Anda di halaman 1dari 23

METODA KONSTRUKSI JALAN

“CAMPURAN ASPAL PANAS”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. Dhery Muammar Nazri (NIM. 4204151025)


2. Yuni Nuralisa Putri S (NIM. 42041510)
3. Safitri Aryanti (NIM. 4204151013)
4. Dannyl Adha (NIM. 4204151001)
5. Andri Handika (NIM. 4204151013)

Dosen Pembimbing :

Lizar, M.T.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
2018
BUS RAPID TRANSIT (BRT)

2.1 Asal Mula Bus Rapid Transit (BRT)


Asal mula Bus Rapid Transit dapat ditelusuri kembali dari para perencana dan
pejabat Amerika Latin yang berusaha mencari sebuah solusi dengan biaya yang efektif
bagi dilema transportasi kota. Pertumbuhan pusat-pusat kota Amerika Latin yang cepat
sejak tahun 1970-an memberi tekanan yang tinggi bagi penyedia layanan transportasi
kota. Menghadapi tingginya pertumbuhan populasi penduduk yang bergantung pada
transportasi umum dan karena terbatasnya sumber-sumber dana, para perencana kota
Amerika Latin merasa ditantang untuk menciptakan suatu paradigm transportasi baru.
Satu jawaban yang cerdas adalah Bus Rapid Transit, sistem metro darat yang
memanfaatkan jalur-jalur bus eksklusif. Para pengembang sistem BRT Amerika Latin
dengan cerdik mangamati bahwa tujuan akhirnya adalah untuk memindahkan manusia
dengan cepat, efisien dan murah, dan bukanlah memindahkan kendaraannya.

Gambar 2.1 Bus Rapid Transit (BRT)


Saat ini, konsep BRT ini semakin meningkat pemanfaatannya di kota-kota sebagai
solusi angkutan yang murah. Karena munculnya percobaan-percobaan baru dalam BRT,

1
pembaharuan dalam BRT ini terus berkembang. Secara umum, BRT adalah angkutan
berorientasi pelanggan yang berkualitas tinggi, yang memberikan mobilitas perkotaan
yang cepat, nyaman, dan murah. BRT juga dikenal dengan nama lain di berbagai tempat,
termasuk Sistem Bus Berkapasitas Tinggi, Sistem Bus Berkualitas Tinggi, Bus-Metro,
Sistem Bus Ekspres, dan Sistem busway. Sistem BRT menggabungkan kebanyakan aspek
berkualitas tinggi dari sistem metro bawah tanah yang untunglah tidak mahal. Oleh
karena itu, sistem BRT juga dikenal sebagai sistem “metro darat.”

2.2 Implementasi Bus Rapid Transit (BRT)


Bus Rapid Transit (BRT) merupakan sebuah sistem transportasi publik dengan
menggunakan bus yang mengintegrasikan perbaikan modal dan operasional untuk dapat
memberikan pelayanan yang lebih cepat dan lebih berkualitas dibandingkan jalur bus
standar pada umumnya (Carey, 2002).
Definisi yang lebih detil dikembangkan dalam proyek Transit Cooperative
Research Program (TCRP) A-23, yakni BRT merupakan sebuah mode transit cepat yang
fleksibel menggunakan ban karet yang mengkombinasikan stasiun (halte), kendaraan,
pelayanan, jalur khusus, dan elemen dari Intelligent Transportation System (ITS) ke
dalam suatu sistem yang terintegrasi dengan identitas yang kuat (Levinson, 2002).
Tujuan dari sistem transportasi BRT adalah untuk mencapai kualitas layanan seperti
pada transportasi dengan kereta api sementara masih dapat menikmati penghematan biaya
dan fleksibilitas pada BRT (Kristijo, 2011). Sistem transportasi menggunakan BRT masih
tergolong baru, dan mulai berkembang dengan pesat di beberapa kota besar dan negara
berkembang di dunia.
Tabel di bawah ini menunjukkan implementasi BRT pada beberapa negara yang
dikutip dari Menckhoff (2006) dalam Kristijo (2011).

2
Gambar 2.1 Implementasi BRT di beberapa kota di Dunia

Tabel diatas tersebut menunjukkan bahwa Indonesia mulai mengimplementasikan


sistem BRT pada tahun 2004 di kota Jakarta yang disebut dengan TransJakarta. Pada
tahun 2008, sistem BRT mulai diimplentasikan di kota Yogyakarta dengan nama Trans
Jogja. Kegiatan operasional bus Trans Jogja dikelola oleh PT Jogja Tugu Trans.
Pembangunan Trans Jogja dirasa penting dan mendesak karena sistem transportasi
Yogyakarta dan sekitarnya sebelumnya dinilai tidak efisien (Wijayanto, 2012).

Gambar 2.3 Bus TransJakarta (Kiri) dan Bus Trans Jogja (Kanan)

2.3 Bus Rapid Transit (BRT) di Indonesia

3
Bus Rapid Transit (BRT) sendiri sudah ada dibeberapa tempat di Indonesia,
diantaranya ada di Kota Pekanbaru, Kota Jakarta, Palembang, Bali, Semarang, Bandung,
Yogyakarta, dan Manado. Berikut adalah jenis bus yang digunakan dibeberapa wilayah
di Indonesia, dan kapasitas bus tersebut :

Gambar 2.4 Jenis Bus dan kapasitas bus di berbagai wilayah di Indonesia

2.4 Standardisasi Sarana dan Prasarana Bus Rapid Transit (BRT) di Indonesia
2.4.1 Standar Shelter
Shelter merupakan tempat pemberhentian kendaraan angkutan umum massal
(BRT) yang berfungsi untuk proses penarikan tiket, menaikkan dan menurunkan
penumpang. Shelter memiliki beberapa fasilitas pendukung yang ada didalam shelter
sebagai penunjang dalam penyelenggaraan prasarana BRT. Berikut ini adalah table
mengenai standar shelter yang harus terpenuhi :

4
Gambar 2.5 Fasikitas yang harus disediakan Shelter yang memenuhi Standar.

Gambar 2.6 Fasilitas yang harus disediakan Shelter yang memenuhi Standar.

5
Gambar 2.7 Shelter dikawasan Kota Jakarta

2.4.2 Sistem Ticketing


Sistem ticketing digunakan untuk mempermudah proses pencatatan transaksi
keuangan yang terjadi, karena semua transaksi akan tercatat ketika penumpang akan
memasuki shelter BRT. Selain dari system keuangan, keuntungan dari system ticketing
ini dapat diketahui untuk menghindari kebocoran keuangan secara langsung.
Standar ticketing memerlukan investasi peralatan, operasional dan perawatan
system yang akan digunakan. Hal ini akan berdampak pada kebutuhan dari masing-
masing wilayah yang berbeda-beda tergantung karakteristik wilayah masing-masing.

Gambar 2.8 Perbandingan Sistem Ticketing dan manual

6
Gambar 2.9 Perbandingan Sistem Ticketing dan manual

2.4.3 Standar Jembatan Penyeberang


Jembatan penyeberang pejalan kaki adalah jembatan yang hanya diperuntukan bagi
lalu lintas pejalan kaki yang melintas diatas jalan raya atau jalan kereta api.
Secara konseptual hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan jembatan
penyeberang yakni, menyangkut pilar jembatan, sandaran jembatan, pembebanan, hingga
pemilihan lokasi.
Jembatan penyeberang untuk trans atau BRT sudah seharusnya dilakukan untuk
memberikan kemudahan akses dari pusat titik keramaian menuju shelter. Pembuatan
jembatan ini pada prinsipnya sama dengan penyeberang yang tidak diperuntukan akses
BRT.

Gambar 2.10 Standar Jembatan Penyeberang BRT

2.4.4 Standar Aksesibilatas

7
Dibangunnya aksesibilitas menuju ke bus BRT merupaan unsur penting untuk
memberikan kenyamanan seorang penumpang menuju shelter. Dibeberapa negara
aksesibilitas menjadi prioritas ddalam membangun system BRT. Aksesibilitas tersebut
diantaranya jembatan penyeberang, adanya tempat parkir, ada bus feeder, adanya akses
trotoar bagi pejalan kaki.
Konsep kenyamanan aksesibilas ini kemudian memberikan dampak orang memilih
BRT sebagai sarana transportasi umum yang layak.
Berikut adalah cakupan kebutuhan infrastruktur didalam aksesibilitas BRT :

Gambar 2.11 Kebutuhan Standar infrastruktur aksesibilitas

2.4.5 Standar Sistem Informasi


Kebutuhan system informasi yang dibutuhkan adalah pada saat seseorang telah
memutuskan untuk menggunakan angkutan umum massal BRT. Sejak dia masuk pintu
masuk telah ada informasi yang memberitahu apa yang harus dilakukan sehingga
mempermudah melakukan perjalanan (meskipun orang tersebut baru pertama kali
menggunakan fasilitas BRT).

Gambar 2.12 Standar komponen system informasi BRT

8
Gambar 2.13 Peta jaringan merupakan bagian system informasi BRT

2.4.6 Jarak Antar Shelter


Jarak antar shelter dalam system BRT dibangun untuk memberikan standar waktu
tempuh, sehingga pengguna merasa nyaman.

Gambar 2.14 Standar ketentuan jarak anrtar shelter BRT

2.4.7 Standar Lajur Khusus BRT

9
Lajur khusus BRT merupakan prasarana yang sebaiknya harus dimiliki dalam
pengadaan system BRT. Pada dasarnya lajur khusu jalan ruang yang cukup untuk sebuah
bus BRT sama halnya dengan lajur khusus jalan pada Bus umum, namun perbedaan
terletak pada keharusan pemberian marka jalan yang tegas, sehingga akan bermanfaat dan
memberikan ruang bus BRT dalam mengontrol kecepatan kendaraan.
Lebar lajur khusus bus sekurang-kurangnya sama dengan lebar lajur lalu lintas
standar yaitu 3,5 m atau dalam kisaran 3 sampai 4 m. semakin sempit jalur yang
digunakan akan menurunkan kecepatan bus kecuali bila dilengkapi dengan roda pengarah
(Guide bus way).

Gambar 2.15 Standar ketentuan marka khusus BRT

2.4.8 Standar Fasilitas Penumpang Berkebutuhan Khusus Khusus BRT


Kesetaraan dalam mendapatkan pelayanan public terutama angkutan umum massal
menjadi prioritas saat ini, karena selama ini belum ada aturan yang mengatur tentang
fasilitas yang harus disediakan pemerintah untuk mendukung penyandang cacat dalam
mendapatkan hak yang sama di angkutan umum.
Kesetraan ini harus dipenuhi oleh pemerintah dalam memberikan perlakuan khusus
berupa aksesibiltas, priorita pelayanan dan fasilitas pelayanan bagi pengguna jasa
penyandang cacat, termasuk juga kategori manusia lanjut usia, anak-anak, dan wanita
hamil.
Berikut fasilitas untuk mendukung pengguna jasa penyandang cacat ini antara lain
:

10
Gambar 2.16 Standar fasilitas penumpang kebutuhan khusus BRT

BAB 1II

11
MASS RAPID TRANSIT (MRT)

1. Definisi MRT

Pengertian MRT adalah sebuah sistem transportasi massal dan transit cepat yang
merupakan transportasi berbasis rel listrik yang efektif dan nyaman dan telah terbukti
hasilnya dengan banyak diterapkannya moda transportasi ini oleh kota-kota besar yang
terdapat di berbagai negara.

Pengertian MRT (Mass Rapid Transit) yang secara harfiah adalah angkutan yang
dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat

Secara Umum MRT juga merupakan kategori kereta yang dioperasikan secara
otomatis tanpa harus dikendalikan oleh masinis. hanya menekan tombol dari pusat
kendali, kereta akan berjalan dengan sendirinya sampai ketujuan. MRT mampu melaju
hingga 100 km/jam.

2. Jalur dan Rute

Jalur MRT Jakarta dengan bentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor
Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang ±23.8 km dan
Koridor Timur – Barat sepanjang ±87 km.[6]

2.1 Jalur Utara - Selatan

12
Jalur Selatan-Utara merupakan jalur yang pertama dibangun. Jalur ini akan
menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan Kampung Bandan, Jakarta Utara.
Pengerjaan jalur ini dibagi menjadi 2 tahap pembangunan.

a. Tahap I (Lebak Bulus - Bundaran HI)


Tahap I yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan
sampai dengan Bundaran HI, Jakarta Pusat sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7
stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah). Proses pembangunannya sudah dimulai sejak
10 Oktober 2013[2] dan rencananya akan dioperasikan secara penuh pada 1 Maret 2019.

Stasiun pemberhentian

Posisi
Stasiun Keterangan Lokasi
Stasiun

Stasiun akhir dan merupakan lokasi


Lebak Bulus depot dan kantor operasional MRT
Jakarta

Fatmawati

Cipete Raya

Haji Nawi Jakarta Layang


DKI
Merupakan lokasi TOD terintegrasi Selatan
Blok A Jakarta
dengan pasar Blok A

Salah satu stasiun yang memiliki tiga


Blok M
jalur rel

Sisingamaraja

Senayan
Bawah
tanah
Istora

13
Bendungan
Hilir

Setiabudi Jakarta
Pusat
Stasiun yang terintegrasi dengan kereta
Dukuh Atas
bandara, LRT dan transjakarta.

Bundaran HI Stasiun terminus di seksi 1

Konstruksi terowongan MRT Jakarta rute Utara – Selatan

b. Tahap II (Bundaran HI - Kampung Bandan)

Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan - Utara dari Bundaran HI sampai dengan
Kampung Bandan sepanjang 8.1 km. Tahap II akan mulai dibangun ketika tahap I
beroperasi dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini
sudah selesai.

14
2.2 Jalur Barat - Timur

Jalur Barat - Timur saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Jalur ini ditargetkan
paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027.

3. Keunggulan dan Kelemahan MRT

Menurut Rachmadi, Direktur Teknik Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, ada lima
keunggulan kereta api yaitu diantaranya:

a. hemat penggunaan ruang,


b. tingkat keselamatan tinggi,
c. tidak macet,
d. hemat energi, dan
e. ramah lingkungan.

"Tentu kelemahannnya juga banyak," kata Rachmadi dalam diskusi "Masa Depan
Angkutan Rel" di Jakarta, Senin (10/8) siang. Kelemahan diantaranya adalah sebagai
berikut:

15
a. biaya investasinya besar,
b. kurang fleksibel sehingga harus terhubung dengan jenis transportasi lain, dan
c. pengelolaan yang masih perlu ditingkatkan.

4. SISTEM MRT

a. Sistem Pelayanan

Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI masuk
tahapan pemasangan instalasi sistem jalan rel. Pada tahapan ini meliputi sistem
persinyalan serta Telekomunikasi.Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar
mengatakan,sistem persinyalan-telekomunikasi menggunakan CBTC
atau Communications-based Train Control. CBTC merupakan salah satu sistem
tercanggih di dunia saat ini“MRT Jakarta menggunakan sistem CBTC dalam
pengoperasiannya. Sistem persinyalan kereta api ini memanfaatkan radio komunikasi
antara peralatan VOBC atau vehicle on board controllerdan wayside (perangkat yang
berada di luar kereta), serta jalur untuk pengendalian lalu lintas dan infrastruktur.
Dengan sistem CBTC, posisi kereta dapat diketahui secara akurat dan tepat sehingga
mendukung pengelolaan lalu lintas kereta api secara efisien dan aman.Dengan sistem ini,
MRT dikendalikan otomatis dengan pendeteksi bersolusi tinggi serta komunikasi data
dua arah berkapasitas tinggi. Sistem ini mampu menerapkan perlindungan, operasi dan
pengawasam kereta secara otomatis.Sistem CBTC pada MRT Jakarta adalah yang
pertama di Indonesia. Pada tahapan ini diperlukan transfer pengetahuan untuk internal
MRT dan pemangku kepentingan lainnya.

b. Sistem pembayarannya

Dengan menggunakan kartu yang diterima pada saat menggunakan transportasi publik
seperti MRT, BIS dan LRT supaya perjalanan tetap nyaman selama berlibur. Kartu yang
dibuat oleh pengelola ini di pergunakan untuk pembayaran tiket secara terus menerus
sehingga tertampung di sebuah rekening yang ada dikartu.Kartu ini sangat berguna dan
harus wajib dimiliki saat melakukan perjalanan dipusat wisata disana dan cepat
sampainya.kemudian kartu yang sering digunakan oleh wisatawan didunia yaitu EZ link
yang sudah populer sebagai kartu untuk melakukan pembayaran transportasi

16
publik.penggunaannya sangat mudah sekali hanya dengan melakukan taping dipintu
masuk dan taping lagi saat keluar. Pembelian kartu ini bisa di seven eleven/ 7 .11 dan
konter stasiun MRT di bagian tiketing.

5. LOKASI YANG SUDAH MENERAPKAN MRT

Mass Rapid Transit Jakarta

Pembangunan jalur MRT Fase I sepanjang ± 16 kilometer dari Terminal Lebak Bulus
hingga Bundaran Hotel Indonesia yang memiliki 13 stasiun berikut 1 Depo. Untuk
meminimalisir dampak pembangunan fisik Fase I, selain menggandeng konsultan
manajemen lalu lintas, PT MRT Jakarta juga memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal). Pengoperasian Fase I akan dimulai pada tahun 2019.Pembangunan
jalur MRT Fase I akan menjadi awal sejarah pengembangan jaringan terpadu dari sistem
MRT yang merupakan bagian dari sistem transportasi massal DKI Jakarta pada masa
yang akan datang. Pengembangan selanjutnya meneruskan jalur Sudirman menuju Ancol
(disebut jalur Utara-Selatan) serta pengembangan jalur Timur-Barat.

 Dalam tahap Engineering Service, PT MRT Jakarta bertanggung jawab terhadap


proses prakualifikasi dan pelelangan kontraktor.
 Dalam tahap Konstruksi, PT MRT Jakarta sebagai atribusi dari Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta menandatangani kontrak dengan kontraktor pelaksana konstruksi, dan
konsultan yang membantu proses pelelangan kontraktor, serta konsultan manajemen
dan operasional.

 Dalam tahap operasi dan pemeliharaan, PT MRT Jakarta bertanggung jawab terhadap
pengoperasian dan perawatan, termasuk memastikan agar tercapainya jumlah
penumpang yang cukup untuk memberikan pendapatan yang layak bagi perusahaan.

17
Pelaksanaan pembangunan MRT melibatkan beberapa instansi, baik pada tingkatan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT MRT Jakarta sendiri. Oleh
karena itu, dokumen anggaran yang diperlukan juga melibatkan lembaga-lembaga
tersebut dengan nama program dan kegiatan berbeda namun dengan satu keluaran yang
sama, pembangunan MRT Jakarta.

Pintu Terowongan Mrt Jakarta

18
BAB 1V
LIGHT RAPID TRANSIT (LRT)

A. PENGERTIAN
LRT (Light Rail Transit) merupakan salah satu sistem Kereta Api Penumpang
(tipe Kereta Api ringan) yang biasanya beroperasi dikawasan perkotaan yang memiliki
konstruksi ringan dan dapat berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan khusus,
LRT sering juga disebut dengan tram. LRT (Light Rail Transit) sendiri merupakan
moda transportasi masal yang merupakan bagian dari Mass Rapid Transit (MRT) dengan
cakupan wilayah yang lebih kecil. LRT telah diterapkan di berbagai negara di belahan
dunia, di kawasan (Asia Tenggara) sudah ada Singapur dan Filipina yang telah
menerapkannya. Di Singapur LRT termasuk dalam bagian SMRT (Singapore Mass Rapid
Transit).

 LRT tergolong dalam kereta ringan dan merupakan moda transportasi masal yang
cocok dioperasikan di daerah kota.
 LRT memiliki lebar antar 2,7-2,8 meter, dan dikendalikan dengan sistem otomatis
(melaui ruang kontrol) tanpa menggunakan masinis yang ada di kereta seperti
KRL.
 LRT dapat ditempatkan diantara lalu lintas lainnya mengingat kecepatan LRT
biasanya hanya sekitar 30-40 kilometer / jam.

19
 Dengan dimensi yang relatif kecil, LRT memiliki keunggulan pada radius
putarnya yang hanya 20-30 meter, jauh lebih kecil dari KRL atau MRT. hal ini
lah yang menyebabkan pemerintah kepincut dengan LRT ketimbang monorail,
karena dengan radius putar yang relatif kecil LRT cocok dengan kondisi Jakarta
yang memiliki banyak gedung tinggi.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LRT


a. Kelebihan
1. Dengan kendaraan ringan dan dapat dibuat oleh parik karoseri bus .
2. tidak ada emisi di jalan
3. lebih aman daripada perjalanan mobil
4. kali perjalanan singkat
5. Menghindari kemacetan lalu lintas - melalui segregasi dan prioritas
6. Halus - tidak ada gerakan kekerasan vertikal, lateral, atau belakang / ke depan
7. nyaman
8. Kapasitas tinggi memuat kapasitas tinggi
9. Serbaguna - dapat berjalan pada kecepatan tinggi di jalan terpisah dan dapat
menembus jalan sempit
10. Adaptable - dapat mengatasi gradien curam dan tikungan tajam
11. Penawaran "perjalanan mulus" interchange dari / ke layanan feeder dan ke dan
dari layanan kereta api
12. Tingkat Penawaran boarding dengan akses mudah untuk semua orang, termasuk
pengguna kursi roda
13. Penawaran melalui ticketing dan teratur penggunaannya

b. Kekurangan
Kekurangan LRT adalah Biaya pembangunan yang mahal. Proyek Light Rail
Transit (LRT) yang dibangun elevated atau jalan layang seperti yang dibangun di
Palembang Sumatera Selatan dan Jakarta memiliki sejumlah keunggulan. Meski diakui,
biaya pembangunan proyek elevated itu jauh lebih mahal.

20
C. DAERAH YANG MENGGUNAKAN LRT
LRT SINGAPURA

Light Rail Transit (LRT) adalah jenis angkutan rel ringan yang merupakan bagian
dari jaringan angkutan rel di Singapura, terdiri dari sistem rel terlokalisasi yang berfungsi
sebagai penghubung ke jaringan MRT Singapura. Jalur LRT pertama dibuka tahun 1999
dan kemudian berkembang menjadi 3 jalur yang melayani kawasan perumahan di Bukit
Panjang, Sengkang dan Punggol. Jalur ini terhubung ke jaringan MRT di stasiun Choa
Chu Kang, Sengkang dan Punggol, ditambah Jalur LRT Bukit Panjang akan terhubung
ke Bukit Panjang tahun 2016. Semua jalur LRT sudah terotomatisasi dan dibuat
melayang, untuk mengatasi keterbatasan lahan di Singapura. Jalurnya dibangun
oleh Land Transport Authority, dengan konsesi operasi diberikan ke SMRT Light
Rail dan SBS Transit.

Light Rapid Transit (LRT)

21
D. SISTEM LRT DI SINGAPURA
LRT atau light rail transit (kereta ringan) dengan tiga jalur sepanjang 28,8
kilometer, serta 42 stasiun, yang lebih ditujukan sebagai pengumpan bagi MRT. Jalur-
jalur LRT menghubungkan kawasan permukiman Singapura dengan jaringan MRT.
Selain moda transportasi berbasis rel, warga Singapura juga mengandalkan moda
transportasi berbasis bus untuk bepergian. Setidaknya ada empat operator bus dengan
lebih dari 300 rute layanan, serta armada dengan jumlah total setidaknya 4.600 unit bus.
Rapinya sistem transportasi di Singapura membuat warga Singapura lebih
mengandalkan moda transportasi umum, daripada kendaraan pribadi untuk bepergian.
Data Pemerintah Singapura menunjukkan bahwa ada 7,2 juta penumpang harian yang
menggunakan MRT, LRT, dan sistem bus. Besarnya jumlah pengguna itu juga
disebabkan layanan-layanan transportasi di Singapura reliable. Warga Singapura hanya
menghabiskan waktu rata-rata selama 84 menit dalam satu pekan untuk bepergian
menggunakan moda-moda transportasi itu. Sejumlah rencana pengembangan lebih lanjut
juga sudah disiapkan otoritas transportasi darat Singapura. Rencana itu mencakup
pembangunan 35 stasiun MRT baru, pemanjangan jalur, serta pengembangan tiga jalur
baru, hingga pembangunan jalur lintas negara hingga Malaysia.

Gambar Jaringan LRT Singapura

22

Anda mungkin juga menyukai