BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang.
1
b. Tenaga terapi wicara (terapis wicara sebagai pelaku utama dan tenaga
teknis terapi wicara selaku pendukung utama) pelayanan terapi wicara yang
bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi
wewenang sesuai kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga
terkait erat dengan hak dan kewajibannya.
c. Kompetensi dan kewenangan tenaga terapi wicara tersebut menunjukkan
kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk
melaksanakan tugas pelayanan terapi wicara kepada pasien, sehingga tenaga
terapi wicara yang melakukan tugas sesuai dengan standar profesinya akan
mendapatkan perlindungan secara hukum.
d. Untuk memastikan kualitas mutu pelayanan kesehatan kepada pasien di
sebuah rumah sakit sesuai dengan tujuan dan berorientasi kepada keselamatan
pasien (patient safety) maka rumah sakit berkwajiban melakukan kredensial dan
rekredensial bagi setiap tenaga kesehatan (termasuk tenaga terapi wicara) yang
akan maupun sedang melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien, agar
diperoleh tenaga kesehatan yang memiliki persyaratan administratif sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, memiliki kompetensi professional
yang dibutuhkan (pengetahuan,ketrampilan, dan perilaku) serta berbadan sehat
baik jasmani maupun rohani/kejiwaan.
2
3. Ruang lingkup dan tata urut.
b. Tata urut.
1. Latar belakang.
2. Diskripsi dan kualifikasi tenaga terapi wicara
3. Rincian kewenangan klinis tenaga terapi wicara.
4. Pengawasan dan pengendalian.
5. Penutup.
3
BAB II
DISKRIPSI DAN KUALIFIKASI TENAGA TERAPI WICARA
4.1. Standar Pelayanan Terapi wicara adalah pedoman yang diikuti oleh
terapis wicara dalam melakukan pelayanan kesehatan.dan menjadikan tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga terapi wicara dalam
menyelenggarakan pelayanan terapi wicara.
4.5 Bidang garap pelayanan Terapi Wicara meliputi bidang, Bahasa, Bicara,
Suara Irama kelancaran dan Menelan.
a.Bahasa
Bahasa merupakan semua sistem komunikasi, bukan saja wicara, akan tetapi juga
pengungkapan dan pengertian dari ntulisan , tanda-tanda, gestural, dan musik.
4
Gangguan Berbahasa :
a. Afasia Perkembangan adalah suatu kondisi kelainan komunikasi dalam bentuk
keterbatasan memahami dan atau penggunaan simbol bunyi bahasa sejak
masa perkembangan bahasa yang disebabkan oleh gangguan fungsi otak,
dengan kemampuan mendengar, intelegensi dan emosi dalam batas normal.
b. Afasia Dewasa adalah gangguan bahasa perolehan yang disebabkan oleh
cedera otak dan ditandai oleh gangguan pemahaman serta gangguan
pengutaraan bahasa.
c. Gangguan Pragmatik adalah ketidak mampukan seseorang untuk
menyesuaikan penggunaan bahasa dengan situasi dan kondisi yang
dihadapinya.
d. Dimensia adalah gangguan intelek yang didapatkan dan menetap meliputi 3
dari 5 komponen : bahasa, ingatan/ memori, orientasi persepsi, emosi dan
kepribadian, dan kognitif.
Gangguan Bicara
Gangguan Bicara merupakan sebuah sistem komunikasi yang dipakai untuk
mengungkap dan mengerti proses berfikir yang mempergunakan simbol akustik:
sistem komunikasi tersebut dihasilkan oleh getaran atau vibrasi dari pita suara
dalam laring( fonasi) yang disebabkan oleh adanya aliran udara dari peru-paru
( respirasi) dan terakhir akan di modifikasi/ dibentuk oleh gerakan dari bibir, lidah
dan palatum ( artikulasi ), sehingga membutuhkan kombinasi yang adekuat dari
aksi sistem neuromuskuler untuk fonasi dan artikulasi.
a. Disglosia adalah suatu bentuk kelainan bicara yang diakibatkan karena adanya
kelainan pada struktur organ bicara khususnya organ artikulasi pada daerah
maxila – fasial.( celah bibir samapi dengan uvula, submokus Clew, bentuk
rahang yang abnormal ).
b. Dislalia adalah ketidak mampukan berartikulasi yang disebabkan oleh
kesalahan belajar atau ketidaknormalan pada organ –organ bicara luar dan
tidak untuk kerusakan sistem saraf pusat ( atau perifer); itu juga dinamakan
gangguan artikulasi non-organik atau fungsional.
c. Dispraksia adalah ketidak mampukan untuk merencanakan, melaksanakan ide
dalam aksi motorik yang berguna (programisasi gerakan otot-otot untuk
memproduksi berbagai fonem, kata-kata secara sadar)
d. Disartria adalah gangguan wicara yang disebabkan oleh disfungsi
neuromuskuler. Kerusakan saraf pusat dan sistem jalur saraf perifer
menyebabkan disfungsi otot, kelemahan otot, inkoordinasi antar otot-otot
maupun kelumpuhan otoy.
e. Dislogia adalah gangguan wicara yang disebabkan adanya mental retardation
yang terjadi dalam masa perkembangan yang disebabkan karena adanya
kerusakan otak, genetik dan psikososial.
f. Disaudia adalah gangguan berartikulasi yang disebabkan gangguan fungsi
feedback auditor. Gangguan berartikulasi merupakan gejala/sindrom,
gangguan feedback auditor sebagai penyebab.
Gangguan Suara
5
a. Disfonia merupakan hasil dari kesalahan struktur atau fungsi pada vokal tract,
saat proses respirasi, fonasi dan resonansi, sehingga salah satu atau lebih dari
aspek suara atau nada, kenyaringan, kualitas( resonansi) tidak sesuai dengan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,latar belakang sosial budaya( lingkungan)
sipembicara.
b. Afonia adalah kehilangan sumber suara dan atau mekanisme suara tidak
dapat bekerja sebagaimana semestinya, sehingga kehilangan suara yang
sempurna, sebagai suatu akibat dari histerikal ( perubahan problem emosi
kearah symptom fisik, psikosomatik, kelumpuhan, penyakit atau salah
penggunaan pita suara yang dapat terjadi secara tiba-tiba).
Gangguan Menelan
Gangguan menelan merupakan gangguan proses memindahkan cairan dan atau
bolus ( suatu unit makanan yang telah dikunyah) dari rongga mulut bagian depan
kebelakang, terjadi penutupan velofaringeal, dihantarkan menuju ke faring,
esofagus, daerah dada dan kedalam perut.
Disfagia adalah kesulitan memindahkan cairan dan atau bolus dari rongga mulut
bagian depan ke belakang menuju faring, esofagus, daerah dada dan kedalam
perut yang dapat disebabkan oleh patologik, neurologik dan psikologik.
6
Pada tahap ini klien mendapat pemeriksaan awal yang mengarahkan temuan
ada tidaknya gejala gangguan.
c.Tahap Pengkajian
Didalam melakuakan pelayanan Terapi Wicara, Terapis Wicara diwajibkan
menerapkan tata laksana pelayanan sebagai berikut:
a. Perolehan Data yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang kondisi klien melalui :
1) Wawancara
2) Pengamatan
3) Test
4) Studi Dokumentasi
b. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1) Validasi data
2) Analisa data
3) Perumusan data
4) Prognosis
c. Tahapan Tindakan Terapi Wicara
Pada tahap ini Terapis Wicara merencanakan program terapi secara
matang untuk menentukan pengambilan keputusan berhubungan dengan
tindakan yang akan dilaksanakan, sehingga daqpat mencapai hasil yang optimal
secara efektif dan efisien.
1) Perencanaan
Merencanakan program terapi secara matang untuk
menentukan pengambilan keputusan berhubungan
dengan tindakan yang akan dilaksanakan, sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal secara efektif dan efisien.
(Form Perencanaan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Terapis Wicara)
⁻ Jangka panjang
7
⁻ Jangka pendek
⁻ Harian
b) Metode terapi.
d) Pelaksanaan terapi
8
⁻ Frekuensi kunjungan: 1-6 kali/minggu.
2). Terapi
⁻ Alat terapi
⁻ Evaluasi
9
Selain itu perlu dilengkapi dengan daftar hadir
yangditanda tangani pihak keluarga klien. Hasil
Pelaksanaan program terapi setiap pertemuan terapis
wicara menyusun tujuan dan program terapi harian
disesuaikan dengan diagnosisnya.
3) Evaluasi
10
Terapis wicara memberikan rekomendasi
menggunakan media alternatif agar klien bisa
berkomunikasi.
a) Promotif;
b) preventift;
c) kuratif;
d) rehabilitatif;
1) monitoring; dan
2) evaluasi
4.8. Kualifikasi Pendidikan untuk Terapi Wicara Indonesia saat ini adalah ahli
Madya Terapi Wicara yang merupakan lulusan dari Program Diploma Tiga D.III
Akademi Terapi Wicara dan Program Diploma IV untuk menjawab tuntutan
perkembangan permasalahan gangguan bahasa bicara yang semakin komplek
5.1 Pengertian.
11
b. Terapi Wicara adalah tindakan yang dilakukan oleh terapis wicara untuk
membantu seseorang yang mengalami gangguan bahasa, bicara,suara,
irama/ kelancaran dan gangguan menelan.
12
1.2. Mampu menarapkan Praktik Terapi wicara secara Legal dan
Profesional sesuai Kode Etik Terapis wicara Indonesia.
1.2.1. Perilaku profesional sesuai dengan Kode Etik Terapis wicara
Indonesia
1.2.2. Integritas personal dan professional
13
2) Mampu Melakukan wawancara dalam mengumpulkan data primer
gangguan bahasa bicara dan hal yang terkait.
14
3.2.1. Menganalisa hasi wawancara dengan keluarga klien
3.2.2. Menyimpulkan hasi wawancara dengan keluarga klien
15
6) Mampu melakukan tesyang bersifat subyektif dalam mengumpulkan
data gangguan bahasa bicara dan hal yang terkait.
6.1. Mampu melakukan tes subyektif yang berkaitan dengan
gangguan bahasa dan bicara klien.
6.1.1. merencanakan tes subyektif yang berkaitan dengan
gangguan bahasa bicara
6.1.2. Memilih alat tes subyektif yang berkaitan dengan gangguan
bahasa bicara klien
6.1.3. Melakukan tes yang sesuai dengan kondisi klien
6.1.4. Melakukan penilaian hasil tes gangguan yang berkaitan
6.1.5. Menyimpulkan/ mengevaluasi hasil tes subyektif
6.1.6. Membuat Dokumentasi hasil tes subyektif
16
7.5. Mampu menentukan diagnosis gangguan bahasa bicara dan
menelan.
7.6. Mampu Menyusun rencana terapi wicara jangka pendek.
7.7. Mampu menyusun rencana terapi wicara jangka panjang.
8.mampu melakukan tindakan terapi wicara
17
8.3.2. Berpartisipasi dan kerjasama tim dalam pelayanan
8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri
8.4.1. Mampu Memahami Persyaratan Standar Profesi
8.4.2. Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap Profesi
8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah
8.5.1. Mampu Menggali Masalah Aktual Atau Masalah Yang
Potensial
8.5.2. Mampu Menyelesaikan masalah
8.6. Mampu Mengelola Konflik
8.6.1. Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik
8.6.2. Menyelesaikan Konflik
9) Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang Berhubungan dengan Terapi wicara
9.1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi untuk Kemajuan
Profesi
9.1.1. Mengetahui, Mengikuti Dan Mengamalkan Perkembangan
Terkini Di Bidang Farmasi
9.1.2. Kontribusi Secara Nyata Terhadap Kemajuan Profesi
9.1.3. Mampu Menjaga Dan Meningkatkan Kompetensi Profesi
9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan
Profesionalitas
9.2.1. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Meningkatkan
Profesionalitas
9.2.2. Mampu Mengikuti Teknologi Dalam Pelayanan Terapi
wicara (Teknologi Informasi Dan Teknologi Sediaan)
18
a. Pengertian.
2) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik;
19
4) membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika terapi wicara.
2) surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;
20
3) melakukan pelanggaran disiplin tenaga terapi wicara; atau
h. SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas terapi
wicara. SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
terapi wicara.
i. SIPTTK diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat
Tenaga Terapi wicara menjalankan praktiknya.
21
8) Menerima sediaan farmasi/ perbekalan kesehatan dan memeriksa
kesesuaian pesanan
9) Memeriksa keadaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
10) Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
11) Menyimpan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
golongannya
12) Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
bentuk sediaannya
13) Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai sifat
fisika dan kimia berdasarkan informasi dalam kemasan
14) Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
15) Melakukan pengelompokan faktur pembelian dan resep sesuai
prosedur
16) Menyiapkan, mengisi dan menyimpan kartu stok
17) Melaksanakan prosedur penerimaan dan penilaian resep
18) Mampu membaca dan menilai kelengkapan resep
19) Mampu membuat salinan resep
20) Melaksanakan proses peracikan sediaan farmasi sesuai
permintaan dokter
21) Menyiapkan/ mengambil sediaan farmasi
22) Meracik sediaan farmasi di bawah pengawasan terapis wicara dan
mengemasnya
23) Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan
farmasi
24) Memberikan pelayanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
25) Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
diperlukan masyarakat sesuai protap
26) Menyerahkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan kepada
masyarakat sesuai protap
22
27) Mencatat sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
diserahkan kepada masyarakat
28) Melaksanakan prosedur penyerahan obat dan berkomunikasi
dengan pasien (memberikan KIE)
29) Berkomunikasi dengan orang lain
30) Menerima dan klarifikasi perintah
31) Menerima dan meneruskan pesan
32) Menunjukkan keterampilan pribadi yang benar
33) Memberikan informasi yang benar
BAB III
RINCIAN KEWENANGAN KERJA KLINIS TENAGA TERAPI WICARA
23
Legal dan Profesional sesuai Kode Etik Terapis
wicara Indonesia.
1.2.1. Perilaku profesional sesuai dengan Kode √
Etik Terapis wicara Indonesia
1.2.2. Integritas personal dan professional √
1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi √
1.3.1. Mampu menerapkan prinsip-prinsip √
Komunikasi Terapetik
1.3.2. Mampu mengelola Informasi yang ada √
dalam diri untuk dikomunikasikan
1.3.3. Mampu memfasilitasi proses komunikasi √
1.4. Mampu Berkomunikasi dengan Pasien √
1.4.1. Mampu menghargai pasien √
1.4.2. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi √
dengan pasien
1.5. Mampu Berkomunikasi dengan Tenaga √
Kesehatan
1.5.1. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi √
dengan tenaga kesehatan
1.6. Mampu Berkomunikasi Secara Tertulis √
1.6.1. Pemahaman Rekam Medis (Medical √
Record) atau Rekam Terapi wicara/Catatan
Pengobatan (Medication Record)
1.6.2. Mampu komunikasi tertulis dalam Rekam √
Medis (Medical Record) atau Rekam
Terapi wicara/Catatan Pengobatan
(Medication Record) secara benar
1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan √
farmasi dan Alat Kesehatan (Konseling Farmasi)
1.7.1. Melakukan persiapan konseling sediaan √
farmasi dan alat kesehatan
1.7.2. Melakukan konseling farmasi √
1.7.3. Membuat dokumentasi Praktik Konseling √
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan
Penggunaan Sediaan Farmasi
2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan √
obat yang rasional
2.1.1. Mampu Melakukan Penelusuran riwayat √
pengobatan pasien (patient medication
history)
2.1.2. Mampu Melakukan Tinjauan Penggunaan √
Obat Pasien
2.1.3. Melakukan Analisis Masalah Sehubungan √
Obat (DTPs/DrugTherapy Problem)
2.1.4. Mampu Memberikan Dukungan √
Kemandirian Pasien Dalam Penggunaan
24
Obat
2.1.5. Mampu Monitoring Parameter Keberhasilan √
Pengobatan
2.1.6. Mampu Evaluasi hasil akhir terapi obat √
Pasien
2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat √
Pasien
2.2.1. Melakukan Tindak lanjut Hasil Monitoring √
Pengobatan Pasien
2.2.2. Melakukan Intervensi/Tindakan Terapis √
wicara
2.2.3. Membuat Dokumentasi Obat Pasien √
2.3. Mampu Melakukan Monitoring Efek Samping √
Obat
2.3.1. Melakukan Sosialisasi Pentingnya √
Pelaporan Efek Samping Obat
2.3.2. Mengumpulkan Informasi Untuk Pengkajian √
Efek Samping Obat
2.3.3. Melakukan Kajian data yang Terkumpul √
2.3.4. Memantau Keluaran Klinis(Outcome Clinic) √
Yang Mengarah Ke Timbulnya Efek
Samping
2.3.5. Memastikan Pelaporan Efek Samping Obat √
2.3.6. Menentukan Alternatif Penyelesaian √
Masalah Efek Samping Obat
2.3.7. Membuat Dokumentasi MESO √
2.4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat √
2.4.1. Menentukan Prioritas Obat Yang Akan √
Dievaluasi
2.4.2. Menetapkan Indikator Dan Kriteria Evaluasi √
Serta Standar Pembanding
2.4.3. Menetapkan Data pengobatan yang √
Relevan Dengan Kondisi Pasien
2.4.4. Melakukan Analisis Penggunaan Obat Dari √
Data Yang Telah Diperoleh
2.4.5. Mengambil Kesimpulan Dan Rekomendasi √
Alternatif Intervensi
2.4.6. Melakukan Tindak lanjut dari rekomendasi √
2.4.7. Membuat Dokumentasi Evaluasi √
Penggunaan Obat
2.5. Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug √
Monitoring (TDM)*
2.5.1. Melakukan Persiapan kelengkapan √
pelaksanaan TDM
2.5.2. Melakukan Analisis Kebutuhan Dan √
25
Prioritas Golongan Obat
2.5.3. Melakukan Assessment Kebutuhan √
Monitoring Terapi Obat Pasien
2.5.4. Melakukan Praktik TDM √
2.5.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Praktik √
TDM
2.5.6. Membuat Dokumentasi Praktik TDM √
2.6. Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri √
(Swamedikasi) oleh Pasien
2.6.1. Mampu Melakukan Pendampingan Pasien √
dalam Pengobatan Mandiri
2.6.2. Meningkatkan pemahaman masyarakat √
terkait pengobatan mandiri
2.6.3. Melaksanakan pelayanan pengobatan √
mandiri kepada masyarakat
2.6.4. Membuat Dokumentasi Pelayanan √
Pendampingan pengobatan mandiri oleh
Pasien
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan √
Alat Kesehatan
3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep √
3.1.1. Memeriksa Keabsahan resep √
3.1.2. Melakukan Klarifikasi Permintaan obat √
3.1.3. Memastikan Ketersediaan Obat √
3.2. Melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan √
3.2.1. Mempertimbangkan Obat Yang Diresepkan √
3.2.2. Melakukan Telaah Obat Yang Diresepkan √
Terkait Dengan Riwayat Pengobatan Dan
Terapi Terakhir Yang Dialami Pasien
3.2.3. Melakukan Upaya Optimalisasi Terapi Obat √
3.3. Melakukan Penyiapan Dan Penyerahan Obat √
Yang Diresepkan
3.3.1. Menerapkan Standar Prosedur Operasional √
Penyrapan Dan Penyerahan Obat
3.3.2. Membuat Dokumentasi Dispensing √
3.3.3. Membangun Kemandirian Pasien Terkait √
Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai Standar yang
Berlaku.
4.1. Mampu Melakukan Persiapan √
Pembuatan/Produksi Obat
4.1.1. Memahami Standar Dalam Formulasi Dan √
Produksi
4.1.2. Memastikan Jaminan Mutu Dalam √
26
Pembuatan Sediaan
4.1.3. Memastikan Ketersediaan Peralatan √
Pembuatan Sediaan Farmasi
4.1.4. Melakukan Penilaian Ulang Formulasi √
4.2. Mampu Membuat Formulasi dan √
Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi
4.2.1. Mempertimbangkan Persyaratan Kebijakan √
Dan Peraturan Pembuatan Dan Formulasi
4.2.2. Melakukan Persiapan Dan Menjaga √
Dokumentasi Obat
4.2.3. Melakukan Pencampuran Zat Aktif Dan Zat √
Tambahan
4.2.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik- √
Teknik Penyiapan Pembuatan Obat Non
Steril
4.2.5. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik- √
Teknik Penyiapan Produk Steril
4.2.6. Melakukan Pengemasan, Labe/Penandaan √
Dan Penyimpanan
4.2.7. Melakukan Kontrol Kualitas Sediaan √
Farmasi
4.3. Mampu Melakukan iv-Admixture dan Terapis wicara
Mengendalikan Sitostatika/Obat Khusus* + Pelatihan
aseptic
dispensing
4.3.1. Melakukan Persiapan Penatalalaanaan
Sitostatika/Obat Khusus
4.3.2. Melakukan iv-Admixture (Rekonstitusi dan
Pencampuran) Sitostatika/Obat Khusus
4.3.3. Melakukan pengamanan sitostatika
4.4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Terapis wicara
Sterilisasi Alat Kesehatan + Pelatihan
CSSD
4.4.1. Mampu Memastikan Persyaratan
Infrastruktur Sterilisasi
4.4.2. Memastikan Bahan Dasar Alat Kesehatan
yang Akan Disterilkan
4.4.3. Memastikan Kualitas pemilihan bahan
sterilisasi
4.5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Terapis wicara
Sesuai Prosedur Standar + Pelatihan
CSSD
4.5.1. Memahami Persyaratan Dan Prosedur
Kerja Sterilisasi
4.5.2. Melakukan Dolumentasi Proses Sterilisasi
Alat Kesehatan
27
4.5.3. Menyiapkan Set Alat Kesehatan Steril
Utama Dan Alat Kesehatan Penunjangnya
4.5.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik-
Teknik Penyiapan Sediaan Farmasi Steril
4.5.5. Menerapkanprinsip-Prinsip Dan Teknik-
Teknik Penyiapan Alat Kesehatan Steril
4.5.6. Melakukan Pengemasan,
Penandaan/Labelisasi Dan Indikator
Ekstemal.
4.5.7. Menerapkan Prinsip-Prinsip Proses
Sterilisasi Alat Kesehatan Steril
4.5.8. Menerapkan Prinsip-Prinsip Penyimpanan
Dan Distribusi Alat Kesehatan Steril
5. Mempunyai Keterampilan Komunikasi dalam Pemberian Terapis
Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan wicara
5.1. Mampu Melakukan Pelayanan Informasi Sediaan √
Farmasi
5.1.1. Melakukan Klarifikasi Permintaan Informasi √
Obat Yang Dibutuhkan
5.1.2. Melakukan Identifikasi Sumber √
Informasi/Referensi Yang Relevan
5.1.3. Melakukan Akses Informasi Sediaan √
Farmasi Yang Valid
5.1.4. Melakukan Evaluasi Sumber Informasi √
(Critical Appraisal)
5.1.5. Merespon Pertanyaan Dengan Informasi √
Jelas, Tidak Bias, Valid, Independen
5.2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi √
Masyarakat dengan Mengindahkan Etika Profesi
Terapi wicara
5.2.1. Menyediakan Materi Informasi Sediaan √
Farmasi Dan Alkes Untuk Pelayanan
Pasien
5.2.2. Menyediakan Edukasi Masyarakat √
Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan
Promotif Kesehatan Masyarakat
6.1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan √
Kesehatan Dasar
6.1.1. Bekerjasama Dengan Tenaga Kesehatan √
Lain Dalam Menangani Masalah
Kesehatan Di Masyarakat
6.1.2. Melakukan Survei Masalah Obat Di √
Masyarakat
6.1.3. Melakukan Identifikasi Dan Prioritas √
Masalah Kesehatan Di Masyarakat
28
Berdasar Data
6.1.4. Melakukan Upaya Promosi Dan Preventif √
Kesehatan Masyarakat
6.1.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program √
Promosi Kesehatan
6.1.6. Membuat Dokumentasi Pelayanan √
Program Promosi Kesehatan
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan sesuai Standar yang Berlaku
7.1. Mampu Melakukan Seleksi Sediaan Farmasi Dan √
Alat Kesehatan
7.1.1. Menetapkan Kriteria Seleksi Sediaan √
Farmasi Dan Alkes
7.1.2. Menatapkan Daftar Kebutuhan Sediaan √
Farrrasi Dan Alat Kesehatan
7.2. Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi Terapis wicara
Dan Alat Kesehatan + Sertifikat
Pengadaan
B/J
7.2.1. Melakukan Perencanaan Pengadaan
Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.2.2. Melakukan Pemilihan Pemasok Sediaan
Farmasi Dan Alkes
7.2.3. Menetapkan Metode Pengadaan Sediaan
Farmasi Dan Alkes
7.2.4. Melaksanakan Pengadaan Sediaan
Farmasi Dan Alkes
7.3. Mampu Mendesain, Melakukan Penyimpanan Terapis wicara
Dan Distribusi Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan
7.3.1. Melakukan Penyimpanan Sediaan Farmasi √
Dan Alkes Dengan Tepat
7.3.2. Melakukan Distribusi Sediaan Farmasi Dan √
Alkes
7.3.3. Melakukan Pengawasan Mutu √
Penyimpanan Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan
7.4. Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan √
Farmasi Dan Alkes sesuai Peraturan
7.4.1. Memusnahkan Sediaan Farmasi Dan Alkes √
7.5. Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan √
Penarikan Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.5.1. Memastikan Informasi Tentang Penarikan √
Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.5.2. Melakukan Perencanaan Dan √
Melaksanakan Penarikan Sediaan Farmasi
29
Dan Alkes
7.5.3. Komunikasi Efektif Dalam Mengurangi √
Risiko Akibat Penarikan Sediaan Farmasi
Dan Alkes
7.6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam √
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes
7.6.1. Memanfaatkan Sistem Dan Teknologi √
Lnformasi Dalam Pengelolaan Sediaan
Farmasi Dan Alat Kesehatan
7.6.2. Membuat Dan Menetapkan Struktur √
Organisasi Dengan SDM Yang Kompeten
7.6.3. Mengelola Sumber Daya Manusia Dengan √
Optimal
7.6.4. Mengelola Keuangan √
7.6.5. Penyelenggaraan Praktik Terapi wicara √
Yang Bermutu
8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu
Membangun Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan
Praktik Profesionai Terapi wicara
8.1. Mampu Merencanakan Dan Mengelola Waktu √
Kerja
8.1.1. Membuat Perencanaan Dan Penggunaan √
Waktu Kerja
8.1.2. Mengelola Waktu Dan Tugas √
8.1.3. Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu √
8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap √
Pekerjaan
8.2.1. Memahami Lingkungan Bekerja √
8.2.2. Melakukan Penilaian Kebutuhan Sumber √
Daya Manusia
8.2.3. Mengelola Kegiatan Kerja √
8.2.4. Melakukan Evaluasi Diri √
8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim √
8.3.1. Mampu Berbagi informasi yang relevan √
8.3.2. Berpartisipasi dan kerjasama tim dalam √
pelayanan
8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri √
8.4.1. Mampu Memahami Persyaratan Standar √
Profesi
8.4.2. Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap √
Profesi
8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah √
8.5.1. Mampu Menggali Masalah Aktual Atau √
Masalah Yang Potensial
8.5.2. Mampu Menyelesaikan masalah √
30
8.6. Mampu Mengelola Konflik √
8.6.1. Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik √
8.6.2. Menyelesaikan Konflik √
9. Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi yang Berhubungan dengan Terapi wicara
9.1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi untuk √
Kemajuan Profesi
9.1.1. Mengetahui, Mengikuti Dan Mengamalkan √
Perkembangan Terkini Di Bidang Farmasi
9.1.2. Kontribusi Secara Nyata Terhadap √
Kemajuan Profesi
9.1.3. Mampu Menjaga Dan Meningkatkan √
Kompetensi Profesi
9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk √
Pengembangan Profesionalitas
9.2.1. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk √
Meningkatkan Profesionalitas
9.2.2. Mampu Mengikuti Teknologi Dalam √
Pelayanan Terapi wicara (Teknologi
Informasi Dan Teknologi Sediaan)
10 Mampu menerapkan 6 Sasaran Keselamatan Pasien,
manajemen risiko, dan program keselamatan rumah
sakit lainnya dalam pekerjaan terapi wicara sehari-hari
10.1 Mampu menerapkan 6 Sasaran Keselamatan √
Pasien
10.1.1Mampu melakukan identifikasi pasien yang √
benar
10.1.2Mampu menerapkan komunikasi yang √
efektif
10.1.3Mampu menerapkan manajemen √
perbekalan farmasi dan asuhan terapi
wicara yang benar pada obat
Kewaspadaan Tinggi
10.1.4Mengetahui dan memahami standar tepat √
lokasi, tepat operasi, dan tepat pasien
10.1.5 Mampu menerapkan standar √
pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
10.1.6 Mampu menerapkan jatuh √
10.2 Mampu melakukan pelaporan insiden √
keselamatan pasien kepada KPRS
10.3 Mampu melakukan investigasi sederhana dan √
RCA
10.4 Mampu melakukan manajemen risiko terhadap √
pelayanan farmasi
31
Terapis wicara Senior
1 Mampu mengambil keputusan dalam situasi Terapis wicara
mendesak untuk menyelesaikan masalah + Pengalaman
berkaitan pelayanan farmasi dibid farmasi
Min 10 tahun
2 Mampu menyelesaikan masalah farmakoterapi √
yang tidak dapat diselesaikan oleh terapis wicara
yunior
32
2.1. Mampu melakukan administrasi dokumen √
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
2.2 Mampu menyiapkan, mengisi dan menyimpan
kartu stok
2.3 Mampu melakukan pengelompokan faktur √
pembelian dan memeriksa dokumen penagihan
pembayaran dari supplier.
2.4 Mampu membuat pelaporan pengelolaan
perbekalan farmasi dan alkes.
4. Mampu membantu terapis wicara dalam pelayanan
permintaan dokter (resep)
4.1. Mampu Melaksanakan prosedur penerimaan dan √
penilaian resep
4.2 Mampu membaca dan memberikan harga obat √
pada resep.
4.3 Mampu membantu terapis wicara melakukan √
dispensing obat sesuai permintaan resep.
4.4 Mampu menulis dan memberikan etiket obat √
sesuai permintaan resep.
4.5 Mampu membantu terapis wicara dalam √
menyerahkan obat dan memberikan KIE kepada
pasien.
4.6. Mampu melakukan pengarsipan resep sesuai √
ketentuan.
4.7 Mampu membuat kopi resep
5. Mampu membantu terapis wicara dalam melakukan TTK +
dispensing sediaan steril dan sitostatika. pelatihan
aseptic
dispensing
5.1. Mampu membantu terapis wicara dalam √
menyiapkan (pengenceran, pencampuran)
sediaan steril dan sitostatika sesuai permintaan
dokter.
5.2 Mampu melaksanakan administrasi permintaan √
dan penyaluran sediaan steril dan sitistatika.
6. Mampu membantu terapis wicara dalam melakukan TTK
produksi sediaan farmasi di rumah sakit.
6.1. Mampu membantu terapis wicara dalam mencari, √
membaca formulasi obat, melakukan formulsi dan
memproduksi sediaan obat sesuai permintaan
dokter / rumah sakit.
6.2. Mampu mengelola bahan baku dan bahan √
pembantu obat yang ada di bagian produksi.
6.3 Mampu melakukan administrasi dan pengarsipan √
di bagian produksi.
33
BAB IV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
34
b. Pengawasan Eksternal. Dilakukan oleh Ketua KTKP selaku
penanggungjawab Tenaga Kesehatan Profesional Lain.
BAB V
PENUTUP
12. Keberhasilan. Disiplin dalam mentaati buku pedoman ini oleh semua pihak
yang berkepentingan di RSPAD Gatot Soebroto sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pemberian RKKK tenaga terapi wicara di RSPAD Gatot Soebroto.
Ditetapkan di : Jakarta
35
Pada tanggal :
Kepala RSPAD Gatot Soebroto
36