Anda di halaman 1dari 8

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Gerontik

Dosen Mata Kuliah :

Disusun Oleh :
Tingkat 2B
Kelompok 5
Lilik Masyita P17320116
Adila Nur Aulia P17320116
Puri Wulan Suci P17320116
Sheilla Fatima Az-Zahra P17320116115
Shania Fauzia P17320116120
Novita Teguh Utami P17320116119
Arum Maemunah P17320116123
Ulfah Nur Tsina Fitriani P17320116124

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BANDUNG
Jl. Dr. Otten No. 32 Bandung, Telp. (022) 4231057 Fax (022) 4213391
2018
Kulit adalah organ yang paling luas pada tubuh, mewakili kira-kira 16% dari berat badan
orang dewasa. Kulit merupakan satu-satunya organ yang dapat disentuh, digosok, dipijat,
diregangkan, dan dicium. Kulit bersifat fleksibel dan tahan terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi sepanjang kehidupan sehari-hari.
Secara struktural, kulit adalah suatu organ kompleks yang terdiri dari epidermis, dermis,
dan subkutis. Hal yang dikaitkan dengan penuaan adalah khususnya perubahan yang terlihat pada
kulit seperti atropi, keriput, dan kulit yang kendur.
Secara fungsional, kulit memiliki berbagai kegunaan sangat penting untuk bertahan hidup
secara keseluruhan, karena kulit mampu merasakan sensasi, kulit dapat melindungi tubuh dari
cidera dan serangan tiba-tiba dari lingkungan,dan mencegah bakteri masuk ke tubuh.
A. Penyebab

1. Kerusakan Kulit yang Berhubungan dengan Penuaan Dini karena Sinar Matahari
(Photoaging)
Perubahan pada kulit yang berhubungan dengan penuaan dini karena sinar matahari
merupakan bukti yang paling jelas dalam daerah kulit yang terpajan sinar matahari, atau
dermatoheliosis, adalah suatu kondisi pada kulit akibat dari sinar UV yang merusak. Wajah, leher,
lengan dan tangan paling banyak menunjukkan perubahan ini. Perubahan ekstrinsik pada kulit yang
ditambah dengan intrinsik ini pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan intrinsik menjadi
lengkap.
Perubahan dini adalah hasil peradangan kronis, yang dikenal sebagai elastotis. Serabut
elastis secara berangsur-angsur mengalami degradasi, menjadi lebih tebal dan tidak teratur, serta
menyebabkan kulit menjadi kendur dan keriput. Ketika peradangan kronis berlanjut da perubahan
dini memberi jalan ke arah perubahan yang lebih lanjut, kulit tidak mengalami perubahan inflamasi
dan adanya fibroblas yang diam. Keseluruhan jumlah kolagen yang matang menurun dan pembuuh
darah kecil mulai mengalami dilatasi, menghasilkan telangiektasi yang terlihat jelas. Pada daerah
tubuh yang terpajan sinar matahari cukup banyak, terutama pada wajah, kelenjar sebasea membesar
dan ukuran pori-pori membesar.
Perubahan tahap akhir lebih lanjut akibat penuaan dini karena sinar matahari termasuk
penurunan respon perlindungan kulit terhadap sinar matahari karena distribusi melanin berkurang
dan menjadi tidak beraturan. Oleh karena, lansia beresiko tinggi untuk mengalami kerusakan kulit
akibat terpajan sinar matahari yang berlebihan. Lesi yang khas dari pajanan sinar matahari termasuk
keratosis seboroik dan aknitik, solar lentigines, keratoakantoma, epitelioma sel basal, dan
karsinoma sel skuamosa.

2. Kerusakan Kulit yang Berhubungan dengan Tekanan


Lansia beresiko tinggi mengalami dekubitus karena adanya perubahan nutrisi, perubahan
sensasi untuk perlindungan terhadap tekanan, adanya penyakit kronis, defisit perawatan diri,
dukungan di rumah tidak adekuat, inkontinensia, defisit mobilitas dan perubahan tingkat kesadaran
pada tahun 1992 edisi pertama pressure ulcers in adult: Prediction and prevention diterbitkan oleh
agency for health care policy and research. Petunjuk ini snagat bermanfaat dalam menentukan suatu
program yang menyeluruh untuk mengidentifikasi individu yang beresiko tinggi dan strategi awal
untuk pencegahan dan pemeliharaan integritas kulit. Tidak semua dekubitus yang lama dapat
dicegah, tetapi dengan perawtan yang konsisten dan perhatian, banyak lesi dekubitus dapat dicegah
atau diupayakan agar kondisinya tidak terlalu parah.
Dekubitus terjadi terutama di atas tonjolan tulang tetapi mungkin juga terjadi pada daerah
jaringan lain yang tertekan. Tempat dipasangnya slang, daerah dibawah restrain, dan daerah
jaringan lunak yang tertekan oleh suatu traksi atau bidai adalah beberapa contoh lokasi non tulang
yang merupakan predisposisi terjadinya nekrosis akibat tekanan. Tiap jaringan dapat mengalami
ulserasi jika terpajan tekanan dari luar yang lebih besar dibandingkan tekanan penutupan tekanan
kapiler untuk jangka waktu lama. Derajat ulserasi bergantung pada beberapa faktor, baik faktor
intrinsik maupun ekstrinsik.
Pada saat tekanan terus belanjut tanpa interupsi, jaringan tersebut menjadi kekurangan
oksigen dan nutrisi yang penting bagi metabolisme sel dan kemudian sel mengalami hipoksia dan
memmbengkak. Jika diberikan tekanan pada titik ini, jaringan akan dipenuhi darah karena
pembuluh darah kapiler membesar dan daerah tersebut akan berawarna kemerahan, yang dikenal
secara klinis sebagai hiperemia regional. Periode hiperemia akan bertahan kira-kira separuh dari
lama periode hipoksia yang telah terjadi. Dalam keadaan ini, area yang berada di bawah tekanan
dapat dengan sepenuhnya kembai ke kondisi semula pada saat faktor resiko te;ah dikenali dan
dihilangkan dan tindakan pencegahan dimulai. Namun, jika masalah tidak diketahui pada titik ini,
tekanan tidak akan dapat dihilangkan dan edema sel akan berkembang menjadi trombosis
pembuluh darah kecil, penurunan suplai oksigen yang lebih lanjut, dan jaringan akan mulai
mengalami ulserasi.
Lesi derajat I dilihat sebagai daerah berwarna merah, daerah yang jelas yang tidak memucat
ketika dilakukan palpasi ringan, yang mengindikasikan adanya kerusakan jaringan yang lebih
dalam. Pada lesi derajat 2 epidermis telah mengelupas, menampakkan dermis yang memiliki
vaskularisasi sangat tinggi. Bila sensasi tetap utuh, lesi derajat 2 ini sangat menyakitkan. Pada saat
lapisan jaringan mengalami nekrosi, subkutis menjadi lebih terlihat, mendorong ke arah
perkembangan dekubitus serajat 3. Ulkus ini dapat dengan cepat mengikis bagian tepi sementara
lapisan jaringan subkutan mengalami nekrosis lebih cepat dibandingkan dengan dermis yang sangat
vaskular.

3. Kulit Kering
Kekeringan ini terjadi karena menurunnya hormone androgen, menurunnya fungsi kelenjar
sebasea, berkurangnya jumlah dan fungsi kelenjar keringat dan berkurangnya kadar air
dalam epidermis

4. Permukaan kulit kasar dan bersisik


Hal ini disebabkan oleh kelainan proses kreatinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis. Stratum kroneum mudah lepas dan sel-sel mati ini cenderung melekat menjadi
satu pada permukaan kulit dan factor kekeringan kulit karena berkurangnya lemak
permukaan kulit

5. Kulit kendor
Hal ini disebabkan karena penurunan jumlah fibroblast yang menyebabkan penurunan
jumlah serat elastin, sehingga jaringan kolagen menjadi kendor
B. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Salah satu resiko yang lebih cepat terjadi pada kulit walaupun tidak jelas yaitu
kekeringan. Selain merasa kulit kering dikarenakan adanya penurunan lubrikasi, lansia
merasakan gatal (Pruritus) yang lebh terlokalisasi atau pada seluruh tubuh. Hal ini
terjadi secara alami dikerenakan

b. Pencegahan Sekunder

c. Pencegahan Tesier
Klien yang memerlukan perawatan kulit berkelanjutan pada umumnya
memerlukan lebih banyak dukungan dan pendidikan.
Contoh : seorang lansia yang lemah mungkin memiliki luka dekubitus didaerah
tonjolan tulang. Ulkus tidak mungkin sembuh jika asupan kalori tidak adekuat. Metode
yang tersedia untuk merawat luka seperti itu sering kali mahal kemudian diarahkan
kepada penatalaksanaan tanda dan gejala. Penggunaan alat bantu bantu teurapeutik
yang mencakup kasur dan tempat tidur khusus dan bantal kursi khusus, dapat
memperkecil risiko perkembangan luka dekubitus.
Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan fungsi apa pun jika mungkin dan
untuk mencapai tingkatan rasa nyaman dan kesejahteraan paling tinggi.
C. Cara Mengatasi

1. Kerusakan Kulit yang Berhubungan dengan Penuaan Dini karena Sinar Matahari
(Photoaging)
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tempat yang tidak terpapar sinar matahari
langsung. Setelah terlindung dari paparan sinar matahari, atau dapat melakukan beberapa hal
berikut:

a. Mandi dengan air dingin untuk menurunkan temperatur kulit yang terbakar. Setelah
mandi, tepuk halus bagian kulit yang terbakar dengan handuk. Hindari mengelap kulit
sampai terlalu kering. Biarkan kulit agak lembap lalu segera oleskan pelembap untuk
mempertahankan kandungan air pada kulit saat mandi.

b. Minum air dalam jumlah yang cukup.

c. Bila kulit terbakar hingga melepuh, jangan pecahkan gelembung-gelembung berisi air
yang terbentuk saat kulit melepuh. Memecahkan gelembung-gelembung tersebut dapat
menimbulkan infeksi. Biarkan sampai gelembung-gelembung pada permukaan kulit
sembuh dengan sendirinya

d. Berikan perhatian ekstra pada bagian yang terbakar agar terlindungi dari sinar matahari.

2. Kerusakan Kulit yang Berhubungan dengan Tekanan

a. Merubah posisi pasien sedikitnya 2 jam sekali


b. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena kerusakan kulit lebih
mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika nutrisi pasien buruk.
c. Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap kulit.
d. Jaga agar kulit tetap kering
e. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan
f. Beri perhatian khusus pada daerah – daerah yang beresiko terjadi decubitus (daerah
bantalan seperti sikut, bokong, betis dan tumit).
g. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak
h. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan menumpuk.menggumpal
i. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.
3. Kulit Kering

Cara mengatasi kulit kering atau bersisik pada lansia antara lain :

a. Kebersihan
Kulit diseluruh bagian tubuh harus terjaga keberesihannya, termasuk bebas dari
basah karena akan mengundang infeksi jamur.
b. Mengurangi kekeringan dan gatal
Dengan adanya penuaan, maka sekresi minyak dari kulit berkurang, dan akan
menyebabkan kulit kering dan gatal. Garukan ataupun menggunakan air panas, akan
memperberatkan keadaan. Apabila kering kulit mudah pecah pecah dan akan
menimbulkan infeksi. Untuk mengelola kulit adalah memberikan pelembab berkali – kali.
Gatal juga akan terpicu dengan penggunaan pakaian dari wool, oleh karenannya perlu
memilih pakaian yang sesuai. Gunakan pakaian katun yang lembut. Penderita lebih
merasa enak dengan piyama tipis.
c. Mandi
Air panas akan menghilangkan minyak pada kulit, pada lansia hanya boleh
menggunakan air hangat, dan menghindari pembersihan yang berlebihan, Penggunaan
sabun di anjurkan hanya pada tempat – tempat tertentu saja, bagian tubuh lainnya hanya
di bersihkan dengan air hangat saja.
d. Menjaga lingkungan
Suasana lingkungan harus di sesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembaban
ruang tidur atau ruangan lain di rumah dengan memasang humidifier.
e. Mengonsumsi makanan dengan omega-3.
Makanan yang mengandung omega-3 seperti salmon, sarden, menghasilkan asam
lemak esensial yang bisa membantu menjaga kadar minyak alami di kulit.
f. Jangan menggaruk kulit secara berlebihan.
Menggaruk dan menggosok kulit secara berlebihan bisa membuat kulit menjadi gatal,
kemerahan, kasar, tampak kusam, mengelupas, dan rusak.

4. Permukaan kulit kasar dan bersisik


A. Modifikasi Gaya Hidup
a) Asupan cairan pada usia lanjut resiko dehidrasi meningkat karena perubahan
system kontorl fisiologis rasa haus dan kenyang,jumlah cairan minimal yang di
rekomendasikan adalah 8-9 gelas atau 1,5liter per hari,
b) Disarankan menggunakan sabun yang mengandung pelembab dan tidak
mengandung pewangi.

B. Pelembab
Pelembab adalah bahan topikal yang mengandung beberapa komponen dan
berfungsi mencegah atau memperbaiki kulit yang kering ,beberapa sediaan
pelembab berdasarkan kandung airnya,antara lain lotion,krim,salep.
5. Kulit kendor
a. Tingkatkan Massa Otot
Meningkatkan massa otot menjadi salah satu solusi yang cukup baik
untuk mengurangi kelonggaran yang ada pada kulit. Dengan massa otot yang
meningkat, kulit akan menjadi lebih penuh dan kencang serta terlihat lebih
sehat. Cara terbaik untuk meningkatkan massa otot adalah dengan melakukan
olahraga angkat beban.
b. Tingkatkan elastisitas kulit
Kulit yang kendur akan kehilangan elastisitasnya. Ada banyak cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan elastisitas kulit ini, diantaranya yaitu :
a. Berhenti merokok
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Internatinal Asociation of
Ecologic and Dermatology menunjukkan bahwa seseorang yang merokok
memiliki kulit dengan usia lebih tua 9 tahun dibandingkan dengan usia
aslinya.
b. Lakukan pemilihan makanan dengan tepat
Dua sumber penting yang dapat menjaga kulit tetap elastis adalah
kolagen dan elastin. Kedua unsur ini terdapat pada makanan tinggi protein
seperti susu, keju, tofu, kacang-kacangan, dan minyak ikan. Selain itu,
konsumsi vitamin dan mineral dari sayur-sayuran dan buah-buahan juga
dapat meningkatkan kesehatan kulit
c. Menjaga kesehatan kulit
Perawatan kulit setiap hari sangat diperlukan untuk mengangkat sel-sel
mati untuk meningkatkan sirkulasi pada kulit. Mandi dengan air panas yang
dicampur dengan garam-garam mineral dapat membantu mengencangkan
kulit, melembabkan kulit serts meningkatkan pembentukan kolagen dan
elastin pada kulit
DAFTAR PUSTAKA

Stanley. Mieke. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

https://kesehatanmendunia.wordpress.com/2012/01/18/luka-dekubitus/
diakses pada tanggal 20.08.2018 jam 20:00
https://nurvitasarisite.wordpress.com/2017/10/17/perawatan-luka-dekubitus/
diakses pada tanggal 20.08.2018 jam 20:11
http://www.kalbemed.com/Portals/6/075CMEKulit%20Kering%20pada%20Usia%20Lanjut.pdf
diakses pada tanggal 20.08.2018 jam 20:15
https://www.apki.or.id/cara-mengencangkan-kulit-kendur/
diakses pada tanggal 20.08.2018 jam 20:45

Anda mungkin juga menyukai