Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Disfonia adalah istilah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan organik
atau fungsional organ-organ fonasi.3 Organ fonasi yang paling sering terganggu sehingga
menyebabkan disfonia adalah laring. Berdasarkan definisi ini, disfonia bukan entitas penyakit
melainkan gejala penyakit.

Produksi suara adalah proses perilaku rumit yang melibatkan berbagai sistem organ yaitu
sistem respirasi, fonasi, dan artikulasi, serta dipengaruhi oleh teknik vokal dan kondisi emosional
seseorang. Produksi suara merefleksikan ketiga sistem tersebut yang bekerja secara terhubung
satu sama lain.

Keluhan yang umum dikeluhkan oleh pasien dalam praktik klinis sehubungan dengan
disfonia antara lain suara parau (roughness), suara lemah (hipofonia), hilang suara (afonia), suara
tegang dan susah keluar (spastik), suara terdiri dari beberapa nada (diploofonia), nyeri saat
bersuara (odinofonia), atau ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu.

Tidak ada data epidemiologis yang pasti mengenai gangguan suara. Terdapat kesulitan
untuk menbuat definisi disfonia fungsional yang dapat diterima secara umum. Di Amerika
Serikat, dibuat perkiraan bahwa jumlah penderita disfonia berkisar antara 1,2-23,4% dari seluruh
populasi.

Penyebab disfonia bervariasi, antara lain proses radang, neoplasma, paralisis otot laring,
sikatriks, atau kelainan sendi. Selain penyebab organik, disfonia juga bisa disebabkan penyebab
fungsional yang sering berkaitan dengan kondisi psikologis pasien. Disfonia dapat menjadi
pertanda awal dari proses penyakit yang serius pada laring, khususnya bila prosesnya progresif
kronik pada pasien usia tua terlebih jika ditambah riwayat merokok. Karsinoma sel skuamosa
adalah penyebab utama keganasan pada laring.

Anamnesa mendetail untuk mengetahui kualitas vokal pasien yang terganggu, onset, dan
progresifitas penyakit diperlukan untuk diagnosis. Riwayat pekerjaan sangat penting mengingat
kemungkinan besar pasien memiliki profesi yang berkaitan dengan penggunaan suara seperti
penyanyi atau guru. Riwayat penyakit sebelumnya dan pemakaian obat-obatan juga amatlah
penting untuk diselidiki. Pemakaian laringoskop direk, indirek, dan stroboskopi diperlukan untuk
menilai gangguan baik secara struktural dan fungsional.

Terapi berfokus pada konservasi suara dan edukasi teknik penggunaan suara yang benar
pada pasien. Medikamentosa digunakan secara konservatif, dan diutamakan pada pasien yang
memang profesinya menuntut penggunaan suara. Intervensi bedah bergantung pada jenis
penyebab disfonia, dan perlu didahului terapi suara untuk mencegah komplikasi trauma sekunder
paska operasi. Tindakan pencegahan disfonia yang umum adalah anjuran untuk banyak minum
dengan tujuan memberi hidrasi laring dan mengatasi penyakit GERD atau laringotrakeal refluks.

Anda mungkin juga menyukai