PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup
pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global
Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua
pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dibutuhkan dirinya dalam masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan
sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai landasan yuridis.
penyelenggaraan sekolah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, dan peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang
pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai
modal dasar untuk menggali dan mempelajari ilmu pengetahuan yang belum dimiliki, serta mampu
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan berpikir dan
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat empat aspek keterampilan
berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat
aspek keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bisa menjadi pembelajaran yang menarik
bagi siswa apabila guru dapat membelajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat.
Namun, ketika peneliti melakukan observasi awal di kelas V SDN 2 Tataaran, pembelajaran yang
dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru,
misalnya karena selama proses belajar mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah,
sehingga nilai bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 2 Tataaran dengan jumlah siswa 24 orang
hanya 9 orang yang berhasil, yang artinya hanya 37,5% yang memperoleh nilai 70 keatas,
sedangkan 62,5% mendapatkan nilai di bawah 70. Persentase ketuntasan tersebut masih jauh dari
tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, terbagi dua pembelajaran
Peneliti melakukan penelitian pada pembelajaran membaca pemahaman di kelas V tentang cerita.
Agar pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan,
salah satunya dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking
stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan
suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model talking stick karena selama
proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan
waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam
talking stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau
hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan
demikian, pembelajaran dengan model talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu
Fakta di lapangan tersebut memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk
melakukan tindakan peningkatan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan masalah adalah “
Bagaimana penerapan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar bahasa
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan hasil penerapan model pembelajaran
Talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 2
Tataaran.
4. Manfaat Penelitian
4.1.Bagi guru : sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran
4.2.Bagi siswa : meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di
kelas V.
4.3.Bagi peneliti : hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan dan kemampuan dalam
KAJIAN TEORI
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu rencana dan pola yang dapat digunakan untuk
Menurut Joyce and Weil dalam Eka, (2010) model pembelajaran memliki lima unsur dasar yaitu :
sintaks yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, sosial sistem adalah suasana dan norma
yang berlaku dalam pembelajaran, principles of reaction yaitu menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan dan merespon siswa, support system yaitu segala
sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan instructional dan
nurturant effect yaitu hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar dan
hasil belajar di luar yang disasar.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta
didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau
kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar model pembelajaran
”Menurut Kardi dan Nur dalam Admin, (2011) ada lima bentuk model pembelajaran yang
Berikut ini disajikan beberapa contoh model pembelajaran akan tetapi sajian yang
(1) pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Pengetahuan yang bersifat informasi dan
prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara
pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur,
latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode
ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi). (2) GI (Group Investigation). Model kooperatif
tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan
pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal
mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan
dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahan data penyajian data
hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis
dan reward. (3) Talking Stick. Sintaks pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian
materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan
memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari
guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya,
guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi. (4) Pembelajaran Berbasis masalah (PBL,
Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi.
(5) STAD (Student Teams Achievement Division) STAD adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan
belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas,
kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan
individual dan berikan reward. identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri. (6) Artikulasi. Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks:
penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa
menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi
di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan. (7) Snowball Throwing
Sintaksnya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan
diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan
pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian,
penyimpulan, refleksi dan evaluasi. Dalam syacom.blogspot.com, (2012).
Talking Stick adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika
untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum.
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and
impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the
right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder
would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say,
he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this
manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak
had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai
alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan
dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai
berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah
ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara
akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke
ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini,
dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui
permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru
menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai
mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh
kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan
model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut.
3.1.Kelebihan
a. Menguji kesiapan siswa.
b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
c. Membuat siswa lebih giat dalam belajar.
3.2.Kekurangan
a. Membuat siswa senam jantung. Deden (2010).
menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sebagai saran komunikasi, sarana
1. Untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan serta sikap berbahasa yang menyangkut
fungsinya sebagai alat komunikasi dan penalaran.
2. Pendidikan bahasa di SD tidak hanya sekedar memberikan kemampuan membaca dan menulis,
tetapi juga harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Direktorat Pendidikan Tinggi
dalam S. Akhadiah, dkk (1993).
Pernyataan ini menyatakan bahwa guru-guru SD harus dapat mengembangkan kemampuan
kemampuan berkomunikasi dalam bahasa yang baik dan benar, guru harus dapat mengmbangkan
kebiasaan serta kemampuan berpikir nalar dan kreatif secara tertib melalui bahasa yang tertib pula.
"Menurut Guntur Tarigan dalam Isah C. & Hodijah (2008), Keterampilan berbicara adalah
“Menurut Tarigan dalam Resmini & Juanda (2008:74) membaca adalah kegiatan
berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan cetakan (huruf-huruf). Menurut
Heilman dalam Resmini, dkk (2006:227) membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah
“Menulis itu berhubungan dengan membaca, mewicara dan menyimak. Baik menulis
maupun membaca, mewicara dan menyimak memiliki fungsi untuk manusia dalam
5 Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis
yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru
dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi
cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan
“Menurut Bloom dalam Kamdi Waras, (2010) menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa
diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.” Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan
terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa
dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui
ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Untuk lebih spesifiknya, Hamid dan
5.1.Ranah Kognitif, berhubungan dengan kemampuan berpikir. Dalam taksonomi Bloom dikenal ada
5.2.Ranah Afektif, berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses
5.3.Ranah Psikomotor, berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan
disebabkan oleh kematangan biologis. Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan
oleh kematangan psikologis. Jadi kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Pelaksanaan tindakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK )
yang mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh Hopkins dalam Aqib Z, (2006)
yaitu: 1) perencanaan, 2) aksi/tindakan, 3) observasi, 4) refleksi.
perencanaan
aksi
refleksi
observasi
Perencanaan ulang
refleksi
Observasi
Aksi
1.1.Perencanaan
1.2.Pelaksanaan/tindakan
1.3.Pengamatan/observasi
1.4.Refleksi
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi tentang “membaca dan
menyimpulkan cerita”. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana
2. Tahap Tindakan/pelaksanaan
rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking Stick melalui materi “membaca dan
menyimpulkan cerita”.
4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah
lagu, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan pelajari, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
6) Evaluasi
3. Tahap Observasi/pengamatan
menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam
konteks pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang
dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II sama dengan pembelajaran pada siklus I yaitu tahap
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi yang sama dengan siklus pertama.
Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan
2. Tahap Tindakan/pelaksanaan
rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking Stick melalui materi “membaca dan
menyimpulkan cerita”.
4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah
lagu, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan pelajari, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
6) Evaluasi
3. Tahap Observasi/pengamatan
menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam
konteks pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang
dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan
(observasi) dan tes. Pengumpulan data dengan teknik pengamatan menggunakan instrument
Dalam penelitian tindakan kelas ini, data di analisis dengan perhitungan persentase dan
rata-rata hasil belajar yang di capai oleh siswa. Dengan menggunakan rumus:
Setelah dilakukan perhitungan terhadap presentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai
siswa, maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 85 % maka, suatu kelas
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Tataaran dengan
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei 2012 tahun ajaran
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
Tondano Selatan Kabupaten Minahasa khususnya siswa kelas V SD yang jumlah siswanya 24
orang. Hal ini di lakukan untuk mengetahui kelayakan melalui penerapan model pembelajaran
talking stick dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia. Pelaksanaan tindakan
dilaksanakan melalui dua siklus dan alokasi waktu tiap kali peretemuan adalah 2 x 35 menit. Dari
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas dan kepala
sekolah yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung,
Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan satu kali pertemuan yang dilaksanakan pada 4
mei 2012 selama 2x35 menit dengan mengambil materi: “membaca dan menyimpulkan cerita”.
Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dengan kompetensi dasarnya: Menyimpulkan cerita anak dalam beberapa
kalimat. Tujuan Pembelajaran yang ingin di capai dalam pembelajaran ini adalah: Siswa dapat
menyebutkan pokok-pokok isi cerita dari cerita anak yang dibaca, siswa dapat menyimpulkan isi
a. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan ini, yang dilakukan guru adalah memberikan salam, absensi, pengelolaan
kelas baik pengelolaan pada kesiapan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar
maupun pengelolaan pada sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab, dimana kegiatan ini dimaksudkan
untuk membawa perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari. Pertanyaannya berupa:
- Guru : “ Cerita apa saja yang pernah kalian baca atau dengar?
Dengan pertanyaan diatas maka siswa diajak untuk memasuki ruang pembelajaran
b. Kegiatan Inti
- Langkah 1
Menyiapkan media tongkat yang telah dibuat menarik dan aman digunakan. Kemudian
- Langkah 2
- Langkah 3
Guru membagikan kepada setiap siswa lembaran cerita anak yang berjudul “Nyanyi Sunyi Seruni”
- Langkah 4
Pada tahap ini, guru menyuruh siswa menutup lembaran cerita tersebut
- Langkah 5
Guru mengambil tongkat yang sudah disediakan, kemudian menjalankan tongkat tersebut sambil
menyanyikan sebuah lagu yang di mulai dari siswa yang paling depan. Setiap kali lagu terhenti,
siswa yang memegang tongkat mendapat pertanyaan dari guru dan siswa harus menjawabnya,
- Langkah 6
Menyimpulkan materi
- Langkah 7
c. Kegiatan Akhir
Pada tahap ini, guru memberikan motivasi dan saran sehubungan dengan materi yang sudah
diajarkan.
1.1.3. Observasi
Kegiatan observasi pada tahap pertama ini dilaksanakan bersamaan dengan mitra
kolaborasi, yang terdiri dari guru kelas, kepala sekolah dan peneliti sendiri. Pelaksanaan observasi
ini berlangsung bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi: aktivitas guru dan siswa, dan
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
2. Memperhatikan secara √
seksama penjelasan guru
4. Keberanian menjawab √
pertanyaan
5. Kooperatif dalam √
memberikan tongkat kepada
rekannya
Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
1.1.4. Refleksi
Pada tahap refleksi siklus pertama ini, hasil yang di capai belum begitu memuaskan, hal
ini di karenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran talking stick, tampak sekali
siswa masih terlalu kaku dan belum menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Masih banyak
siswa yang tidak serius membaca teks cerita, tertawa saat talking stick berlangsung, dan jawaban
siswa masih banyak yang kurang memuaskan yang menyebabkan hasil belajar siswa belum
mencapai apa yang di harapkan. Karena itu peneliti perlu melaksanakan perbaikan dengan
melalui penerapan model pembelajaran Talking Stick di kelas V SD Negeri 2 Tataaran dengan
Persentase nilai yang diperoleh siswa terlihat dalam tabel pada siklus I di peroleh dari
jumlah nilai yang didapat oleh siswa dibagi dengan jumlah skor total kemudian dikalikan seratus
= 65,41%
Jadi, nilai rata-rata kelas V SD Negeri 2 Tataaran pada siklus I ini adalah 65,41%.
Pelaksanaan siklus II dilakukan pada tanggal 11 mei 2012, selama 2x35 menit dengan
Tahap ini dilaksanakan sesuai dengan siklus I, namun pada siklus II ini lebih di fokuskan
untuk memperbaiki setiap kekurangan yang ada pada siklus I. Berdasarkan hasil penelitian maka
yang menjadi catatan penting untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan pada pelaksanaan
tindakan kelas pada siklus II ini adalah masih kurangnya penguasaan kelas oleh guru, sehingga
sebagaian siswa belum mencapai hasil yang diharapkan diakibatkan siswa-siswa tidak fokus pada
materi yang sedang di pelajari maupun pada model pembelajaran talking stick yang digunakan.
Pada tahap ini, tentunya peneliti membuat RPP yang materinya masih sama dengan siklus I namun
evaluasinya berbeda yang disusun berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas dan kepala sekolah.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I.
a. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan ini, yang dilakukan guru adalah memberikan salam, absensi, pengelolaan
kelas baik pengelolaan pada kesiapan siswa dalam menigkuti proses kegiatan belajar mengajar
maupun pengelolaan pada sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya guru memberikan apersepsi, berupa pertanyaan untuk menggali ingatan siswa pada
pelajaran sebelumnya.
Dengan pertanyaan diatas maka siswa diajak untuk mengingat kembali pelajaran
b. Kegiatan Inti
- Langkah 1
Menyiapkan media tongkat yang telah dibuat menarik dan aman digunakan. Kemudian
- Langkah 2
- Langkah 3
Guru membagikan kepada setiap siswa lembaran cerita anak yang berjudul “Burung yang Malang”
- Langkah 4
Pada tahap ini, guru menyuruh siswa menutup lembaran cerita tersebut
- Langkah 5
Guru mengambil tongkat yang sudah disediakan, kemudian menjalankan tongkat tersebut sambil
menyanyikan sebuah lagu yang di mulai dari siswa yang paling depan. Setiap kali lagu terhenti,
siswa yang memegang tongkat mendapat pertanyaan dari guru dan siswa harus menjawabnya,
- Langkah 6
Menyimpulkan materi
- Langkah 7
c. Kegiatan Akhir
Pada tahap ini, guru memberikan motivasi dan saran sehubungan dengan materi yang sudah
diajarkan.
1.2.3. Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II ini dilaksanakan bersamaan dengan mitra kolaborasi,
yang terdiri dari guru kelas, kepala sekolah dan peneliti sendiri. Pelaksanaan observasi ini
berlangsung bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi: aktivitas guru dan siswa, dan hasil
belajar siswa.
Keterangan:
1 = Kurang,
2 = cukup,
3 = Baik,
4 = Sangat Baik
2. Memperhatikan secara √ √
seksama penjelasan guru
4. Keberanian menjawab √ √
pertanyaan
5. Kooperatif dalam √ √
memberikan tongkat kepada
rekannya
Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
1.2.4. Refleksi
Berdasarkan kajian dan anlisis data terhadap proses pembelajaran mulai dari perencanaan
hingga evaluasi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan ternyata telah terjadi peningkatan
pada pembelajaran. Hal ini terlihat pada tingginya aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
yang sedang berlangsung, siswa terlihat sangat antusias mengikuti setiap proses pembelajaran
melalui model pembelajaran Talking Stick baik dalam menjawab pertanyaan maupun dalam
Sehingga dilihat dari hasil observasi dan hasil evaluasi belajar siswa, telah terjadi
peningkatan kualitas pembelajaran dan dapat di simpulkan bahwa pada siklus kedua hasilnya
melalui penerapan model pembelajaran Talking Stick di kelas V SD Negeri 2 Tataaran dengan
Persentase nilai yang diperoleh siswa terlihat dalam tabel pada siklus II di peroleh dari
jumlah nilai yang didapat oleh siswa dibagi dengan jumlah skor total kemudian dikalikan seratus
= 97,70%
Jadi, nilai rata-rata kelas V SD Negeri 2 Tataaran pada siklus II ini adalah 97,70%.
2. PEMBAHASAN
Penelitian ini di laksanakan dengan dua siklus yang pelaksanaannya terdiri dari empat alur
2.1. Siklus I
Pada siklus I ini peneliti membuat perencanaan dengan mengambil materi: “Membaca dan
Menyimpulkan Cerita” dengan kompetensi dasarnya yaitu menyimpulkan cerita anak dalam
beberapa kalimat. Dengan indikatornya adalah menyebutkan pokok-pokok isi cerita dari cerita
anak yang dibaca dan menyimpulkan isi cerita yang dibaca. Peneliti juga membuat RPP,
menyiapkan media tongkat, teks cerita, membuat pertanyaan saat menjalankan tongkat, membuat
yang telah disusun dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick dan pembelajaran siklus
I ini berlangsung dengan baik, namun para siswa masih terlihat kaku dalam proses pembelajaran.
Hal ini nampak pada kurangnya perhatian siswa ketika guru mengajukan pertanyaan ataupun
dalam menjawab pertanyaan, yang dikarenakan mereka tidak terbiasa dengan model pembelajaran
Talking Stick. Itulah sebabnya peneliti berusaha sedemikian rupa dalam menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, sehingga para siswa bisa belajar dengan lebih baik lagi. Tak heran
jika pada akhirnya hasil pembelajaran pada siklus pertama ini kurang baik, karena yang diharapkan
adalah hasil belajar siswa bisa meningkat. Bagaimana bisa jika mereka tidak menyukai atau
setidaknya mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Itulah sebabnya pembelajaran pada siklus
2.2. Siklus II
Pada siklus II ini, perencanaan yang dilakukan masih sama dengan perencanaan pada siklus
I namun, peneliti akan lebih fokus untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada
siklus I.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua ini dilaksanakan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick yang tidak jauh
berbeda dengan siklus I. Pembelajaran mengalami peningkatan, dan dapat dilihat siswa semakin
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick ini,
nampak sekali siswa dengan serius membaca cerita yang telah dibagikan dan ketika tongkat
dijalankan siswa terlihat senang dan mampu menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan dengan
baik dan benar. Ketika diberikan soal latihan, siswa mengerjakannya dengan baik dan hasilnyapun
sangat baik bahkan memuaskan. Persentase keberhasilan belajar pada siklus kedua ini mencapai
97,70%. Itu artinya penerapan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas V di SD Negeri 2 Tataaran ini terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tabel Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II
jumlah skor jumlah skor Analisa Hasil
yang total Data (%)
diperoleh
siswa
65,41%
Hasil Siklus I 1570 2400
Persentase
97,70%
Siklus II 2345 2400
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
hasil yang dicapai pada siklus pertama yaitu 65,41 % sedangkan siklus kedua yang meningkat
menjadi 97,70 %.
1.2. Model pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dimana model pembelajaran ini tidak hanya
menyenangkan karena terdapat unsur permainan, tapi juga dapat membentuk siswa untuk lebih
berani dalam proses belajar mengajar, melatih keterampilan membaca dan memahami dengan
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut:
2.1. Bagi guru Sekolah Dasar agar dapat merancang pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat
2.2. Sebagai seorang guru Sekolah Dasar, kita diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.