Anda di halaman 1dari 12

ANTONIA UTERI

Nomor :

SOP Terbit ke :

No.Revisi :

Dinkes.Kab Tgl.Diberlaku : UPTD Puskesmas


Bireuen Gandapura
Halaman :

Ditetapkan Kepala UPTD Nama : dr.Emy handriany


Puskesmas Gandapura
NIP ; 19820424 200904 2 008

1. PENGERTIAN Asuhan yang diberikan pada saat terjadi pendarahan segera setelah plasenta lahir
dari 500cc karena tidak ada kontraksi uterus.

2. TUJUAN Agar pendarahan berhenti dan kontraksi uterus keras dengan sedikit mungkin
melakukan intervensi namun tetap menjaga keamanan proses penghentiaan
pendarahan.
3 KEBIJAKAN Surat keputusan kepala Puskesmas tentang kajian terhadap proses Sterilisasi
nomor ; SK/ / 2015
4 REFERENSI
5 PROSEDUR 1. Peralatan.
- Infuse RL
- Oksitosin
- Kateter nelaton
- Penampung urin
- Methyl ergometrin
- Kain alas bokong
- Sarung tangan panjang
- Sarung tangan pendek
- APD
- Larun desinfektan
2. Pelaksaan
1. Periksa kontraksi uterus
2. Evaluasi pembekuan darah
3. KBI (kompresi bimanual internal ) maksimal 5 menit
4. Pertahan kan KBI selama 1-2 menit
5. Ajarkan keluarga melakukan KBE
6. Keluarkan tangan secara hati- hati
7. Suntikan methyl 0,2 mg IM
8. Pasang infuse RL+ 20 UI oksitosin kuyur
9. Lakukan KBI lagi
10. Periksa kontraksi uterus jika sudah berhasil, lakikan pengawasan kala
IV jika belum berkontraksi , siapkan rujukan dengan melanjutkan
pemberian infuse + oksitosi20 UI minimal 500cc hingga sampai
tujuan .selama perjalan bias melakukan KBI atau KBE.
6 PELAKSANA STAF PONED

7 DOKUMEN Pencacatan secara continue setiap setelah proses sdilakukan


HEATING PERENIUM
Nomor :

SOP Terbit ke :

No.Revisi :
Dinkes.Kab UPTD Puskesmas
Bireuen Tgl.Diberlaku : Gandapura
Halaman :

Ditetapkan Kepala UPTD Nama : dr.Emy handriany


Puskesmas Gandapura
NIP ; 19820424 200904 2 008

1. PENGERTIAN Adalah suatu tindakan untuk mendekati tepi luka dengan benang sampai
sembuh dan cukup untuk menahaan beban fisiologi
Heating perenium suatu cara untuk menyatukan kembali jaringan tubuh
(dalm hal perenium) dan mecegah kehilangan darah yang tidak perlu dan
mempertahankan intergritas dasar panggul ibu.

2. TUJUAN 1. Untuk mecegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala


2. Saying ibu
3 KEBIJAKAN Sesuai keputusan Mentri kesehatan RI No. 900 / menkes /SK/VII/2002
4 REFERENSI Bidanku.com >home > persalinan > proses persalinan
5 PROSEDUR Robekan perenium dibagi 4 tingkatan
- Tingkat I : robekan hanya pada selaput lender vaginaa dengan atau
tanpa mengenai kulit perenium
- Tingkat II : robekan mengenai selaput lender vagina dan oto
perenium tetapi tidak mengenai spenter ani
- Tingkat III: robekan mengenai seluruh perenium dan otot sfinter
ani
- Tingkat IV : robekan sampai mukosa rectum.

6 PELAKSANA Bidan terlatih

7 DOKUMEN Pencacatan secara continue setiap setelah proses sdilakukan


KBI

Nomor :

SOP Terbit ke :

No.Revisi :

Dinkes.Kab Tgl.Diberlaku : UPTD Puskesmas


Bireuen Gandapura
Halaman :

Ditetapkan Kepala UPTD Nama : dr.Emy handriany


Puskesmas Gandapura
NIP ; 19820424 200904 2 008

1PENGERTIAN KBI adalah proses yang dilakukan untuk menghentikan pendarahan secara mekanik,
yaitu dengan menekan di karpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi moimetrium

2. TUJUAN Sebagai acuan untuk melaksanakan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin dengan
pendarahan sehingga dilakukan tindakan KBI ini

3 KEBIJAKAN Surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/SK/ VII/
2003
4 REFERENSI 1. JNPK- kp- 20012. APN
2. Kusmiati, yuni.2007. penuntun belajar Asuhan Persalinan. Yogyakarta .
Firtamaya
3. Puput Candraraden . blogspot.com
5 PROSEDUR A. Hal- hal yang harus dilakukan :
1. Bersihkan semua gumpalan darah atau selaput yang masih tertinggsl di
uterus
2. Segera memulai kompresi bimanual internal
- Penolong berdiri di depan vulva , oleskan antiseptic pada sarung
tangan kanan
- Masukan tangan kanan secara obstetric kedalam vagina
- Kepalkan tangan
- Tekan di divornik anterior
- Tanpak bagian kiri menekan bagian belakang korpus uteri
- Apabiala berhasil tangan kita akan mejauh
3. Jika anda merasa uterus sudah berkontraksi , maka perlahan tarik tangan
keluar
4. Jika uterus tidak berkontraksi selam 5 menit . maka lakukanlah kompresi
bimanual ekternal dengan ara meminta bantuan keluarga, sementara itu
anda memberikan ijeksi metergin 0,2 mg im dan memasang infuse RL
dengan 20 Ui oxytosin /500cc atau 60 tetes per menit
5. Jika uterus tidak juga berkontraksi lakukan KBI kembali segera setelah
anda memberikan injeksi matergin dan memulai infuse iv
6. Jika uterus belum juga berkontraksi setelah 5-7 menit segsra siapkan
perujukan deng infuse terpasang dan lakukan kbe didlm perjalan,

6 PELAKSANA STAF PONED

7 DOKUMEN Pencacatan secara continue setiap setelah proses s dilakukan


PEMERIKSAAN DJJ

Nomor :

SOP Terbit ke :

No.Revisi :

Dinkes.Kab Tgl.Diberlaku : UPTD Puskesmas


Bireuen Gandapura
Halaman :

Ditetapkan Kepala UPTD Nama : dr.Emy handriany


Puskesmas Gandapura
NIP ; 19820424 200904 2 008

1. Pengertian Pemeriksaan denyut jantung janin yaitu tindakan mendengar denyut


jantung janin ( DJJ ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut
jantung janin permenit

2. Tujuan Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin
khususnya denyut jantung janin dalam rahim

3. Ruang lingkup Ibu hamil dengan usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan yang datang ke unit
pelayanan Ruang Bersalin

4. Ketrampilan 1.1 Bidan terlatih


petugas 1.2 Dokter

5. Uruain Umum 1.3 Detak jantung janin normal permenit yaitu : 120 – 140 / menit
1.4 Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil
1.5 Denyut jantung janin baru dapat di dengar pada usia kehamilan 16
minggu / 4 bulan

6. Alat dan Bahan 1.6 Alat


1.6.1 Doppler
1.7 Bahan
1.7.1 Jelly

7. Intruksi Kerja 1.8 Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang


1.9 Beri jelly pada Doppler / lineac yang akan digunakan
1.10 Tempelkan Doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin
1.11 Hitung detak jantung janin :
1.11.1 Dengar detak jantung janin selama 1 menit, normal detak
jantung janin 120 – 140 / menit
1.12 Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
1.12.1 Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun
tidak ada pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan pada
pasien dirujuk ke RS
1.13 Pasien dipersilahkan bangun
1.14 Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kart ibu

8. Indikator Kinerja Denyut jantung janin dapat diketahui dengan tepat dan benar

9. Dokumen 1.15 kartu ibu


1.16 Buku Register kohort ibu hamil
1.17 Buku register ibu hamil

Rujukan Neonatus Dengan Asfiksia

No. Kode : Ditetapkan oleh


Terbitan : Kepala Puskesmas
No. Revisi : Gandapura
Tgl. Mulai Berlaku :
SPO Halaman :
PUSKESMAS Dr.Darmawanti
GANDAPURA Nip.19771105 200604 2 010

1. Pengertian Rujukan neonates dengan Asfiksia


Asfiksia yaitu bayi lahir tidak bernafas spontan atau bernafas megap-
megap
2. Tujuan Sebagai acuan dalam merujuk Neonatus dengan Asfiksia

3. Ruang lingkup Semua Neonatus dengan Asfiksia yang akan dirujuk

4. Ketrampilan Dokter dan bidan yang akan merujuk Neonatus dengan Asfiksia
petugas
5. Alat dan Bahan 5.1 Alat
5.1.1 selimut hangat/ tebal yang bersih/ popok serta kain penyeka
muka
5.1.2 sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan dan no.2 untuk bayi
kurang bulan
5.1.3 penghisap lender.slym dan penekan lidah : 1 set
5.1.4 Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5 Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
5.1.6 Timer ( jam tangan yang ada detiknya )
5.2 Bahan
5.2.1 oksigen, ventilasi dengan oksigen

6. Intruksi kerja Neonatus yang mengalami asfiksia memerlukan penanganan khusus oleh
dokter, selama proses merujuk petugas perlu melakukan tindakan sbb :
6.1 penanganan umum
6.1.1 keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan
kain yang hangat dan kering
6.1.2 letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah radiant –
heater ) untuk resusitasi
6.1.3 lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan
tindakan perawatan dan resusitasi
6.2 resusitasi
perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit
pertama kehidupan. Indicator terpenting bahwa diperlukan
resusitasi kegagalan nafas setelah bayi lahir.
6.3 membuka jalan nafas/ mengatur posisi bayi
6.3.1 terlentang
6.3.2 kepala lurus dan sedikit terngadah/ ekstensi
6.3.3 bayi diselimuti, kecuali muka dan dada
6.3.4 bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung,
jika terdapat darah/ meconium dimulut atau hidung, hisap
segera untuk menghindari aspirasi
note : jangan menghisap terlalu dalam tenggorokan, karena
dapat mengakibatkan turunnya rekuensi denyut jantung bayi
atau bayi berhenti bernafas
6.3.5 tetap jaga kehangatan tubuh bayi
6.3.6 nilai kembali keadaan bayi :
jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan
asuhan awal bayi baru lahir tetapi jika bayi tetap tidak
bernafas lanjutkan dengan ventilasi
6.4 ventilasi bayi baru lahir
6.4.1 cek kembali posisi bayi
6.4.2 posisi sungkup dan cek perlekatannya
6.4.3 pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan hidung
6.4.4 rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
6.4.5 remas balon dengan 2 jari
6.5 ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi pengembangan
dada. Pertahankan frekuensi( sekitar 40 x/ menit ) dan tekanan (
amati dada mudah naik dan turun )
6.6 lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi
nafas spontan
6.6.1 jika pernafasan normal ( frekuensi 30- 60 x/menit ), tidak ada
tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit,
resusitasi tidak diperlukan lanjutan dengan asuhan awal bayi
batu lahir
6.6.2 jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi
sampai nafas spontan terjadi
6.7 jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas
selama 5 menit setelah tangis berhenti
6.7.1 6.7.1 jika pernafasan normal ( frekuensi 30- 60 x/menit ),
tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1
menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutan dengan asuhan
awal bayi batu lahir
6.7.2 Jika frekuensi 30 x/menit, lanjutkan ventilasi
6.7.3 Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan
oksigen, jika tersedia, rujuk kekamar bayi atau tempat
pelayanan yg dituju

6.8 jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi


6.8.1 rujuk kepelayanan yang dituju
6.8.2 selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi
jika perlukan
6.9 jika tidak ada usaha bernafas, megap- megap atau tidak ada nafas
setelah 20 menit ventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir mati,
berikan dukungan psikologis kepada keluarga
7. Indikator kerja Neonates yang mengalami asfiksia mendapat penanganan yang sesuai
protap

8. Dokumen terkait 8.1 Kartu anak


8.2 Surat rujukan
8.3 Buku KIA

Pengumpulan informasi kebutuhan dan harapan


pelanggan upaya program SDIDTK
No. Kode :B/VI/KIA/SPO/6/13/013 Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Puskesmas
No. Revisi :0 Gandapura
PUSKESMAS Tgl. Mulai Berlaku : 1 Februari 2015
GANDAPURA SPO Halaman : 1-2
Dr.Darmawanti
Nip.19771105 200604 2 010

1. pengertian Pengumpulan informasi kebutuhan dan harapan pelanggan upaya adalah


kumpulan informasi dalam rangka mengetahui harapan pelanggan
terhadap pelayanan SDIDTK ( stimulasi deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar )

2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan pengumpulan informasi harapan


pelanggan upaya program SDIDTK

3. Kebijakan ® pengumpulan informasi kebutuhan dan harapan pelanggan upaya


SDIDTK dilakukan melalui kotak saran, survey pelanggan dengan
menggunakan kuesioner sebagai panduan wawancara, informasi
langsung dari pelanggan melalui berbicara langsung, telpon dan pesan
singkat sms
®pengumpulan informasi kebutuhan dan harapan pelanggan upaya
program SDIDTK tersebut yang dilakukan melaluii kotak saran, informasi
langsung dari pelanggan melalui berbicara langsung, telpon dan pesan
singkat, dilaksanakan setiap hari, baik didalam gedung maupun diluar
gedung, baik hari kerja maupun diluar hari kerja, sedangkan survey
pelanggan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan wawancara
dilaksanakan di dalam gedung puskesmas setiap hari selasa minggu
kedua, dengan sampel 10 % pasien/klien yang datang
® pelaksana pengumpulan informasi kebutuhan dan harapan pelanggan
upaya program SDIDTK dilaksanakan oleh bidan coordinator
® informasi langsung dari pelanggan harus dicatat oleh karyawan
puskesmas yang menerima dalam buku catatan harapan pelanggan
individu, selanjutnya diteruskan coordinator sesuai yang dituju
® SK Kepala puskesmas no.007/KAPUS/3/2015

4. Referensi Paduan kajian harapan pelanggan,Th.Umar Balai pustaka , 4.

A. Pengumpulan informasi melalui kotak saran


1. Koordinator kelompok kerja administrasi dan manajemen (
adm ) puskesmas membuka kotak saran puskesmas setiap
bulan,
2. koordinator adm merekap isi kotak saran didalam rekapan
harapan pelanggan puskesmas
3. koordinator adm memisahkan/ memilih sesuai dengan
kelompok kerja program
4. coordinator adm memberikan rekapan kotak saran sesuai
dengan kelompok kerja
5. Bidan coordinator KIA menerima rekapan kotak saran, dan
dimasukan kedalam rekapan kelompok upaya SDIDTK
6. Bidan coordinator SDIDTK menandatangani tanda terima
penyerahan dari coordinator adm
B. Informasi langsung dari pelanggan
7. Penanggung jawab SDIDTK terima informasi harapan
pelanggan upaya dari BIDES dan guru Tk/paud
8. Penanggung jawab SDIDTK menandatangani informasi dari
Bides, guru Tk/paud, puskesmas didalam rekapan harapan
pelanggan individu karyawan
9. Bidan penanggung jawab SDIDTK dan bidan didesa
menerima informasi langsung dari pelanggan, baik bicara
langsung ,tlp dan sms
10. Informasi dari pelanggan kedalam rekapan harapan
pelanggan setiap individu
11. Bidan desa dan guru Tk/Paud menyerahkan informasi
harapan pelanggan individu kepada penanggung SDIDTK
12. Penanggung jawap SDIDTK menerima rekapan harapan
pelanggan secara individu kedalam rekapan coordinator
13. Penanggung jawab SDIDTK menandatangani serah terima
harapan pelanggan individu kedalam rekapan
14. Penganggung jawab SDIDTK setiap akhir bulan membuat
resume dengan bidan desa dan membahas hasil harapan
Pelanggang hasil harapan SDIDTK
15. Penganggung jawab SDIDTK dan bides membahas hasil
rekapan coordinator harapan pelanggan pelayanan upaya
SDIDTK
16. Penganggung jawab SDIDTK dan bides membuat rencana
tindak lanjut hasil pembahasan harapan pelanggan
17. Penaggung jawab member tugas kepada bidan pukesmas,
bides, didalam menyelesaikan permasalahan harapan
pelanggan
18. Penanggung jawab SDIDTK dan bides melaksanakan kegiatan
sesuai dengan pembagian tugas yang telah diterima dengan
mencatat pada buku kegiatan individu
19. Penanggung jawab SDIDTK melapor kepada kepala
puskesmas tentang hasil pembahasann harapan pelanggan
upaya program KIA
20. Kepala puskesmas meneliti dan member umpan balik atas
lapora Penanggung jawab SDIDTK

5. Distribusi 1. Penanggung jawab SDIDTK


2. Guru TK/PAUD
3. Bidan didesa
4. Coordinator admin/ Ka TU
6. Dokumen terkait 1. Rekapan harapan pelanggan individu
2. Rekapan harapan pelanggan penanggung jawab SDIDTK
MANAJEMEN AKTIF KALA III
No. Kode Ditetapkan oleh
Terbitan Kepala Puskesmas
No. Revisi Gandapura
Tgl. Mulai Berlaku
PUSKESMAS SPO Halaman
GANDAPURA Dr.Darmawanti
Nip.19771105 200604 2 010

1. Pengertian Kala Tiga persalinan( kala uri ) yaitu kala pengeluaran plasenta.
2. Tujuan Untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempesingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan
fisiologis.
3. Ruang lingkup Seluruh ibu- ibu yang melahirkan normal
4. Ketrampilan 1. Bidan terlatih
petugas 2. Dokter
5. Referensi Buku Asuhan persalinan Normal
6. Intruksi Kerja 1. Berdiri disamping ibu
2. Pindahkan klem ( Penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II )
pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu ( beralaskan kain )
tepat diatas simpisis pubis.gunakan tangan ini untuk meraba
kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan
penegangan pada tali pusat dengan satu tangan dan tangan lain (
pada dinding abdomen )menekan uterus kea rah lumbal dan
kepala ibu ( Dorso – Kranial ). Lakukan secara hati- hati untuk
mencegah terjadinya iversio uteri.
4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi
kembali ( sekitar dua atau tiga menit berselang ) untuk mengulangi
kembali penegangan tali pusat terkendali.
5. Saat mulai kontraksi ( uterus menjadi bulat atau tali pusat
menjulur ) tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan
dorso-kranial hingga tali pusat semakin menjulur dan korpus uteri
bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat
dilahirkan.
6. Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya
dan plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya
penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali
pusat.
7. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar
plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap
tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai ( mengikuti proses
jalan lahir )
8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta
dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung.
Karena selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan
dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin menjadi satu.
9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dijalan lahir saat
melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks
dengan seksama.gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan selaput ketuban yang teraba.
7. Indikator kerja 1. Persalinan kala tiga yang lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
8. Dokumen Buku register ibu melahirkan
Rekam medik ibu melahirkan
ANTONIA UTERI
No. Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
No. Revisi : Gandapura
Tgl. Mulai Berlaku :
PUSKESMAS SPO Halaman :
GANDAPURA Dr.Darmawanti
Nip.19771105 200604 2 010

1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur

6. pelaksana 1. petugas kesehatan lingkungan


2. bidan terlatih

7 Dokumen Buku register sterilisasi

Anda mungkin juga menyukai