PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik adalah sebuah pertikaian atau perselisihan yang terjadi pada individu atau
kelompok masyarakat dengan individu atau kelompok lainnya karena beberapa alasan.
Konflik ada beberapa macam, salah satunya menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi
4 macam :
1. konflik dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga
atau profesi (konflik peran/role)
2. konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3. konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa)
4. konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Faktor penyebab konflik antara lain :
a. Perbedaan individu,
Perbedaan individu ini meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial,
sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,
tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Sedangkan konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut :
• Batasan pekerjaan yang tidak jelas
• Hambatan komunikasi
• Tekanan waktu
• Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
• Pertikaian antar pribadi
• Perbedaan status
• Harapan yang tidak terwujud
Salah satu teori tentang konflik adalah marx (1818-1883), marx adalah salah satu
tokoh yang pemikirannya mewarnai sangat jelas dalam perkembangan ilmu social. Pemikiran
marx berangkat dari filsafat dialeka hegel. Sebagaimana yang dijelaskan cambell dalam tujuh
teori sosial (1994), bahwa marx menciptakan trasisi materialism historis yang menjelaskan
proses dialektika social masyarakat, penghancuran dan penguasaan secara bergilir
kekuatankekuatan ekonomis dari masyarakat komunis primitive kepada feodalisme berlanjut
kekapitalisme dan terakhir adalah masyarakat komunis. Berkaitan dengan konflik, marx
mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak
mendifinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat
pasa abad ke 19 di eropa dimana ia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal dan kelas pekerja
miskin.
2.2. Pembahasan
Latar belakang
Konflik yang terjadi antar suku, yaitu suku ambon dan flores selain itu
kemungkinan dari permasalahan tersebut diakibatkan karena perebutan wilayah
kekuasaan oleh kelompok-kelompok tersebut. Inilah salah satu bukti bahwa makna sila
keadilan telah luntur, yaitu dengan menuntut keadilan lewat jalan konflik, bukannya dengan
jalan harmonisasi dengan membicarakan secara baik-baik. Jika makna keadilan sosial masih
ada di hati mereka masing-masing, maka masalah perebutan wilayah ini tak akan terjadi.
Telah kita ketahui bersama, bahwa dalam Pancasila tiap-tiap silanya saling berkaitan
satu sama lainnya. Sila pertama memayungi sila-sila di bawahnya yaitu sila ke-2, 3, 4 dan 5,
sila kedua yang berada di bawah payung sila Ketuhanan memayungi sila-sila di bawahnya
yatu sila ke-3, 4, dan 5, dan seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kasus ini terjadi
karena kurangnya nilai-nilai sila Ketuhanan sebagai pemayung tertinggi, sehingga sila
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan pun ikut berdampak dalam kasus ini.
Merujuk lagi kepada sila kelima, mereka tidak lagi memperhatikan unsur keadilan,
yang mereka tunjukkan hanyalah egoisme masing-masing kubu, gengsi yang menimbulkan
rasa tidak mau kalah, sehingga harmonisasi, adab-adab kesopanan sebagai ciri khas negara
timur, tenggang rasa, toleransi, saling menghargai seakan-akan luntur hanya karena egoisme
dan gengsi masing-masing kubu. Seharusnya, kedua kubu harus menghormati para pengadil,
jika terjadi perbedaan pendapat maka diselesaikan dengan baik-baik, juga jangan mellihat
kasus ini dari sudut pandang masing-masing kubu saja. Karena dengan melihat dari berbagai
sudut pandang, akan menjadi lebih bijaksana dalam menentukan tindakan
Implikasi
Kasus kericuhan Ampera tersebut merupakan salah satu dari banyak contoh mengenai
kurangnya nilai-nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa. Akibat dari kericuhan tersebut,
diduga 55 orang luka-luka dan 3 rang meninggal dunia. Sungguh bukan tindakan manusiawi,
benar-benar bukan ciri dari adat ketimuran. Mereka tidak lagi memikirkan dosa, mungkin
bahkan tidak lagimemikirkan keberadaan Tuhan mereka, nilai dari sila Ketuhanan benar-
benar sangat diragukan masih ada pada diri mereka.
Seperti pada struktur Pancasila itu sendiri, bahwa sial di atasnya akan memayungi
sila-sila di bawahnya, dan juga mempengaruhi sila-sila dibawahnya pula. Setelah rendahnya
nilai sila Ketuhanan yang mereka miliki, sila kedua yaitu sila kemanusiaan pun bobrok juga.
Ini dibuktikan dari banyaknya jumlah korban yang bahkan sampai ada yang meninggal dunia,
mengindikasikan nilai-nilai kemanusiaan benar-benar sudah bobrok. Begitu pula sila ketiga
yaitu sila persatuan Indonesia. Mereka tidak bersatu dengan “satu Indonesia”, namun satu
dalam kepentingan masing-masing yang akhirnya mengakibatkan pergesekaan antar kedua
kubu.
Nilai sila Kerakyatan dan Keadilan pun tak luput dari ketidaksadaran mereka. tak
adanya rasa tenggang rasa dan juga mengenai masalah keadilan yang bisa dibicarakan baik-
baik mengakibatkan kerusuhan tersebut terjadi.
Inilah daftar nama-nama korban yang meninggal dunia akibat kerusuhan Ampera:
1. Agustinus Tomazoa (49), kelahiran Ambon. alamat Kramatjati RT 6 RW 9.
Tewas di Wash Laundry dengan luka tembak dan muka dibacok.
2. Saefudin (48), kelahiran Medan tahun 1962. warga Kebon Nanas RT 3 RW 1
Panunggangan Utara, Pinang, Tangerang.
Tewas di depan kantor Medco dengan kedua tangan putus.
3. Jefry, tewas di depan rumah makan Ampera dengan luka bacok.
Akibat kerusuhan tersebut bahkan masih terasa pada hari kedua, hari setelah
kerusuhan terjadi. Jalan Ampera Raya terlihat sepi dan mencekam, dimungkinkan warga-
warga pengguna jalan takut melewati jalan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa akibat dari
kerusuhan itu mengakibatkan berubahnya moral para warga pengguna jalan karena takut
untuk melewati jalan tersebut.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah kami buat mengenai kericuhan yang terjadi di jl. Ampera
dapat disimpulkan bahwa :
1. Latar belakang terjadinya kericuhan di jl. Ampera yang terjadi pada 29 September 2010
diawali 4 april 2010 dari permasalahan pribadi, yaitu saat seorang pemuda 17 yang dipukul
dan dikeroyok oleh petugas keamanan klub.. Saat bodyguard melarang masuk, yang akhirnya
semakin menjadi dari perkelahian antar dua kelompok suku yaitu Ambon dan Flores meledak
di Blowfish.
2. Kebobrokan nilai-nilai Pancasila pada diri masing-masing kubu sangat berpengaruh terhadap
aksi kerusuhan di jalan Ampera, mulai dari nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan keadilan, yang implikasinya mengakibatkan 55 korban luka-luka dan 3
orang meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Deniborin. 2010. Latar Belakang dan Kronologi Bentrokan (Konflik/Rusuh) di Jalan Ampera
Jakarta Selatan (Kasus Cafe Blowfish). http://berita-lokal.lintas.me/go/berita-
komunitas.blogspot.com/latar-belakang-dan-kronologi-bentrokan-di-jalan-ampera-
jaksel-kasus-blowfish_1/1/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 11.00
WIB
Edwin, Nala. 2010. Ada Sidang Kasus Blowfish, Jl Ampera Macet.
http://news.detik.com/read/2010/10/06/090338/1456673/606/ada-sidang-kasus-blowfish-jl-
ampera-macet diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 10.42 WIB
Priliawito, Eko dan Fadila Fikriani Armadita. 2010. Sidang Blowfish Rusuh : Jalan Ampera
Mencekam Dua Kubu Saling Serang. http://metro.news.viva.co.id/news/read/180201-jalan-
ampera-mencekam--dua-kubu-berhadapan diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul
10.14 WIB
Ricci, Ignario. 2012. analisis kasus blowfish ampera, jakarta selatan.
http://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/07/11/analisis-kasus-blowfish-ampera-jakarta-
selatan/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012 pukul 10.30 WIB
Satriyo, Hana,dkk.2004. Indonesia Rapid Decentralization Appraisal. The Asia Foundation, Jakarta