Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah kita diberikan nikmat kesehatan
hingga sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-
Nya, pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman. Dimana yang telah mengajarkan
iman dan islam kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya keimanan
dan Islam.
Dengan penuh rasa syukur kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen Harwin Holilah Desyanti,S.Keb.,Bd yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan dan penyusuan kata-kata pada tugas ini masih banyak
kesalahan penulisan, untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pambaca demi kesempurnaan makalah ini di
masa yang akan datang. Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Isi
Cover / Halaman Judul
Kata Pengantar ......................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang .......................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ..................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 2
PENDAHULUAN
2.1. DEFINISI
Mioma adalah penyakit yang berjenis tumor. Berbeda dengan penyakit
kanker, mioma tidak mempunyai kemampuan menyebar keseluruh tubuh.
Konsistensinya padat dan sering mengalami degerasi dalam kehamilan dan sering kali
ditemui pada wanita berumur 35-45 tahun. Hingga saat ini, Departemen Kesehatan
telah mencatat angka kejadian penyakit mioma uteri dengan rasio 10-12% dari
seluruh kasus ginekologi tumor mioma ini tumbuh sangat lambat. Tumor ini
mebutuhkan waktu 4-5 tahun dan untuk mencapai ukuran sebesar buah jeruk. Tumor
ini sering pula ditemukan pada wanita yang belum pernah melahirkan atau wanita
yang sulit hamil (inferentil) (Setiati, 2009 : 82).
Gejala awal pada penyakit ini tidak selalu muncul dan sangat bergantung pada
besar kecilnya mioma, lokasinya, dan komplikasi yang terjadi. Tumor ini jarang
menimbulkan gejala sepesifik bila ada, gejala tersebut hanya terjadi pada beberapa
penderita. Mioma yang terletak diselaput dalam rahim dapat menimbulkan kesulitan
hamil (Setiati Eni, 2009 : 82).
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang tersetruktur utamanya adalah otot
polos rahim mioma uteri pada 20%-25% perempuan pada usia produktif, tetapi oleh
faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidennya 3-9 kali lebih banyak pada ras
kulit berwarna dibandingkan denga ras kulit putih. Selama 5 dekade terakhir,
ditemukan 50% kasus mioma uteri pada ras kulit berwarna (Sarwono, 2011: 274).
2.2. KLASIFIKASI
Menurut Setiati (2009, 88-91) mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan
lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1.Lokasi
a.Cerivical (2,6%). Umumnya tumbuh kearah vagina dan menyebabkan infeksi
b. Isthmica (7,2%). Lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius
c.Corporal (91%). Merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa gejala
2. Lapisan uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya, mioma ini
dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma uteri subserosa
Lokasi tumor disubserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja.
Dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tungkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada didalamligamentum latumdan disebut
sebagai mioma intralegamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum, atau
mesenterium disekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambila alih dari
tangkai ke omentum.akibatnya, tangkai semakin mengecil dan terputus sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis paralistik.
b. Mioma uteri intramural
Mioma ini disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya, multipel
apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus. Tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, bertambah besar dan berubah bentuknya.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti, kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor didaerah perut sebelah bawah. Kadangkala tumor
tumbuhsebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa.
Didalam otot rahim, mioma ini dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), dan lunak
(jaringan otot rahim dominan).
c. Mioma uteri submukosa
Mioma ini terletak dibawah endometrium. Mioma ini dapat bertangkai atau
tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis dan pada keadaan
ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Mioma ini dapat memperluas permukaan ruangan
rahim.
Dari sudut klinik, Mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada Mioma uteri subserosa ataupun intra
mural, walaupun mioma yang ditemukan cukup besar, tetapi seringkali memberikan
keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa, walaupun hanya
berukuran kecil, selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan
sulit dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Hampir separuh mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukosa,
subserosa), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi (Prawirohardjo,
2008 : 341).
Menurut Prawirohardjo (2008 : 342) gejala tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hiperminore, menoragia,
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini antara lain adalah:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosa
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai dengan nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan,pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebakan juga
disminore.
3. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum
dapat menyebabkan opstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Menurut Mansjoer (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala
klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35% - 50% dari pasien yang terkena.
Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri :
1. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragi metroragi dan
hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan
abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim distoris dan
kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
2. Penekanan rahim yang membesar :
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Gejala traktus urinarius: urine frekuensi retensi urine obstruksi ureter dan
hidronefrosis
c. Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal
d. Terasa nyeri karena tertekannya saraf
3. Nyeri dapat disebabkan oleh :
a. Penekanan saraf
b. Torsi bertangkai
c. Submukosa mioma terlahir
d. Infeksi pada mioma
e. Infeksi pada mioma
4. Infertilitas akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu.
Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi
implantasi. Terdapat peningkatan insiden absorsi dan kelahiran prematur pada
pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
5. Kongesti vena disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah hemorhoid nyeri dan dyspareuni.
2.4 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya mioma uteri adalah karena adanya perangsangan hormon
estrogen terhadap sel-sel yang berada di otot rahim. Jadi, Mioma uteri ini merupakan
akibat pengaruh estrogen. Oleh karena itu, mioma ini sangat jarang ditemukan pada
anank-anak usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak usia pubertas belum
memiliki rangsangan estrogen. Sementara itu, pada wanita menepouse mioma
biasanya mengecil karena estrogen sudah berkurang (Estiati, 2009: 85-86).
Sampai saat ini, penyebab pasti mioma uteri belum diketahui dan diduga
penyakit ini merupakan penyakit multifaktoral. Mioma dipercaya merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal.sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada
kromosom lengan (Estiati, 2009: 85-87).
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,
disamping faktor predisposisi genetik.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah manarke, seringkali pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan terjadi dan likakukan terapi estrogen eksogen.mioma uteri
akan mengecil pada saat menepouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri
dapat ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidroxydesidrogenasi mengubah estradiol (Sebuah estrogen kuat)
menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
pada miometrium normal (Estiati, 2009: 85-87).
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progsteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenasi dan menurunkan jumlah reseptr estrogen pada tumor (Estiati,
2009: 85-87).
3. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyi struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu, HPL, terlihat pada periode ini
dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergitik antara HPL dan estrogen
(Estiati, 2009: 85-87).
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum
diketahui, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d.Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
Menurut Muzakir (2008) faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah:
a. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma
uteri ditemukan sebesar 10%.
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen
endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/sedikit (Parker,
2007). Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma
uteri lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase
proliferasi dari siklus menstruasi (Djuwantono, 2004).
c. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang
mempunyai riwayat keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan
ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan
penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri
(Parker, 2007).
d. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim
aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya terjadi peningkatan
jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan pprevalensi mioma uteri (Parker,
2007).
e. Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan
prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging
setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri,
namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti
apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker,
2007).
f. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus kemungkinan
dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2007).
g. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua)
kali.
2.5 PATOFISIOLOGI
Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh
estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah dan intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan
perdarahan pervagina lama dan banyak. Dengan adanya perdarahan pervagina lama
dan banyak akan terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan dan gangguan
peredaran darah ditandai dengan adanyaa nekrosa dan perlengketan sehingga timbul
rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak
adekuat, kurang support dari keluarga, dan kurangnya pengetahuan dapat
mengakibatkan cemas.
Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan
robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas
jaringan kulit mempengaruhi proses epitelisasi dan pembatasan aktivitas, maka terjadi
perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan juga mengakibatkan terpaparnya agen
infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi infeksi.
Pada pasien post operasi akan mempengaruhi obat anastesi yang
mengaakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga pola
nafa tidak efektif (Prawiroharjo S, 1999).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cellnest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain
dalam abdomen. Edek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor
estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur
(Prawirohardjo, 2008 : 338).
2.6 PATHWAY
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Anonim (2009) pemeriksaan penunjang meliputi :
1.Pemeriksaan Darah Lengkap
o Haemoglobin : turun
o Albumin : turun
o Lekosit : turun/meningkat
o Eritrosit : turun
2. USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
Sedangkan menurut Setiati (2009 : 96 – 97) pemeriksaan penunjang meliputi :
1. Dapat dilakukan dengan USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium, dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT-SCAN ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu
lebih mahal dan tidak memfisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan
mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan. Pada sebagian besar
kasus mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa bidang tidak
hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus pada stadium lebih lanjut,
uterus membesar dan berbentuk tidak teratur. Pemeriksaan ini penting untuk
menilai masa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
Untuk menilai pasien mioma sub mukosa disertai dengan infertilitas, histerografi
dan histerokopi digunakan.
2. Pemeriksaan Lapaskopi : dilakukan untuk mengevaluasi masa pada pelvis.
3. Pemeriksaaan laboratorium : dilakukan pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap,
gula darah, test fungsi hati, ureum dan kreatinin darah
4. Pemeriksaan test kehamilan
Perhatikan beberapa gejala yang dapat muncul sebagai tanda kompilkasi yang
mungkin terjadi.
2.8 PENATALAKSANAAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Pengkajian
B. Pengumpulan Data.
Usia :
1. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada
usia 35 tahun keatas.
2. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
3. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan
diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan
TAH-BSO.
C. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
Lokasi nyeri :
Intensitas nyeri
Kwalitas nyeri.
D. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
E. Data Psikologi.
G. Tingkat Kesadaran
H. Status Urinari
I.Status Gastrointestinal
3.3. Intervensi
1) DX I
Tujuan: Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut.
Intervensi:
Rasional:
2) DX II
Intervensi:
Rasional:
3) DX III
Kriteria Hasil: Berat badan stabil, penambahan berat badan ke arah normal,
berpartisipasi dalam merangsang nafsu makan.
Intervensi:
Rasional:
ASKEP KASUS
A. DATA UMUM
1. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Kristen
Pekerjaan : Berladang
Alamat : Desa Paronggil, Sidikalang
Tanggal masuk : 20 November 2017
Ruangan / kamar : Rindu B-1 Obgyn / III3
MR : 340701
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak seminggu yang lalu pasien merasakan ada benjolan kecil
pada perut bagian bawah, pasien menganggap hal itu biasa saja,
semakin lama semakin bertambah besar. Lalu pada tanggal 17
November 2017 mengalami perdarahan dari kemaluan dengan
volume 3 – 4 x ganti doek / hari. Dimana perdarahan bersifat encer,
maka pasien pergi berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 20 November 2017 pasien datang berobat ke
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan keluhan
benjolan pada perut bagian bawah dan perdarahan dari kemaluan
dengan volume 3 – 4 x ganti doek / hari, dengan sifat perdarahan
encer dan berlangsung sejak tanggal 17 November s.d 20 November
2017.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut keterangan pasien dan anggota keluarga, pasien tidak
pernah mengalami penyakit serius dan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit seperti yang diderita pasien, hanya
penaykit biasa seperti: pilek, demam dan batuk biasa, tidak ada
penyakit keturunan.
5. Riwayat Obstetrik
a. Nutrisi
· Sebelum masuk RS
Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dan buah-
buahan (kadang-kadang). Pasien tidak memiliki makanan pantangan.
· Setelah masuk RS
Pasien makan 3x sehari dengan diet makanan biasa dengn nafsu
makan menurun, porsi yang disajikan habis ½ porsi.
b. Minum
· Sebelum masuk RS: Pasien tidak pernah tidur siang karena pasien bekerja di
ladang dan tidur malam pasien ± 6 – 7 jam / hari
· Setelah masuk RS: Pasien tidur siang selama 2 – 3 jam / hari dan tidur
malam 6 – 7 jam / hari. Tidak ada keluhan ketika pasien tidur.
d. Pola eliminasi
1) BAB
· Sebelum masuk RS: Pasien buang air besar 1 – 2 x / hari dengan konsistensi
lembek dan bau khas
· Setelah masuk RS: Pasien buang air besar 1 x / hari dengan konsistensi
lembek dan bau khas
2) BAK
· Sebelum masuk RS: Pasien buang air kecil 3 – 4 x / hari dengan warna
kekuningan dan bau khas emoniak
· Setelah masuk RS: Pasien buang air kecil melalui kateter dengan volume
500 cc / hari. Warna urine kekuningan dengan bau khas amoniak.
e. Personal hygiene
· Sebelum masuk RS: Pasien mansi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci
rambut 3 x / seminggu
· Setelah masuk RS: Pasien mandi dengan lap basah 2 x / hari, gosok gigi 2 x /
hari, cuci rambut baru 1 kali semenjak masuk RS. Semua kegiatan dibantu
oleh perawat dan keluarga.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Tanggal 25 November 2017
Tekanan darah :130 / 80 mmHg
Pernafasan :20 x/i
Nadi : 78 x/i
Temperatur :36,50C
Kesadaran :Compos mentis
BB sebelum masuk RS : 45 Kg
BB sesudah masuk RS : 45 Kg
b. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala: Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, bentuk
bulat, rambut warna hitam, ikal, pendek.
2. Mata: Pasien tidak memakai alat bantu penglihatan, dapat
membaca buku dengan jarak 30 cm, sklera tidak tampak
ikterus, conjungtiva tidak pucat, pupil isokor, kelopak mata
tidak edema.
3. Hidung: Tidak ada sekret, fungsi penciuman baik, dapat
membedakan bau dan wangi.
4. Telinga: Dapat mendengar dengan baik tanpa menggunakan
alat bantu, tidak tampak tanda peradangan dan cairan,
adanya serumen dalam batas normal.
5. Gigi: Gigi lengkap, tidak caries dan tidak memakai gigi
palsu.
6. Muka: Ekspresi wajah tampak lemah, tidak dijumpai
sianosis.
7. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak
terdapat tekanan vena jugularis.
8. Thorax: Bentuk thorax simetris, frekuensi 20 x / menit,
bunyi nafas vesikuler, batuk dan sputum tidak ada.
9. Abdomen: Abdomen soepel, hepar dan lien tidak teraba.
Berdasarkan pemeriksaan pada abdomen: teraba massa
sebesar tinju dewasa dengan pool atas ½ pusat simfisis, pool
bawah setentang simfisis, kenyal, mobile, nyeri ada.
10. Genitalia: Tidak ada kelainan pada genitalia dalam keadaan
bersih terpasang kateter,tidak ada perdarahan.
11. Ekstremitas
Atas: Lengkap, tidak ada kelainan, dapat digerakkan secara
mandiri, terpasang infus RL pada ekstremitas dextra.
Bawah: Lengkap, tidak ada udem pada kaki dan dapat
digerakkan secara mandiri.
9. Pemeriksaan Penunjang
HT % 28,2 35,0-50,0
Trigliserida 97 40-20
Terapi Medis
· IVFD RL 20 gtt / i
· Movicox supp
· Cefadroxil 2 x 500 mg
· Asam mefanamat 3 x 500 mg
· SF 1 x 1
· Bed rest
B. Pengelompokan Data
DO:
DO:
DO:
C. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d penekanan saraf pada lumbal ke-v
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah,
pasien tampak meringis kesakitan, teraba massa sebesar tinju dewasa dengan
pool atas ½ pusat simfisis.
1 I · Dalam · Pasien tidak · Tentukan riwayat nyeri, mis: lokasi nyeri, · Informasi memberikan data dasar untuk
waktu 3 hari meringis frekuensi dan intensitas (skala 0 – 10) mengevaluasi keefektifan intervensi
gangguan kesakitan
· Berikan tindakan kenyamanan dasar dan · Meningkatkan relaksasi dan membantu
rasa nyaman
· Tidak ada aktivitas hiburan memfokuskan kembali perhatian
nyeri
nyeri tekan pada
teratasi · Dorong penggunaan teknik relaksasi · Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi
perut bagian
secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
bawah
· Mengurangi rasa tertekan pada perut bagian
· Atur posisi senyaman mungkin
bawah dan mengontrol rasa nyeri
2 II · Dalam · Klien tampak · Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran · Memberikan kesempatan untuk memeriksa
waktu 3 hari tenang dan perasaan rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang
gangguan diagnosa
· Klien tidak · Berikan lingkungan terbuka dimana pasien
rasa nyaman
cemas lagi merasa aman untuk mendiskusikan perasaan · Membantu pasien untuk merasa diterima pada
cemas dapat
adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi
diatasi. · Pertahankan kontak sering dengan pasien
· Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak
· Berikan informasi akurat, konsisten mengenai
sendiri atau ditolak
prognosis
· Dapat menurunkan ansietas dan
· Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk
memungkinkan pasien membuat keputusan /
bertanya dan jawaban jujur
pilihan berdasarkan realita
3 III · Dalam · Nafsu makan · Pantau masukan makanan setiap hari · Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
waktu 3 hari meningkat
· Ukur berat badan setiap hari atau sesuai · Membantu dalam identifikasi malnutrisi
resiko tinggi
· Porsi yang indikasi protein – kalori, khususnya bla berat badan dan
pemenu han
disajikan habis pengukuran antropometrik kurang dari normal
nutrisi · Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
seluruhnya
kurang dari kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat · Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan
kebutuhan · BB stabil begitu juga cairan
· Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi
tidak terjadi.
sering · Mencegah lambung penuh dengan segera
· Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, · Membuat waktu makan lebih menyenangkan,
dorong pasien untuk berbagi makanan dengan yang dapat meningkatkan masukan
keluarga / teman
· Memberikan rencana diet khusus untuk
· Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan
nutrisi masalah berkenaan dengan malnutrisi
Catatan Perkembangan
22.00
Menganjurkan pasien istirahat
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling umum pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat
disekitarnya. mioma uteri juga sering disebut dengan Leiomioma, Fibromioma atau Fibroid, hal ini mungkin karena memang otot uterus
atau rahimlah yang memegang peranan dalam terbentuknya tumor ini. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Diduga
mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor
mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat.
4.2 . Saran
1. Diharapkan pembaca dapat belajar mengambil keputusan yang tepat (dalam hal ini rujukan) sehingga tidak terlambat untuk tindakan
selanjutnya.
2. Diharapkan pembaca dapat menyesuaikan praktek di lapangan dengan teori yang ada sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang tepat khususnya untuk penanganan mioma uteri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.“Laporan_Pendahuluan_Topik_Asuhan_Keperawatan_Klien_dengan_Myoma_Uteri”.(online).(https://www.academia.edu/8
522541/Laporan_Pendahuluan_Topik_Asuhan_Keperawatan_Klien_dengan_Myoma_Uteri diakses pada tanggal 20 November 2017
pukul 19.02 WIB
Ayu, Ida Chandranita Manuaba, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC