam mengenai Material Zat Aditif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan Aditif Beton


Selain semen, agregat, dan air, kadang-kadang pembuatan beton
juga menggunakan bahan kimia tertentu yang ditambahkan ke adukan.
Istilah bahan tambahan mineral ini dikenal sebagai additive atau zat aditif,
yaitu bahan-bahan kimia yang sengaja ditambahkan pada campuran beton
untuk merubah sifat dan karakteristiknya sesuai keinginan. Tujuan utama

1
dari pemakaian zat aditif yaitu untuk memperbaiki kemampuan kuat tekan
yang dimiliki oleh beton tersebut.
Zat aditif biasanya berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi
langsung mempengaruhi kondisi campuran beton. Berdasarkan jenisnya,
terdapat tiga macam zat aditif yang biasa digunakan dalam pembuatan
beton bangunan.
2.1.1. Air Entraining Agent (ASTM C260)
Yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton
tahan terhadap pembekuan dan pencucian terutama untuk daerah
salju.Pengaruh air entraining admixture terhadap sifat-sifat beton meliputi:
Kekuatan Tekan Beton, Workabilitas Beton (kemudahan pekerjaan),
Pengikatan Waktu, Bleeding (keluarnya air ke permukaan beton),
Perubahan Volume (volume deformation), Kohesif, Density (berat jenis),
dan Keawetan Beton (durability).

2.1.2. Admixture Kimia (Bahan Tambahan Kimia, ASTM C49 dan BS


5075)
Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:

 Tipe A, Water-Reducing Admixtures adalah bahan kimia tambahan


untuk mengurangi jumlah air yang digunakan.

 Tipe B, Retarding Admixtures adalah bahan kimia untuk


memperlambat proses ikatan beton.

 Tipe C, Accelerating Admixtures adalah bahan kimia untuk


mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.

 Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan


kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.

 Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan


kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan.
2
 Tipe F Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan
kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan
lebih.

 Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures adalah


bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air
dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.

2.1.3. Mineral Admixture (Bahan Tambahan Mineral)


Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan
yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah
dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya meningkat. Yang termasuk dalam
Mineral Admixture adalah Pozzolan dan bahan tambahan khusus lainnya yang
berasal dari mineral.
a. Fly Ash
Di Indonesia, fly ash dikenal sebagai abu terbang batubara.
Pengertian fly ash menurut ASTM C.168 adalah partikel butiran halus
yang dihasilkan dari residu pembakaran batubara atau bubuk batubara.
Ada 2 macam fly ash, di mana yang pertama ialah abu terbang normal
yang diperoleh dari pembakaran batubara antrasit/batubara bitomios.
Sedangkan yang kedua yakni abu terbang kelas C yang didapatkan dari
batubara lignite/batubara subbitemeus. Perbedaan mendasar antara kedua
fly ash ini yaitu abu terbang kelas C mengandung kapur/lime mencapai 10
persen daripada beratnya.

b. Slag
Hasil residu dari pembakaran tanur yang tinggi disebut slag.
Berdasarkan ASTM C.989 yang berjudul Standard Specification for
Ground Granulated Blast Furnance Slag for Use in Concrete and Mortar
mendefinisikan slag sebagai material non-metal berbentuk halus yang
dihasilkan dari pembakaran lalu didinginkan dengan mencelupkannya ke
dalam air. Peran slag di antaranya memperkuat beton, menaikkan rasio

3
antara kuat tekan dan kelenturan, mengurangi variasi kuat tekan,
meningkatkan daya tahan, dan mencegah terjadinya porositas.
c. Silica Fume
Dikutip dari ASTM C.1240-95 yang berjudul Specification for
Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and Mortar, silica
fume adalah material halus yang diciptakan dari tanur tinggi atau sisa
produksi silicon/alloy besi silicon, di mana mempunyai kandungan silica
yang lebih banyak. Kegunaan utama dari zat aditif yang satu ini yakni
guna memperoleh beton yang berkualitas tinggi dan memiliki kemampuan
yang baik dalam menopang kuat tekan. Oleh karena itu, silica fume sering
ditambahkan dalam pembuatan adukan beton untuk kolom struktur,
dinding geser, elemen pre-cast, beton pra tegang, dan lain-lain.

d. Pozzollan
Pozzollan merupakan bahan tambahan mineral yang biasanya
diaplikasikan sebagai penghalus gradiasi. Prinsip kerja dari pozzollan
yakni memperhalus perbedaan pada campuran beton dengan memberikan
bahan-bahan yang belum ada/kurang di dalam agregat. Dengan kata lain,
fungsi dari zat aditif pozzollan ini adalah meningkatkan kualitas beton,
mengurangi permeabilitas, dan menghemat anggaran biaya yang
dibutuhkan.

2.2 Mutu Zat Aditif

A. Chemical Admixture

1. Tipe A, Water-Reducing
Admixtures

a. Kekuatan Tekan

Tegangan tekan beton bertambah karena adanya pengurangan air, hal ini
dikarenakan faktor A/S (Air-Semen) berkurang. Penambahan kekuatan diperkirakan
± 10%.

b. Setting Time

Dengan adanya water reducing admixture, setting time dari campuran beton tidak
berubah.
4
c. Workability

Bila tidak ada perubahan faktor Air Semen (A/S), water reducing
menambah workability beton. Untuk slump awal 25-75 mm dapat ditambah dengan
50-60 mm.

d. Loss Slump

Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang berisi water reducing


admixture umumnya sama atau lebih besar dari beton biasa. Dimana bila digunakan
water reducing admixture (WRA) akan menambah workability dan waktu
pencampuran.

e. Air Entrainment

Dengan bahan dasar Lignosulphonate cenderung meningkatkan jumlah kadar


udara tapi tidak melampaui 2%. Bahan dasar Salt hydroxycarboxylic dan
Polysacharides tidak menambah kadar udara dan bahkan sering mengurangi kadar
udara.

f. Panas Hidrasi

Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya penggunaan WRA.

r g. Perubahan Bentuk

Perubahan bentuk (volume change) tidak terpengaruh dengan adanya WRA.

h. Durability

Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA kecuali airnya dikurangi


yang menyebabkan beton lebih padat dan impermeabel.

2. Tipe B, Retarding Admixtures

a. Bahan kimia Dasar : Polyhydroxy Carbon Salts

b. Bentuk : Cairan

c. Warna : Kuning Transparan

d. Spesific Gravity : 1,17 – 1,19 kg/liter

e. Kuat tekan
Kadar maksimum kuat tekan umur 28 hari terdapat pada kadar retarder
0,3%. Kondisi ini serupa dengan uji kuat tekan beton pada umur 14 hari. Pada
umur 28 hari, kuat tekan beton cenderung mengalami kenaikan yang signifikan
5
sampai batas dosis tertentu kemudian akan mengalami penurunan setelah dosis
tersebut.

f. Loss slump
Pada penambahan kadar retarder sebesar 0,3%, 0,4% dan 0,5% dapat
meningkatkan workabilitas pada beton karena memiliki nilia slump yang lebih
besar dibanding beton tanpa retarder. Dengan adanya penambahan retarder pada
campuran beton akan menunda setting time sehingga apabila waktu aliran yang
dihasilkan lebih lama tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap campuran
beton karena beton juga mempunyai waktu lebih sebelum beton akhirnya
mengeras atau mencapai final setting time.

3. Tipe C, Accelerating Admixtures

a. Kuat tekan

Untuk pengaruh accelerating admixture terhadap kuat tekan terdapat


beberapa bahan yang hasil penggunaannya mempunyai pengaruh yang berbeda
pada beton, bahan tersebut diantaranya :
 Calsium chloride

Dengan menggunakan 1,5% CaCl2 dalam beton akan didapat penambahan


o
kekuatan sebesar 30% dalam 3 hari dan 20% dalam 28 hari pada suhu 70 F

 Alumunium Chlorida

Alumunium Chlorida merupakan accelerators yang kuat. Dengan


menambahkan 1% Alumunium chlorida dalam beton, maka kekuatan tekannya
pada umur satu hari dapat dinaikkan menjadi 50– 170%.

6
 Natrium Sulfat

Natrium Sulfat mempercepat pengerasan semen dan tidak menyebabkan


berkaratnya tulangan beton.

b. Setting time

Jenis bahan tambahan ini mempercepat waktu hidrasi dari semen. Beton yang
menggunakan accelarator lebih cepat mengikat serta mencapai kekuatan tekannya.

4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures

Pengaruh dari RA tergantung dari : dosis, type semen, mix propotion,


penambahan waktu pengikatan dan agregat serta gradingnya.

a. Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan awal beton berkurang dengan adanya bahan tambahan kimia
retarder tersebut. Perpanjangan atau penundaan waktu pengikatan tersebut berkaitan
dengan penundaan kekuatan tekan beton. Untuk umur lebih d ari 3 hari kekuatan beton
sama dengan campuran beton normal. Kemungkinan kekuatan beton umur 28 hari lebih
besar 10% bila airnya dikurangi. Untuk beton dengan retarding admixture kekuatan beton
10% lebih tinggi pada umur 7 hari dan 5% lebih tinggi dari beton normal pada umur 28
hari.

b. Setting Time

Retarder menghambat setting time beton.

5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures

a. Kekuatan

Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton,


pengaruh kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing dicampur
accelerator, keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat berhubungan
langsung dengan penurunan rasio air-semen (a/s).

b. Setting Time

Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek daripada


beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium klorida pada
setting time lebih besar daripada kalsium format.

7
c. Workability
Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit peningkatan
dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam workabilitas dapat
diperoleh dengan kombinasi accelerator dengan bahan water reducing.
d. Air Entrainment

Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air entrainment.


e. Bleeding

Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.


f. Panas Hidrasi

Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan dan


memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran bahan
biasa. Total panas hidrasi tidak mempengaruhi.
g. Perubahan Volume
Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying shrinkage. Kalsium
format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang ada menunjukkan ada
sedikit pengaruh pada creep.
h. Durability

Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity alamiah yang


diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan demikian akan
memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.

6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures


Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan
lebih. Dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air
semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh
adukan dengan kekentalan lebih encer dengan fakor air semen yang sama,
sehingga kuat tekan beton lebih tinggi. Bahan ini merupakan sarana untuk
menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan (segregasi/ bleeding).

7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Dalam penggunaannya dibatasi

8
dengan dosis tertentu. Dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan
menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan
pada beton.

B. Mineral Admixture

1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)


Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash)
didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk
batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal
yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan
abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus.
Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10%
beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam
ASTM C.618-95:305 (Ir.Tri Mulyono,2003).

2. Silica Fume

Menurut standar “Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic


Cement Concrete and Mortar” (ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah
material pozzolan yang halus, dimana komposisi silica lebih banyak yang
dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon
dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri
Mulyono,2003). Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan
tinggi, digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau
beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria beton dengan kekuatan
tekan tinggi saat ini adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica
fume berkisar antara 0 – 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan
keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa
superplasticizer dan nilai slump 50 mm.

2.3 Perusahaan pembuat bahan aditif


2.3.1 PT Sika Indonesia
Terlahir dengan nama PT Sika Nusa Pratama pada 1987,
sebagai perusahaan kimia konstruksi. Baru pada 2003 perusahaan
berdarah swiss ini berganti nama menjadi PT Sika Indonesia.
Beberapa tahun lalu PT Sika Indonesia memindahkan kantor
pusatnya ke pabrik yang ada di Cileungsi, Bogor.

9
2.3.2 PT Additon Karya Sembada

PT Additon Karya Sembada adalah perusahaan yang


memproduksi dan memperdagangkan bahan kimia additif untuk
konstruksi bangunan. Alamat PT Additon Karya Sembada yaitu
berada di Ktr Pemasaran Pert Wonokitri Indah Jl Mayjen Sungkono
Pert Wonokitri Indah Bl S/17 Sawunggaling, Wonokromo
Surabaya 60242 Jawa Timur

2.4 Standar SNI


Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun sudah diatur
dalam SNI-03-2495-1991 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton.
Pengujian Zat Aditif Secara SNI:

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Selain semen, agregat, dan air, kadang-kadang pembuatan beton
juga menggunakan bahan kimia tertentu yang ditambahkan ke adukan.
Istilah bahan tambahan mineral ini dikenal sebagai additive atau zat aditif,
yaitu bahan-bahan kimia yang sengaja ditambahkan pada campuran beton
untuk merubah sifat dan karakteristiknya sesuai keinginan. Tujuan utama
dari pemakaian zat aditif yaitu untuk memperbaiki kemampuan kuat tekan
yang dimiliki oleh beton tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://yudhistira14.blogspot.com/2015/10/penggunaan-zat-additive-dan-
admixture.html
http://rhararemetwa.blogspot.com/2015/01/bahan-kimia-untuk-meningkatkan-
mutu.html

4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures


Pengaruh dari RA tergantung dari : dosis, type semen, mix propotion,
penambahan waktu pengikatan dan agregat serta gradingnya.

c. Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan awal beton berkurang dengan adanya bahan tambahan


kimia retarder tersebut. Perpanjangan atau penundaan waktu pengikatan
tersebut berkaitan dengan penundaan kekuatan tekan beton. Untuk umur lebih
dari 3 hari kekuatan beton sama dengan campuran beton normal. Kemungkinan
kekuatan beton umur 28 hari lebih besar 10% bila airnya dikurangi. Untuk beton
dengan retarding admixture kekuatan beton 10% lebih tinggi pada umur 7 hari
dan 5% lebih tinggi dari beton normal pada umur 28 hari.

d. Setting Time
Retarder menghambat setting time beton.

5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures


i. Kekuatan
Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton,
pengaruh kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing
dicampur accelerator, keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat
berhubungan langsung dengan penurunan rasio air-semen (a/s).

j. Setting Time

4
Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek
daripada beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh
kalsium klorida pada setting time lebih besar daripada kalsium format.

k. Workability
Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit
peningkatan dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam
workabilitas dapat diperoleh dengan kombinasi accelerator dengan bahan
water reducing.
l. Air Entrainment
Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air entrainment.

m. Bleeding
Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.
n. Panas Hidrasi
Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan dan
memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran
bahan biasa. Total panas hidrasi tidak mempengaruhi.

o. Perubahan Volume
Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying shrinkage.
Kalsium format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang ada
menunjukkan ada sedikit pengaruh pada creep.
p. Durability
Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity
alamiah yang diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan
demikian akan memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.

6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures


Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau
bahkan lebih. Dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan
dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang
sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan fakor
air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi. Bahan ini

5
merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi
pemisahan (segregasi/ bleeding).

7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi


air dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Dalam
penggunaannya dibatasi dengan dosis tertentu. Dosis yang berlebihan akan
bisa mengakibatkan menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi
bisa menimbulkan kerusakan pada beton.

C. Mineral Admixture
1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash)
didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau
bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang
yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu
bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis
lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung
kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan
dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.618-95:305 (Ir.Tri
Mulyono,2003).

3. Silica Fume
Menurut standar “Spesification for Silica Fume for Use in
Hydraulic Cement Concrete and Mortar” (ASTM.C.1240,1995:637-642)
silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana komposisi silica
lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon
atau alloy besi silicon dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan
silica fume. (Ir.Tri Mulyono,2003). Penggunaan silica fume dalam
campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan
tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan, misalnya, untuk
kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan
beberapa keperluan lain. Kriteria beton dengan kekuatan tekan tinggi saat

6
ini adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume
berkisar antara 0 – 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan
keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau
tanpa superplasticizer dan nilai slump 50 mm.

Anda mungkin juga menyukai