Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan

1. Untuk menganalisis latar belakang terjadinya peristiwa kekerasan di JL. Ampera.


2. Untuk menganalisis hubungan peristiwa di jl. Ampera terkait dengan nilai- nilai Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana latar belakang terjadinya peristiwa kekerasan di jl. Ampera
2. Bagaimana hubungan antara peristiwa kekerasan di jl. Ampera terkait dengan nilai- nilai
Pancasila

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Konflik adalah sebuah pertikaian atau perselisihan yang terjadi pada individu atau
kelompok masyarakat dengan individu atau kelompok lainnya karena beberapa alasan.
Konflik ada beberapa macam, salah satunya menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi
4 macam :
1. konflik dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga
atau profesi (konflik peran/role)
2. konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3. konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa)
4. konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Faktor penyebab konflik antara lain :
a. Perbedaan individu,
Perbedaan individu ini meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial,
sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,
tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.

Sedangkan konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut :
• Batasan pekerjaan yang tidak jelas
• Hambatan komunikasi
• Tekanan waktu
• Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
• Pertikaian antar pribadi
• Perbedaan status
• Harapan yang tidak terwujud

Salah satu teori tentang konflik adalah marx (1818-1883), marx adalah salah satu
tokoh yang pemikirannya mewarnai sangat jelas dalam perkembangan ilmu social. Pemikiran
marx berangkat dari filsafat dialeka hegel. Sebagaimana yang dijelaskan cambell dalam tujuh
teori sosial (1994), bahwa marx menciptakan trasisi materialism historis yang menjelaskan
proses dialektika social masyarakat, penghancuran dan penguasaan secara bergilir
kekuatankekuatan ekonomis dari masyarakat komunis primitive kepada feodalisme berlanjut
kekapitalisme dan terakhir adalah masyarakat komunis. Berkaitan dengan konflik, marx
mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak
mendifinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat
pasa abad ke 19 di eropa dimana ia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal dan kelas pekerja
miskin.

2.2. Pembahasan

 Latar belakang

Terjadinya bentrokan dua kubu atas persidangan kasus Blowfish di depan


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Rabu (29/9/2010). Mereka adalah kubu pendukung
terdakwa Bernandus Maela dan kubu yang berseteru dengannya. Jelas tindakan tersebut
memecah persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama. Kasus Blowfish yang terjadi di
Ampera pada dasarnya diawali 4 april 2010 dari permasalahan pribadi, yaitu saat seorang
pemuda 17 tahun berusaha menerabas masuk klub di Plaza City, Jakarta Selatan yang dipukul
dan dikeroyok oleh petugas keamanan klub.. Saat bodyguard melarang masuk, ia memaksa
dan akhirnya dipukuli oleh petugas satpam yang terlebih dahulu dipukulinya. Laki-laki itu
mengaku anak pejabat, dan janji akan membalas.
Dari permasalahan tersebut meluas dan berkembang menjadi konflik yang
terjadi antar suku, yaitu suku ambon dan flores selain itu kemungkinan dari permasalahan
tersebut diakibatkan karena perebutan wilayah kekuasaan oleh kelompok-kelompok tersebut .
Kasus pertikaian tersebut tidak saja terjadi pada awal bermulanya keributan, tetapi berlajut
sampat pada persidangan dan paska dilakukannya persidangan. 29 september 2010 Pukul
13.00 dilaksanakan persidangan lanjutan kasus Blowfish. Agenda ini bertepatan juga dengan
persidangan perdana mantan Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji dalam dua perkara
suap dan korupsi masing-masing menerima suap dalam penanganan kasus Arowana dan
perkara korupsi dana pengamanan Pilkada Jawa Barat tahun 2008. Aksi kerusuhan mulai
pecah di antara kedua kubu "Blowfish" di luar area pengadilan, tepatnya di Jl Ampera Raya,
di depan PN Jakarta Selatan. Kericuhan bermula dari isu di antara kedua kelompok bahwa
salah satu kelompok mendatangi pengadilan dengan menumpang Kopaja jurusan Tanah
Abang-Blok M guna melakukan aksi penyerangan lanjutan terhadap salah satu kelompok
sebagai imbas dari kerusuhan sidang sebelumnya. Perilaku kedua kelompok yang saling
menyerang serta menjatuhkan bertentangan dengan nilai – nilai yang diharapkan dalam
pancasila.

 Analisis Peristiwa dengan nilai-nilai Pancasila

Indonesia adalah negara yang yang berasaskan pancasila. Pancasila menjadi


pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai- nilai
luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri .
Pancasila sebagai pandangan hidup yang berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk
menata kehidupan diri pribad maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta
alam sekitar. Pancasila menjadi sebuah landasan bagi bangsa Indonesia berpijak. Perilaku
kita senantiasa tidak bertentangan dengan nilai- nilai pancasila. Pada zaman ini sudah
semakin banyak perilaku- perilaku, tindakan- tindakan yang sangat bertentangan dengan
nilai- nilai pancasila. Peristiwa kericuhan di jl. Ampera ini merupakan salah satu tindakan
yang mencerminkan sebuah tindakan yang bertentangan dengan nilai- nilai pancasila.

Analisis kericuhan di Jalan Ampera terkait sila pertama pancasila,


Terkait dalam kejadian di jalan ampera yang kami pelajari. Ternyata kejadian
tersebut memakan banyak korban. Mulai dari korban luka ringan, korban luka berat, hingga
korban meninggal dunia. Mereka saling melukai satu sama lainnya, sampai – sampai ada
yang membawa senjata tajam hingga pistol. Mereka melukai satu sama lain tanpa mengenal
ampun, hingga korban meninggal pun berjatuhan. Berdasarkan nilai – nilai pancasila sila
pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, hal tersebut sangat bertentangan nilai –
nilai agama. Hal – hal yang bertentangan tersebut misalnya,
a. Berawal dari seorang pemuda yang berusia 17 tahun yang mencoba untuk masuk ke
sebuah klub ternama di Jakarta. Namun, bodyguard melarang pemuda itu masuk
sehingga bodyguard menghajar pemuda itu setelah sebelumnya dia dihajar oleh
pemuda tersebut. Bodyguard mengaku menghajar pemuda itu dilatarbelakangi juga
karena kekesalannya pada seorang pengunjung yang menghajarnya karena tidak
tersedianya meja. Jika kita melihat kejadian tersebut, seharusnya bodyguard harus
memikirkan terlebih dahulu konsekuensi yang akan ditanggungnya apabila menerima
tantangan dari pemuda tersebut. Bodyguard juga seharusnya tidak melimpahkan
kekesalannya kepada pemuda tersebut. Sikap ini juga merupakan perilaku tidak terpuji,
karena bodyguard tersebut merasa dendam yang akhirnya melimpahkan seluruh kekesalannya
kepada pemuda tersebut yang berakibat meninggalnya pemuda tersebut. Sikap dendam
tersebut merupakan penyakit hati yang tidak disenangi oleh Tuhan. Seharusnya bodyguard
tersebut bisa meredam amarahnya ketika pemuda tersebut kesal karena tidak diijinkan masuk.
b. Kejadian itu berlanjut di persidangan. Namun ketika persidangan, terdakwa dipukuli
dan diamuk oleh pengunjung sidang dari kelompok berbeda yang bertikai. Polisi tak
mampu menghadang bentrok tersebut setelah sebelumnya polisi sempat melepaskan
beberapa tembakan peringatan. Dalam hal ini, perilaku tersebut mencerminkan bahwa
kurangnya rasa menghormati dan menghargai antar sesame. Padahal, di dalam agama
dijarkan bahwa kita harus saling menghormati dan menghargai, tidak dalam agama saja yang
harus saling menghormati tetapi dalam melakukan tindakan dan perbuatan. Seharusnya
pengunjung menyerahkan semuanya kepada persidangan, bukan malah memukuli dan
menghakimi sendiri. Karena kasus tersebut sudah ditangani oleh pihak yang berwajib.
c. Sidang kasus ampera dilanjutkan kembali di persidangan, namun terjadi bentrokan
antara kubu satu dengan kubu lainnya akibat adu domba yang terjadi. Dalam hal ini,
seharusnya kita tidak boleh saling adu domba diantara sesama, karena hal tersebut merupakan
perilaku yang tidak baik. Kejadian ini juga merupakan kejadian puncak yang menelan banyak
korban mulai dari korban luka – luka hingga korban meninggal.Hal tersebut Sama saja
mereka melakukan aksi saling bunuh membunuh, dan berdasarkan pancasila sila pertama,
yang menjujung tinggi keagamaan hal tersebut adalah dosa.

Analisis kericuhan di Jalan Ampera terkait sila kedua pancasila,


“Kemanusiaan yang adil dan beradab”
Nyawa manusia seakan tak berharga lagi. Penerapan akan sila yang kedua tidak lagi
menjadi sebuah tuntunan untuk bisa memandang bahwa betapa berharganya nyawa.
peristiwa di jalan Ampere ini memunjukkan bahwa semakin banyaknya manusia yang tida
menghargai akan nilai kemanusiaan . Tidak lagi sadar bagaimana seharusnya memperlakukan
orang lain karena manusia memiliki harkat dan martabat yang seharusnya dijunjung tinggi.
Sehingga tidak ada penindasan manusia terhadap manusia lain. Namun pada kenyataannya
dapat dilihat melalui peristia ini, yang seharusnya bisa menjadi cerminan bahwa seharusnya
manusi yang merupakan mahluk tertinggi didunia dapat menunjukkan bahwa bahwa inilah
mahluk yang tertinggi itu. Tapi yang terjadi malah kekerasan yang menelan nyawa semakin
marak. Perkelahian di Blowish menelan banyak korban dimana ada yang meninggal karena
tertikam, ada yang meninggal dengan kedua tangan putus,meninggal dengan luka bacok dll.
Peristiwa yang sangat tragis. Padahal sebenarnya peristiwa itu berlatar belakang kekesalan
petugas keamanan karena tak tersedianya meja. Sungguh peristiwa yan tak pernah diduga-
gduga akibatnya hanya karena permasalahan yang sekecil itu berakibat fatal, oleh karena sifat
manusia yang emosional. Bahwa tidak adanya lagi pengakuan bahwa manusia akan selalu
ada interaksi dengan manusia lain. Untuk itu diperlukan perilaku yang baik antar sesama.
Peristiwa ini membarikan pelajaran bagi kita untuk selalu menjaga nilai kemanusiaan itu,
yang nantinya akan berujung kepada penghargaan kita kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena
segalanya berpokok kepada-Nya.

Analisis kericuhan di Jalan Amper terkait sila ketiga pancasila,


“ Persatuan Indonesia”
Kasus yang terjadi di jalan Ampera tersebut menunjukkan bahwa rasa persatuan dan
kesatuan bangsa telah hilang dari pribadi kedua kelompok tersebut. Mereka sudah tidak
mementingkan rasa persatuan, hanya egoisme kelompok saja yang mereka unggul-
unggulkan. Tidak memikirkan nasib bangsa Indonesia yang selama bertahun-tahun dulu
memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Mereka menghianati para pahlawan, yang dengan
bangganya selalu mengedepankan persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia. Bahkan
sampai memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap sama. Kedua kubu
yang bentrok tersebut sudah tidak mempunyai rasa itu, sudah tidak lagi menghayati
semboyan tersebut.
Rasa persatuan antar sesama dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi, semua warga atau
kelompok yang terlibat dalam bentrokan itu sudah tidak memahami lagi apa itu persatuan.
Mereka sudah tidak peduli lagi terhadap sesama, sudah tidak peduli lagi terhadap korban
korban yang berjatuhan akibat peristiwa tersebut.
Sila ketiga ini seharusnya sangat lah dijunjung tinggi oleh semua orang, karena
dengan adanya rasa persatuan, bangsa dan negara Indonesia dapat berkembang lebih maju
lagi. Semua nilai-nilai dalam sila ketiga Pancasila jika dihayati dengan sungguh-sungguh
akan dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang kurang baik, seperti bentrokan yang
terjadi di Jalan Ampera, Jakarta Selatan.

Analisis kericuhan di Jalan Ampera terkait sila keempat pancasila,


“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaandalam permusyawaratan/ perwakilan“.
Meskipun negara memberikan kebebasan dalam berdemokrasi namun hendaknya
harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral
terhadap Tuhan yang Maha Esa.Karena dalam kericuhan tersebut tidak hanya tindakan
saling menyerang antar kelompok tetapi juga disertai perusakan terhadap fasilitas umum yang
ada, dan timbul tindakan anarkis yang menggangu ketertiban masyarakat disekitarnya.
Peristiwa ini sebenarnya bisa diselesaikan kekeluargaan secara baik – baik.Hanya mereka
kurang memahami nilai yang terkandung dalam sila keempat dari pancasila. Jika mereka
menyadari dan mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena
perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia. Kericuhan ini tidak akan
terjadi..Demokrasi pancasila bermakna demokrasi berdasarkan kekuasaan rakyat yang
diinspirasikan dan terintegrasikan dengan prinsip-prinsip Pancasila lainnya. Ini berarti
penggunaan hak-hak demokrasi harus selalu diikuti oleh tanggung jawab terhadap Tuhan
Yang Maha Esa merujuk kepada keyakinan terhadap: menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dalam hal martabat manusia, menjamin dan menguatkan kesatuan nasional, dan
bertujuan menwujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Analisis kericuhan di Jalan Amper terkait sila kelima pancasila,
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “
Berdasarkan kasus tersebut berkaitan dengan sila kelima dari Pancasila yaitu
“Keadilan sosial bagu seluruh rakyat Indonesia” benar-benar telah menyimpang. Dalam
kasus ini, kedua kubu tidak menunjukkan nilai-nilai dari sela ke-5 tersebut, mereka tidak mau
mengalah satu sama lain, malahan saling susul dalam serangan. Mereka tidak sepenuhnya
mempercayai keadilan yang sebaik mungkin diciptakan oleh pengadilan di daerah itu,
malahan, kelompok dari salah satu kubu memicu adanya kericuhan di luar persidangan,
tepatnya di Jalan Ampera Raya. Sikap sosial terlihat sangat minim sekali disini, sikap
toleransi, tenggang rasa dan cinta perdamaian tak mereka tunjukkan.

Konflik yang terjadi antar suku, yaitu suku ambon dan flores selain itu
kemungkinan dari permasalahan tersebut diakibatkan karena perebutan wilayah
kekuasaan oleh kelompok-kelompok tersebut. Inilah salah satu bukti bahwa makna sila
keadilan telah luntur, yaitu dengan menuntut keadilan lewat jalan konflik, bukannya dengan
jalan harmonisasi dengan membicarakan secara baik-baik. Jika makna keadilan sosial masih
ada di hati mereka masing-masing, maka masalah perebutan wilayah ini tak akan terjadi.
Telah kita ketahui bersama, bahwa dalam Pancasila tiap-tiap silanya saling berkaitan
satu sama lainnya. Sila pertama memayungi sila-sila di bawahnya yaitu sila ke-2, 3, 4 dan 5,
sila kedua yang berada di bawah payung sila Ketuhanan memayungi sila-sila di bawahnya
yatu sila ke-3, 4, dan 5, dan seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kasus ini terjadi
karena kurangnya nilai-nilai sila Ketuhanan sebagai pemayung tertinggi, sehingga sila
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan pun ikut berdampak dalam kasus ini.
Merujuk lagi kepada sila kelima, mereka tidak lagi memperhatikan unsur keadilan,
yang mereka tunjukkan hanyalah egoisme masing-masing kubu, gengsi yang menimbulkan
rasa tidak mau kalah, sehingga harmonisasi, adab-adab kesopanan sebagai ciri khas negara
timur, tenggang rasa, toleransi, saling menghargai seakan-akan luntur hanya karena egoisme
dan gengsi masing-masing kubu. Seharusnya, kedua kubu harus menghormati para pengadil,
jika terjadi perbedaan pendapat maka diselesaikan dengan baik-baik, juga jangan mellihat
kasus ini dari sudut pandang masing-masing kubu saja. Karena dengan melihat dari berbagai
sudut pandang, akan menjadi lebih bijaksana dalam menentukan tindakan
 Implikasi

Kasus kericuhan Ampera tersebut merupakan salah satu dari banyak contoh mengenai
kurangnya nilai-nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa. Akibat dari kericuhan tersebut,
diduga 55 orang luka-luka dan 3 rang meninggal dunia. Sungguh bukan tindakan manusiawi,
benar-benar bukan ciri dari adat ketimuran. Mereka tidak lagi memikirkan dosa, mungkin
bahkan tidak lagimemikirkan keberadaan Tuhan mereka, nilai dari sila Ketuhanan benar-
benar sangat diragukan masih ada pada diri mereka.
Seperti pada struktur Pancasila itu sendiri, bahwa sial di atasnya akan memayungi
sila-sila di bawahnya, dan juga mempengaruhi sila-sila dibawahnya pula. Setelah rendahnya
nilai sila Ketuhanan yang mereka miliki, sila kedua yaitu sila kemanusiaan pun bobrok juga.
Ini dibuktikan dari banyaknya jumlah korban yang bahkan sampai ada yang meninggal dunia,
mengindikasikan nilai-nilai kemanusiaan benar-benar sudah bobrok. Begitu pula sila ketiga
yaitu sila persatuan Indonesia. Mereka tidak bersatu dengan “satu Indonesia”, namun satu
dalam kepentingan masing-masing yang akhirnya mengakibatkan pergesekaan antar kedua
kubu.
Nilai sila Kerakyatan dan Keadilan pun tak luput dari ketidaksadaran mereka. tak
adanya rasa tenggang rasa dan juga mengenai masalah keadilan yang bisa dibicarakan baik-
baik mengakibatkan kerusuhan tersebut terjadi.
Inilah daftar nama-nama korban yang meninggal dunia akibat kerusuhan Ampera:
1. Agustinus Tomazoa (49), kelahiran Ambon. alamat Kramatjati RT 6 RW 9.
Tewas di Wash Laundry dengan luka tembak dan muka dibacok.
2. Saefudin (48), kelahiran Medan tahun 1962. warga Kebon Nanas RT 3 RW 1
Panunggangan Utara, Pinang, Tangerang.
Tewas di depan kantor Medco dengan kedua tangan putus.
3. Jefry, tewas di depan rumah makan Ampera dengan luka bacok.

Akibat kerusuhan tersebut bahkan masih terasa pada hari kedua, hari setelah
kerusuhan terjadi. Jalan Ampera Raya terlihat sepi dan mencekam, dimungkinkan warga-
warga pengguna jalan takut melewati jalan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa akibat dari
kerusuhan itu mengakibatkan berubahnya moral para warga pengguna jalan karena takut
untuk melewati jalan tersebut.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah kami buat mengenai kericuhan yang terjadi di jl. Ampera
dapat disimpulkan bahwa :
1. Latar belakang terjadinya kericuhan di jl. Ampera yang terjadi pada 29 September 2010
diawali 4 april 2010 dari permasalahan pribadi, yaitu saat seorang pemuda 17 yang dipukul
dan dikeroyok oleh petugas keamanan klub.. Saat bodyguard melarang masuk, yang akhirnya
semakin menjadi dari perkelahian antar dua kelompok suku yaitu Ambon dan Flores meledak
di Blowfish.
2. Kebobrokan nilai-nilai Pancasila pada diri masing-masing kubu sangat berpengaruh terhadap
aksi kerusuhan di jalan Ampera, mulai dari nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan keadilan, yang implikasinya mengakibatkan 55 korban luka-luka dan 3
orang meninggal dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Deniborin. 2010. Latar Belakang dan Kronologi Bentrokan (Konflik/Rusuh) di Jalan Ampera
Jakarta Selatan (Kasus Cafe Blowfish). http://berita-lokal.lintas.me/go/berita-
komunitas.blogspot.com/latar-belakang-dan-kronologi-bentrokan-di-jalan-ampera-
jaksel-kasus-blowfish_1/1/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 11.00
WIB
Edwin, Nala. 2010. Ada Sidang Kasus Blowfish, Jl Ampera Macet.
http://news.detik.com/read/2010/10/06/090338/1456673/606/ada-sidang-kasus-blowfish-jl-
ampera-macet diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 10.42 WIB
Priliawito, Eko dan Fadila Fikriani Armadita. 2010. Sidang Blowfish Rusuh : Jalan Ampera
Mencekam Dua Kubu Saling Serang. http://metro.news.viva.co.id/news/read/180201-jalan-
ampera-mencekam--dua-kubu-berhadapan diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul
10.14 WIB
Ricci, Ignario. 2012. analisis kasus blowfish ampera, jakarta selatan.
http://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/07/11/analisis-kasus-blowfish-ampera-jakarta-
selatan/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 10.30 WIB
Satriyo, Hana,dkk.2004. Indonesia Rapid Decentralization Appraisal. The Asia Foundation, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai