Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Tetanus

Tetanus adalah penyakit akut yang ditandai oleh kekakuan otot dan
spasme, yang diakibatkan oleh toksin dari Clostridium tetani. Berasal dari kata
yunani “tetanus” yang berarti “berkontraksi”. Pada luka yang kotor dan
nekrotik, bakteri ini memproduksi tetanospasmin, neurotoksin yang cukup
poten. Neurotoksin ini menghambat pengeluaran neurotransmitter inhibisi pada
system saraf pusat, yang mengakibatkan kekakuan otot. Sejak jaman dahulu
telah ditemukan catatan tentang kasus dimana luka yang berhubungan dengan
kekakuan otot, dibuktikan dari catatan papyrus edwin smith (1000 SM) dan
catatan hippocrates (400 SM).1
Hal ini menandakan bahwa C.Tetani, sudah lama ada, dan tidak bisa di
eradikasi dari bumi. Namun engan ditemukannya vaksin tetanus, angka kejadian
penyakit tetanus data ditekan. Program imunisasi yang tidak adekuat data
mengakibatkan kejadian penyakit tetanus meningkat.1
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di
seluruh dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus
dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama 30 tahun
terakhir, hanya terdapat sembilan penelitian RCT (Randomized Controlled
Trials) mengenai pencegahan dan tata laksana tetanus. Pada tahun 2000, hanya
18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke WHO. Berdasarkan data dari WHO,
data dari Vietnam diperkirakan insidens tetanus di seluruh dunia adalah sekitar
700.000-1.000.000 kasus per tahun.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tetanus
2.1.1. Definisi
Tetanus adalah penyakit akut, paralitik spastik yang diisebabkan oleh
tetanospasmin, neurotoksin yang dhasilkan oleh Clostridium tetani.2

2.2.2. Epidemiologi
Tetanus terjadi diseluruh dunnia dan endemik pada 90 negara yang
sedang berkembang, tetapi insidennya sangat bervariasi. Bentuk yang paling
sering tetanus neonatorum (umbilicus), membunuh sekurang-kurangnya
500.000 bayi setiap tahun karena ibu tidak terimunisasi, lebih dari 70%
kematian ini terjaadi pada sekitar 10 negara Asia dan Afrika tropis. Lagipula
diperkirakan 15.000-30.000 wanita yang tidak terimunisasi di seluruh dunia
meninggal setiap tahun karena tetanus ibu yang merupakan akibat dari infeksi
dengan C.tetani luka pascapartus, pascaabortus, atau pascabedah.2
Kebanyakan kasus tetanus non-neonatorum dihubungkan dengan jejas
traumatis, sering luka tembus yang diakibatkan oleh benda kotor, eperti paku,
serpihan, fragmen gelas, atau injeksi tidak steril, tapi suatu kasus yag jarang
mungkin tanpa riwayat trauma.2
Angka kejadian tetanus di Indonesa masih cukup tinggi. Pada tahun
1997-2000 di Indonesia, angka kejadian tetanus 1,6-1,8 per 10.000 kelahiran
hidup, dengan angka kematian akibat tetanus neonatorum sebesar 7,9%.1

2.2.3. Etiologi
Kuman yang menghasilkan toksin adalah Clostridium tetani, kuman
berbentuk batang dengan sifat.
 Basil Gram-postif dengan spora pada ujungnya sehingga berbentuk seperti
pemukul genderang.
 Obligat anaerob (berbentuk vegetative apabila berada dalam lingkungan
anaerob) dan dapat bergerak dengan mengunakan flagella.

2
 Menghassilkan eksotoksin yang kuat.
 Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam
suhu tinggi, kekeringan, dan desinfektans.

Kuman hidup ditahan dan di dalam usus binatang, terutama pada tanah
di daerah pertanian/perternakan. Spora dapat menyebar kemana-mana,
mencemari lingkungan secara fisik dan biologik. Spora mampu bertahan
dalam keadaan yang tidak menguntungkan selama bertahun-tahun, dalam
lingkungan yang anaerob dapat berubah menjadi bentuk vegetative yang akan
menghassilkan eksotoksin.5
Penyebab penyakit ini adalah Clostridium tetani yang hidup aneorob,
berbentuk spora selama diluar tubuh manusia, tersebar luas ditanah dan
mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik. Toksin ini dapat menghancurkan
sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin
yang neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.3

2.1.4. Patogenesis
Tetanus terjadi sesudah pemasukan spora yang sedang tumbuh,
memperbanyak diri dan menghasilkan toksin tetanus pada potensial oksidasi-
reduksi rendah tempat jejas yang terinfeksi.2
Spora yang masuk ke dalam tubuh dan berada dalam lingkungan
anaerobic, berubah menjadi bentuk vegetative dan berbiak cepat sambil
meghasilkan toksin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan
potenssial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan
akibat adanya nanah, nekroi jaringan, atau akibat adanya benda asing, seperti
bamboo, pecaha kaca, dan sebagainya.5
Hipotesis bahwa toksin ada awalnya merambat dari tempat luka
melalui motor endplate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum
belakang dan menyebar ke seluruh susunan saraf pusat, lebih banyaj dianut
daripada lewat pembuluh limfe dan darah. Pengangkutan toksin ini melewati
saraf motorik, terutama serabut motor. Reseptor khusus pada ganglion
menyebabkan fragmen C toksin tetanus menempel erat dan kemudian melalui

3
proses perlekatan dan internalisasi, toksin diangkut kea rah sel secara ekstra
aksional dan menimbulkan perubahan potensial membrane dan gangguan
enzim yang menyebabkan kolin-estrase tidak aktif, sehingga kadar asetilkolin
menjadi sangat tinggi pada sinaps yang terkena. Toksin menyebabkan
blockade pada simpul yang menyalurkan impuls pada tonus otot. Sehingga
tonus otot meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin
meningkat akan timbul kejang, terutama pada otot yang besar.5

2.2.2 Manifestasi Klinis


Tetanus dapat terlokalisasi atau menyeluruh, periode inkubasi khas
harus 2-14 hari tapi dapat juga selama berbulan-bulan sesudah jejas. Pada
tetanus menyeluruh, trismus (spasme muskulus maseter, atau rahang terkunci)
merupakan gjala yang ada pada sekitar 50% kasus. Nyeri kepala, gelisah, dan
iritabilitas merupakan gejala awal, sering disertai oleh kekakuan, sukar
mengunyah, disfagia dan spasme otot leher. Pada tetanus juga dappat dijumpai
senyuman sengit (risus sardonicus) tetanus akibat dari spasme otot-otot muka
dan mulut yang tidak henti-henti.6
Bila paralisis meluas keotot-otot perut, punggung, pinggang dan pada
penderita dapat berpostur lengkung, opistotonus, dimana hanya punggung,
kepala dan tumit yang menyentuh dasar (tanah). Spasme otot-otot laring dan
penafasan dapat menyebabkan obstruksi saluran pernafasan dan asfiksia.
Karena toksin tetanus tidak mengenai saraf sensoris atau fungsi korteks,
namun penderita tetap sadar dalam nyeri yang sangat. Kejang ditandai dengan
kontraksi otot tonik berat, medadak, dengan tangan menggenggam, lengan
fleksi dan adduksi serta hiperekstensi kaki. Kejang dapat berlangsung dari
beberapa detik sampai hitungan menit lamanya dengan masa berhenti
diantaranya, tetapi ketika penyakit memburuk spasme menjadi bertahan dan
melelahkan.6

2.2.3 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis yang dapat membantu diagnosis antara lain:8

4
 Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka
dengan nanah atau gigitan binatang
 Apakah pernah keluar nanah dari telinga
 Apakah pernah menderita gigi berlubang
 Apakah sudah mendaat imunisasi DT atau TT, dan kapan imunisasi
terakhir
 Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme
local) dengan spasme yang pertaama (period of onset)

b. Pemeriksaan Fisik
1. Trismus
2. Risus Sardonikus
3. Opistotonus
4. Otot dinding perut kaku seperti triplek

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur luka

2.2.4 Penatalaksanaan
a. Perawatan Umum
1. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
2. Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu
trakeostomi
3. Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker)
4. Mengurangi spasme dan mengatasi kejang
5. Jika karies dentis atau OMSK dicurigai sebagai port d’entrée, maka
diperlukan konsultasi dengan dokter gigi/THT.5

b. Pengobatan Khusus
1. Antibiotik
a. Lini pertama adalah metronidazole IV/oral dengan dosis inisial
15mg/kgBB/hari dengan interval setaip 6 jam selama 7-10 hari.

5
Metronidazole efektif untuk mngurangi jumlah kuman C.tetani
bentuk vegetative. Sebagai lini kedua dapat diberikan penicillin
prokain 50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari, jjika terdapat
hipersensitif terhadap penicillin dapat diberikan tetrasiklin 50
mg/kgBB/hari (untuk anak berumur >8 tahun).5
b. Jika terjadi penyulit sepsis atau bronkopneumonia, diberikan
antibiotic yang sesuai.5
2. Anti serum
Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU dengan 50.000 IU
im dan 50.000 IU iv. Pemberian ATS harus berhati-hati akan reaksi
anafilaksis. Pada tetanus anak pemberian anti serum dapat disertai
dengan imunisasi aktif DT setelah anak pulang dari rumah sakit.
Bila fasilitas tersedia dapat diberikan HTIG (Human Tetanus Imun
Globulin) 3.000-5.000 IU.5

2.2.5 Komplikasi
 Aspirasi sekresi6
 Pneumonia6
 Ulkus dekubitus6
 Fraktura columna vertebralis7
2.2.6 Prognosa
Prognosa tetanus ditentukan oleh masa inkubasi, period of onset, jenis
luka, keadaan status imunitas pasien dan cara pengobatan.5

6
STATUS ANAK SAKIT

I. Anamnesa pribadi pasien


Nama : Reyfaldi Pratama
Umur : 8 Tahun 9 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pasar V Tembung, Gg. Mencimung No.23 Medan
BB Masuk : 24.000 gram
TB Masuk : 132 cm
Tanggal Masuk : 31 Mei 2018
II. Anamnesa mengenai orang tua os:

Identitas Ayah Ibu


Nama Perdianto Eva Ramadhani
Umur 38 Tahun 29 Tahun
Suku Minang/Indonesia Minang/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMK SD
Pekerjaan Wiraswasta IRT
RiwayatPenyakit Tidak Ada Tidak Ada
Alamat Jl. Pasar V Tembung, Gg. Mencimung No.23 Medan

III. Riwayat kelahiran os


Cara lahir : Normal
Tempat lahir : Klinik Bersalin Madinah
Tanggal lahir : 26 Agustus 2009
Penolong : Bidan
Usia Kehamilan : 36 Minggu
BB lahir : 2.800 gram
PB lahir : 48 cm

IV. Perkembangan fisik


Keadaan saat lahir : Tidak menangis spontan

7
4 bulan : Menoleh ke kiri dan ke kanan

5 bulan : Mengangkat kepala saat tengkurap dan


mengoceh

6 bulan : Duduk

8 bulan : Berdiri

10 bulan : Berjalan

15 bulan : Berbicara

V. Anamnesa Makanan
0 bulan – 1 bulan : ASI

1 bulan – 6 bulan : Susu Formula + Bubur Susu

6 bulan – 8 bulan : Nasi Tim

10 bulan – Sekarang : Makanan Dewasa

VI. Imunisasi
Keterangan imunisasi
JENIS LAHIR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
IMUNISASI
Hepatitis B
BCG
Polio
DPT
Campak
Hib

Kesan : Imunisasi tidak dilakukan

VII. Penyakit yang pernah diderita : Varicella

VIII. Keterangan mengenai saudara pasien:


OS merupakan anak satu-satunya.

8
IX. Anamnesa mengenai OS
Keluhan Utama : Kejang (+)
Telaah : Seorang anak laki-laki usia 8 tahun datang kerumah sakit
dengan keluhan kaku seluruh badan yang telah dialami sejak ±
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya OS tertusuk lidi
kayu dibagian tumit telapak kakinya sejak 2 minggu lalu. Dan
orang tua OS mencabut lidi tersebut tetapi tidak seluruh lidi
tercabut. Pada lidah OS dijumpai bercak putih, pada gusi
dijumpai bercak putih.
- RPT : Varicella

- RPO :-

- Riwayat atopi pada keluarga : Ayah : Asma

X. Pemeriksaan fisik :
1. Status presens
KU/KP/KG :Sedang/Sedang/Baik Anemis : (-)
Kesadaran :Compos Mentis Dyspnoe : (-)
Tekanan darah :120/60 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi :102 x/i Edema : (-)
Frekuensi napas :24 x/i Cyanosis : (-)
Temperature :37,1 oC
BB Masuk :24.000 gram
PB Masuk :132 cm

2. Status Lokalisata
a. Kepala
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan=kiri , conjungtiva palpebra
inferior anemis (-/-), mata cekung (-), nistagmus (-).
Hidung : Deviasi septum nasi (-), Sekret (-), Perdarahan (-/-)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa mulut kering (-), Lidah kotor (+), Mulut Trismus (+) 3cm

9
b. Leher : TVJ R-2cm H2O, Pembesaran KGB (-)
c. Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: Vesikuler
ST: (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Soepel
Palpasi : Soepel, turgor kembali cepat, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
e. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, CRT< 3”
Bawah : Akral hangat, CRT< 3”
f. Genitalia : OS adalah seorang anak laki-laki dan dijumpai kelainan pada
genitalia berupa hipospadia

XI. Status neurologis


a. Syaraf otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Sistem motorik
Pertumbuhan otot :-
Kekuatan otot :-
Neuromuscular : Kaku kuduk (+), Kernig Sign (-), Laseq (-),
Brudzinki I (-), Brudzinki II (-)
Involuntary movement :-
Koordinasi :-
c. Sensibilitas : Nyeri (+)

XII. Pemeriksaan khusus :


a. Radiologi : (dilakukan di RSU DR PIRNGADI 31 Mei 2018)
Foto Thoraks : - Sinus Costophrenicus kanan/kiri lancip, diaphragm

licin

10
- Jantung bentuk baik, ukuran tidak membesar, apeks

di kiri

- Tampak infiltrate di hilus kanan/kiri dan paru kanan

bawah

- Tulang-tulang dan jaringan lunak dinding dada baik

Kesan : Bronchopneumonia

b. Pungsi lumbal : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Darah rutin : 31 Mei 2018

Parameters

Hasil Nilai Normal


WBC 12.59 x 103/ μL 4.0-11.0
RBC 4.60 x 106/μL 4.00-5.40
HGB 12,7 g/dL 12-16
HCT 36.8 % 36.0-48.0
MCV 80.0 fL 80-97
MCH 27.6 pg 27-33.7
MCHC 34.5 g/dL 31.5-35.0
PLT 579 x103/ μL 150-400
RDW-CV 12.4% 10.0-15.0
RDW-SD 35.3 fL 35-47
PDW 8.3 fL 10.0-18.0
MPV 8.5 fL 6.5-11.0
PCT 0.49 % 0.2-0.5

d. EKG : Tidak dilakukan Pemeriksaan


e. Pungsi sumsum tulang : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Mikrobiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. CT-Scan : Tidak dilakukan pemeriksaan
h. Biopsi : Tidak dilakukan pemeriksaan
i. EEG : Tidak dilakukan pemeriksaan

11
j. Kimia darah : 31 Mei 2018
Glukosa ad random 130.00 mg/dl <140 mg/dl

Natrium 146,00 mmol/L 136,00-155,00

Kalium 4,10 mmol/L 3,50-5,50

Chlorida 111,00 mmol/L 95,00-103,00

k. Imunologi : Tidak dilakukan pemeriksaan


l. Analisa Gas Darah
pH 7,524 - 7,35 – 7,45
PCO2 25,60 mmHg 35,00 – 45,00
PO2 131,40 mmHg 80,00 – 100,00
TCO2 22,00 mmol/L 23,00 – 27,00
HCO3 21,30 mmol/L 22,00 – 26,00
Base Excess -1,70 mmol/L -2,00 – 2,00
Saturasi 98,80% 95,00 – 98,00

XIII. Differential Diagnosis :


I. Tetanus
II. Meningitis
XIV. Diagnosa Kerja : Tetanus + Hipospadia

XV. Terapi : - O2 1-2 L/i nasal kanul


- IVFD D5% - NaCl 0,4% 20 gtt/i mikro
- Inj. Metronidazole 250mg/8jam/IV
- Inj. Tetagram 3000 IV/IM
- Inj. Diazepam 18mg/3jam
- Paracetamol 250mg (K/P)
- Diet sonde

3. Usul : - Kultur Darah


- Kimia Darah

4. Prognosa : Dubia ad Bonam

12
FOLLOW UP PASIEN SMF KESEHATAN ANAK RS. PIRNGADI MEDAN
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 31 Mei 2018 1 Juni 2018 2 Juni 2018

Keluhan Kejang (+), Mulut Kejang (+), Kejang (-),


sulit dibuka (+) Demam (+), Mulut Demam (-), Batuk
sulit dibuka (+) (+), Mulut sulit
dibuka (+)
KU/KP/KG Buruk/Buruk/Seda Buruk/Buruk/Seda Buruk/Buruk/Seda
ng ng ng
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Tekanandarah 110/70 mmHg 110/70 mmHg 100/60 mmHg
Frekuensi nadi 110 x/i 98x/i 82x/i
Frekuensi nafas 27 x/i 27 x/i 22 x/i
Temperatur 36,1oC 36,1 oC 36,2oC
BB masuk 24 kg 24 kg 24 kg
BB sekarang
Status Mata: RC (+/+), Mata: RC (+/+), Mata: RC (+/+),
lokalisata: Pupil isokor, Pupil isokor, Pupil isokor,
kepaladanleher konjungtiva konjungtiva konjungtiva
palpebra inferior palpebra inferior palpebra inferior
anemis (-/-) ,mata anemis (-/-) ,mata anemis (-/-) ,mata
cekung (-/-), cekung (-/-), cekung (-/-),
Nistagmus (-) Nistagmus (-) Nistagmus (-)
Hidung:dalam Hidung:dalam Hidung:dalam
batas normal batas normal batas normal
Mulut:Lidah kotor Mulut:Lidah kotor Mulut:Lidah kotor
(+), Trismus (+) (+), Trismus (+) (+), Trismus (+)
Leher:trakea letak Leher:trakealetak Leher:trakea letak
medial, medial, medial,
pembesaran KGB pembesaran KGB pembesaran KGB
(-) (-) (-)
Thorax Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris
fusiformis fusiformis fusiformis
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
SP: Vesikuler SP: Vesikuler SP: Vesikuler
ST: - ST: - ST: -
Abdomen Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris
Palpasi: soepel, Palpasi: soepel, Palpasi: soepel,
hepar/lien/ren hepar/lien/ren hepar/lien/ren
tidakteraba, turgor tidakteraba, turgor tidakteraba, turgor
kulit kembali cepat kulit kembali cepat kulit kembali cepat
Perkusi: timpani Perkusi: timpani Perkusi: timpani

13
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
peristaltik (+) peristaltik (+) peristaltik (+)
normal normal normal
Ekstremitas Atas: akral hangat, Atas: akral hangat, Atas: akral hangat,
CRT< 3” CRT< 3” CRT< 3”
Bawah:akral Bawah:akral Bawah:akral
hangat, CRT< 3” hangat, CRT<3” hangat, CRT< 3”
Diagnosis Tetanus Tetanus Tetanus

Terapi  O2 1-2 L/i  O2 1-2 L/i  O2 1-2 L/i


nasal kanul nasal kanul nasal kanul
 IVFD D5%  IVFD D5%  IVFD D5%
- NaCl - NaCl - NaCl
0,45%  20 0,45%  20 0,45%  20
gtt/i gtt/i gtt/i
 Inj.  Inj.  Inj.
Metronidazo Metronidazo Diazepam
le le 18mg/3 jam
250mg/8jam 250mg/8jam  Metronidazo
/IV /IV le drip
 Inj. Tetagam  Inj. 250m/8jam
3000 IV/IM Diazepam
 Inj. 18mg/3 jam
Diazepam  Paracetamol
18mg/3 jam 250mg
 Paracetamol (K/P)
250mg  Diazepam
(K/P) 10mg (K/P)
 Diet Sonde  Diet Sonde

14
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 3 Juni 2018 4 Juni 2018 5 Juni 2018

Keluhan Kejang (-), Mulut Kejang (-), Mulut Kejang (-), Mulut
sulit dibuka (+) sulit dibuka (+) sulit dibuka (+)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Se Sedang/Sedang/Se Sedang/Sedang/Se
dang dang dang
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Tekanandarah 90/70 mmHg 90/70 mmHg 90/70 mmHg
Frekuensi nadi 96 x/i 105 x/i 110 x/i
Frekuensi nafas 28 x/i 28 x/i 28 x/i
Temperatur 36,9oC 36,7oC 36,9oC
BB masuk 24 kg 24 kg 24 kg
BB sekarang
Status Mata: RC (+/+), Mata: RC (+/+), Mata: RC (+/+),
lokalisata: Pupil isokor, Pupil isokor, Pupil isokor,
kepaladanleher konjungtiva konjungtiva konjungtiva
palpebra inferior palpebra inferior palpebra inferior
anemis (-/-) ,mata anemis (-/-) ,mata anemis (-/-) ,mata
cekung (-/-), cekung (-/-), cekung (-/-),
Nistagmus (-) Nistagmus (-) Nistagmus (-)
Hidung:dalam Hidung:dalam Hidung:dalam
batas normal batas normal batas normal
Mulut:Lidah kotor Mulut:Lidah kotor Mulut:Lidah kotor
(-), Trismus (+) (-), Trismus (+) (-), Trismus (+)
Leher:trakea letak Leher:trakea letak Leher:trakea letak
medial, medial, medial,
pembesaran KGB pembesaran KGB pembesaran KGB
(-) (-) (-)
Thorax Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris
fusiformis fusiformis fusiformis
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
SP: Vesikuler SP: Vesikuler SP: Vesikuler
ST: - ST: - ST: -
Abdomen Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris
Palpasi: soepel, Palpasi: soepel, Palpasi: soepel,
hepar/lien/ren hepar/lien/ren hepar/lien/ren
tidakteraba, turgor tidakteraba, turgor tidakteraba, turgor
kulit kembali cepat kulit kembali cepat kulit kembali cepat
Perkusi: timpani Perkusi: timpani Perkusi: timpani
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
peristaltik (+) peristaltik (+) peristaltik (+)
normal normal normal

15
Ekstremitas Atas: akral hangat, Atas: akral hangat, Atas: akral hangat,
CRT< 3” CRT< 3” CRT< 3”
Bawah:akral Bawah:akral Bawah:akral
hangat, CRT< 3” hangat, CRT< 3” hangat, CRT< 3”
Diagnosis Tetanus Tetanus Tetanus

Terapi  O2 1-2 L/i  O2 1-2 L/i  O2 1-2 L/i


nasal kanul nasal kanul nasal kanul
 IVFD D5%  IVFD D5%  IVFD D5%
- NaCl - NaCl - NaCl
0,45%  20 0,45%  20 0,45%  20
gtt/i gtt/i gtt/i
 Inj.  Inj.  Inj.
Diazepam Diazepam Diazepam
18mg/3 jam 18mg/3 jam 16mg/3 jam
 Metronidazo  Metronidazo  Metronidazo
le drip le drip le drip
250m/8jam 250m/8jam 250m/8jam
 Diet Sonde  Diet Sonde  Dulcolax
Sup
 Diet Sonde

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S., Alwi I., Setiyohadi B., dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
InternaPublishing.
2. Behrman. R.E., Kliegman R., 2012. Nelson Textbook of Pediatrics 15th
Edition. EGC.
3. Nugroho, Bayu. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn.s dengan Tetanus.
(Diunduh tanggal 03 Juni 2018). Available From:
http://eprints.ums.ac.id/22239/2/4.a_BAB_I.pdf
4. Dahlan A., Agusman S., dkk. 1985. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Tetanus.
Edisi 15. Jakarta: EGC.
5. Soedarmo.S.S.P., dkk. 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Behrman. R.E., Kliegman R., 2000. Nelson Textbook of Pediatrics 15th
Edition. EGC.
7. Ekayanti F., Hariyani I., dkk. 2017. Panduan Praktik Klinis. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Edisi 2017. Jakarta : Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia.
8. Penatalaksanaan Tetanus Pada Anak. DEPARTEMEN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA.
(Diunduh tanggal 06 Juni 2018). Available From:
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/-Penatalaksanaan-
Tetanus-Pada Anak.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai