Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PBL

MODUL 1 SISTEM BIOETIK DAN MEDIKOLEGAL

KELOMPOK 12

Abid Abdurahman Wahid


Dimas Aditya P.
Raka Fawwaz
Anugrah Dwi Rizki
Andi Anisa Dwi Adam
Alda Yulianita
Bellina Sarsa Pamela
Fidya Rizka Amalia
Fajri Nova
Anisah Asma Fauziyyah Farida

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami
kesehatan dan juga kesempatan untuk kami dapat menyelesaikan Laporan Modul Satu Sistem
Bioetik dan Medikolegal ini. Shalawat dan salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, karena beliau lah yang dapat kita jadikan panutan umat muslim.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para tutor kami dalam PBL yang telah
membimbing kami dan memberikan materi pada sistem ini guna untuk memudahkan kita dalam
menyelesaikan pembelajaran pada sistem ini, dan juga dapat memberikan gambaran terlebih
dahulu apa saja materi yang harus kita tuangkan dalam laporan ini. kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman kelompok 12 yang sudah membantu memberikan materi agar
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat diri saya sebagai penulis khususnya dan
juga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf jika dalam penulisan makalah
ini masih banyak sekali kekurangan baik dalam segi penulisan ataupun kelengkapan materi.

Wassalamuailaikum Wr Wb

Jakarta, 14 juli 2014


Pernyataan Masalah

1. Ca mammae stadium 3 harapan hidup kecil

2. Dokter beri terapi melebihi dosis minimal untuk peringan sakit

3. Pasien tidak sanggup lagi tahan sakit

4. Dokter tingkatkan dosis agar meninggal dengan tenang

Dinilai berdasarkan :

1. Kaidah dasar moral

2. Etika klinis

3. Etika Islam

4. Inform Consent

5. Malpraktek/Kelalaian medik

No KDB Paragraf Konteks Prima Facie

1 Non-maleficence Seorang perempuan usia 50 tahun • Tidak membunuh pasien Non- maleficence
datang dengan keluhan kanker (tidak melakukan
payudara stadium 3 yang euthanasia)
mempunyai harapan hidup sangat
kecil. Dokter memberikan terapi • Mengobati tidak secara
melebihi dosis minimal sebagai proporsional
peringan rasa sakit yang diderita • Tidak membahayakan
oleh pasien. Pasien mengaku tidak kehidupan pasien karena
sanggup lagi menerima rasa sakit. kelalayan
Dokter meningkatkan dosisnya
agar dapat meninggal lebih • Tidak memberikan
tenang. semangat hidup
KAIDAH DASAR MORAL (KAIDAH DASAR BIOETK)

Beneficence

No Kriteria Ada Tidak Ada

1 Mengutamakan Alturisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban √


untuk kepentingan orang lain)

2 Menjamin bilai pokok harkat dan martabat manusia √

3 Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan √


dokter

4 Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan √


dengan keburukannya

5 Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang √

6 Menjamin kehidupan baik minimal manusia √

7 Pembatasan goalbase √

8 Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien √

9 Miinimalisasi akibat buruk √

10 Kewajiban menolong pasien gawat darurat √

11 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan √

12 Tidak menarik honorium diluar kepantasan √

13 Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan √

14 Mengembangkan profesi secara terus menerus √

15 Memberikan obat berkhasiat namun murah √

16 Menerapkan Golden Rule Principle √


Nonmaleficence

No Kriteria Ada Tidak


Ada
1 Menolong pasien emergensi √
2 Kondisi untuk menggambarkan kondisi ini adalah: √
 Pasien dalam keadaan amat berbahaya
(darurat)/beresiko hilangnya sesuatu yang
penting (gawat)
 Dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut
 Tindakan dokter terbukti efektif
 Manfaat bagi pasien lebih banyak dari kerugian
dokter (hanya mengalami resiko minimal)
3 Mengobati pasien yang terluka √
4 Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) √
5 Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkna pasien √
6 Tidak memandang pasien sebagai objek √
7 Mengobati tidak secara proporsional √
8 Tidak mencegah pasierdari bahaya √
9 Menghindari misreperentasi dari pasien √
10 Tidak membahayakan kehidupan pasien karena √
kelalayan
11 Tidak memberikan semangat hidup √
12 Tidak melindungi pasien serangan √
13 Tidak melakukan white collar crime dalam bidang √
kesehatan/kerumahsakitan yang merugikan pihak
pasien/keluarganya
Autonomi
No Kriteria Ada Tidak
Ada

1 Menghargai hak menentukan sendiri, menghargai martabat √


pasien
2 Tidak menggintervensi pasien dalam membuat keputusan √
(pada kondisi elektif)

3 Berterus terang √

4 Menghargai privacy √

5 Menjaga rahasia pasien √

6 Menghargai rasionalitas pasien √

7 Melakukan informed consent √

8 Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil √


keputusan sendiri
9 Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien √

10 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat √


keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

11 Sabar menuggu keputusan yang akan diambil pasien dalam √


kasus emergensi
12 Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien √

13 Menjaga hubungan (kontrak) √


Justice
No Kriteria Ada Tidak
Ada
1 Memberlakukan segala sesuatu secara universal √
2 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi √
yang telah ia lakukan
3 Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi √
dalam posisisi yang sama
4 Menghargai hak sehat pasien (Affordability, √
equality, accessibility, availability, quality)
5 Menghargai hak hukum pasien √

6 Menghargai hak orang lain √


7 Menjaga kelompok yang rentan (yang paling √
dirugikan)
8 Tidak melakukan penyalhgunaan √

9 Bijak dalam makroalokasi √


10 Memberikan konstribusi yang relatif sama dengan √
kebutuhan pasien
11 Meminta partisipasi pasien sesuai dengan √
kemampuannya
12 Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian √
(biaya, beban, sangsi) secara adil
13 Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat √
tepat dan kompeten
14 Tidak memberi beban berat secara merata tanpa √
alasan sah/tepat
15 Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan √
penyakit/gangguan kesehatan
16 Tidak membedakan pelayanan pasien √
PRO
Abid Abdurahman Wahid

Dimas Aditya P.

Raka Fawwaz

Anugrah Dwi Rizki

Andi Anisa Dwi Adam

A. Dasar Dokter Mengambil Keputusannya Sendiri

BAB II (persetujuan dan penjelasan)

Pasal 4 (1)
“Dalam keadaan Gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecatatan tidak di perlikan persetujuan tindakan kedokteran”

tindakan dilakukan dengan pertanggung jawaban yang di tulis didalam rekam


medis

Pasal 4 (2)
“Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat dalam rekam medik”

B. Jika dokter menjaga perasaan pasiennya ata ketika pasien tidak ingin
mendengarkan penjelasan apapun, hanya ingin lansung diberikan terapi yang
dapat meringankan/ memulihkan penyakit yang di derita.

Pasal 9 (3)
“dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan, tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
penjelasan. Maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut
kepada keluarga terdekat dengan di dampingi oleh seorang tenanga kesehatan lain
sebagai saksi”

C. Keadaan dimana di haruskan adanya perluasan tindakan

Pasal 12 (1)
Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien. “
• Peraturan mentri kesehatan republik indonesia no.585/Menkes/Per/IX/1989 tentang
persetujuan medik

Bab 2
Persetujuan

Pasal 2
1. Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan
2. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan

Bab 4

Yang berhak memberikan persetujuan

Pasal 4

1. Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sadar dan sehat
mental.
KONTRA
Alda Yulianita

Bellina Sarsa Pamela

Fidya Rizka Amalia

Fajri Nova

Anisah Asma Fauziyyah Farida

Keempat kaidah dasar bioetik tersebut di-analisis berdasarkan beberapa ketentuan sebagai
berikut :

Berdasarkan Kode Etik Kedokteran (KODEKI)

• Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.

• Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.

• Pasal 10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut.

Berdasarkan UUPK no 29 tahun 2004

• Pasal 45 : Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter terhadap
pasien harus mendapat persetujuan.

• Pasal 51 a : memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.

• Pasal 51 b :merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan.
• Pasal 52 : Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai
hak: menolak tindakan medis.

Berdasarkan UU Kesehatan no 36 tahun 2009

• Pasal 5 ayat 2 : Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

• Pasal 56 ayat 1 : Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.

Berdasarkan UU tenaga Kesehatan no 32 tahun 1996

 Pasal 22 : Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas


profesinya berkewajiban untuk memberikan infomasi yang berkaitan dengan
kondisi dan tindakan yang akan dilakukan; meminta persetujuan terhadap
tindakan yang akan dilakukan

Berdasarkan KUHP

• Pasal 338 : Barang siapa yang dengan sengaja merampas jiwa orang lain, karena
melakukan pembunuhan, diancam dengan pidana penjara maksimum 15 tahun.

• Pasal 340 : Barang siapa yang dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas jiwa orang lain, karena melakukan pembunuhan- berencana, diancam
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau sementara maksimum 20
tahun.

• Pasal 344 : Barang siapa merampas jiwa orang lain atas permintaan yang sungguh-
sungguh dan meyakinkan dari orang lain itu, diancam dengan pidana penjara
maksimum 12 tahun.

• Pasal 359 : Barang siapa karena kelalainnya menyebabkan matinya orang diancam
dengan pidana penjara dengan maksimum 5 tahun atau kurungan maksimum 1 tahun.

• Pasal 345 : Barang siapa mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolong dia untuk
melakukan atau memberi sarana kepadanya untuk itu, maka jika orang lain itu jadi
bunuh diri, diancam dengan pidana penjara maksimum 4 tahun.
ETIKA KLINIK

No Pertanyaan Etik (Medical Indication) Analisa

1 Apakah masalah medis pasien? Kanker payudara stadium 3 dengan prognosis


Riwayat? Diagnosis? Dan prognosis? (harapan hidup) sangat kecil

2 Apakah masalah tersebut akut? Tergantung hasil PA, bisa dilakukan modalitas
Kronik? Kritis? Gawat darurat? Dan pengobatan tertentu. Atau jika-pun terpaksa, maka
masih dapat disembuhkan? dilakukan pengangkatan payudara (tidak sampai
perlu melakukan pengakhiran hidup)

3 Apakah tujuan akhir pengobatan? Peringanan rasa sakit (paliataif) dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.

4 Berapa besar kemungkinan berhasil ? Stadium 3 < 30 %

5 Adakah rencana lain bila tidak Melakukan pengakhiran hidup melalui penambahan
berhasil atau gagal? dosis obat (walaupun sebenarnya dilarang euthanasia
aktif)

6 Sebagai tambahan, bagaimana Keuntungan : pasien merasakan pengurangan rasa


pasien ini diuntungkan dengan sakit
perawatan medis, dan bagaimana
kerugian dari pengobatan yang dapat Kerugian : pasien meninggal
dihindari?
No. Pertanyaan Etik (Quality of Life) Analisa

1 Bagaimana prospek dengan atau Dengan pengobatan dapat


tanpa pengobatan untuk kembali ke meringankan rasa sakit (bersifat
kehidupan normal paliatif), dan tanpa pengobatan
dapat meninggal.

2 Apakah gangguan fisik, mental, dan Ada, jika pasien terpaksa harus
social yang pasien alami Bila diangkat payudara-nya, maka
pengobatannya berhasil? ada kemugkinan untuk terjadi
penurunan self esteem

3 Apakah ada prasangka yang mungkin Tidak dijelaskan


menimbulkan kecurigaan terhadap
evaluasi pemberi pelayanan terhadap
kualitas hidup pasien?

4 Bagaimana kondisi pasien sekarang, Tidak diketahui apakah dokter


atau masa depan, apakah kehidupan jadi melakukan euthanasia aktif
pasien selanjutnya dapat dinilai seperti yang diminta pasien
seperti yang diharapkan? ataukah tidak

5 Apakah ada rencana alasan rasional Modalitas terapi tertentu


untuk pengobatan selanjutnya? (tergantung hasil PA), paling
ektrim pengangkatan payudara
(tidak perlu melakukan
euthanasia aktif)
6 Apakah ada rencana untuk Memberikan penambahan dosis
kenyamanan dan perawatan paliatif? obat

No Pertanyaan Etik (Patient Preferences) Analisa

1 Apakah secara mental pesien mampu Secara mental, dimungkinkan kedua


dan kompeten secara legal? Apakah pasien memiliki kompetensi 
ada keadaan yang menimbulkan pasien menentukan sendiri
ketidak mampuan? keinginannya

2 Bila berkompeten apa yang pasien Ingin ditambah dosis obat agar
katakan mengenai pilihan menghilangkan rasa sakitnya
pengobatannya?

3 Apakah pasien telah diinformasikan Kemungkinan sudah, karena pasien


mengenai keuntungan dan risiko nya, kemudian menentukan keinginan
mengerti atau tidak terhadap informasi untuk pengurangan rasa sakitnya
yang diberikan dan memberikan
persetujuan?

4 Apakah pasien tersebut telah Ya, pasien memilih agar dokter


menunjukkan sesuatu yang lebih menambah dosis obatnya
disukainya?

5 Bila tidak kompeten siapa yang pantas Pihak keluarga, mungkin suami, atau
menggantikannya? Apakah yang anak mereka. Yang jika memiliki
menggantikan gunakan standar yang pendidikan tinggi dapat mengambil
sesuai standar dengan pengambilan keputusan sesuai dengan standar
keputusannya? pengambilan keputusan.

6 Apakah pasien tidak berkinginan atau Pasien berkeinginan dan mampu


tidak mampu untuk bekerjasama untuk bekerjasama karena bukan
dengan pengobatan yang diberikan? mengalami gangguan mental/tidak
Kalau ya, kenapa? sadarkan diri (seperti tercantum
dalam Ps. 56 Ayat 2 UU Kes No 36
Th 2009)

7 Sebagai tambahan, apakah hak pasien Iya, hal itu merupakan hak pasien.
untuk memilih untuk dihormati tanpa Sehingga dokter menerapkan golden
memandang etnis dan agama? rule principle
No Pertanyaan Etik (Constextual Features) Analisa

1 Apakah ada masalah keluarga yang Tidak diket. Kemungkinan jika-pun


mungkin memengaruhi keputusan ada, pasien memilih untuk
pengobatan? mengakhiri hidup akrena bagi
wanita, payudara adalah salah 1
mahkota. Sehingga hidup tanpa itu
maka bagaikan hampa hidup

2 Apakah ada masalah sumber data Tidak diketahui


(klinisi dan perawat) yang mungkin
memengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan?

3 Apakah ada masalah factor keuangan? Tidak diketahui

4 Apakah ada factor religious dan Tidak diketahui. Tapi kemungkinan


budaya? pasien beragama non-muslim,
sehingga merasa tidak ada masalah
jika mengakhiri hidup

5 Apakah ada masalah factor alokasi Tidak diketahui


dana?

6 Apakah ada masalah factor keuangan Tidak diketahui


dan ekonomi?

7 Bagaimana hukum mempengaruhi Dalam segi hukum, pengambilan


pengambilan keputusan pengobatan ? keputusan mengobatan merupakan
hak pasien, tetapi bukan berarti hak
untuk mengakhiri hidup (karena
dalam Ps. 4 UU Kes No 36 Tahun
2009 : setiap orang berhak atas
kesehatan)
8 Apakah penelitian klinik atau Tidak ada
pembelajaran ikut terlibat?

9 Apakah ada konflik kepentingan Tidak ada


didalam bagian pengambilan
keputusan dalam suatu institusi ?

ETIKA ISLAM

No Prinsip Etika Analisa

1 Prinsip niat Tidak ada. Seharusnya pasien menerapkan aplikasi surat Al


atau Bayinah Ayat 5 : Padahal mereka hanya diperintah
intention menyembah Allah dengan ikhlas…… Niat baik untuk
menjalani pengobatan merupakan husnudzan dan keikhlasan
terhadap perintah Allah

Dokter sudah berusaha berniat baik dan mencoba menerapkan


altruisme  “Hanyalah amalan-amalan tergantung pada niat-
niat. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan” dan
“Barangsiapa berniat untuk melakukan kebaikan lalu tidak jadi
melakukannya maka Allah mencatat-Nya 1 kebaikan
sempurna, dan jika ia berniat untuk melakukannya lalu
melakukannya maka Allah mencatatnya 10 kebaikan sampai
70x lipat sampai berlipat-lipat yang banyak” (HR Bukhari dan
Muslim)
2 Prinsip Tidak ada. Seharusnya pasien menerapkan aplikasi Ar Rad Ayat
kepastian 11 (….Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
atau sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri……) 
certainty pasien berusaha menjalani jenis modalitas pengobatan lain
dan tetap bertawakal

Untuk dokter, sebaiknya berusaha untuk memberi keyakinan


pada pasien sesuai dengan ayat tsb

No Prinsip Etika Analisa

3 Prinsip kerugian Ada. Sesuai dengan Surat Asy Syura Ayat 42 : “Sesungguhnya
atau do harm kesalahan hanya pada orang yang berbuat zalim kepada
manusia……”  Dokter mecoba menambah dosis minimal
merupakan upaya untuk menolong (tidak berbuat zalim)

Tetapi pasien mengininkan dokter menghentikan rasa sakitnya


(melakukan euthanasia aktif)  ini tidak sesuai dengan Surat
An Nisa Ayat 29 : “Dan janganlah kalian melakukan perbuatan
bunuh diri”

4 Prinsip Tidak ada. Karena baik pasien maupun dokter tidak


kesukaran atau menerapkan aplikasi Surat Asy Syarh Ayat 5-6 : “ Maka
do difficulty sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan;
sesungguhnya bersama kesulitasn ada kemudahan”  Jika
menerapkan ayat ini, maka kesulitan pengobatan seperti itu
tetap dilakukan dengan tetap husnudzan pada Allah bahawa
suatu saat akan ada kesembuhan setalah kesakitan tsb

5 Prinsip Tidak diketahui


kebiasaan atau
custom

Malpraktek/Kelalaian Medik

No Kriteria Analisa
1 Duty of care Ada  dokter berusaha menambah dosis minimal untuk
(kewajiban ) mengurangi rasa sakit pasien

2 Deriliction of Tidak disebutkan dengan pasti . Tetapi kemungkinan


duty dokter meningkatkan lagi dosisnya untuk tujuan
(pelanggaran euthanasia aktif . Ini tidak sesuai dengan ps 2 Kodeki : “
kewajiban) Setiap dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi “
; dan Pasal 7d.: “Setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani”

3 Damage Tidak disebutkan. Tetapi jika terjadi kecacatan (akibat


pengangkatan payudara atau efek samping
(kompensasi kemo/radioterapi yang sebelumnya tidak disebutkan
kerugian oleh dokter dalam inform consent, maka pihak pasien
yang bisa meminta ganti rugi)  sesuai dengan ps 23 Ayat 1
forreseable ) UU No 32 Th 1996 tentang kesehatan : “Pasien berhak
atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya kesehatan,
cacat, atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau
kelalaian
4 Direct cause Tidak disebutkan. Tetapi kemungkinan dapat terjadi
atau sebab kematian akibat dari percobaan tindakan euthanasia
langsung aktif dengan meningkatkan dosis obat

(pelanggaran
kewajiban )

Elemen Inform Consent

No Elemen Analisa

1 Threshold element atau Tidak disebutkan. Tetapi kemungkinan pasien


yang memberi memberikan persetujuan untuk dilakukan
persetujuan penambahan dosis obat

2 Information element: Tidak disebutkan. Tetapi ada 2 kemungkinan :

a. Disclosure 1. Dokter memberikan inform consent dengan


(pengungkapan baik tdan pasien memahaminya, tetapi pasien
penjelasan) tetap pada keinginannya untuk mengakhiri
hidup
b. Understanding
(pemahaman) 2. Dokter tidak memberikan inform consent
dengan baik sehingga pasien tidak tahu bahwa
ada jenis modalitas pengobatan lain yang
dapat dilakukan , sehingga pasien tidak
paham
3 Unsur elemen : Ada. Pasien bebas menentukan keinginannya untuk
menambah dosis obat/ apapun dan pasien setuju
a. Volunteerness untuk dokter menambah dosis obat tsb.
(kesukarelaan),
kebebasan

b. Authorization
(persetujuan )
Daftar Pustaka

Al Quran

Jonsen, Albert R, Mark Siegler, William J. Winslade, 2010, Clinical Ethics : A Practical Approach
to Ethical Decisions In Clinical Medicine, 7th Edition, USA: McGraw Hills Company, Inc

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kode Etik Kedokteran Indonesia

Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

Undang-Undang No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang No 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran

Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai