Anda di halaman 1dari 36

PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT

RSPAD GATOT SOEBROTO

BUKU PEDOMAN RINCIAN KEWENANGAN KERJA KLINIK


TENAGA TERAPI WICARA RSPAD GATOT SOEBROTO

BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar belakang.

a. Dalam sistem kesehatan Nasional pembangunan kesehatan diarahkan


guna tercapainya kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar vdapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkannya
diperlukan upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah, terpadu dan
berkesinambungan.
Dalam rangka percepatan pencapaian indikator kesehatan, pemerintah telah
menetapkan pelaksanaan upaya kesehatan yang mencakup kesehatan fisik,
mental-intelektual, sosial maupun emosional. Upaya kesehatan tersebut
dilaksanakan dalam tiga tingkatan upaya meliputi upaya kesehatan primer, upaya
kesehatan sekunder dan upaya kesehatan terties. Dalam pelaksanaanya
melibatkan berbagai jenis pelayanan kesehatan termasuk pelayanan Terapi
Wicara.
Kontribusi pelayana Terapi Wicara pada pelaksanaan upaya kesehatan dimulai
dari pelayanan yang bersipat promotif, preventif, kuratif sampai yang bersifat
rehabilitatif. Pelayanan tersebut dilaksanakan di berbagai jenis jenjang fasilitas
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dan atau
masyarakat.
Tenaga Kesehatan termasuk tenaga terapi wicara sesuai amanah undang-undang
nomor 36 tahun 2014 dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai dengan
kewenangan yang didasarkan pada Kompetensi yang dimilikinya.Terapi Wicara
merupakan salah satu tenaga kesehatan yang termasu dalam kelompok tenaga
keterafian fisik yang terdiri dari Fisioterapi, okupasi terapi, Terapi Wicara dan
akupunktur.

1
b. Tenaga terapi wicara (terapis wicara sebagai pelaku utama dan tenaga
teknis terapi wicara selaku pendukung utama) pelayanan terapi wicara yang
bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi
wewenang sesuai kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga
terkait erat dengan hak dan kewajibannya.
c. Kompetensi dan kewenangan tenaga terapi wicara tersebut menunjukkan
kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk
melaksanakan tugas pelayanan terapi wicara kepada pasien, sehingga tenaga
terapi wicara yang melakukan tugas sesuai dengan standar profesinya akan
mendapatkan perlindungan secara hukum.
d. Untuk memastikan kualitas mutu pelayanan kesehatan kepada pasien di
sebuah rumah sakit sesuai dengan tujuan dan berorientasi kepada keselamatan
pasien (patient safety) maka rumah sakit berkwajiban melakukan kredensial dan
rekredensial bagi setiap tenaga kesehatan (termasuk tenaga terapi wicara) yang
akan maupun sedang melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien, agar
diperoleh tenaga kesehatan yang memiliki persyaratan administratif sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, memiliki kompetensi professional
yang dibutuhkan (pengetahuan,ketrampilan, dan perilaku) serta berbadan sehat
baik jasmani maupun rohani/kejiwaan.

e. Untuk menerbitkan kewenangan kerja klinis dan penugasan kerja klinis,


maka perlu dibuat pedoman rincian kewenangan kerja klinis bagi setiap tenaga
kesehatan sebagai panduan bagi Tim Kredensial/Mitra Bestari profesi dalam
menjalankan tugas/proses kredensial.

2. Maksud dan tujuan.

a. Maksud. Buku pedoman rincian kewenangan kerja klinis tenaga terapi


wicara dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang rincian kewenangan
kerja klinis bagi terapis wicara di RSPAD Gatot Soebroto.
b. Tujuan. Agar dapat dipakai pedoman bagi semua pihak yang terkait
khususnya Tim Kredensial/Mitra Bestari profesi terapi wicara RSPAD Gatot
Soebroto dalam menjalankan tugas melakukan kredensial/rekredensial tenaga
terapi wicara.

2
3. Ruang lingkup dan tata urut.

a. Ruang lingkup. Buku pedoman rincian kewenangan kerja klinis


tenaga terapi wicara meliputi latar belakang, diskripsi dan kualifikasi, jenjang
karier, rincian kewenangan, ketentuan pengesahan, pengawasan dan
pengendalian, serta penutup.

b. Tata urut.
1. Latar belakang.
2. Diskripsi dan kualifikasi tenaga terapi wicara
3. Rincian kewenangan klinis tenaga terapi wicara.
4. Pengawasan dan pengendalian.
5. Penutup.

3
BAB II
DISKRIPSI DAN KUALIFIKASI TENAGA TERAPI WICARA

4. Diskripsi standar pelayanan terapi wicara.

4.1. Standar Pelayanan Terapi wicara adalah pedoman yang diikuti oleh
terapis wicara dalam melakukan pelayanan kesehatan.dan menjadikan tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga terapi wicara dalam
menyelenggarakan pelayanan terapi wicara.

4.2. Terapi wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan profesional


berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang bahasa, wicara,
suara, irama /kelancaran( komunikasi ), dan menelan yang di tujukan kepada
individu, keluarga dan atau kelompokbuntuk meningkatkan upaya kesehatan yang
diakibatkan oleh adanya gangguan/ kelainan anatomis, fisiologis, psikologis dan
sosiologis.
4.3. Terapis Wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Terapi
Wicara sesuai dengan peraturan Perundang – Undangan.
4.4 Pengaturan Standar Pelayanan Terapi wicara di Rumah Sakit bertujuan
untuk:

1) Memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan terapi wicara


yang bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan.;
2) Memberikan acuan dalam pengembangan pelayanan Terapi
Wicara di Fasilitas pelayanan Kesehatan:
3) Memberikan kepastian hukum bagi terapis Wicara; dan
4) meningkatkan mutu Pelayanan Terapi wicara.
3) melindungi klien dan masyarakat sebagai penerima pelayanan.

4.5 Bidang garap pelayanan Terapi Wicara meliputi bidang, Bahasa, Bicara,
Suara Irama kelancaran dan Menelan.

a.Bahasa
Bahasa merupakan semua sistem komunikasi, bukan saja wicara, akan tetapi juga
pengungkapan dan pengertian dari ntulisan , tanda-tanda, gestural, dan musik.

4
Gangguan Berbahasa :
a. Afasia Perkembangan adalah suatu kondisi kelainan komunikasi dalam bentuk
keterbatasan memahami dan atau penggunaan simbol bunyi bahasa sejak
masa perkembangan bahasa yang disebabkan oleh gangguan fungsi otak,
dengan kemampuan mendengar, intelegensi dan emosi dalam batas normal.
b. Afasia Dewasa adalah gangguan bahasa perolehan yang disebabkan oleh
cedera otak dan ditandai oleh gangguan pemahaman serta gangguan
pengutaraan bahasa.
c. Gangguan Pragmatik adalah ketidak mampukan seseorang untuk
menyesuaikan penggunaan bahasa dengan situasi dan kondisi yang
dihadapinya.
d. Dimensia adalah gangguan intelek yang didapatkan dan menetap meliputi 3
dari 5 komponen : bahasa, ingatan/ memori, orientasi persepsi, emosi dan
kepribadian, dan kognitif.

Gangguan Bicara
Gangguan Bicara merupakan sebuah sistem komunikasi yang dipakai untuk
mengungkap dan mengerti proses berfikir yang mempergunakan simbol akustik:
sistem komunikasi tersebut dihasilkan oleh getaran atau vibrasi dari pita suara
dalam laring( fonasi) yang disebabkan oleh adanya aliran udara dari peru-paru
( respirasi) dan terakhir akan di modifikasi/ dibentuk oleh gerakan dari bibir, lidah
dan palatum ( artikulasi ), sehingga membutuhkan kombinasi yang adekuat dari
aksi sistem neuromuskuler untuk fonasi dan artikulasi.
a. Disglosia adalah suatu bentuk kelainan bicara yang diakibatkan karena adanya
kelainan pada struktur organ bicara khususnya organ artikulasi pada daerah
maxila – fasial.( celah bibir samapi dengan uvula, submokus Clew, bentuk
rahang yang abnormal ).
b. Dislalia adalah ketidak mampukan berartikulasi yang disebabkan oleh
kesalahan belajar atau ketidaknormalan pada organ –organ bicara luar dan
tidak untuk kerusakan sistem saraf pusat ( atau perifer); itu juga dinamakan
gangguan artikulasi non-organik atau fungsional.
c. Dispraksia adalah ketidak mampukan untuk merencanakan, melaksanakan ide
dalam aksi motorik yang berguna (programisasi gerakan otot-otot untuk
memproduksi berbagai fonem, kata-kata secara sadar)
d. Disartria adalah gangguan wicara yang disebabkan oleh disfungsi
neuromuskuler. Kerusakan saraf pusat dan sistem jalur saraf perifer
menyebabkan disfungsi otot, kelemahan otot, inkoordinasi antar otot-otot
maupun kelumpuhan otoy.
e. Dislogia adalah gangguan wicara yang disebabkan adanya mental retardation
yang terjadi dalam masa perkembangan yang disebabkan karena adanya
kerusakan otak, genetik dan psikososial.
f. Disaudia adalah gangguan berartikulasi yang disebabkan gangguan fungsi
feedback auditor. Gangguan berartikulasi merupakan gejala/sindrom,
gangguan feedback auditor sebagai penyebab.

Gangguan Suara

5
a. Disfonia merupakan hasil dari kesalahan struktur atau fungsi pada vokal tract,
saat proses respirasi, fonasi dan resonansi, sehingga salah satu atau lebih dari
aspek suara atau nada, kenyaringan, kualitas( resonansi) tidak sesuai dengan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,latar belakang sosial budaya( lingkungan)
sipembicara.
b. Afonia adalah kehilangan sumber suara dan atau mekanisme suara tidak
dapat bekerja sebagaimana semestinya, sehingga kehilangan suara yang
sempurna, sebagai suatu akibat dari histerikal ( perubahan problem emosi
kearah symptom fisik, psikosomatik, kelumpuhan, penyakit atau salah
penggunaan pita suara yang dapat terjadi secara tiba-tiba).

Gangguan Irama Kelancaran


a. Gagap adalah ketidak lancaran pada saat bicara yang tidak sesuai dengan
usia si pembicara dan ketidaklancaran ini mempengaruhi irama, rata-rata kata
yang diproduksi ketika berbicara dan menimbulkan suatu usaha yang kuat dari
pembicara untuk dapat berbicara lancar.
b. Klater adalah gangguan berbicara yang ditandai dengan adanya ketidakjelasan
dari apa yang ingin dikatakan/ bagai nmana mengatakannya, ketidak dalam
berbicara, kecepatan berbicaranya sering berlebihan, membuat ucapannya
sulit untuk di mengerti, sering disertai dengan gejala lain seperti kesalahan
dalam fonologi, distorsi pada suku kata/ silabel, penghilangan sintak dan
perhatian pendek; biasanya individu tersebut menyadari akan kesulitannya.
c. Latah adalah suatu reaksi dari seseorang yang disebabkan oleh
hipersensitifitas terhadap rangsangan yang diterima secara mendadak,
sehingga menimbulkan keterkejutan yang tidak terkendali
menyebabkan seseorang bereaksi secara verbal( ekolalia) dan motorik;
ditandai oleh adannya kecenderungan untuk mengulang- ulang kata atau frase
tanpa disadari.

Gangguan Menelan
Gangguan menelan merupakan gangguan proses memindahkan cairan dan atau
bolus ( suatu unit makanan yang telah dikunyah) dari rongga mulut bagian depan
kebelakang, terjadi penutupan velofaringeal, dihantarkan menuju ke faring,
esofagus, daerah dada dan kedalam perut.
Disfagia adalah kesulitan memindahkan cairan dan atau bolus dari rongga mulut
bagian depan ke belakang menuju faring, esofagus, daerah dada dan kedalam
perut yang dapat disebabkan oleh patologik, neurologik dan psikologik.

4.6. Alur Pelayanan Terapi Wicara


a. Kunjungan Klien
Pada tahap ini klien memulai pelaksanaan terapi wicara. Kunjungan klien dapat
berasal dari rujukan dokter spesialis melalui dokter spesialis keterapian fisik dan
rehabilitasi.
b. Tahap Skrining

6
Pada tahap ini klien mendapat pemeriksaan awal yang mengarahkan temuan
ada tidaknya gejala gangguan.
c.Tahap Pengkajian
Didalam melakuakan pelayanan Terapi Wicara, Terapis Wicara diwajibkan
menerapkan tata laksana pelayanan sebagai berikut:
a. Perolehan Data yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang kondisi klien melalui :
1) Wawancara
2) Pengamatan
3) Test
4) Studi Dokumentasi
b. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1) Validasi data
2) Analisa data
3) Perumusan data
4) Prognosis
c. Tahapan Tindakan Terapi Wicara
Pada tahap ini Terapis Wicara merencanakan program terapi secara
matang untuk menentukan pengambilan keputusan berhubungan dengan
tindakan yang akan dilaksanakan, sehingga daqpat mencapai hasil yang optimal
secara efektif dan efisien.

1) Perencanaan
Merencanakan program terapi secara matang untuk
menentukan pengambilan keputusan berhubungan
dengan tindakan yang akan dilaksanakan, sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal secara efektif dan efisien.
(Form Perencanaan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Terapis Wicara)

Perencanaan dimulai dengan menentukan tujuan yang


dapat terukur sehingga dapat dievaluasi ketercapaiannya.
Perencanaan terapi meliputi :
a) Tujuan dan program terapi

⁻ Jangka panjang

Tujuan dan program jangka panjang merupakan


rencana penanganan terapi secara keseluruhan
berdasarkan gangguan yang dimiliki klien.
Ketercapaiannya tidak berorientasi pada kurun
waktu tertentu.

7
⁻ Jangka pendek

Tujuan dan program jangka pendek merupakan


uraian dari tujuan dan program jangka panjang
yang menjadi skala prioritas agar kemampuan
komunikasi dan menelan anak berkembang secara
optimal. Ketercapaiannya berorientasi pada kurun
waktu 4-6 bulan.

⁻ Harian

Tujuan dan program harian merupakan uraian dari


tujuan dan program jangka pendek yang bersifat
operasional/teknis yang harus dikerjakan untuk

setiap kali pertemuan. Ketercapaiannya


berorientasi pada kegiatan hari pelaksanaan.

b) Metode terapi.

Di dalam pemilihan metode terapi wicara harus


disesuaikan dengan jenis gangguan. Terapis wicara

harus menyesuaikan metode dan teknik


pendekatannya sesuai dengan kebutuhan.

c) Materi/alat -alat terapi

Didalam pemilihan alat-alat terapi wicara harus

disesuaikan dengan kebutuhan dengan


mempertimbangkan jenis kelamin, hobi, keamanan,
dan umur.

d) Pelaksanaan terapi

⁻ Lamanya terapi dalam setiap pertemuan :30-60


menit.

8
⁻ Frekuensi kunjungan: 1-6 kali/minggu.

⁻ Kegiatan terapi terdiri dari pembuka (berdoa,


mengkondisikan klien), inti, dan penutup
(pendokumentasian hasil terapi, dan penyampaian
hasil secara singkat).

e) Tempat pelaksanaan terapi :

⁻ Ruang khusus terapi ( individu atau kelompok )

⁻ Ruang terapi wicara

2). Terapi

Penerapan tindakan terapi sesuai dengan rencana


program terapi jangka pendek dan jangka panjang yang
dilaksanakan secara harian. Form Program Harian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
dan Praktik Terapis Wicara, Form Program Harian
mencakup:

⁻ Tujuan dan programnya ⁻


Metode/teknis terapi

⁻ Alat terapi

⁻ Pelaksanaan terapi : berisi langkah-langkah yang


dilakukan

⁻ Evaluasi

⁻ Saran dan tindak lanjut

9
Selain itu perlu dilengkapi dengan daftar hadir
yangditanda tangani pihak keluarga klien. Hasil
Pelaksanaan program terapi setiap pertemuan terapis
wicara menyusun tujuan dan program terapi harian
disesuaikan dengan diagnosisnya.

3) Evaluasi

Suatu tindakan atau proses untuk menentukan tingkat


keberhasilan terap wicara. Penilaian evaluasi meliputi
kriteria respon dan kriteria keberhasilan. Evaluasi
dilaksanakan setiap akhir pertemuan dan pada
akhirterapi jangka pendek. Evaluasi dimaksud untuk
mendapatkan informasi kemampuanklien yang telah
dicapai harus menjawab ketercapaian tujuan jangka
pendek sehingga dapat menetapkan tindak lanjut. Setelah
evaluasi dilaksanakan terapis mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak keluarga klien.

4) Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Pada tahap ini tindakan terapi telah selesai. Alasan


penyelesaian program terapi bisa dikarenakan:

a) Tujuan program terapi telah tercapai keseluruhan.


Kemampuan komunikasi klien telah berfungsi secara
optimal. Terapis Wicara memberikan rekomendasi yang
bersifat memelihara kemampuan komunikasi yang
telah dicapai.

b) Tindakan terapi dihentikan. Proses ini dilakukan


apabila klien tidak mencapai kemajuan atau klien
tidak memungkinkan untuk diberikan tindakan terapi.

10
Terapis wicara memberikan rekomendasi
menggunakan media alternatif agar klien bisa
berkomunikasi.

c) Perujukan tindakan dilakukan apabila klien


memerlukan penanganan dari ahli lain, karena klien
belum / tidak memungkinkan untuk melanjutkan
terapi wicara, atau karena permintaan klien sendiri.
Terapis Wicara juga dapat memberikan rekomendasi
sesuai yang dibutuhkan klien.

5) Sifat pelayanan terapi wicara :

a) Promotif;
b) preventift;
c) kuratif;
d) rehabilitatif;

4.7. Untuk menjamin mutu Pelayanan Terapi wicara di RSPAD Gatot


Soebroto, harus dilakukan Pengendalian Mutu Pelayananan Terapi wicara yang
meliputi:

1) monitoring; dan
2) evaluasi
4.8. Kualifikasi Pendidikan untuk Terapi Wicara Indonesia saat ini adalah ahli
Madya Terapi Wicara yang merupakan lulusan dari Program Diploma Tiga D.III
Akademi Terapi Wicara dan Program Diploma IV untuk menjawab tuntutan
perkembangan permasalahan gangguan bahasa bicara yang semakin komplek

5. Diskripsi standar kompetensi Terapi Wicara.

5.1 Pengertian.

a. Terapis Wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Terapi


Wicara baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Permenkes RI Nomor :
867/MENKES/PER/VIII/2004

11
b. Terapi Wicara adalah tindakan yang dilakukan oleh terapis wicara untuk
membantu seseorang yang mengalami gangguan bahasa, bicara,suara,
irama/ kelancaran dan gangguan menelan.

c. Kompetensi adalah intelegensia intelektual yang merupakan integrasi


dari pengetahuan substansial, pengetahuan kontekstual, keterampilan,
pengalaman, kemampuan fisik dan pergaulan.

d. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap


kompetensi seorang Terapis Wicara untuk dapat menjalankan
pekerjaan/praktik profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi.

e. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga terapi wicara yang


telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.

f. Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap tenaga terapi wicara


yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.

g. Surat Tanda Registrasi Terapis Wicara, yang selanjutnya disingkat


STRTW adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Terapis
Wicara yang telah diregistrasi.

h. Surat Tanda Registrasi Terapis Wicara Khusus, yang selanjutnya


disingkat STRTW Khusus adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri
kepada Terapis Wicara warga negara asing lulusan luar negeri yang akan
melakukan pekerjaan terapi wicara di Indonesia.

i. Surat Izin Praktik Terapis Wicara, yang selanjutnya disingkat SIPTW


adalah surat izin yang diberikan kepada Terapis Wicara untuk dapat
melaksanakan praktik terapi wicara pada fasilitas pelayanan terapi wicara.

h. Kompetensi Terapis wicara Indonesia, Unit dan Elemen.

1) Mampu Melakukan Praktik Terapi wicara secara Profesional Dan


Etik
1.1. Menguasai Kode Etik yang Berlaku dalam Praktik Profesi.

12
1.2. Mampu menarapkan Praktik Terapi wicara secara Legal dan
Profesional sesuai Kode Etik Terapis wicara Indonesia.
1.2.1. Perilaku profesional sesuai dengan Kode Etik Terapis wicara
Indonesia
1.2.2. Integritas personal dan professional

1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi


1.3.1. Mampu menerapkan prinsip-prinsip Komunikasi Terapetik
1.3.2. Mampu mengelola Informasi yang ada dalam diri untuk
dikomunikasikan
1.3.3. Mampu memfasilitasi proses komunikasi

1.4. Mampu Berkomunikasi dengan Pasien


1.4.1. Mampu menghargai pasien
1.4.2. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi dengan pasien

1.5. Mampu Berkomunikasi dengan Tenaga Kesehatan


1.5.1. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi dengan tenaga
kesehatan lain

1.6. Mampu Berkomunikasi Secara Tertulis


1.6.1. Pemahaman Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam
Terapi wicara/Catatan Pengobatan (Medication Record)
1.6.2. Mampu komunikasi tertulis dalam Rekam Medis (Medical
Record) atau Rekam Terapi wicara/Catatan Pengobatan
(Medication Record) secara benar’

1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Terapi Wicara.


1.7.1. Melakukan persiapan konseling Terapi Wicara
1.7.2. Melakukan konseling Terapi wicara
1.7.3. Membuat dokumentasi Praktik Konseling terapi wicara

13
2) Mampu Melakukan wawancara dalam mengumpulkan data primer
gangguan bahasa bicara dan hal yang terkait.

2.1. Mampu menggali Masalah klien dalam gangguan bahasa


bicara.
2.1.1. Mampu Melakukan Penelusuran riwayat sakit pasien (patient
medication history)
2.1.2. Mampu mengumpulkan data yang berhubungan dengan
riwayat sakit Pasien
2.1.3. Melakukan Analisis Masalah Sehubungan dengan gangguan
bahasa dan bicara

2.2. Mampu Melakukan Telaah penyebab gangguan bahasa dan


bicara.
2.2.1. Melakukan Tindak lanjut Hasil wawancara terapi wicara
2.2.2. Melakukan Intervensi/Tindakan Terapis wicara
2.2.3. Membuat Dokumentasi hasil wawancara

3) Mampu Melakukan wawancara dalam pengumpulan data sekunder


gangguan bahasa bicara dan hal yang terkait.

3.1. Mampu Melakukan klkasifikasi hasil wawancara dengan


keluarga
3.1.1. Menyimpulkan hasil wawancara
3.1.2. Melakukan Klarifikasi Peyebab gangguan bahasa bicara

3.2. Melakukan Evaluasi hasil wawancara

14
3.2.1. Menganalisa hasi wawancara dengan keluarga klien
3.2.2. Menyimpulkan hasi wawancara dengan keluarga klien

4. Mampu Melakukan observasi dalam mengumpulkan data


gangguan bahasa bicara.

4.1. Mampu Melakukan Persiapan Observasi pada klien.


4.1.1. Melakukan observasi langsung kepada klien
4.1.2. Melakukan observasi pengamatan pada klien
4.1.3. Melakukan pendokumentasian hasil observasi kepada klien
4.1.4. Melakukan analisa hasil observasi klien

4.2. Mampu Membuat kesimpulan hasil observasi kepada klien


4.2.1. Mempertimbangkan hasil observasi
4.2.2. Melakukan dan Menjaga Dokumentasikan hasil observasi

5) Mampu melakukan observasi dalam mengumpulkan data


gangguan prilaku yang berhubungan kemampuan bahasa bicara.

5.1. Mampu Melakukan kegiatan observasi dengan klien gangguan


bahasa bicara
5.1.1. Melakukan Klarifikasi Informasi hasil observasi Yang
Dibutuhkan
5.1.2. Melakukan Identifikasi hasil observasi dengan Informasi Yang
Relevan
5.2. Mampu Menyampaikan Informasi dengan Mengindahkan Etika
Profesi Terapi wicara
5.2.1. Menyediakan Materi Informasi terapi wicara
5.2.2. Menyediakan Edukasi kepada klien nmaupun keluarga

15
6) Mampu melakukan tesyang bersifat subyektif dalam mengumpulkan
data gangguan bahasa bicara dan hal yang terkait.
6.1. Mampu melakukan tes subyektif yang berkaitan dengan
gangguan bahasa dan bicara klien.
6.1.1. merencanakan tes subyektif yang berkaitan dengan
gangguan bahasa bicara
6.1.2. Memilih alat tes subyektif yang berkaitan dengan gangguan
bahasa bicara klien
6.1.3. Melakukan tes yang sesuai dengan kondisi klien
6.1.4. Melakukan penilaian hasil tes gangguan yang berkaitan
6.1.5. Menyimpulkan/ mengevaluasi hasil tes subyektif
6.1.6. Membuat Dokumentasi hasil tes subyektif

7) Mampu melakukan tes yang bersipat obyektif dalam mengumpulkan


data gangguan bahasa bicara klien
7.1. Mampu Melakukan tes obyektif yang berkaitan dalam
pengumpulan data gangguan bahasa dan bicara dan hal yang
terkait.
7.1.1. merencanakan tes subyektif yang berkaitan dengan
gangguan bahasa bicara
7.1.2. Memilih alat tes subyektif yang berkaitan dengan gangguan
bahasa bicara klien
7.1.3. Melakukan tes yang obyektif sesuai dengan kondisi klien
7.1.4. Melakukan penilaian hasil tes gangguan yang berkaitan
7.1.5. Menyimpulkan/ mengevaluasi hasil tes obyektif
7.1.6. Membuat Dokumentasi hasil tes obyektif
7.2. Mampu memahami data primer dan skunder
7.3. Mampu mengisi data format hasil pemeriksaan
7.4. Mampu membaca hasil tes subyektif dan tes obyektif.

16
7.5. Mampu menentukan diagnosis gangguan bahasa bicara dan
menelan.
7.6. Mampu Menyusun rencana terapi wicara jangka pendek.
7.7. Mampu menyusun rencana terapi wicara jangka panjang.
8.mampu melakukan tindakan terapi wicara

7.6.1. Memanfaatkan Sistem Dan Teknologi Lnformasi Dalam


Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
7.6.2. Membuat Dan Menetapkan Struktur Organisasi Dengan SDM
Yang Kompeten
7.6.3. Mengelola Sumber Daya Manusia Dengan Optimal
7.6.4. Mengelola Keuangan
7.6.5. Penyelenggaraan Praktik Terapi wicara Yang Bermutu

8) Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun


Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Profesionai Terapi
wicara
8.1. Mampu Merencanakan Dan Mengelola Waktu Kerja
8.1.1. Membuat Perencanaan Dan Penggunaan Waktu Kerja
8.1.2. Mengelola Waktu Dan Tugas
8.1.3. Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu
8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan
8.2.1. Memahami Lingkungan Bekerja
8.2.2. Melakukan Penilaian Kebutuhan Sumber Daya Manusia
8.2.3. Mengelola Kegiatan Kerja
8.2.4. Melakukan Evaluasi Diri
8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim
8.3.1. Mampu Berbagi informasi yang relevan

17
8.3.2. Berpartisipasi dan kerjasama tim dalam pelayanan
8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri
8.4.1. Mampu Memahami Persyaratan Standar Profesi
8.4.2. Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap Profesi
8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah
8.5.1. Mampu Menggali Masalah Aktual Atau Masalah Yang
Potensial
8.5.2. Mampu Menyelesaikan masalah
8.6. Mampu Mengelola Konflik
8.6.1. Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik
8.6.2. Menyelesaikan Konflik
9) Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang Berhubungan dengan Terapi wicara
9.1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi untuk Kemajuan
Profesi
9.1.1. Mengetahui, Mengikuti Dan Mengamalkan Perkembangan
Terkini Di Bidang Farmasi
9.1.2. Kontribusi Secara Nyata Terhadap Kemajuan Profesi
9.1.3. Mampu Menjaga Dan Meningkatkan Kompetensi Profesi
9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan
Profesionalitas
9.2.1. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Meningkatkan
Profesionalitas
9.2.2. Mampu Mengikuti Teknologi Dalam Pelayanan Terapi
wicara (Teknologi Informasi Dan Teknologi Sediaan)

6. Diskripsi dan standar kompetensi tenaga teknis terapi wicara.

Pada PERMENKES No. 889/Menkes/Per/V/2011 dan perubahannya Permenkes


RI Nomor 31 tahun 2016 tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Terapi
wicara.

18
a. Pengertian.

1) Tenaga Teknis Terapi wicara adalah tenaga yang membantu


Terapis wicara dalam menjalankan pekerjaan terapi wicara, yang terdiri
atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Terapis wicara.

2) Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Terapi wicara, yang


selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Menteri kepada Tenaga Teknis Terapi wicara yang telah diregistrasi.

3) Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Terapi wicara, yang selanjutnya


disebut SIKTTK adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Tenaga
Teknis Terapi wicara untuk dapat melaksanakan pekerjaan terapi wicara
pada fasilitas terapi wicara.

b. Setiap tenaga terapi wicara termasuk TTK yang menjalankan pekerjaan


terapi wicara wajib memiliki surat tanda registrasi berupa STRTTK yang
dikeluarkan oleh Kadinkes Provinsi atas nama Menkes RI. Yang berlaku selama
5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.

c. Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Terapi wicara harus


memenuhi persyaratan:

1) memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;

2) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik;

3) memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Terapis wicara


yang telah memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau
organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Terapi wicara; dan

19
4) membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika terapi wicara.

d. Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Terapi wicara harus


mengajukan permohonan kepada kepala Pemda Kab/Kota dengan terlebih
dahulu meminta rekomendasi dari dinas kesehatan Kab/Kota dengan
melampirkan :

1) fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau


Analis Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Terapis wicara;

2) surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;

3) surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan


etika terapi wicara;

4) surat rekomendasi kemampuan dari Terapis wicara yang telah


memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi
yang menghimpun Tenaga Teknis Terapi wicara; dan

5) pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua)


lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

e. Registrasi ulang harus dilakukan minimal 6 (enam) bulan sebelum


STRTTK habis masa berlakunya.

f. STRTTK dapat dicabut karena:

1) permohonan yang bersangkutan;

2) pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik


dan mental untuk menjalankan pekerjaan terapi wicara berdasarkan surat
keterangan dokter;

20
3) melakukan pelanggaran disiplin tenaga terapi wicara; atau

4) melakukan pelanggaran hukum di bidang terapi wicara yang


dibuktikan dengan putusan pengadilan.

g. Setiap tenaga terapi wicara yang akan menjalankan pekerjaan terapi


wicara wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga terapi wicara bekerja
berupa SIPTTK(surat ijin praktek tenaga teknis terapi wicara) bagi Tenaga
Teknis Terapi wicara yang melakukan pekerjaan terapi wicara pada fasilitas
terapi wicara.

h. SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas terapi
wicara. SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
terapi wicara.
i. SIPTTK diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat
Tenaga Terapi wicara menjalankan praktiknya.

j. Standar kompetensi TTK.

Sesuai Kep. Menkes RI No.573/MENKES/SK/VI/2008 tentang standar


profesi Asisten Terapis wicara/Tenaga Teknis Terapi wicara/TKK.

1) Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan


2) Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
3) Memeriksa persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
yang mendekati waktu daluarsa
4)  Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
5) Mengusulkan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan di unit kerja
6) Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan
permintaan dari terapis wicara
7)  Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

21
8) Menerima sediaan farmasi/ perbekalan kesehatan dan memeriksa
kesesuaian pesanan
9) Memeriksa keadaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
10)  Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
11) Menyimpan  farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
golongannya
12) Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
bentuk sediaannya
13) Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai sifat
fisika dan kimia berdasarkan informasi dalam kemasan
14)  Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
15) Melakukan pengelompokan faktur pembelian dan resep sesuai
prosedur
16) Menyiapkan, mengisi dan menyimpan kartu stok
17)  Melaksanakan prosedur penerimaan dan penilaian resep
18) Mampu membaca dan menilai kelengkapan resep
19) Mampu membuat salinan resep
20)  Melaksanakan proses peracikan sediaan farmasi sesuai
permintaan dokter
21) Menyiapkan/ mengambil sediaan farmasi
22) Meracik sediaan farmasi di bawah pengawasan terapis wicara dan
mengemasnya
23)  Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan
farmasi
24) Memberikan pelayanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
25) Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
diperlukan masyarakat sesuai protap
26) Menyerahkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan kepada
masyarakat sesuai protap

22
27) Mencatat sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
diserahkan kepada masyarakat
28) Melaksanakan prosedur penyerahan obat dan berkomunikasi
dengan pasien (memberikan KIE)
29) Berkomunikasi dengan orang lain
30) Menerima dan klarifikasi perintah
31) Menerima dan meneruskan pesan
32) Menunjukkan keterampilan pribadi yang benar
33) Memberikan informasi yang benar

BAB III
RINCIAN KEWENANGAN KERJA KLINIS TENAGA TERAPI WICARA

7. Rincian Kewenanangan Kerja Klinik Terapis wicara.

KOMPETENSI TERAPIS WICARA TNA (Training


Need
Assasment)
Terapis wicara
1. Mampu Melakukan Praktik Terapi wicara secara Terapis
Profesional Dan Etik wicara
1.1. Menguasai Kode Etik yang Berlaku dalam Praktik √
Profesi.
1.1.1. Artikulasi Kode Etik dalam Praktik Profesi √
1.2. Mampu menarapkan Praktik Terapi wicara secara √

23
Legal dan Profesional sesuai Kode Etik Terapis
wicara Indonesia.
1.2.1. Perilaku profesional sesuai dengan Kode √
Etik Terapis wicara Indonesia
1.2.2. Integritas personal dan professional √
1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi √
1.3.1. Mampu menerapkan prinsip-prinsip √
Komunikasi Terapetik
1.3.2. Mampu mengelola Informasi yang ada √
dalam diri untuk dikomunikasikan
1.3.3. Mampu memfasilitasi proses komunikasi √
1.4. Mampu Berkomunikasi dengan Pasien √
1.4.1. Mampu menghargai pasien √
1.4.2. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi √
dengan pasien
1.5. Mampu Berkomunikasi dengan Tenaga √
Kesehatan
1.5.1. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi √
dengan tenaga kesehatan
1.6. Mampu Berkomunikasi Secara Tertulis √
1.6.1. Pemahaman Rekam Medis (Medical √
Record) atau Rekam Terapi wicara/Catatan
Pengobatan (Medication Record)
1.6.2. Mampu komunikasi tertulis dalam Rekam √
Medis (Medical Record) atau Rekam
Terapi wicara/Catatan Pengobatan
(Medication Record) secara benar
1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan √
farmasi dan Alat Kesehatan (Konseling Farmasi)
1.7.1. Melakukan persiapan konseling sediaan √
farmasi dan alat kesehatan
1.7.2. Melakukan konseling farmasi √
1.7.3. Membuat dokumentasi Praktik Konseling √
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan
Penggunaan Sediaan Farmasi
2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan √
obat yang rasional
2.1.1. Mampu Melakukan Penelusuran riwayat √
pengobatan pasien (patient medication
history)
2.1.2. Mampu Melakukan Tinjauan Penggunaan √
Obat Pasien
2.1.3. Melakukan Analisis Masalah Sehubungan √
Obat (DTPs/DrugTherapy Problem)
2.1.4. Mampu Memberikan Dukungan √
Kemandirian Pasien Dalam Penggunaan
24
Obat
2.1.5. Mampu Monitoring Parameter Keberhasilan √
Pengobatan
2.1.6. Mampu Evaluasi hasil akhir terapi obat √
Pasien
2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat √
Pasien
2.2.1. Melakukan Tindak lanjut Hasil Monitoring √
Pengobatan Pasien
2.2.2. Melakukan Intervensi/Tindakan Terapis √
wicara
2.2.3. Membuat Dokumentasi Obat Pasien √
2.3. Mampu Melakukan Monitoring Efek Samping √
Obat
2.3.1. Melakukan Sosialisasi Pentingnya √
Pelaporan Efek Samping Obat
2.3.2. Mengumpulkan Informasi Untuk Pengkajian √
Efek Samping Obat
2.3.3. Melakukan Kajian data yang Terkumpul √
2.3.4. Memantau Keluaran Klinis(Outcome Clinic) √
Yang Mengarah Ke Timbulnya Efek
Samping
2.3.5. Memastikan Pelaporan Efek Samping Obat √
2.3.6. Menentukan Alternatif Penyelesaian √
Masalah Efek Samping Obat
2.3.7. Membuat Dokumentasi MESO √
2.4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat √
2.4.1. Menentukan Prioritas Obat Yang Akan √
Dievaluasi
2.4.2. Menetapkan Indikator Dan Kriteria Evaluasi √
Serta Standar Pembanding
2.4.3. Menetapkan Data pengobatan yang √
Relevan Dengan Kondisi Pasien
2.4.4. Melakukan Analisis Penggunaan Obat Dari √
Data Yang Telah Diperoleh
2.4.5. Mengambil Kesimpulan Dan Rekomendasi √
Alternatif Intervensi
2.4.6. Melakukan Tindak lanjut dari rekomendasi √
2.4.7. Membuat Dokumentasi Evaluasi √
Penggunaan Obat
2.5. Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug √
Monitoring (TDM)*
2.5.1. Melakukan Persiapan kelengkapan √
pelaksanaan TDM
2.5.2. Melakukan Analisis Kebutuhan Dan √

25
Prioritas Golongan Obat
2.5.3. Melakukan Assessment Kebutuhan √
Monitoring Terapi Obat Pasien
2.5.4. Melakukan Praktik TDM √
2.5.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Praktik √
TDM
2.5.6. Membuat Dokumentasi Praktik TDM √
2.6. Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri √
(Swamedikasi) oleh Pasien
2.6.1. Mampu Melakukan Pendampingan Pasien √
dalam Pengobatan Mandiri
2.6.2. Meningkatkan pemahaman masyarakat √
terkait pengobatan mandiri
2.6.3. Melaksanakan pelayanan pengobatan √
mandiri kepada masyarakat
2.6.4. Membuat Dokumentasi Pelayanan √
Pendampingan pengobatan mandiri oleh
Pasien
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan √
Alat Kesehatan
3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep √
3.1.1. Memeriksa Keabsahan resep √
3.1.2. Melakukan Klarifikasi Permintaan obat √
3.1.3. Memastikan Ketersediaan Obat √
3.2. Melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan √
3.2.1. Mempertimbangkan Obat Yang Diresepkan √
3.2.2. Melakukan Telaah Obat Yang Diresepkan √
Terkait Dengan Riwayat Pengobatan Dan
Terapi Terakhir Yang Dialami Pasien
3.2.3. Melakukan Upaya Optimalisasi Terapi Obat √
3.3. Melakukan Penyiapan Dan Penyerahan Obat √
Yang Diresepkan
3.3.1. Menerapkan Standar Prosedur Operasional √
Penyrapan Dan Penyerahan Obat
3.3.2. Membuat Dokumentasi Dispensing √
3.3.3. Membangun Kemandirian Pasien Terkait √
Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai Standar yang
Berlaku.
4.1. Mampu Melakukan Persiapan √
Pembuatan/Produksi Obat
4.1.1. Memahami Standar Dalam Formulasi Dan √
Produksi
4.1.2. Memastikan Jaminan Mutu Dalam √

26
Pembuatan Sediaan
4.1.3. Memastikan Ketersediaan Peralatan √
Pembuatan Sediaan Farmasi
4.1.4. Melakukan Penilaian Ulang Formulasi √
4.2. Mampu Membuat Formulasi dan √
Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi
4.2.1. Mempertimbangkan Persyaratan Kebijakan √
Dan Peraturan Pembuatan Dan Formulasi
4.2.2. Melakukan Persiapan Dan Menjaga √
Dokumentasi Obat
4.2.3. Melakukan Pencampuran Zat Aktif Dan Zat √
Tambahan
4.2.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik- √
Teknik Penyiapan Pembuatan Obat Non
Steril
4.2.5. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik- √
Teknik Penyiapan Produk Steril
4.2.6. Melakukan Pengemasan, Labe/Penandaan √
Dan Penyimpanan
4.2.7. Melakukan Kontrol Kualitas Sediaan √
Farmasi
4.3. Mampu Melakukan iv-Admixture dan Terapis wicara
Mengendalikan Sitostatika/Obat Khusus* + Pelatihan
aseptic
dispensing
4.3.1. Melakukan Persiapan Penatalalaanaan
Sitostatika/Obat Khusus
4.3.2. Melakukan iv-Admixture (Rekonstitusi dan
Pencampuran) Sitostatika/Obat Khusus
4.3.3. Melakukan pengamanan sitostatika
4.4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Terapis wicara
Sterilisasi Alat Kesehatan + Pelatihan
CSSD
4.4.1. Mampu Memastikan Persyaratan
Infrastruktur Sterilisasi
4.4.2. Memastikan Bahan Dasar Alat Kesehatan
yang Akan Disterilkan
4.4.3. Memastikan Kualitas pemilihan bahan
sterilisasi
4.5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Terapis wicara
Sesuai Prosedur Standar + Pelatihan
CSSD
4.5.1. Memahami Persyaratan Dan Prosedur
Kerja Sterilisasi
4.5.2. Melakukan Dolumentasi Proses Sterilisasi
Alat Kesehatan

27
4.5.3. Menyiapkan Set Alat Kesehatan Steril
Utama Dan Alat Kesehatan Penunjangnya
4.5.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik-
Teknik Penyiapan Sediaan Farmasi Steril
4.5.5. Menerapkanprinsip-Prinsip Dan Teknik-
Teknik Penyiapan Alat Kesehatan Steril
4.5.6. Melakukan Pengemasan,
Penandaan/Labelisasi Dan Indikator
Ekstemal.
4.5.7. Menerapkan Prinsip-Prinsip Proses
Sterilisasi Alat Kesehatan Steril
4.5.8. Menerapkan Prinsip-Prinsip Penyimpanan
Dan Distribusi Alat Kesehatan Steril
5. Mempunyai Keterampilan Komunikasi dalam Pemberian Terapis
Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan wicara
5.1. Mampu Melakukan Pelayanan Informasi Sediaan √
Farmasi
5.1.1. Melakukan Klarifikasi Permintaan Informasi √
Obat Yang Dibutuhkan
5.1.2. Melakukan Identifikasi Sumber √
Informasi/Referensi Yang Relevan
5.1.3. Melakukan Akses Informasi Sediaan √
Farmasi Yang Valid
5.1.4. Melakukan Evaluasi Sumber Informasi √
(Critical Appraisal)
5.1.5. Merespon Pertanyaan Dengan Informasi √
Jelas, Tidak Bias, Valid, Independen
5.2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi √
Masyarakat dengan Mengindahkan Etika Profesi
Terapi wicara
5.2.1. Menyediakan Materi Informasi Sediaan √
Farmasi Dan Alkes Untuk Pelayanan
Pasien
5.2.2. Menyediakan Edukasi Masyarakat √
Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan
Promotif Kesehatan Masyarakat
6.1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan √
Kesehatan Dasar
6.1.1. Bekerjasama Dengan Tenaga Kesehatan √
Lain Dalam Menangani Masalah
Kesehatan Di Masyarakat
6.1.2. Melakukan Survei Masalah Obat Di √
Masyarakat
6.1.3. Melakukan Identifikasi Dan Prioritas √
Masalah Kesehatan Di Masyarakat

28
Berdasar Data
6.1.4. Melakukan Upaya Promosi Dan Preventif √
Kesehatan Masyarakat
6.1.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program √
Promosi Kesehatan
6.1.6. Membuat Dokumentasi Pelayanan √
Program Promosi Kesehatan
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan sesuai Standar yang Berlaku
7.1. Mampu Melakukan Seleksi Sediaan Farmasi Dan √
Alat Kesehatan
7.1.1. Menetapkan Kriteria Seleksi Sediaan √
Farmasi Dan Alkes
7.1.2. Menatapkan Daftar Kebutuhan Sediaan √
Farrrasi Dan Alat Kesehatan
7.2. Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi Terapis wicara
Dan Alat Kesehatan + Sertifikat
Pengadaan
B/J
7.2.1. Melakukan Perencanaan Pengadaan
Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.2.2. Melakukan Pemilihan Pemasok Sediaan
Farmasi Dan Alkes
7.2.3. Menetapkan Metode Pengadaan Sediaan
Farmasi Dan Alkes
7.2.4. Melaksanakan Pengadaan Sediaan
Farmasi Dan Alkes
7.3. Mampu Mendesain, Melakukan Penyimpanan Terapis wicara
Dan Distribusi Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan
7.3.1. Melakukan Penyimpanan Sediaan Farmasi √
Dan Alkes Dengan Tepat
7.3.2. Melakukan Distribusi Sediaan Farmasi Dan √
Alkes
7.3.3. Melakukan Pengawasan Mutu √
Penyimpanan Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan
7.4. Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan √
Farmasi Dan Alkes sesuai Peraturan
7.4.1. Memusnahkan Sediaan Farmasi Dan Alkes √
7.5. Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan √
Penarikan Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.5.1. Memastikan Informasi Tentang Penarikan √
Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.5.2. Melakukan Perencanaan Dan √
Melaksanakan Penarikan Sediaan Farmasi

29
Dan Alkes
7.5.3. Komunikasi Efektif Dalam Mengurangi √
Risiko Akibat Penarikan Sediaan Farmasi
Dan Alkes
7.6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam √
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes
7.6.1. Memanfaatkan Sistem Dan Teknologi √
Lnformasi Dalam Pengelolaan Sediaan
Farmasi Dan Alat Kesehatan
7.6.2. Membuat Dan Menetapkan Struktur √
Organisasi Dengan SDM Yang Kompeten
7.6.3. Mengelola Sumber Daya Manusia Dengan √
Optimal
7.6.4. Mengelola Keuangan √
7.6.5. Penyelenggaraan Praktik Terapi wicara √
Yang Bermutu
8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu
Membangun Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan
Praktik Profesionai Terapi wicara
8.1. Mampu Merencanakan Dan Mengelola Waktu √
Kerja
8.1.1. Membuat Perencanaan Dan Penggunaan √
Waktu Kerja
8.1.2. Mengelola Waktu Dan Tugas √
8.1.3. Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu √
8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap √
Pekerjaan
8.2.1. Memahami Lingkungan Bekerja √
8.2.2. Melakukan Penilaian Kebutuhan Sumber √
Daya Manusia
8.2.3. Mengelola Kegiatan Kerja √
8.2.4. Melakukan Evaluasi Diri √
8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim √
8.3.1. Mampu Berbagi informasi yang relevan √
8.3.2. Berpartisipasi dan kerjasama tim dalam √
pelayanan
8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri √
8.4.1. Mampu Memahami Persyaratan Standar √
Profesi
8.4.2. Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap √
Profesi
8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah √
8.5.1. Mampu Menggali Masalah Aktual Atau √
Masalah Yang Potensial
8.5.2. Mampu Menyelesaikan masalah √

30
8.6. Mampu Mengelola Konflik √
8.6.1. Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik √
8.6.2. Menyelesaikan Konflik √
9. Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi yang Berhubungan dengan Terapi wicara
9.1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi untuk √
Kemajuan Profesi
9.1.1. Mengetahui, Mengikuti Dan Mengamalkan √
Perkembangan Terkini Di Bidang Farmasi
9.1.2. Kontribusi Secara Nyata Terhadap √
Kemajuan Profesi
9.1.3. Mampu Menjaga Dan Meningkatkan √
Kompetensi Profesi
9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk √
Pengembangan Profesionalitas
9.2.1. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk √
Meningkatkan Profesionalitas
9.2.2. Mampu Mengikuti Teknologi Dalam √
Pelayanan Terapi wicara (Teknologi
Informasi Dan Teknologi Sediaan)
10 Mampu menerapkan 6 Sasaran Keselamatan Pasien,
manajemen risiko, dan program keselamatan rumah
sakit lainnya dalam pekerjaan terapi wicara sehari-hari
10.1 Mampu menerapkan 6 Sasaran Keselamatan √
Pasien
10.1.1Mampu melakukan identifikasi pasien yang √
benar
10.1.2Mampu menerapkan komunikasi yang √
efektif
10.1.3Mampu menerapkan manajemen √
perbekalan farmasi dan asuhan terapi
wicara yang benar pada obat
Kewaspadaan Tinggi
10.1.4Mengetahui dan memahami standar tepat √
lokasi, tepat operasi, dan tepat pasien
10.1.5 Mampu menerapkan standar √
pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
10.1.6 Mampu menerapkan jatuh √
10.2 Mampu melakukan pelaporan insiden √
keselamatan pasien kepada KPRS
10.3 Mampu melakukan investigasi sederhana dan √
RCA
10.4 Mampu melakukan manajemen risiko terhadap √
pelayanan farmasi

31
Terapis wicara Senior
1 Mampu mengambil keputusan dalam situasi Terapis wicara
mendesak untuk menyelesaikan masalah + Pengalaman
berkaitan pelayanan farmasi dibid farmasi
Min 10 tahun
2 Mampu menyelesaikan masalah farmakoterapi √
yang tidak dapat diselesaikan oleh terapis wicara
yunior

8. Rincian Kewenangan Kerja Klinik Tenaga Teknis Terapi wicara

KOMPETENSI TENAGA TEKNIS TERAPI WICARA (TTK) TNA (Training


Need
Assasment)
1. Mampu membantu terapis wicara dalam melakukan TTK
pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan.
1.1. Mampu mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan √
perbekalan kesehatan
1.2. Mampu Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi √
dan perbekalan farmasi.
1.3. Mampu memeriksa persediaan sediaan farmasi √
dan perbekalan kesehatan yang mendekati waktu
daluarsa
1.4. Mampu memesan sediaan farmasi dan √
perbekalan kesehatan
1.5. Mampu mengusulkan kebutuhan sediaan farmasi √
dan perbekalan kesehatan di unit kerja
1.6. Mampu memesan sediaan farmasi dan √
perbekalan kesehatan berdasarkan permintaan
dari terapis wicara.
1.7. Mampu menerima sediaan farmasi/ perbekalan √
kesehatan dan memeriksa kesesuaian pesanan
1.8 Mampu memeriksa keadaan fisik sediaan farmasi √
dan perbekalan kesehatan

1.9. Mampu membantu terapis wicara dalam √


melakukan penyimpanan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan sesuai ketentuan.
2. Mampu Melakukan pekerjaan administrasi perbekalan √
farmasi dan alat kesehatan.

32
2.1. Mampu melakukan administrasi dokumen √
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
2.2 Mampu menyiapkan, mengisi dan menyimpan
kartu stok
2.3 Mampu melakukan pengelompokan faktur √
pembelian dan memeriksa dokumen penagihan
pembayaran dari supplier.
2.4 Mampu membuat pelaporan pengelolaan
perbekalan farmasi dan alkes.
4. Mampu membantu terapis wicara dalam pelayanan
permintaan dokter (resep)
4.1. Mampu Melaksanakan prosedur penerimaan dan √
penilaian resep
4.2 Mampu membaca dan memberikan harga obat √
pada resep.
4.3 Mampu membantu terapis wicara melakukan √
dispensing obat sesuai permintaan resep.
4.4 Mampu menulis dan memberikan etiket obat √
sesuai permintaan resep.
4.5 Mampu membantu terapis wicara dalam √
menyerahkan obat dan memberikan KIE kepada
pasien.
4.6. Mampu melakukan pengarsipan resep sesuai √
ketentuan.
4.7 Mampu membuat kopi resep
5. Mampu membantu terapis wicara dalam melakukan TTK +
dispensing sediaan steril dan sitostatika. pelatihan
aseptic
dispensing
5.1. Mampu membantu terapis wicara dalam √
menyiapkan (pengenceran, pencampuran)
sediaan steril dan sitostatika sesuai permintaan
dokter.
5.2 Mampu melaksanakan administrasi permintaan √
dan penyaluran sediaan steril dan sitistatika.
6. Mampu membantu terapis wicara dalam melakukan TTK
produksi sediaan farmasi di rumah sakit.
6.1. Mampu membantu terapis wicara dalam mencari, √
membaca formulasi obat, melakukan formulsi dan
memproduksi sediaan obat sesuai permintaan
dokter / rumah sakit.
6.2. Mampu mengelola bahan baku dan bahan √
pembantu obat yang ada di bagian produksi.
6.3 Mampu melakukan administrasi dan pengarsipan √
di bagian produksi.

33
BAB IV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

9. Umum. Untuk menjamin tercapainya sasaran/tujuan pemberian rincian


kewenangan kerja klinis (RKKK) bagi tenaga terapi wicara RSPAD Gatot Soebroto
diperlukan pengawasan dan pengendalian terkait pelaksanaan ketentuan yang tertulis
dalam buku ini. Hal ini agar setiap kendala di lapangan dapat dideteksi, diketahui, dan
diperbaiki pada kesempatan pertama.

10. Pengawasan. Kegiatan pengawasan dititikberatkan pada upaya


meminimalisir terjadinya kendala-kendala di lapangan yang menyebabkan terjadinya
kegagalan.
a. Pengawasan melekat (Internal) Pengawasan administrative, teknis
dan operasional. Dilakukan lansung oleh Kainstal Farmasi sebagai
Pembina profesi tenaga terapi wicara.

34
b. Pengawasan Eksternal. Dilakukan oleh Ketua KTKP selaku
penanggungjawab Tenaga Kesehatan Profesional Lain.

11. Pengendalian. Pengendalian dilakukan sejalan dengan pengawasan untuk


mewujudkan kegiatan yang tertib, teratur, berdaya guna dan berhasil guna sehingga
kendala dan hambatan yang dihadapi dilapangan segera dapat diselesaikan agar
tujuan dan sasaran dapat tercapai sesuai rencana.

BAB V
PENUTUP

12. Keberhasilan. Disiplin dalam mentaati buku pedoman ini oleh semua pihak
yang berkepentingan di RSPAD Gatot Soebroto sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pemberian RKKK tenaga terapi wicara di RSPAD Gatot Soebroto.

13. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasa perlu atau dibutuhkan untuk


penyempurnaan buku pedoman ini agar disarankan kepada Kepala RSPAD Gatot
Soebroto melalui Ketua KTKP sesuai dengan mekanisme umpan balik.

Ditetapkan di : Jakarta

35
Pada tanggal :
Kepala RSPAD Gatot Soebroto

DR.dr. Terawan Agus Putranto,Sp.Rad,(K) RI


Mayor Jenderal TNI

36

Anda mungkin juga menyukai