(Yuda Candra A)
dia memang tidak terlalu suka dengan mapel tersebut karena selalu
ikut remedial saat ulangan. Yang membuat dia sedikit menyukai
matematika adalah karena gurunya yang cantik.
sstt.. ke toilet yuk! tanya Reza pelan kepada Surya,
sahabatnya.
yuk.. aku juga sudah ngantuk..
kamu ya yang minta izin?
oke..
Reza dan Surya hampir memiliki sifat yang sama. Mereka
sudah akrab semenjak awal masuk Sma. Setiap ada mata pelajaran
matematika mereka sering sekali beralasan izin ke toilet dan
langsung ke kantin karena bosan dengan keadaan kelas, ibarat
datang ke sekolah hanya bermodalkan badan tanpa ada niat.
oiya.. nanti sore ada pertandingan lawan smanda. Ikut yaa?
Cuma kita berdua ?
ya tidak lah Za.. nanti kita ikut main sama kelas olahraga.
oke. Ikutt..
Dilema menuruti antara kata hati nurani atau justru kata dari anak
semata wayangnya.
Hari demi hari dijalani anak itu dengan murung. Hingga
dimana hari seleksi tersebut tiba. Tanpa sepatu, Reza berangkat
menuju lapangan. Dia gugup dilihat banyak orang yang tentu
memiliki kemampuan yang bisa diadu dengannya, bahkan ada
yang lebih hebat darinya. Hingga tiba giliran Reza untuk di tes
kemampuannya oleh panitia seleksi..
Nomor 180 diharap segera menempatkan diri!
Siap..!
Maaf.. untuk mengikuti seleksi anda harus memakai
sepatu!
Tapi pak? Saya tidak punya sepatu..
Tapi dari pihak kami tidak mengijinkan dek. Maaf.. anda
bisa ikut tahun berikutnya.
Kecewa,sedih, marah menjadi satu dihati Reza saat ini.
Namun suara sepeda butut tiba tiba terdengar. Surya datang
dengan membawa sepatu. Suatu hal yang tak disangka sangka oleh
Reza.
ini Za. Sepatunya.. nggak mungkin kamu ikut tes tanpa
pakai sepatu. Haha..
Makasih ya. Tapi bagaimana kamu bisa tau kalau aku
tidak pakai sepatu?
Ibu mu yang bilang kepadaku tadi..
oke. Sekali lagi makasih ya Sur!
sip. Kamu harusnya bilang itu ke Ibu kamu.
Tes dimulai.. kelincahan,kemampuan menggiring, oper,
tendangan, semuanya dinilai. Untuk bisa selangkah terdepan dari
lawannya, dia harus bertarung secara agresif dengan wajah tenang.
masakan yang paling enak bagi Reza dan yang paling Reza tunggu
tunggu. Sepulang berlatih hanya makan, makan dan makan
masakan ibu yang ada didalam pikirannya.
Ibu.. aku pulang. Tolong siapin makanan ya. Perut Reza
udah keroncongan..
iyaa nak. Cepat ganti pakaian. Bau banget ini lho..
iya. Haha..
Berbulan bulan dia tinggal dirumah ditemani oleh Ibu.
Tak terasa sudah hampir 5 bulan. Saatnya Ibu kembali ke negeri
orang untuk mencari nafkah. Disaaat ibunya akan berangkat, Reza
dilema.. ada pertandingan melawan Thailand melawan Garuda
Muda sekaligus pertandingan perdana bagi Reza, namun di sisi lain
dia ingin mengantar Ibunya karena tentu harus menunggu waktu
yang lama lagi untuk menunggu ibunya kembali pulang. Terkadang
seseorang butuh waktu untuk menyendiri, berpikir yang telah dia
lalui dan mencari jawaban atas apa yang akan dia putuskan dalam
hidupnya.. namun Reza tak punya waktu untuk melakukan itu.
Membuat pilihan memang sulit dilakukan. Bahkan jika kau sudah
memilih, kau tidak akan tau apa yang akan terjadi kemudian. Ibu
Reza memberi nasihat kepada Reza agar Reza ikut bertanding saja.
Toh ini juga bukan terakhir kalinya mereka bertemu. Cita cita
lebih penting! Tapi apa keluarga juga tidak penting?
Pertandingan sudah dimulai.. semangat Reza mengembara,
ia merasa harus berjuang agar pilihannya tadi tidak sia sia.
Goal.!! Reza Yamani! Goal pertamanya di Garuda Muda
membuat pecah sorak seisi stadion. Dia bahagia, pilihannya benar.
Dan Ibunya pasti akan bangga.
Pertandingan demi pertandingan dijalani Reza dengan
penuh semangat dan antusias hingga akhirnya final bertemu