Tanaman PDF
Tanaman PDF
F.Tabri
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Kata Kunci : Pengelolaan, Nitrogen, Bagan Warna Daun, dan Pola Tanam
PENDAHULUAN
Padi dan jagung merupakan dua komoditas pangan pokok di Indonesia. Kedua
komoditas tersebut juga merupakan bahan baku beraneka macam pangan dan bahan
pakan. Demikian besarnya peran kedua komoditi tersebut dalam kehidupan masyarakat
sehingga keduanya harus diimpor karena produksi dalam negeri tidak mencukupi
kebutuhan. Meskipun Indonesia menghasilkan 5.445 juta ton gabah tahun 2006, tetapi
tetap masih mengimpor 1,9 juta ton beras (www.irri.org. 2007b). Jagung juga demikian.
Tahun 2005 dihasilkan 12,4 juta ton jagung, tetapi tetap diperlukan impor 1,8 juta ton
(Kasyrino. 2003. BPS 2006).
Di Indonesia jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Jagung
diproduksi sekitar 79% di lahan kering, sisanya terdapat dilingkungan sawah irigasi 11%
dan sawah tadah hujan 10% (Mink et al. 1987). Diperkirakan areal pertanaman jagung
pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan berturut-turut meningkat 10–15% dan
20–30% terutama pada daerah produksi jagung komersial (Kasryno. 2003). Pada propinsi
Jawa Timur dan Lampung, dua propinsi penghasil utama jagung di Indonesia, teramati
bahwa dalam musim kemarau pada lahan sawah, tanaman jagung lebih diminati daripada
tanaman palawija lain, bahkan sebagian petani padi mulai beralih mengusahakan jagung.
Hal yang sama juga teramati di beberapa propinsi lainnya seperti Sulawesi Selatan, Jawa
Tengah, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Barat.
Tiga dasawarsa pra-swasembada beras pembangunan pertanian dilaksanakan
berdasarkan atas tiga strategi utama dengan urutan prioritas: intensifikasi, ekstensifikasi,
dan diversifikasi. Pasca-swasembada beras, skala prioritas strategi pembangunan dirubah
menjadi diversifikasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi. Sejak dahulu petani telah
162
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9
163
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9
penyiapan lahan untuk pertanaman jagung dengan tanpa olah tanah, dan sistem
pertanaman secara bersisipan yang dilakukan 7 hari sebelum jagung pertama dipanen.
Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan tiga ulangan. Petak
perlakuan berukuran 6 m x 4 m. Varitas ditempatkan pada petak utama dan pemupukan N
pada anak petak. Penelitian tersebut dilakukan empat kali, yaitu dua kali untuk padi dan
dua kali untuk jagung. Padi ditanam dengan jarak 25 cm x 20 cm sebanyak 2-3
bibit/rumpun, dan jagung ditanam dengan jarak 75 cm x 40 cm, dua benih/lubang tanam.
Untuk padi, varitas yang akan diuji adalah Ciherang (V1), Inpari -7 (V2) dan
Dodokan (V3). Adapun pupuk N yang akan diuji adalah pemberian N cara petani, yaitu
diberikan sekaligus pada dengan 14 hst dengan takaran 300 urea dan 100 ZA/ha (N1),
pemberian N berdasarkan rekomendasi (N3), dan pemberian N berdasarkan BWD (N3).
Cara penggunaan BWD pada pertanaman padi adalah:
• Dipilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat yang seragam, lalu didiamati daun
teratas yang telah membuka penuh pada setiap rumpun.
• Ditaruh bagian tengah daun di atas BWD dan dibandingkan antara warna daun dengan
warna pada panel BWD. Jika warna daun berada di antara dua skala, gunakan nilai
rata-ratanya, misalnya 3,5 untuk skala antara 3 dan 4.
• Sewaktu mengukur warna daun dengan BWD, jangan menghadap sinar matahari,
sebab pantulan sinar matahari dari daun padi dapat berpengaruh pada pengukuran
warna daun.
• Dipilih waktu pembacaan daun pada pagi atau siang hari. Hindari menilai warna daun
dengan BWD di tengah terik matahari.
• Pengukuran dilakukan pada waktu yang sama dan oleh orang yang sama.
• Jika 6 atau lebih dari 10 daun yang diamati warnanya berada antara skala 4-5 pada
BWD maka diberi 50 kg urea/ha, berada antara skala 3-4 pada BWD diberi 125 kg
urea/ha, dan antara skala 2-3 BWD diberi 150 kg urea/ha.
Untuk jagung, varitas yang akan diuji adalah NK-33 (J1), BISI -16 (J2) dan Bima 5
(J3). Sedangkan pemberian N yang diuji adalah cara petani yaitu cara dengan takaran 500
kg urea dan 200kg ZA/ha yang diberikan pada 15 hst (N1), pemberian N dengan takaran
400 kg/ha, 1/3 takaran pada 7 hst dan 2/3 pada 30 hst (N2), dan pemberian N berdasarkan
BWD (N3).
Cara penggunaan BWD pada pertanaman jagung adalah:
• Daun yang akan diamati warnanya adalah daun yang telah terbuka sempurna (daun ke-
3 dri atas). Dipilih 10 tanaman secara acak.
• Daun yang akan diamati warnanya dilindungi dari sinar langsung dengan
membelakangi matahari, sehingga daun atau BWD tidak terkena langsung sinar
matahari agar pengamatan tidak terganggu oleh pantulan sinar yang menyebabkan
mata silau.
• Daun diletakkan di atas BWD. Bagian daun yang diamati adalah sekitar 1/3 dari ujung
daun, kemudian warna daun dibandingkan dengan skala warna pada BWD. Skala yang
paling sesuai dengan warna daun dicatat. Jika warna daun berada di antara dua skala
maka digunakan nilai tengahnya, misalnya antara 2,5 antara skala 2 dan 3.
• Nilai rata-rata dari hasil pengamatan BWD digunakan untuk menentukan takaran
pupuk yang akan diberikan. Jika nilai pengamatan <4,0 maka diberikan 150 kg
urea/ha, ≥4,0-4,5 diberikan 100 kg urea/ha, dan ≥4,5-5,0 diberikan 50 kg urea/ha.
164
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9
Percobaan pemupukan pada padi dengan mengikuti cara petani, rekomendasi dari
Bimas dan Bagan Warna Daun (BWD). Penelitian dilakukan di lahan petani di
Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa dengan tkstur tanah lempung berdebu.Hasil
análisis tanah sebelum penelitian seperti tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis tanah lokasi penelitian efisiensi hara. Gowa, MK 2009
Macam Penetapan kadar Kriteria
Tekstur : Lempung berdebu
Liat (%) 11
Debu (%) 62
Pasir (%) 27
pH H2O (1 : 2.5) 5.55 Agak Masam
pH KCl (1 : 2,5) 4.92
C- Organik (%) 0.66 Sangat Rendah
N-Total (%) 0.09 Sangat Rendah
C/N 0.09 Rendah
P-Bray I (ppm) 18.25 Rendah
Kdd (me/100 g) 0.13 Rendah
Cadd (me/100g) 3.98 Sedang
Mgdd (me/100g) 1.76 Sangat Rendah
Nadd (me/100g) 0.12 Sangat Rendah
Aldd (me/100 g) 0.09 Rendah
+
H (me/100 g) 0.08 Sangat Rendah
Nilai Tukar Kation 10.09 Rendah
(me/100 g)
Berdasarkan hasil analisis laboratorium tanah, Balitsereal, Maros. 2009
165
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9
Dari hasil análisis tanah, terlihat bahwa lokasi penelitian mempunyai tekstur
Lempung berdebu, dengan kandungan N, P, K tergolong sangat rendah sampai sedang.
Tabel 2. Pengaruh Varietas dan Pemupukan terhadap tinggi tanaman padi dan Klorofil
daun tanaman pada Pengelolaan Nitrogen dalam Sistem Usahatani Padi-Padi -
Jagung-Jagung, Bontonompo Kab Gowa, sulawesi selatan MK 2009
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji BNT
Pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil yang tinggi membutuhkan suplai
nitrogen (N) yang cukup, bila suplai N tak cukup tanaman akan mengalami kekurangan
N, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan organ dan keseluruhan tanaman yang tidak
normal. Gejala kekurangan N yang paling jelas dan biasa terlihat adalah berkurangnya
warna hijau dari dedaunan (chlorosis), yang umumnya agak terdistribusi merata pada
keseluruhan daun. Pada tanaman padi, kekurangan N ditandai oleh berkurangnya anakan;
jumlah malai per satuan luas dan juga jumlah gabah per malai berkurang. Karena itu,
pertumbuhan dan hasil tanaman, khususnya padi, berhubungan erat dengan warna hijau
dari daun.Terlihat dari hasil penelitian bahwa tanaman yang diberi pupuk sesuai dengan
BWD (N3) memberikan hasil tertinggi untuk klorofil 60 hst (39.80) dan hasil GKP
(P1N3) sebesar 6.01 t/ha, dibandingkan dengan cara petani dan rekomendasi (Tabel 2,3).
Efisiensi penggunaan pupuk N rendah, hanya 19-47% dari N yang diberikan bisa diserap
oleh tanaman padi. Mukherjee (1986) juga sudah melaporkan bahwa, pada kondisi paling
optimum, penyerapan pupuk N yang diberikan ke tanaman hanyalah sekitar 40-50%.
Pada awal pertumbuhan (Fase vegetative), peranan pupuk sebagai penyedia unsur
Nitrogen, Phosfor dan Kalium sangat penting untuk mendukung pembentukan dan
pemanjangan organ tanaman yang dicirikan oleh pembentukan jumlah anakan.Memasuki
fase generarif fotosintat yang dihasilkan dimanfaatkan untuk pemasakan bulir padi
sehingga tampak bernas yang dicirikan dengan bobot 1000 biji. Hasil penelitian untuk
berat 1000 biji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan cara petani
(N1), berdasarkan rekomendasi (N2) dan BWD (N3) untuk varietas Ciherang (P1) dan
Inpari-3 (P2) (Tabel 3).
166
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9
Tabel 3 .Pengaruh Varietas dan Pemupukan terhadap tinggi tanaman padi dan Klorofil
tanaman pada Pengelolaan Nitrogen dalam Sistem Usahatani Padi-Padi-
Jagung-Jagung, Bontonompo, Kab Gowa,Sulawesi Selatan MK 2009.
Hasil yang di capai berkisar antara 5.02 hingga 6.01 t/ha GKP (Tabel 3). Ini
menunjukkan bahwa kandungan hara dalam tanah ditambah dengan pemberian pupuk
berdasarkan BWD sudah cukup untuk mensuplai sebagian kebutuhan hara oleh tanaman
yang ditunjukkan dari hasil P1N3 sebesar 6.01 t/ha GKP.
Secara statistik, Varitas dan cara pemberian N tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman jagung, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah biji/tongkol, bobot 100
biji dan hasil biji (Tabel 4). Varitas hibrida Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil biji
yang lebih tinggi dibanding NK 33 yang diusahakan petani. Cara pemberian N
berdasarkan BWD juga nyata lebih tinggi hasilnya dibanding pemberian N cara petani.
Hasil yang diperoleh berkisar antara 5.38 t/ha hingga 6.83 t/ha. (Tabel 4). Hal ini
menunjukkan bahwa hara N lebih tinggi terdapat dalam biji dibanding yang terdapat
dalam brangkasan.
167
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :978-979-8940-27-9
Tabel 4 . Pengaruh varitas dan cara pemberian N terhadap tinggi tanaman, biji dan hasil
biji jagung pada Pengelolaan Nitrogen dalam Sistem Usahatani Padi-Padi-
Jagung-Jagung, Bontonompo, Gowa, 2009.
KESIMPULAN
• Pemberian pupuk nitrogen berdasarkan bagan warna daun (BWD) pada padi maupun
jagung lebih efisien dibanding pemberian N dengan cara petani atau berdasarkan
rekombinasi Tim Teknis Pengkajian Teknologi setempat.
• Pemberian N berdasarkan BWD memberikan hasil lebih tinggi baik untuk tanaman
padi maupun untuk jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhly, A.F., Zubachtirodin, Syafrudin, F. Tabri, M. Aqil, Bahtiar dan S. Panikkai. 2008.
Identifikasi petani dan lahan dengan sistem usahatani padi-padi-jagung dan padi-jagung-
jagung pada sawah irigasi. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, 26p.
Fagi, A.M. dan S. Partohardjono. 2004. Diversifikasi usahatani berorientasi padi. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Jakarta., p.201-224.
Kasryno, F. 2003 Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia dan implikasinya bagi
Indonesia. Dalam F. Kasyrino, E. Pasandaran dan A.M. Fagi (ed) Ekonomi Jagung
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, p.15-36.
Kasryno, F. A.M. Fagi dan E. Pasandaran. 2003. Kebijakan produksi padi dan diversifikasi
pertanian. Ekonomi padi dan beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta., p.73-106.
Syafruddin, S. Saenong dan Subandi. 2008. Penggunaan bagan warna daun untuk efisiensi
pemupukan N pada tanaman jagung. Penelitian Pertanian 27(1):24-31.
Tirtoutomo, S., S. Solehuddin, G.Soepardi dan H. Taslim. 1991. Pengaruh macam dan waktu
pemberian pupuk nitrogen terhadap efisiensi pengambilan nitrogen oleh tanaman jagung.
Media Penelitian Sukamandi, 9:5-10.
www.irri.org. 2007a. Workgroups. About CURE.
www.irri.org. 2007b. Workgroups. Council for Partnership on Rice Research in Asia. Country
Report: Indonesia.
168