Jadi, postpartum adalah masa setelah kelahiran bayi dan masa si ibu
untuk memulihkan kondisi fisiknya meliputi alat-alat kandungan dan
saluran reproduksi kembali pada keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama enam minggu.
• Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh
darah akibatkerusakan (robekan) pembuluh darah.
-Atonia uteri-
• Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
• Sambil melakukan pemasangan infus, lakukan pengurutan uterus
• Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
• Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling
mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang
kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke
fasilitas kesehata rujukan.
• Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen
dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium.
• Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan
posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus
dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan
menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.
-Retensio plasenta-
• Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang
akan diambil.
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak
terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.
• Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila
perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.
• Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secara hati-hati dan halus.
• Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
• Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
-Laserasi jalan lahir-
• Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan
• Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik
• Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap
• Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal
• Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada
rektum, sebagai berikut :
• Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan
• Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub mukosa, menggunakan benang
polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit
dengan benang no 2/0.
• Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik
2/0 ) secara jelujur.
• Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler
• Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi.
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
• Data Biografi/Identitas klien (Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan, Dll)
• Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu:
– Gravida, Partus, Abortus
– Persalinan dengan tindakan (Operasi cesar/secsio,
forceps, vakum)
– Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca
persalinan
– Riwayat kehamilan dengan penyulit/komplikasi
– Berat bayi lahir
• Riwayat kesehatan sekarang
– Aktivitas/istirahat (kelelahan berlebihan)
– Kehilangan darah ± 400-500 ml (kehilangan
pervagina), ± 600-800 (kehilangan pada saat sc)
– Integritas ego (Cemas, ketakutan, khawatir)
– Obat yang sedang dikonsumsi
• Riwayat kesehatan keluarga
Adakah Keluarga Yang Menderita Penyakit Tertentu Yang Dapat
Memperberat/Menimbulkan Komplikasi Pa
• Pemeriksaan fisik
• Periksa TTV (Nadi, suhu, tekanan darah, respirasi)
• Kepala dan Leher
– Memeriksa mata (apakah konjungtiva anemis/tidak)
– Bbir (Pucat atau tidak, mukosa bibir kering/lembab)
• Payudara
– Pengeluaran kolostrum
• Abdomen
– Adakah nyeri tekan pada bagian uterus
• Vulva
– Adanya luka robekan/ luka
– Adakah keluaran darah
• Ekremitas
– Periksa CRT
DIAGNOSA
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam volume cairan adekuat. Dengan kriteria:
• Tanda-tanda Vital dalam batas normal
• Pengisian kapiler cepat (kurang dari 3 detik)
• Sensorium tepat
• Intake dan output cairan seimbang
• BJ urine dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat jumah, tipe dan sisi perdarahan. 1. Dapat mengetahui perkiraan kehilangan darah
2. Dapat membantu menentukan kebutuhan
2. Timbang dan hitung pembalut. penggantian (1gram peningkatan berat pembalut
sama dengan kurang lebih 1 ml kehilangan darah)
3. Simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi
3. Dapat menentukan diagnosis banding.
dokter
4. Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam
4. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas diagnosis banding. Peningkatan kontraktilitas
uterus. Dengan massae, penonjolan uterus miometrium dapat menurunkan kehilangan darah.
dengan satu tangan sambil menempatkan Penempatan satu tnagan di atas simfisis pubis
tangan kedua tepat di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama
5. Perhatikan hipotensi dan takikardi, masase.
perlambatan pengisian kapier atau sianosis 5. Tanda-tanda menunjukan hipovolemik dan
dasar buku, serta membran mukosa bibir. terjadinya syok. Perubahan TD tidak dapat
dideteksi sampai volume cairan telah menurun
6. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan BJ
hingga 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari
urine.
hipoksia.
7. Berikan lingkungan tenang dan dukungan 6. Dapat bermanfaat dalam memperkirakan
psikologis. luas/signifikasi kehilangan cairan.Volume
perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan
haluaran 3-50 ml/jam atau lebih besar.
7. Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan
kebutuhan metabolik.
dx.3 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam perfusi jaringan kembali normal. Dengan kriteria:
• TD, nadi, Hb/Ht dalam batas normal
• Pengisian kapiler cepat
• Fungsi hormonal normal menunjukan dengan suplai ASI adekuat untuk laktasi dan kembali
mengalami menstruasi
Intervensi rasional
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah 1. Nilai bandingan membantu menentukan beratnya
kehilangan darah. Kaji status nutrisi, BB dan TB. kehilangan darah. Status sebelumnya dari
2. Pantau TTV, catat derajat dan durasi episode kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya
hipovolemik. cedera karena kekurangan O2
3. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya 2. Luasnya ketelibatan hipofisi dapat dihubungkan
perubahan perilaku. dengan derajat dan durasi hipotensi. Peningkatan
4. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan frekuensi pernafasan dapat menunjukkan upaya
lidah serta perhatikan suhu kulit. untuk mengatasi asidosis metabolik.
5. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau 3. Perubahan sensorium adalah indikator dini
tidaknya laktasi dan perubahan ukuran payudara. hipoksia, sianosis tanda lanjut, mungkin tidak
tampak sampai kadar PO2 turun di bawah 50
mmHg.
4. Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ
vital, sirkulasi pada pembuluh darah perifer
diturunkan dan mengakibatkan sianosis dan suhu
kulit dingin.
5. Kerusakan hipofisis anterior menurunkan kadar
prolaktin, mengakibatkan tidak adanya produksi
ASI, dan akhirnya menurunkan jaringan kelenjar
payudara.
dx. 4 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam penurunan
curah jantung tidak terjadi. Dengan kriteria:
• Tanda-tanda Vital dalam batas normal
• Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
• Tidak ada penurunan kesadaran
• Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asite.
intervensi rasional
1. Anjurkan klien untuk menurunkan 1. Karena stress merupakan salah satu
stress faktor pemberat kerja jantung
2. Monitor toleransi aktivitas pasien 2. Untuk mengetahui aktivitas apa yang
3. Evaluasi adanya nyeri dada (Intensitas, dapat memperberat kerja jantung
lokasi, durasi) pasien
4. Monitor pernafasan abnormal 3. dapat mengetahui adanya penurunan
curah jantung.
4. Merupakan tanda dari penurunan
curah jantung.