Anda di halaman 1dari 2

Hadits artinya baru, berita, kabar, cerita, pernyataan, perkataan, pembicaraan, percakapan, atau

kalimat. Adapun pengertian hadits menurut istilah ialah berita yang datang dari Rasulullah saw
mengenai ucapannya (qawl), perbuatannya (fi’l), atau perbuatan dan ucapan sahabat yang
berhubungan dengan perkara agama yang disetujui atau dibenarkan oleh Rasulullah saw (taqrir).

Hadits disampaikan dan diterima melalui proses berikut:

Orang pertama yang mendengar ucapan atau perbuatan Rasulullah saw disebut shahabah (sahabat),
jamaknya ash-shab. Sahabat adalah orang Islam yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw dan
bertemu serta bergaul dengan beliau, baik lama maupun sebentar.

Dari shahabah, hadits diterima oleh tabi’un, yaitu orang-orang Islam yang tidak sezaman dengan
Rasulullah saw, tetapi sezaman dengan para shahabah.

Dari tabi’un, hadits diterima oleh atba’ al-tabi’in, yaitu orang-orang Islam yang tidak sezaman
dengan para shahabah, tetapi sezaman dengan para tabi’un.

Penyampaian hadits terus berlanjut sampai kepada mukharrij, yaitu orang-orang yang mencatat dan
menyeleksi hadits-hadits Nabi saw, seperti Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan lain-lain.

Setiap orang yang meriwayatkan hadits disebut rawi atau rijal-isnad. Deretan para rawi (dari
shahabah sampai ke mukharrij) disebut sanad. Adapun materi hadits-nya disebut matn.

Pembagian Hadits Menurut Banyak Sedikitnya Sanad

Pembagian hadits dapat ditinjau dari banyak dan sedikitnya sanad dalam periwayatan suatu hadits,
yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad.

1. Hadits Mutawatir

Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak sanad, yakni orang-orang yang
meriwayatkan hadits tersebut pada tiap-tiap tingkat merupakan suatu jamaah dan menurut adat
mustahil mereka bersepakat berbuat dusta.

Di antara para ulama tidak ada kesepakatan mengenai jumlah minimal sanad agar memenuhi syarat
dikatakan mutawatir. Ada yang berpendapat empat, lima, dua puluh, dan empat puluh orang.

Oleh para ulama, hadits mutawatir dibagi menjadi tiga macam, yakni sebagai berikut.

 Hadits mutawatir lafzi, yakni suatu hadits yang sama bunyi lafaznya menurut para rawi dan
demikian juga pada hukum dan maknanya.
 Hadits mutawatir maknawi, yakni hadits yang berlainan bunyi lafaz dan maknanya, tetapi
dari kesimpulannya dapat diambil satu makna yang umum.
 Hadits mutawatir amali, yakni sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal
dari agama dan telah mutawatir di antara kaum muslimin bahwa Nabi melakukannya atau
memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu.
2. Hadits Ahad
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu jalan (sanad) atau lebih. Hadits ahad terbagi
dalam tiga kelompok berikut.

 Hadits gharib, yakni hadits yang diriwayatkan oleh satu jalan (sanad), yakni hadits yang
rangkaian rawinya hanya dengan satu orang saja pada setiap tingkat.
 Hadits aziz, yakni hadits yang diriwayatkan oleh dua jalan.
 Hadits masyhur, yakni hadits yang diriwayatkan oleh tiga jalan atau lebih, tetapi tidak sampai
ke tingkat mutawatir.

Pembagian Hadits Menurut Kualitas atau Derajatnya

Apabila ditinjau dari segi kualitas atau derajatnya, hadits dikelompokkan ke dalam hadits maqbul
dan hadits mardud.

1. Hadits Maqbul

Hadits maqbul adalah hadits yang dapat diterima sebagai hujjah. Hadits maqbul dibedakan menjadi
dua, yaitu hadits shahih dan hadits hasan.

 Hadits shahih ialah hadits yang dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya. Semua hadits
mutawatir berderajat shahih, sedangkan hadits ahad ada yang shahih, hasan, atau dhaif.
Adapun syarat-syarat agar sebuah hadits termasuk shahih adalah: rawi-rawinya orang yang
ucapan dan perbuatannya dapat dipercaya, rawinya mampu menjaga dan merawat hadits
dengan sempurna serta kuat hafalannya, rawi yang meriwayatkan hadits bersambung satu
sama lain sejak dari mukharrij sampai ke Nabi), tidak ada cacat atau celanya, dan tidak
bertentangan dengan hadits yang lebih kuat atau dengan Al-Quran.
 Hadits hasan (baik) hampir sama dengan ghadits shahih, namun di antara rawinya ada orang
yang kurang kuat hafalannya atau tidak dapat memelihara hadits secara sempurna.

2. Hadits Mardud

Hadits mardud adalah hadits yang ditolak sebagai hujjah. Hadits mardud mencakup hadits dhaif dan
hadits maudhu’.

 Hadits dhaif (lemah) adalah hadits yang tidak memenuhi syarat sebagai hadits shahih atau
hadits hasan, karena di antara rawinya ada orang yang tidak dapat dipercaya, atau tidak
bersambung (terputus), atau ada cacatnya, atau bertentangan dengan hadits yang lebih kuat
atau dengan Al-Quran.
 Hadits maudhu’ (palsu) adalah hadits yang bukan berasal dari Rasulullah, melainkan
karangan atau buatan orang-orang yang ingin merusak kemurnian dan kesucian agama
Islam.

Anda mungkin juga menyukai