Anda di halaman 1dari 3

Nama : Devinda Tri Rahmawati

NIM : 155061101111020
Jurusan : Teknik Kimia (B)

DESTILASI MINYAK MENTAH UNTUK MENGHASILKAN


BENSIN

A. PENDAHULUAN
Minyak mentah (cruide oil) adalah minyak bumi hasil dari pertambangan yang belum diolah.
Minyak mentah merupakan suatu campuran yang kompleks yang komponen terbesarnya adalah
hidrokarbon, serta komponen-komponen kecil lainnya yang mengandung sulfur, nitrogen, oksigen dan
sejumlah logam. Terdapat beberapa komponen-komponen dari minyak mentah. Yang pertama adalah
golongan Alkana (CnH2n + 2) yang merupakan komponen terbesar dari minyak mentah. Golongan
alkana yang tidak bercabang terbanyak adalah n–oktana, sedang alkana bercabang terbanyak adalah
isooktana (2,2,4–trimetilpentana). Komponen kedua adalah Siklo alkana atau napten (CnH2n).
Golongan sikloalkana yang terdapat pada minyak bumi adalah siklopentana (memiliki 5 cincin) dan
sikloheksana (memiliki 6 cincin). Komponen ketiga adalah golongan hidrokarbon Aromatik (CnH2n-
6).golongan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi adalah benzena. Golongan aromatik
Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan dalam bensin karena memiliki
harga anti knock yang tinggi, Stabilitas penyimpanan yang baik, dan kegunaannya yang lain sebagai
bahan bakar (fuels). (Zuhra, 2003)
Untuk mendapatkan minyak mentah, maka perlu dilakukan beberapa proses, salah satunya adalah
proses destilasi. Destilasi adalah suatu proses pemisahan yang sangat penting dalam berbagai industri
kimia. Operasi ini bekerja untuk memisahkan suatu campuran menjadi komponen-komponennya
berdasarkan perbedaan titik didih. Destilasi ini selalu digunakan untuk memisahkan minyak bumi
menjadi fraksi-fraksinya dan memisahkan suatu produk kimia dari pengotornnya.
Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan komponen-komponen dari
campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup
besar. Perbedaan tekanan uap tersebut akan menyebabkan fasa uap yang ada dalam kesetimbangan
dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap
mengandung lebih banyak komponen yang memiliki tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih
benyak menggandung komponen yang memiliki tekanan uap tinggi. (Hani, 2005)
Tahapan-tahapan dalam destilasi adalah, pertama evaporasi. Tahapan ini dilakukan dengan
memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan. Kedua, pemisahan uap-cairan didalam kolom dan
memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih mudah menguap. Ketiga,
kondensasi dari uap, serta untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil.

B. METODE
Metode yang digunakan adalah metode destilasi bertingkat. Minyak mentah yang telah
dipisahkan dari pengotornya diolah lebih lanjut dengan proses destilasi bertingkat, yaitu cara
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari proses
destilasi bertingkat ini adalah campuran hidrokarbon yang mendidih pada interval (range) suhu
tertentu. Untuk skala laboratorium, dapat menggunakan metode Distilasi ASTM/Distilasi Engler
(ASTM D-86) yang Merupakan distilasi diferensial sederhana, dimana sampel minyak bumi
dididihkan sampai habis menguap.

C. PEMBAHASAN
CDU atau kolom destilasi unit merupakan bagian unit proses dari sebuah kilang minyak di
Indonesia dengan kapasitas 1700 ton/hari. Unit ini berfungsi untuk memisahkan fraksi – fraksi dari
crude oil. Proses pengolahannya dilakukan dengan cara memisahkan fraksi–fraksinya atas dasar
perbedaan titik didih pada tekanan atmosfer. Feed yaitu crude oil dipompa menuju pre heater furnace
yang kemudian dipompa lagi menuju furnace dan kemudian masuk ke evaporator untuk memisahkan
crude oil yang berupa uap dan liquid, produk bawah evaporator tersebut kemudian dipompa menuju
furnace kedua untuk memanaskannya lagi dan menjadikannya berfase uap sebelum dimasukkan ke
kolom C-4. Sementara produk atas dari evaporator langusng dialirkan ke kolom C-1 yang kemudian
mengalami proses distilasi pada kolom C-1 menghasilkan produk atas yang langsung masuk sebagai
feed di kolom C-3, produk bawahnya dialirkan ke kolom C-4 sebagai feed dan juga aliran
refluksuntuk kolom C-4. Produk samping C-1 ada yang langsung dialirkan menuju kolom C-2 dan ada
yang dikembalikan ke kolom C-1 sebagai aliran refluks. Produk atas kolom C-2 digabungkan dengan
produk samping kolom C-1 yang dialirkan kembali ke kolom C-1 sebagai aliran refluks, sementara
produk bawahnya yaitu Light Kerosene Distillate (LKD) langsung dialirkan ke tangki penampung
untuk diolah di unit berikutnya. Pada kolom C-4 terjadi proses distilasi yang menghasilkan produk
atas berupa gas yang ditampung di tangki tertentu untuk diproses lebih lanjut, produk samping yaitu
Light Cold Test (LCT) sebagian langsung ditampung dan sebagian dikembalikan ke kolom sebagai
aliran refluks, sementara produk bawahnya adalah residu yang langsung ditampung di tangki untuk
diolah lebih lanjut pada High Vacuum Unit (HVU) untuk memisahkan fraksi-fraksinya. Hal ini
dilakukan karena residu terdiri dari komponen– komponen yang mempunyai titik didih tinggi,
sehingga bila dilakukan pada tekanan atmosferik diperlukan temperatur operasi yang tinggi, padahal
pada temperatur tinggi sebagian residu akan mengalami perekahan. Produk atas dari kolom C-1 yang
dialirkan ke kolom C-3 didistilasi lebih lanjut menghasilkan produk atas dari kolom C-3 yang
dipisahkan lebih lanjut di dalam separator untuk menghasilkan off gas, crude butane dan straight run
top. Sementara produk bawahnya dialirkan ke kolom C-1 sebagai feed dan produk sampingnya adalah
nafta yang sebagian dikembalikan dalam kolom sebagai aliran refluks dan sebagian lagi langsung
ditampung pada tangki untuk diolah di unit berikutnya. (Hani, 2005)
Hasil yang diperoleh dari Proses pertama dalam pemrosesan minyak bumi adalah fraksionasi dari
minyak mentah dengan menggunakan proses destilasi bertingkat, adapun hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut:

Sumber : Cut Fatimah Zahra. 2003

Bensin dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain yaitu Penyulingan langsung dari minyak
bumi (bensin straight run), dimana kualitasnya tergantung pada susunan kimia dari bahan-bahan
dasar. Bila mengandung banyak aromatik-aromatik dan napthen-naphten akan menghasilkan bensin
yang tidak mengetok (anti knocking). (Zuhra, 2003).
Bensin merupakan campuran dari n-heptana dan 2,2,4-trimetiloktana (isooktana). Sebenarnya
fraksi bensin merupakan produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sedikit. Namun demikian karena
bensin merupakan salah satu bahan bakar yang paling banyak digunakan sehingga dilakukan upaya
untuk mendapatkan bensin dalam jumlah yang besar. Salah satunya adalah dengan proses cracking
(pemutusan hidrokarbon yang rantainya panjang menjadi hidrokarbon rantai pendek). Minyak bumi
dipanaskan pada suhu tinggi sehingga rantai hidrokarbon yang kurang begitu dibutuhkan dapat
dipecah menjadi rantai pendek, sesuai rantai pada fraksi bensin. Mutu atau kualitas bensin ditentukan
oleh bilangan oktan, yaitu persentase isooktana yang terkandung di dalam bensin. Hal ini terkait
dengan efisiensi pembakaran yang dilakukan oleh bensin terhadap mesin kendaraan. Komponen
bensin berantai lurus menghasilkan energi yang kurang efisien, artinya banyak energi yang terbuang
sebagai panas bukan sebagai kerja mesin. Hal ini menyebabkan terjadinya knocking atau ketukan
pada mesin yang menyebabkan mesin menjadi cepat rusak. Semakin tinggi bilangan oktan, semakin
baik proses pembakaran di dalam mesin. Untuk meningkatkan bilangan oktan bensin, ditambahkan
satu zat yang disebut TEL (tetraetil lead) atau tetraetil timbal Pb(C2H5)4. TEL (Pb(C2Hs)4) dibuat
dari campuran timah hitam dengan natrium dan etilklorida, reaksinya adalah sebagai berikut

Penambahan TEL dalam konsentrasi sampai 0,01% ke dalam bensin dapat menaikkan bilangan
oktan, sehingga ketukan pada mesin dapat dikurangi. Namun demikian penggunaan TEL ini
memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan manusia karena gas buang kendaraan bermotor
menghasilkan partikel-partikel timbal. Akhir-akhir ini, penggunaan TEL diganti dengan dengan
MTBE (metil tersier butil eter), yang memiliki fungsi sama untuk meningkatkan bilangan oktan, tetapi
tidak melepaskan timbal di udara.

D. KESIMPULAN
1. Hidrokarbon merupakan komponen terbesar dari minyak mentah
2. Bensin dapat diperoleh dengan destilasi bertingkat pada jangka titik didih 30-180ºC
3. Bensin yang diperoleh dari destilasi biasanya dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu perlu
dilakukan cracking.
4. Mutu dan kualitas dari bensin ditentukan oleh bilangan oktan. Semakin tinggi bilangan oktan,
semakin bak pembakaran pada mesin yang digunakan

E. DAFTAR PUSTAKA
Zuhra, Cut Fatimah. 2003. Penyulingan, Pemorosesan, dan penggunaan Minyak Bumi. USU Digital
Library

Hani, Ummu & Astuti, Dinny W. 2005. Evaluasi Kinerja Kolom Fraksinasi Crude Distillation Unit
(CDU) Pada Berbagai Operasi Over Kapasitas Dengan Simuasi Hysys

Anda mungkin juga menyukai