Anda di halaman 1dari 2

Korupsi Internasional – Xu Caihou

CNN Money, Selasa (21/4/2015), mencatat beberapa koruptor kakap di tubuh militer yang
sudah dicokok tim pemerintah. Salah satunya adalah Jenderal Xu Caihou. Harta haram sang
jenderal yang disita meliputi segepok uang tunai, tumpukan kotak perhiasan, patung emas 24
karat. Itu baru beberapa harta korupsinya yang disita oleh penyidik korupsi China. Dia
terbukti menerima sogokan supaya perwira cepat naik pangkat. Xu tertangkap dengan barang
bukti lebih dari satu ton uang tunai di rumahnya.
Jenderal angkatan darat ini juga memiliki simpanan tersembunyi seperti permata. Saking
banyaknya harta yang ditimbun oleh Xu, butuh seminggu untuk menghitung total korupsi
yang dia lakukan. Pemerintah China mengerahkan 12 truk guna menyita uang sogokan Xu.
Sayang, belum sempat diadili, sang jenderal korup meninggal akibat penyakit kanker
kandung kemih pada 15 Maret 2015.
Sumber:
https://m.merdeka.com/dunia/korupsi-gila-jenderal-china-uang-haram-butuh-seminggu-
dihitung.html
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160725201447-113-146966/jenderal-di-
china-divonis-seumur-hidup-karena-korupsi#

Korupsi Nasional – Kasus BLBI

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga ada kerugian negara sebesar Rp 3,7 triliun
terkait penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) dalam pemberian Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI). Atas indikasi tersebut, KPK menetapkan mantan Kepala Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Syafruddin Temenggung, sebagai tersangka.
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan pada jumpa pers di Gedung KPK Jakarta, Selasa
(25/4/2017), menjelaskan, kerugian negara tersebut terjadi dalam pemberian SKL kepada
Sjamsul Nursalim, selaku pemegang saham pengendali Bank Dagang Negara Indonesia
(BDNI) pada tahun 2004. "SKL itu terkait pemenuhan kewajiban penyerahan aset oleh
obligator BLBI kepada BPPN," ujar Basaria.
Menurut Basaria, pada tahun 2002, Syafrudin selaku Kepala BPPN mengusulkan untuk
disetujui Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK). Kemudian, terjadi perubahan proses
litigasi terhadap kewajiban obligor menjadi restrukturisasi atas kewajiban penyerahan aset
oleh obligor sebesar Rp 4,8 triliun. Hasilnya, restrukturisasi aset Sjamsul Nursalim sebesar
Rp 1,1 triliun. Sementara, Rp 3,7 triliun tidak dilakukan pembahasan dalam proses
restrukturisasi.
"Sehingga, seharusnya masih ada kewajiban obligor setidaknya Rp 3,7 triliun yang masih
belum ditagihkan," kata Basaria.
Namun, meski terjadi kekurangan tagihan, Syafrudin pada April 2004 mengeluarkan SKL
terhadap Sjamsul Nursalim atas semua kewajibannya pada BPPN.
Sejak dua tahun lalu, KPK menduga ada masalah dalam proses penerbitan SKL kepada
sejumlah obligor tersebut. SKL memberikan jaminan kepastian hukum kepada debitur yang
dikategorikan telah menyelesaikan kewajiban dan tindakan hukum kepada debitur yang tak
menyelesaikan kewajiban berdasarkan penyelesaian kewajiban pemegang saham. SKL ini
dikeluarkan BPPN berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002, dengan Presiden
pada saat itu adalah Megawati Soekarnoputri.

Apakah BLBI itu?

BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) adalah dana talangan yang diberikan pemerintah
ketika krisis keuangan melanda Indonesia pada 1997.

Ada 48 bank komersil bermasalah akibat krisis pada saat itu, di antaranya adalah Bank
Central Asia (BCA) milik Anthoni Salim (yang juga memiliki Indofood), Bank Umum
Nasional milik Mohamad 'Bob' Hasan, Bank Surya milik Sudwikatmono, Bank Yakin
Makmur milik Siti Hardiyanti Rukmana, Bank Papan Sejahtera milik Hasjim
Djojohadikusumo, Bank Nusa Nasional milik Nirwan Bakrie, Bank Risjad Salim
Internasional milik Ibrahim Risjad.

Total dana talangan BLBI yang dikeluarkan sebesar Rp144,5 triliun. Namun 95% dana
tersebut ternyata diselewengkan, berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan, dan
dinilai sebagai korupsi paling besar sepanjang sejarah Indonesia.

Kasus penyelewengan dana BLBI adalah kasus yang sudah menggantung lebih dari satu
dekade. Namun baru kali ini diselidiki oleh KPK dan naik menjadi penyidikan dan
menetapkan tersangka.

Sumber:

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39724323

https://nasional.kompas.com/read/2017/04/25/18292891/kronologi.timbulnya.kerugian.negar
a.dalam.kasus.penerbitan.skl.blbi

Anda mungkin juga menyukai