BAB I
PENDAHULUAN
1. Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari
nilai-nilai tertentu dalam masyarakat
2. Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak.
Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai
subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat
abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah
dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu
diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila
ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai
alat untuk mengatur masyarakat.
4. Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah
hukumnya.
5. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
6. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata
hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.
BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL
2. Kaidah/norma Sosial :
Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan yang
diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin
Kaidah/Norma berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena
akibat2nya dipandang baik.
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana
seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus
dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.
2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih lanjut
menjadi :
a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan.
Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia,
misalnya :
– Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
– Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.
– Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama wanita
tua, hamil atau membawa bayi)
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar
manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh
penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan
dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain
tanpa seizin yang punya”.
Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada
kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?
Hal ini karena :
– Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang
memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari
kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.
– Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah
tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap
kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.
BAB III
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM
Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang tentu saja sangat
berguna dalam hal berikut :
1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum,
khususnya bagi kalangan pemula.
2. Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu
hukum, filsafat hukum dan sebagainya.
Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam kenyataan
hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas dan tegas.
Sehingga sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi hukum. Namun
Arnold juga menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang mencari
bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi hukum merupakan bagian yang substansial
dalam meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang
rasional dan dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan para juris
terhadap eksistensi hukum.
Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar hukum, perlu ada
definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui dan memahami hukum baik
secara praktis maupun secara formil
Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan
aliran atau paham yang dianutnya :
1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin
menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.
2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah
untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan tak
mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.
4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu
otoritas pengendalian.
5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan
mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku
hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.
6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh
pengadilan.
7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan
kembali dalam pranata hukum.
8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui
suatuotoritas pengendalian.
9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan
kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada
sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga
masyarakat.
10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam
masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.
11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak
langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat
politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas
tertinggi.
1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan oleh
negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.
2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum
3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam kenyataannya
dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.
12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum
adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13 Paul 13. Scholten, hukum adalah
suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak untuk dilakukan
yang bersifat perintah.
14. van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan dan
memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan living law
(hukum yang hidup didalam masyarakat).
16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur tata
tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.
17. Holmes (HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan
oleh pengadilan.
18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh
negara di dalam pengadilan.
19. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :
2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan dan
tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam aliran sosiologis dan realis.
20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu
persengketaan adalah hukum itu sendiri.
21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati
oleh masyarakat itu.
22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi.
Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian —- jika melanggar
aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan
kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.
25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu gejala
dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur
tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.
26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku
orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.
27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat
sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan
atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan
misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita
yang belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan
suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang
menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan
perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh
dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.
BAB IV
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.
Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai
apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles
filsuf Yunani dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum
mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak
menerimanya”. Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :
1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat
bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan
berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang
sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut
adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa
memperhitungkan jasa masing-masing.
Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh
bagian yg sama.
Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan
sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah Jeremy
Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and legislation”
berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang
berfaedah/mamfaat bagi orang.
Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang
berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk
menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang
berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika
kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan
menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.
3. Teori campuran
Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari
hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan
yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.
Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak
diganggu dan terjaminnya kepastiannya.
Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat
tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya
perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan
sekedar ketertiban.
8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum
yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.
9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu
tidak dapat diganggu
10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia
baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk
menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung
secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas
upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :
– mewujudkan ketertiban dan keteraturan
– mewujudkan kedamaian sejati
– mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat
– mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat
C. Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk
bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam
hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg bersifat
mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat orang takut
untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat
diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya
mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan
masyarakat ke arah yg maju.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat
pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian
semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan
merasakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus tanah.
D. Sumber-sumber hukum :
1.Pengertian sumber hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg
mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya
hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.
Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan pendekatan
yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat
disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk
menjawab pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan
“apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber
dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga dipakai dalam
arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan
hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber
hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat
menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.
A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara
Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan parlemen)
Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat
setiap penduduk.
Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3)
Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad) dulu oleh
Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004). Tujuannya
agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap tahu akan UU
= iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in dubio proreo,
latin).
Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh beralasan
bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan perundang-
undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan) bahwa semua
orang telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU No.
10/2004) :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)
B. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu
berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan
kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian
timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau pembelian
sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun menerima upah
yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun
berkembang menjadi hukum kebiasaan.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh
sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal.
Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk
diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga
bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum,
misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.
Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :
1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu (syarat
materiil)
2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis = bahwa
perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual
3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan
hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene
Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an
untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat
istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan
merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat
tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi
hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara
pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum
adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan
dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.
D.Traktat (treaty)
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja
kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari negara-
negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian
internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang
“Dwikewarganegaraan”.
b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara,
misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang
diikuti oleh beberapa negara Eropa.
E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak yang telah
saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan
melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).
F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana
hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
– segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum
Ad. 1. Manusia
Manusia sebagai subyek hukum berarti manusia adalah pembawa hak dan kewajiban
sehingga dapat melakukan sesuatu tindakan hukum; ia dapat mengadakan persetujuan-
persetujuan, menikah, membuat wasiat, dan sebagainya.
Berlakunya manusia sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada
saat ia meningal dunia, malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat
dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya memerlukan
(untuk menjadi ahli waris).
Jadi pada hakikatnya setiap manusia sejak ia lahir mempeoleh hak dan kewajiban. Apabila ia
meninggal dunia maka hak dan kewajibannya akan beralih kepada ahli warisnya. Bahkan
oleh hukum anak yang ada dalam kandungan seorang perempuanpun sudah mempunyai hak,
karena dianggap telah dilahirkan dengan catatan jika kepentingannya menghendaki (hak
waris). Hal diatur dalam pasal 2 ayat 1 KUHPerdata berbunyi “anak yg ada dalam kandungan
seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bilaman juga kepentingan si anak
menghendakinya”. Pada ayat 2 berbunyi “mati sewaktu dilahirkan dianggap ia tak pernah
ada”.
Ketentuan ini menegaskan bahwa hak dan kewajiban si anak baru dianggap ada jika ia
dilahirkan hidup, apabila ia dilahirkan mati maka haknya dianggap tidak ada, misalnya
kepentingan si anak untuk menjadi ahli waris dari orang tuanya, walaupun ia masih berada
dalam kandungan ia dianggap telah dilahirkan dan oleh karena itu harus diperhitungkan hak-
haknya sebagai ahli waris. Tetapi jika ia dilahirkan mati maka hak si anak dianggap tidak
pernah ada.
Disamping itu juga berdasarkan undang-undang seseorang dianggap telah meninggal dunia
jika hilang atau tidak diketahui dimana ia berada dan tidak ada kepastian apakah ia masih
hidup dalam tenggang waktu setelah lewat 5 tahun sejak ia meninggalkan tempat
kediamannya (Pasal 467, 468, 469 KUHPerdata).
Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut maka hak dan kewajiban orang yang telah
dinyatakan menurut hukum meninggal dunia itu telah berakhir dan segala hak dan
kewajibannya beralih kepada ahli warisnya
Cakap melakukan perbuatan hukum artinya subyek itu dapat melakukan atau bertindak baik
sendiri maupun bersama orang lain di dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Pada
prinsipnya setiap orang tidak kecuali dapat memiliki dan melaksanakan hak-hak akan tetapi
tidak semua orang dinyatakan cakap di dalam melaksanakan hak-haknya itu, namun untuk
dapat dikatakan itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Pengertian dewasa
Lalu acuan apa yang kita pakai dalam hal ini. Acuan yang dipakai adalah berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata karena ketentuan ini masih berlaku secara umum.
Sedangkan ketentuan lainnya hanaya berlaku secara khusus.
Tidak cakap melakukan perbuatan hukum, artinya subyek hukum sekalipun pendukung hak
dan kewajiban, namun dinyatakan subyek tersebut dinyatakan tidak dapat bertindak sendiri di
dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam berbagai perbuatan-perbuatan hukum
(handelingsonbekwaam). Adapun orang tersebut adalah :
1. Orang yang masih dibawah umur (belum mencapai usia 21 tahun = belum dewasa)
2. Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, mereka ditaruh
dibawah pengampuan (curatele)
3. Orang yang dilarang oleh UU untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya
orang yang dinyatakan pailit (Pasal 1330 BW jo UU Kepailitan)
Catatan : Dalam ketentuan KUHPerdata kecakapan adalah merupakan salah satu syarat untuk
sahnya suatu perikatan/perjanjian yang berarti bahwa segala perikatan yg dilakukan oleh
orang yang tidak cakap dapat dibatalkan atau diminta pembatalannya melalui hakim. Tetapi
sebaliknya dalam hal perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad, ketidakcakapan
seseorang tidak mempengaruhi timbul atau tidaknya “akibat hukum” dari perbuatan itu.
Badan hukum adalah bukan orang tapi merupakan badan-badan (kumpulan manusia) yang
oleh hukum diberi status “persoon” yang mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia.
Badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa
hak manusia, misalnya; dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang
sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
a. Badan hukum publik yaitu badan hukum yang didirikan oleh pemerintah/negara yang
lapangan pekerjaannya adalah untuk kepentingan umum, misalnya negara RI, daerah tingkat
I, II/kotamadya, Bank-Bank Negara dsb.
b. Badan hukum privat, yaitu badan hukum yang bentuk dan susunannya diatur oleh hukum
privat dan menurut tujuannya yang dikejar dapat dibeda-bedakan dalam :
Disamping penggolongan tersebut dapat pula dibagi-bagi badan hukum itu menjadi 2 jenis
yaitu :
1) Korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-
sama sebagai satu subyek hukum tersendiri (personifikasi), misalnya PT, Dati-Dati, Koperasi
dsb.
2) Yayasan ialah tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan
dan yang diberi tujuan tertentu, misalnya Yayasan Badan Wakaf UII dsb.
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia atau badan
hukum) dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum, karena hal itu dapat
dikuasai oleh subyek hukum. Biasanya obyek hukum disebut benda.
Benda menurut Pasal 499 KUHPerdata ialah semua barang, semua hak yang dapat dimiliki
subyek hukum.
Macam-macam benda :
Menurut pasal 503 KUHPerdata benda dibedakan antara :
1. Benda berwujud (bertubuh), yaitu yang dapat diraba oleh panca indera (buku, rumah,
meja, dsb)
2. Benda tidak berwujud (tak bertubuh) yaitu segala macam hak, seperti hak cipta, hak
mereka, paten, piutang, dll.
1) Karena sifatnya (tanah dan semua yang didirikan diatasnya seperti rumah dsb) dan
yang ada di dalam tanah (kekayaan alam yang terpendam).
2) Karena maksud tujuan (yaitu benda-benda yang oleh pemilik dihubungkan dengan
benda tersebut di (1) diatas), misalnya gambar-gambar atau kaca-kaca yang dipasang dalam
gedung percetakan.
1. Hak
Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap subyek hukum.
Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, sebaiknya setiap
orang juga harus menghormati hak tersebut.
b. Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
1. Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta benda istrinya
Hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu atau beberapa
orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain tertentu
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan yang timbul berdasarkan
persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari persetujuan jual
beli terdapat hak nisbi/ralatif seperti :
a. Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan barang
kepada pembeli.
b. Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan pembayaran
kepada penjual.
2. Kewajiban:
Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat kontraktual
(asas pact sunt servanda). Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan antara 2
pihak yang berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum
yang lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban
kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk memenuhinya.
Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat adanya kontrak, melainkan dapat pula muncul
dari peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Kewajiban disini
merupakan keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib hukum (rechtsplicht)
misalnya mempunyai sepeda motor wajib membayar pajak sepeda motor.
1. Peristiwa hukum
a. Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban. Suatu perbuatan merupakan
perbuatan hukum kalau perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum)
dan akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak.
1) Perbuatan hukum sepihak yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja
dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya pembuatan surat wasiat,
pemberian hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
2) Perbuatan hukum dua pihak ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik)
misalnya membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll
1. Kadaluarsa aquisitief adalah kadaluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan hak.
2. Kadaluarsa extincief adalah kadaluarsa yang melenyapkan kewajiban.
Kelahiran langsung menimbulkan hak anak yang dilahirkan untuk mendapat pemeliharaan
dari roang tuanya dan menimbulkan kewajiban bagi orang tuanya untuk memelihara anaknya.
Kematian juga merupakan peristiwa hukum karena dengan adanya kematian seseorang
menimbulkan hak dan kewajiban para ahli warisnya. Kemudian, lewat waktu dapat
mengakibatkan seseorang memperoleh suatu hak (acquisitieve verjaring) atau dibebaskan
dari suatu tanggung jawab/kewajiban (extinctieve verjaring) setelah habis masa tertentu dan
syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang terpenuhi.
D. Hubungan Hukum :
Hubungan hukum adalah hubungan antara 2 subyek hukum atau lebih dimana hak dan
kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain. Atau dalam
kata lain isi adanya hubungan tersebut adalah hak dan kewajiban pihak-pihak. Hubungan
tersebut diatur oleh hukum.
2. Obyek terhadap nama hak/kewajiban diatas tadi berlaku (dalam contoh tersebut : terhadap
rumah)
3. Hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau hubungan terhadap obyek
yang bersangkutan, contoh A dan B sewa menyewa rumah Tiap hubungan hukum
mempunyai 2 segi yakni : kekuasaan/hak (bevoegheid) dan kewajiban (plicht).
1. Adanya dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu
2. Timbul Peristiwa hukum
Contoh :
1. Hubungan hukum sepihak yaitu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak secara berlawanan. Contoh kasus penghibahan
atas tanah dari orang tua angkat kepada anak angkatnya.
2. Hubungan hukum timbal balik yaitu hubungan hukum yang dapat menimbulkan hak
dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang bersangkutan. Contoh perjanjian jual
beli sebidang tanah Dalam hal ini timbul hak dan kewajiban bagi penjual dan pembeli
tanah
E. Akibat hukum
Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah tindakan yang
dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan yang diatur oleh hukum.
Atau akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum
Contoh :
F. Asas Hukum
a. Bellefroid, menyebutkan bahwa asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari
hukum positif dan yang ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih
umum. Asas hukum itu merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.
b. Van Eikama Hommes, menyebutkan asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-
norma hukum yang konkrit akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar atau petunjuk-
petunjuk bagi hukum yang berlaku. Dengan kata lain asas hukum adalah dasar-dasar atau
petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
d. Sudikno Mertokusumo, menyimpulkan bahwa asas hukum atau prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau
merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang
setiap sistem hukum yang menjelma dalam peraturan peraturan perundang-undangan dan
putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-
sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut.
Pada dasarnya apa yang disebut dengan asas hukum adalah dasar-dasar umum yang
terkandung dalam peraturan hukum dan dasar-dasar umum tersebut adalah merupakan
sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis. Peraturan hukum adalah ketentuan konkrit tentang
cara berperilaku di dalam masyarakat. Ia merupakan konkritisasi dari asas hukum.
Asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas hukum adalah jiwanya norma
hukum itu. Norma hukum merupakan penjabaran secara konkrit dari asas hukum. Dikatakan
asas hukum sebagai jiwanya norma hukum atau peraturan hukum karena ia merupakan dasar
lahirnya peraturan hukum. Asas hukum merupakan petunjuk arah arah bagi pembentuk
hukum dan pengambil keputusan. Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma
hukum mempunyai sanksi. Pada umumnya asas hukum tidak dituangkan dalam bentuk
peraturan yang konkrit atau pasal-pasal misalnya asas fictie hukum, asas pact sunt servanda.
Akan tetapi tidak jarang asas hukum itu dituangkan dalam peraturan konkrit seperti asas
presumption of innocence, dll.
a. Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku untuk
semua bidang hukum itu, seperti asas equality before the law, asas lex posteriore derogate
legi priori, asas bahwa apa yang lahirnya tanpak benar, untuk sementara harus dianggap
demikian sampai diputus (lain) oleh pengadilan.
1) Asas kepribadian
2) Asas pesekutuan
3) Asas kesamaan
Dalam asas kepribadian manusia menginginkan adanya kebebasan individu. Dalam asas ini
menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia bahwa manusia adalah obyek hukum,
penyandang hak dan kewajiban. Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah persatuan,
kesatuan dan cinta kasih, keutuhan masyarakat.
Asas kesamaan menghendaki adanya keadilan dalam arti setiap orang adalah sama di dalam
hukum (equality before the law), setiap orang diperlakukan sama. Sedangkan asas
kewibawaan memperlihatkan adanya ketidaksamaan.
b. Asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti
dalam bidang hukum perdata, hukum pidana dsb.
a. Fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-
undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai
pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.
b. Fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuan
adalah memberi ikhtiar, tidak normatif sifatnya dan tidak termasuk dalam hukum positif
a. Asas legalitas “tiada suatu perbuatanpun dapat dihukum, kecuali atas kekuatan undang-
undang yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 ayat 1 KUHPidana = asas
undang-undang tidak berlaku surut) = Nullum delictum sine praevia lege poenali”Asas
Presumption Of Innocence (asas praduga tidak bersalah), bahwa seseorang dianggap tidak
bersalah sebelum ada keputusan hakim yang menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan
tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht)
b. Asas In Dubio Pro Reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si terdakwa.
c. Asas Similia Similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama
(serupa).
d. Asas Pact Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan.
e. Asas Geen Straft Zonder Schuld ialah asas tiada hukuman tanpa kesalahan.
f. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu asas undang-undang yang berlaku kemudian
membatalkan undnag-undang terdahulu, sejauh undnag-undang itu mengatur objek yang
sama.
g. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori yakni suatu asas undang-undang dimana jika ada
2 undang-undang yang mengatur objek yang sama maka undang-undang yang lebih tinggi
yang berlaku sedangaka undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat.
h. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yakni undang-undang yang khusus
mengenyampingkan yang umum.