Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

STRES, ADAPTASI, KOPING, DAN KONSEP DIRI

A. PENGERTIAN

a) Pengertian Stress
Dalam pengertian umum, stress adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri
individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan
kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.
(Sukadiyanto, 2010)

b) Pengertian Adaptasi
Adapatasi adalah suatu proses perubahan terjadi dalam aktivitas aspek fisiologis dan psikososial dalam
berespon terhadap suatu stresor. Perubahan yang terjadi dalam rangka menyesuaikan diri melalui suatu
pertahanan diri yang di dapat sejak lahir atau diperoleh melalui pengalaman. (I Wayan Candra, dalam
Manajemen Stres, 2012)

c) Pengertian Koping
Pengertian coping menurut Sarafino dan Smith (2011) adalah proses dimana individu mencoba untuk
mengelola perbedaan yang dirasakan antara tuntutan dan sumber daya.

d) Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan nilai, sikap dan atribut perspektif lainnya yang ada di dalam diri individu yang
dilihat dari perspektif individu sendiri dan orang lain yang dirasakan oleh individu. (Fransisca, 2014)
B. PATHWAY FAKTOR KRISIS SITUASI
(menderita penyakit terminal, perubahan fisik,
kehilangan anggota tubuh, kehilangan orang terdekat,
kegagalan, dsb.)

- Koping keluarga Terjadi ketegangan fisik Merasa kecewa


menurun dan emosional
- Dijauhi
- Dikucilkan

Hipotalamus Stres
mengaktifkan sistem
berkepanjangan
saraf simpatis

Dukungan dan kasih


sayang berkurang
Sistem saraf  Gangguan pola tidur :
simpatis lebih banyak tidur
menstimulasi  Kurang berenergi
medula adrenal
 Merasa bersalah  Nafsu makan
 Merasa malu berkurang
 Enggan mencoba  Verbalisasi menurun
hal baru Epinefrin dihasilkan
 Afek menurun
 Kegagalan
berulang  Tidak mempunyai
 Menolak umpan ambisi, inisiatif, dan
Kadar epinefrin
balik positif minat
meningkat
tentang diri  Perilaku isolasi
sendiri
 Perilaku
 Respon terhadap
bimbang/ragu  Peningkatan frekuensi stimulus melambat
 Perilaku tidak jantung
asertif  Peningkatan tekanan
 Sering kali darah
mencari  Peningkatan frekuensi
penegasan napas Keputusasaan
 Melebih-lebihkan  Produksi keringat
umpan balik berlebihan (diforesis)
negatif tentang  Dilatasi pupil
diri sendiri  Insomnia
 Gelisah Abdul Nasir (2011), Akramawita Kadir
 Insomnia (2012), Lynda Juall (2012), NANDA
2015, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia( 2017), Syarifudin (2016)

Harga diri rendah


kronik Ansietas
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

-Beberapa prosedur diagnostik yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Elektroensefalogram (EEG)

Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk mengukur aktivitas elektrik otak, mengidentifikasi


disritmia, asimetris atau penekanan irama otak. EEG juga digunakan untuk mendiagnosis epilepsi,
neoplasma, stroke, penyakit degeneratif dan metabolisme.

2. Computerized EEG Maping

Computerized EEG Maping digunakan mengukur aktivitas otak.

3. Computerized Axial Tomography (CT Scan)

CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil
dari tulang tengkorak dan otak, mengukur struktur otak untuk mendeteksi lesi, abses, daerah infark atau
aneurisma. CT Scan juga dapat mengidentifikasi perbedaan anatomi pasien skizofrenia, gangguan
mental organik, dan gangguan bipolar.

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) ialah gambaran pencitraan bagian badan yang diambil dengan
menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut. MRI digunakan untuk
mengukur anatomi dan status biokimia otak, mendeteksi edema otak, iskemia, infeksi, neoplasma,
trauma, dan lain-lain.

5. Positron Emission Tomography (PET)

Positron Emission Tomography, yang dikenal dengan sebutan penggambaran PET adalah pemeriksaan
diagnostik dengan cara visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop yang memancarkan positron.
PET digunakan untuk mengukur fungsi otak secara spesifik, seperti : metabolisme glukose, penggunaan
oksigen, aliran darah, dll.

6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)

SPECT adalah bagian dari kedokteran nuklir untuk mengukur aliran darah dan tingkat aktivitas otak
pada pasien dengan gangguan, dan membandingkannya dengan otak normal. sama dengan PET, tetapi
SPECT juga digunakan untuk melihat kesan dari aktivitas sirkulasi cairan serebrospinalis

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan rasa khawatir yang dialami membuat dirinya mudah menangis dan mudah marah,
karena kurangnya pengetahuan pasien jarang memeriksakan kesehatannya di pusat pelayanan
kesehatan.
2. Pola nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang akibat khawatir yang dialaminya
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAB dan BAK masih lancer
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan lebih banyak melakukan aktivitas diluar rumah daripada didalam rumah
5. Tidur dan Istirahat
Pasien mengatakan sering terbangun saat tidur
6. Sensori, persepsi, kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
7. Konsep diri
a. Identitas diri : pasien mampu mengenal dirinya sendiri
b. Gambaran diri : pasien merasa dirinya tidak berguna lagi
c. Harga diri : pasien merasa bahwa lingkungan sekitar menolak dirinya
d. Peran diri : selama ini pasien berperan sebagai kepala keluarga
8. Seksual dan reproduksi
Tidak dikaji
9. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan tidak pernah melaksanakan peran sebagai kepala keluarga
10. Manajemen koping stress
Pasien mengatakan tidak pernah membicarakan masalah dengan keluarga
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan melaksanakan ibadaha dan berdoa setiap waktu.

E. DIGNOSA KEPERAWATAN

a. Analisa data
NO DATA FOKUS DATA STANDAR POHON MASALAH MASALAH
1 DS: pasien/keluarga pasien - Pasien lebih berenergi Keputusasaan Keputusasaan
mengatakan bahwa pasien - Pola tidur pasien
merasa kurang berenergi dan normal
lebih banyak tidur. - Nafsu makan pasien  Gangguan pola
DO: tidak berkurang tidur : lebih banyak
Gangguan pola tidur : lebih - Verbalisasi pasien tidur
banyak tidur normal  Kurang berenergi
Nafsu makan berkurang - Afek pasien normal  Nafsu makan
Verbalisasi menurun - Pasien memiliki berkurang
Afek menurun ambisi, inisiatif, dan  Verbalisasi
Tidak mempunyai ambisi, minat menurun
inisiatif, dan minat - Tidak terjadi perilaku  Afek menurun
Perilaku isolasi isolasi pasien  Tidak mempunyai
Respon terhadap stimulus - Respon pasien ambisi, inisiatif,
melambat terhadap stimulus dan minat
cepat  Perilaku isolasi
 Respon terhadap
stimulus melambat

Stres berkepanjangan

Merasa kecewa

FAKTOR KRISIS
SITUASI
(menderita penyakit
terminal, perubahan
fisik, kehilangan
anggota tubuh,
kehilangan orang
terdekat, kegagalan,
dsb.)

2 DS: Pasien merasa - Pasien tidak merasa Harga diri rendah Harga diri rendah
bersalah, merasa malu, dan bersalah kronik kronik
mengatakan mengalami - Pasiean tidak merasa
kegagalan berulang. malu
- Pasien tidak
mengalami kegagalan  Merasa bersalah
DO: berulang  Merasa malu
Enggan mencoba hal baru - Pasien bersedia  Enggan mencoba
Menolak umpan balik mencoba hal baru hal baru
positif tentang diri sendiri - Pasien menerima  Kegagalan
Perilaku bimbang/ragu umpan balik positif berulang
Perilaku tidak asertif tentang diri sendiri  Menolak umpan
Sering kali mencari - Psien tidak balik positif
penegasan menunjukan perilaku tentang diri
Melebih-lebihkan umpan bimbang/ragu sendiri
balik negatif tentang diri - Pasien asertif  Perilaku
sendiri - Pasien tidak sering bimbang/ragu
mencari penegasan  Perilaku tidak
- Pasien tidak melebih- asertif
lebihkan umpan balik
tentang diri sendiri.  Sering kali
mencari
penegasan
 Melebih-lebihkan
umpan balik
negatif tentang
diri sendiri

Dukungan dan kasih


sayang berkurang

Koping keluarga
menurun

FAKTOR KRISIS
SITUASI
(menderita penyakit
terminal, perubahan
fisik, kehilangan
anggota tubuh,
kehilangan orang
terdekat, kegagalan,
dsb.)

3 DS: pasien/keluarga pasien - Pasien tidak sulit tidur Ansietas Ansietas


mengatakan pasien sulit - Pasien tidak gelisah
tidur (Insomnia), gelisah. - Frekuensi jantung
pasien normal  Peningkatan
DO: - Tekanan darh psien frekuensi
Peningkatan frekuensi normal jantung
jantung - Frekuensi napas  Peningkatan
Peningkatan tekanan pasien normal tekanan darah
darah - Produksi keringat  Peningkatan
Peningkatan frekuensi pasien tidak frekuensi napas
napas berlebihan  Produksi
Produksi keringat - Pupil pasien tidak keringat
berlebihan (diforesis) berdilatasi berlebihan
Dilatasi pupil (diforesis)
 Dilatasi pupil
 Insomnia
 Gelisah

Kadar epinefrin
meningkat

Epinefrin dihasilkan

Sistem saraf simpatis


menstimulasi medula
adrenal

Hipotalamus
mengaktifkan sistem
saraf simpatis

Terjadi ketegangan
fisik dan emosional

FAKTOR KRISIS
SITUASI
(menderita peyakit
terminal, perubahan
fisik, kehilangan
anggota tubuh,
kehilangan orang
terdekat, kegagalan,
dsb.)

Abdul Nasir (2011), Akramawita Kadir (2012), Lynda Juall (2012), NANDA 2015, Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia( 2017), Syarifudin (2016)

b. Analisa masalah
1. Keputusasaan
 DS:
pasien/keluarga pasien mengatakan bahwa pasien merasa kurang berenergi
dan lebih banyak tidur.
 DO:
Gangguan pola tidur : lebih banyak tidur, nafsu makan berkurang, verbalisasi
menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi, inisiatif, dan minat,
perilaku isolasi, respon terhadap stimulus melambat
 P: Keputusasaan
E: stres berkepanjangan
S: gangguan pola tidur ( lebih banyak tidur), kurang berenergi, nafsu makan
berkurang, verbalisasi menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi,
inisiatif, dan minat, perilaku isolasi, respon terhadap stimulus melambat
 Proses terjadinya
Pada kasus keputusasaan, akibat mengalami krisis situasi, seperti menderita
peyakit terminal, perubahan fisik, kehilangan anggota tubuh, kehilangan
orang terdekat, kegagalan, individu yang renta terhadap tekanan mengalami
dapat kekecewaan. Individu yang larut dalam perasaan kecewa dalam waktu
yang lama, maka akan terjadi stres berkepanjangan. Stres berkepanjangan
apabila tidak diatasi dengan segera, memungkinkan individu mengalami
keputusasaan
 Akibat jika tidak ditangani : keputusasaan rentan terinfeksi

2. Harga diri rendah kronik


 DS: Pasien merasa bersalah, merasa malu, dan mengatakan mengalami
kegagalan berulang.
 DO: Enggan mencoba hal baru, Menolak umpan balik positif tentang diri
sendiri, Perilaku bimbang/ragu, Perilaku tidak asertif, Sering kali mencari
penegasan, Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
 P : Harga diri rendah kronik
E : Dukungan dan kasih sayang berkurang
S : Merasa bersalah, Merasa malu, Enggan mencoba hal baru, Kegagalan
berulang, Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, Perilaku
bimbang/ragu, Perilaku tidak asertif, Sering kali mencari penegasan,
Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
 Proses terjadinya
Pada individu yang mengalami penurunan koping keluarga, dikucilkan, dan
dijauhi, tentu saja dukungan dan kasih sayang yang ia peroleh sebelumnya
akan berkurang. Jika hal dibiarkan begitu saja, akibatnya individu tersebut
akan mulai mengalami gangguan harga diri berupa harga diri rendah kronik

Akibat jika tidak ditangani : Gangguan identitas pribadi


(NANDA 2015).
3. Ansietas
 DS: pasien/keluarga pasien mengatakan pasien sulit tidur (Insomnia) dan
gelisah.
 DO: Peningkatan frekuensi jantung, Peningkatan tekanan darah, Peningkatan
frekuensi napas, Produksi keringat berlebihan (diforesis), Dilatasi pupil
 P : Ansietas
E : Kadar epinefrin meningkat
S : peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi napas, produksi keringat berlebihan (diforesis), dilatasi pupil,
insomnia, gelisah

 Proses terjdinya

. Ketika ketegangan secara fisik maupun emosional tersebut terjadi, hipotalamus


dalam otak akan mengaktifkan salah satu dari sistem saraf otonom, yaitu sistem
saraf simpatis. Saraf simpatis akan memacu kelenjar adrenal bagian medula
adrenal untuk mensekresikan hormon epinefrin yang juga dikenal sebagai
adrenalin. Akibatnya, kadar hormon epinefrin dalam tubuh meningkat dan
menyebabkan terjadinya ansietas.

 Akibat jika tidak ditangani : anxiety disorders.

c. Diagnosa keperawatan
1. Keputusasaan berhubungan dengan stres berkepanjangan, ditandai dengan gangguan
pola tidur ( lebih banyak tidur), kurang berenergi, nafsu makan berkurang,
verbalisasi menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi, inisiatif, dan minat,
perilaku isolasi, respon terhadap stimulus melambat.
2. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan berkuraangnya dukungan dan kasih
sayan, ditandai dengan merasa bersalah, merasa malu, enggan mencoba hal baru,
kegagalan berulang, menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, perilaku
bimbang/ragu, perilaku tidak asertif, sering kali mencari penegasan, melebih-
lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
3. Ansietas berhubungan dengan meningkatnya kadar epinefrin, ditandai dengan
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
napas, produksi keringat berlebihan (diaforesis), dilatasi pupil, insomnia, gelisah

F. RENCANA KEPERAWATAN
a) Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Keputusasaan
 Berhubungan dengan : stres berkepanjangan
 Ditandai dengan :
gangguan pola tidur ( lebih banyak tidur), kurang berenergi, nafsu makan berkurang, verbalisasi
menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi, inisiatif, dan minat, perilaku isolasi, respon
terhadap stimulus melambat.
2. Harga diri rendah kronik
 Berhubungan dengan : berkurangnya dukungan dan kasih sayang
 Ditandai dengan :
merasa bersalah, merasa malu, enggan mencoba hal baru, kegagalan berulang, menolak
umpan balik positif tentang diri sendiri, perilaku bimbang/ragu, perilaku tidak asertif,
sering kali mencari penegasan, melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri
sendiri.
3. Ansietas
 Berhubungan dengan : meningkatnya kadar epinefrin
 ditandai dengan :
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi napas,
produksi keringat berlebihan (diforesis), dilatasi pupil, insomnia, gelisah

No Hari DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


/
Tgl/
KRITERIA HASIL
Jam
1 Keputusasaan NOC NIC 1. Dengan rasa
Berhubungan saling percaya,
dengan: stres Setelah dilakukan 1. Bangun klien dapat
berkepanjangan tindakan keperawatan kepercayaan dan mengungkapkan
selama …x24 jam, empati peduli perasaannya
Ditandai diharapkan pasien enggunakan sehingga akan
dengan: memenuhi indikator komunikasi mempermudah
gangguan pola sebagai berikut: terapiutik melakukan
tidur ( lebih 1. laporan tidur yang 2. Monitor dan tindakan
banyak tidur), cukup evaluasi keperawatan.
kurang berenergi, 2. laporan kesejahteraan 2. Kesejahteraan
nafsu makan
meningkatnya nafsu rohani pasien yang rohani
berkurang,
makan sesuai mencerminkan
verbalisasi
menurun, afek
3. berpartisipasi dalam 3. Memperlakukan kesehatan
menurun, tidak aktivitas positif individu dengan psikologis pasien.
mempunyai 4. mentaati jadwal bermartabat dan 3. Perlakuan hormat
ambisi, inisiatif, terapi hormat dan bermartbat
dan minat, 5. berkomunikasi 4. Mendorong menimbulkan
perilaku isolasi, dengan jelas dan partisipasi dalam perasaan
respon terhadap tepat sesuai usia interaksi dengan dihargai.
stimulus anggota keluarga, 4. Berpartisipasi
melambat. teman, dan lain- dalam interaksi
lain. dengan keluarga
5. Membantu pasien menyebabkan
atau keluarga pasien lebih
pasien untuk terbuka.
mengidentifikasi 5. Mengenali
daerah-daerah daerah-daerah
harapan hidup harapan hidup
dapat mendorong
pasien agar tetap
melanjutkan
hidup.
2 Harga diri NOC NIC 1. perilaku pasien
rendah kronik 1. Obesrvasi perilaku dapat dijadikan
Setelah dilakukan pasien indikator untuk
Berhubungan tindakan keperawatan 2. Monitor pernyatan penilaian harga
dengan: selama …x24 jam, pasien tentang diri pasien.
berkuraangnya diharapkan pasien harga diri 2. Pernyataan
dukungan dan memenuhi indikator 3. Dorong pasien mengenai harga
kasih sayang sebagai berikut: untuk diri merupakan
1. pasien dapat mengungkapkan indikator
Ditandai dengan:
mempertahankan perasaanya perkembangan
merasa
kontak mata 4. Eksplorasi harga diri.
bersalah,
dengan lawan keberhasilan yang 3. Ungkapan
merasa malu,
bicara pernah dicapai perasaan
enggan
2. mempertahankan klien diperlukan untuk
mencoba hal
postur tubuh tegak 5. Berikan pujian menentukan
baru, kegagalan
3. menerima kritik atas keberhasilan tidakan
berulang,
orang lain pasien selanjutnya
menolak umpan
4. pasien dapat 6. Hindari tindakan terhadap pasien.
balik positif
menerima yang dapat 4. Eksplorasi
tentang diri
keterbatasan diri mengusik pasien keberhasilan
sendiri, perilaku
5. kepercayaan diri pasien dapat
bimbang/ragu,
pasien mengalami mengalihkan
perilaku tidak
peningkatan pasien dari
asertif, sering
6. pasien menerima situasinya
kali mencari
pujian dari orang sekarang.
penegasan,
lain 5. Pujian dapat
melebih-
7. pasien dapat meningkatkan
lebihkan umpan
berkomunikasi rasa percaya diri
balik negatif
secara lebih karena merasa
tentang diri
terbuka diargai.
sendiri.
6. Tindakan yang
mengusik pasien
menyebabkan
pasien merasa
tidak nyaman dan
mengingatkan
pasien terhadap
kedaannya yang
sekarang.

3 Ansietas NOC NIC 1. Manifestasi


Berhubungan adanya ansietas
dengan : Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda adalah terjadinya
meningkatnya tindakan keperawatan vital pasien peningkatan nilai
kadar epinefrin selama …x24 jam, 2. Identifikasi tingkat tanda-tanda vital
diharapkan pasien kecemasan kecuali suhu
Ditandai memenuhi indikator 3. Dengakan penuh tubuh.
dengan: sebagai berikut: perhatian 2. Tingkat
peningkatan 1. perasaan gelisah 4. Bantu pasien kecemasan
frekuensi pada pasien mengenali situasi berhubungan
jantung, menghilang yang menimbulkan dengan tindakan
peningkatan 2. menyingkirkan kecemasan yang akan
tekanan darah, tanda kecemasan 5. Dorong pasien untuk dilakukan
peningkatan 3. merencanakan mengungkapkan selanjutnya.
frekuensi napas, strategi koping perasaan, ketakutan, 3. Mendengarkan
produksi untuk situasi persepsi penuh perhatian
keringat penuh stres 6. Instruksikan pasien dapat
berlebihan 4. frekuensi nadi menggunakan teknik menimbulkan
(diaforesis), kembali normal relaksasi perasaan dihargai
dilatasi pupil, 5. frekuensi 7. . dan aman.
insomnia, pernapasan pasien 4. Pasien dapat
gelisah kembali normal menghindari
6. Pasien tidak lagi situasi yang
mengalami menyebabkan
diaforesis kecemasan, atau
7. Pasien tidak menyusun
mengalami strategi untuk
gangguan tidur menghindari
kecemasan jika
berada pada
situasi tersebut.
5. Ungkapan
perasaan
mengenai
ketakutan,
perasaan, dan
persepsi dapat
membantu
mengenali hal-
hal yang
membuat pasien
cemas.
6. Teknir relaksasi
mengurangi
ketegangan
dalam diri
sehingga
menyebabkan
perasaan dan
pikiran lebih
tenang, rileks dan
positif.
G. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai intervensi

H. EVALUASI
1. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan)

2. Evaluasi sumatif (merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu)

I. REFERENSI

Bulechek, Gloria M. dkk.2013.Nursing Interventions Clssification (NIC).Yogyakarta: Mocomedia


Candra. 2012. Manajemen Stres. Denpasar : Poltekkes Denpasar jurusan Keperawatan
Carpenito, Lynda Juall, dan Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC
Kadir, Akramawita.2012. Perubahan Hormon Terhadap Stres.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal.pdf. Diakses pada 24 September 2017.
Lynda Juall Carpenito-Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.Jakarta : EGC
Moorhead, Sue dkk.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC).Yogyakarta: Mocomedia
NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC
NANDA,NIC-NOC. 2015. Panduan Penyusuhan Asuhan Keperawatan Profesional. Jogjakarta : MediAction
Nasir, Abdul dan Abdul Muhith.2011.Dasar-dasar Keperawtan Jiwa.Jakarta:Penerbit Salemba Medika
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Sukadiyanto. 2010. Stress dan Cara Menguranginya. http://eprins.uny.ac.id/3706/1/06/sukadiyanto.pdf.
Diakses pada tanggal 20 Agustus 2017.
Syarifudin.2016.Anatomi Fisiologi Edisi 4.Jakarta:EGC
Vivi Shintaviana, Fransisca. 2014. Konsep Diri Serta Faktor-Faktor Pembentuk Konsep Diri Berdasarkan
Teori Ineraksionisme Simbolik. http://e-jurnal.uajy.ac.id/5781/1/jurnal.pdf. Diakses pada tanggal 20
September 2017.
Wilkinson, Judith M..2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai