Anda di halaman 1dari 14

Mimpi Merah Putih

(Yuda Candra A)

Sore itu langit tak seriang biasanya, tetesan hujan membasahi


bumi. Namun tak menyurutkan semangat orang orang untuk
menyaksikan perhelatan pertandingan bola. Goal..!! Sorak
penonton yang berada di pinggir lapangan. Siapa lagi jika bukan
Reza Yamani, Siswa salah satu Sma yang memiliki kemampuan
bermain bola yang sangat lincah. Dia memang baru masuk Sma
tahun ini, namun permainan dalam mengolah si kulit bundar bisa
diadu dengan kakak tingkatnya. Dia sangat lihai sehingga dijuluki
Messinya Indonesia. Kelincahan dan ketampanan membuat Reza
banyak disukai perempuan di sekolahnya, tak jarang ada yang
mengajak foto dan memberikan makanan dan minuman kepada
Reza setelah dia selesai bermain.
Tendangan yang sangat keras dari pemain bernomor
punggung tiga, Reza Yamani..!! Dengan demikian sudah dapat
dipastikan bahwa tim smansa yang berhasil juara di tahun ini..
celoteh komentator sesaat setelah peluit panjang babak kedua
dibunyikan. Mereka yang menang dalam kompetisi menikmati
keuntungan istimewa, dan mereka yang kalah mendapatkan
diskriminasi, ini bukankah sudah jelas adalah aturan dalam
masyarakat?

Berpikir adalah pekerjaan tersulit yang pernah ada. Yang


mana mungkin karena itulah hanya sedikit orang yang mau
melakukannya. Walaupun hebat dalam olahraga, Reza tidak begitu
baik dalam bidang akademis. Salah satunya adalah Matematika,

dia memang tidak terlalu suka dengan mapel tersebut karena selalu
ikut remedial saat ulangan. Yang membuat dia sedikit menyukai
matematika adalah karena gurunya yang cantik.
sstt.. ke toilet yuk! tanya Reza pelan kepada Surya,
sahabatnya.
yuk.. aku juga sudah ngantuk..
kamu ya yang minta izin?
oke..
Reza dan Surya hampir memiliki sifat yang sama. Mereka
sudah akrab semenjak awal masuk Sma. Setiap ada mata pelajaran
matematika mereka sering sekali beralasan izin ke toilet dan
langsung ke kantin karena bosan dengan keadaan kelas, ibarat
datang ke sekolah hanya bermodalkan badan tanpa ada niat.
oiya.. nanti sore ada pertandingan lawan smanda. Ikut yaa?
Cuma kita berdua ?
ya tidak lah Za.. nanti kita ikut main sama kelas olahraga.
oke. Ikutt..

Dewi malam mulai muncul dari peraduannya. Mereka berdua


pulang dengan membawa kemenangan menaiki motor butut Reza.
Candaan dan curhatan mengiringi perjalanan pulang mereka.
Za. Menurut kamu, kamu pengen ketemu sama siapa?
Maksudnya?
pengen ketemu artis atau orang terkenal siapa gitu?
hmm.. kalau ketemu Ronaldo ya nggak mungkin, jadi aku
pengen ketemu sama Irfan Bachdim saja.. haha. Jangan bahas kaya
gitu deh.. mending beli makan yukk.
yaudah deh.. mau beli makan dimana?

ke nasgor nya bu Jum aja yuk.. udah lama nggak kesana


okee..
Nanti sebelum pulang ke kost ke mini market dulu yaa?
Beli pasta gigi.
Setelah dari mini market, Reza bergegas kembali ke tempat
parkir di seberang jalan tempat Surya menunggu. Namun sesuatu
terjadi
Reza awas! Surya mencoba berlari menyelamatkan Reza.
Reza tertabrak mobil. Dia tergeletak di jalan dan
dikerumuni banyak orang. Darah bercucuran keluar dari pelipis
dan hidungnya. Terlalu kecil laki - laki itu untuk mengalami nasib
malang itu. Hanya Surya yang menjaga Reza semalam suntuk
karena ayah Reza meninggal saat Reza masih kecil. Ibunya bekerja
di negeri tetangga sebagai Tenaga Kerja Wanita yang tak tentu
setiap tahun pulang. Tiba-tiba mata reza meneteskan air mata
hingga membanjiri pipinya. Dia tersadar, Dengan keadaan yang
lemah dan tak berdaya, tidak memiliki kekuatan apapun, tidak bisa
berbuat apa-apa, dan tidak bisa bekata apa-apa, dia hanya terdiam
lelah di kasurnya.
Apa ada yang sakit?
Tidak. Aku hanya merasa bersalah Karena telah
meninggalkan dua kali waktu sholatku. Apakah aku masih diberi
ampunan oleh Tuhan?
Ini adalah musibah. Tentu Tuhan akan tetap menyayangi
dan mengampunimu
Tuhan memberikan kita berbagai tantangan agar kita bisa
menaggulanginya. Aku bertanya tanya apakah kata kata yang
kudengar itu memang benar adanya. Kejahatan, penyesalan,

keputus asaan. Beban beban yang mesti kutanggung disini..


sungguhkah aku akan bisa menanggulanginya?

Cidera patah kaki yang diderita Reza haruslah diberi


tindakan. Namun Surya tidak tahu harus bagaimana cara untuk
mendapatkan biaya perawatan Reza. Karir Reza terancam karena
kejadian tersebut. Dia sudah tidak bisa bermain sepak bola lagi.
Reza berpesan kepada Surya untuk tidak berbicara kepada Ibunya
karena akan membuat Ibu Reza khawatir.
25 panggilan tak terjawab, 10 pesan ada di ponsel Reza,
semua itu dari teman-temannya. Dan mereka berinisiatif
membantunya dengan menggalang dana untuk biaya perawatan.
Surya sebagai sahabat tentunya ikut bersyukur.

1 bulan setelah operasi Reza kembali masuk sekolah.


Teman temannya menyambut dengan haru dan gembira.
Pertanyaan yang sama ditanyakan oleh setiap temannya, yakni
apa sudah lebih baik? hanya dijawab Reza dengan anggukan
kepala. Reza masih harus menggunakan kursi roda untuk
berangkat sekolah. Hiburan, candaan dan motivasi dari teman
teman Reza hanya dia diamkan.
Mau beli makanan tidak? Nanti aku belikan? tanya
Surya. Dan hanya dijawab oleh gelengan kepala dari Reza.
Berubah banget ya? Dulu kita kemana mana bareng,
main bola bareng, jajan bareng, alasan ke toilet Cuma karena males
sama pelajaran. Sekarang kita sudah nggak bisa nglakuin itu
semua.

Iyaa. Sekarang aku sudah tidak bisa melakukan semua


yang kita lakuin bareng. Untuk berjalan saja aku sudah tidak bisa.
Cepat atau lambat kamu pasti bisa jalan lagi Za. Tetap
semangat ya. Kamu punya banyak teman yang peduli sama kamu.
Karir aku sudah nggak bisa diselamatkan. Menjadi pemain
sepak bola yang terkenal yang dulu aku cita citakan sekarang
sudah nggak mungkin lagi.
Tentu saja mungkin.. tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini. Jika kamu mau berusaha pasti ada jalan keluarnya.
Besok timnas Indonesia main di stadion Manahan. Ada Irfan
Bachdim disana. Mau nonton nggak? Aku belikan tiket?
Baiklah.. sedikit hiburan mungkin lebih baik buatku.
Besok jemput ya kalau mau berangkat.
Siap bos. Haha..

Semalaman Surya tak bisa tidur memikirkan hari esok. Dia


tak sabar melihat sahabatnya tersenyum lagi seperti dulu. Esoknya,
hari yang ditunggu tunggu telah tiba. Timnas Indonesia melawan
Malaysia menampilkan Irfan Bachdim menjadi salah satu
pemainnya. Reza yang berangkat bersama Surya menonton dari
salah satu sisi tribun stadion. Negara ini memang baru saja boleh
bermain setelah mendapat hukuman dari induk sepak bola dunia,
sehingga idola Reza memilih untuk bermain di negara lain dan
baru saja pulang untuk membela timnas. Sehingga Reza yang
merupakan penggemar beratnya sangat antusias melihat
pertandingan tersebut. Kehadirannya merupakan embun didalam
kehausan.

Tak sia-sia Reza menonton, kemenangan Indonesia atas


goal yang diberikan oleh idolanya.
Goal.!! Teriakan Reza yang sangat keras dan bergairah.
Keren yaa.. itu baru idola kamu. Jadi kamu jangan pernah
coba coba buat menyerah.. tetap semangat menjalani hidup
walaupun kamu dapat cobaan yang berat. Surya mencoba
memberi semangat kepada Reza.

Di jalan yang sepi, ditemani sinar rembulan dan hujan


bintang, Reza dan Surya duduk di trotoar yang tak jauh dari
stadion, sekelebat orang yang sangat dikenal Reza lewat
didepannya. Tidak ada yang namanya beruntung atau sial, yang
ada hanyalah sebuah kebetulan. Irfan Bachdim, yang akan segera
pulang kebetulan lewat di depan Reza. Bagaikan petir di siang
bolong.. Reza kaget bukan main. Dia sampai tak bisa berbicara dan
diam seribu Bahasa.. idolanya berada didepannya. Dia mencoba
merangkul bintang tanah air tersebut namun apa daya, kakinya
belum kuat menopang tubuhnya, dia hampir jatuh dari kursi
rodanya. Sang idola menolong Reza sehingga ia tak jadi terjatuh..
ehh.. ehm.. makasih kak Irfan, kalau boleh minta tanda
tangan di baju dong! berbicara dengan gugup dan menyodorkan
spidol.
oke.. sama sama. Ohh.. wait.. sambil mengambil spidol
ditangan Reza.
Makasih kak..
Oke. No problem.. emm. Kakimu itu kenapa?
Kecelakan satu bulan yang lalu, pengen deh ngerasain jadi
kak Irfan, bisa bebas bermain bola tanpa memikirkan apapun.

Kamu juga bisa kok, Jangan cepat menyerah. Dengan


tekat yang kuat, semuanya bisa terjadi. Cita citamu pasti tercapai.
Dont Give up!
hehe.. iya.. tunggu saja kak. Beberapa tahun lagi aku akan
menggantikan kakak, ditonton jutaan penonton tanah air, mencoba
mengharumkan nama Indonesia!
Akan aku tunggu hari itu.. sampai jumpa..
Sang idola pergi menaiki bus bersama rombongan timnas.
Akan datang waktunya, di mana segala rasa sakit dan
kenangan yang buruk terhapus oleh waktu. Tiga tahun kemudian
kembalilah seseorang yang dulu pernah hampir putus asa, Harapan
putus asa bahwa pasien akan sembuh.. itulah pengobatan terakhir.
Seorang Reza Yamani telah kembali, dia bergabung kedalam klub
Persis Junior, salah satu klub di kotanya.. gaya bermainnya
masih sama seperti dulu, lincah dan sangat cepat.. dia diamanahi
sebagai kapten di klub nya. Seteleh selang beberapa waktu, dia
berhasil membawa klubnya juara..
Namun.. hal yang mengejutkan terjadi, Reza pulang ke
kostnya dan mendapati Ibu Reza sudah berada di sana. Setelah
pintu itu dibuka, pelukan dari seorang ibu didapatnya.. dan
pertanyaan apakah anak itu baik - baik saja. Perasaan Reza
bercampur aduk, senang, haru hingga sedih karena ibunya
mengetahui kecelakaan yang menimpanya. Dihari pertama mereka
bertemu, tak banyak yang mereka bicarakan.. hanya pertanyaan
yang serupa yang diucapkan oleh ibunya, yaitu apakah dia sudah
merasa lebih baik?
Nak.. maafkan ibu karena sudah terlalu lama tidak
pulang.

Ibu hanya memikirkan kerja, kerja dan kerja saja. Tidak


pernah memikirkan Reza. Apa hanya karena ibu terus
mengirimkan uang untuk kebutuhanku aku sudah merasa cukup?
Aku tidak butuh uang. Tapi kasih sayang dari seorang ibu!
Ibu tau nak.. tapi pekerjaan ibu tidak semudah orang lain
yang bisa setiap bulan untuk pulang. Ibu di luar negeri, tidak
semudah itu.. tapi percayalah, Ibu disana setiap detik
memikirkanmu, sedang apa kamu, sudah makan belum dan apakah
sudah tidur jika malam tiba. Berbicara dengan pelan dan memeluk
Reza.
Begitu lama dia hidup, dia merasa uang bukanlah
segalanya. Popularitas dan reputasi apabila telah berakhir hanyalah
kekosongan belaka. Karna sehat, adalah yang terpenting. Selama
sehat, dia bisa melindungi orang - orang yang disayanginya.
Sinar mentari mulai menampakkan dirinya. Kicau burung
saling bersautan dan embun pagi mulai menguap. Reza tetap sudah
bangun walaupun dia sedang libur. Dia terbiasa untuk bersih
bersih rumah di hari minggu, karena rumahnya tentu kotor saat
ditinggal Reza di kost. Kegiatan apapun dia lakukan hingga jam
menunjukkan pukul 15.00.
Buk.. berangkat!
Ehh.. mau kemana?
Main bola, kan sekarang Reza ikut Persis Junior..
Tidak usah! , nanti kalau kakimu sakit lagi bagaimana?
Kan udah lama sekali, sudah 3 tahun kecelakaan itu..!
pokoknya tidak boleh!
Yaudah..
Bibir sanggup bohong, namun tidak dengan akal pikiran.
Bukan Reza namanya jika tidak bandel, mengendap endap seperti

pencuri dia mencoba pergi. Dan akhirnya berhasil.. dia berlatih


bersama teman temannya. Namun dia mengalami sedikit
masalah, sepatu bolanya rusak, padahal satu minggu lagi ada
seleksi masuk Timnas Indonesia U-19.
yahh.. rusak nih. Harus beli yang baru. Nanti minta
dibelikan ibuk ah!
Sinar sang Dewi siang mulai tenggelam diantara dua
gunung, pertanda sudah waktunya Reza pulang ke rumah. dia lari
secepat kilat, rumah demi rumah ia lewati untuk bertemu ibunya,
dia berfikir dia harus pintar untuk merayu hati ibunya agar bisa
dibelikan sepatu baru.
Bu belikan sepatu, sepatuku rusak.
itu kan masih bagus..
sepatu bola, bukan sekolah.
buat apa? Kan kamu juga sudah tidak main lagi, nanti
kakimu sakit.
Kenapa Reza tidak boleh bermain bola? Lantas Reza harus
apa sekarang? Reza tidak bisa apa apa. Reza hanya bisa main
bola. Kenapa ibu selalu melarang Reza?!
Tanpa ada balasan apapun dari ibunya, Reza langsung
berlari ke kamarnya dan menutup dengan keras kemudian
mengunci pintunya. Hanya merenung, melihat ribuan bintang dan
ranting pohon yang tertiup angin malam. Renungan membuat hati
terasa hangat, hingga tak terasa air mata metetes di pipi Reza, dia
berusaha berhenti merasa tersiksa oleh reaksi orang lain yang
diberikan kepada dia. Dan tentu saja tak ada ibu yang tak sakit hati
melihat anaknya tertekan seperti itu. Menjalani seumur hidup
dengan perasaan nurani yang bersalah, akan terasa seperti neraka.

Dilema menuruti antara kata hati nurani atau justru kata dari anak
semata wayangnya.
Hari demi hari dijalani anak itu dengan murung. Hingga
dimana hari seleksi tersebut tiba. Tanpa sepatu, Reza berangkat
menuju lapangan. Dia gugup dilihat banyak orang yang tentu
memiliki kemampuan yang bisa diadu dengannya, bahkan ada
yang lebih hebat darinya. Hingga tiba giliran Reza untuk di tes
kemampuannya oleh panitia seleksi..
Nomor 180 diharap segera menempatkan diri!
Siap..!
Maaf.. untuk mengikuti seleksi anda harus memakai
sepatu!
Tapi pak? Saya tidak punya sepatu..
Tapi dari pihak kami tidak mengijinkan dek. Maaf.. anda
bisa ikut tahun berikutnya.
Kecewa,sedih, marah menjadi satu dihati Reza saat ini.
Namun suara sepeda butut tiba tiba terdengar. Surya datang
dengan membawa sepatu. Suatu hal yang tak disangka sangka oleh
Reza.
ini Za. Sepatunya.. nggak mungkin kamu ikut tes tanpa
pakai sepatu. Haha..
Makasih ya. Tapi bagaimana kamu bisa tau kalau aku
tidak pakai sepatu?
Ibu mu yang bilang kepadaku tadi..
oke. Sekali lagi makasih ya Sur!
sip. Kamu harusnya bilang itu ke Ibu kamu.
Tes dimulai.. kelincahan,kemampuan menggiring, oper,
tendangan, semuanya dinilai. Untuk bisa selangkah terdepan dari
lawannya, dia harus bertarung secara agresif dengan wajah tenang.

Penentuan hasil pun diumumkan. Dari 200 orang yang


mendaftar hanya diambil 20 orang. Kau berpikir kau yang
termalang di dunia bukan? Kau seorang yang menderita dan kau
berpikir tak adil dan menyebalkan karena tak ada yang bisa
memahami penderitaanmu bukan di Dunia ini, tak terhitung
jumlahnya orang orang yang tak memiliki arti. Satu demi satu
orang yang disebutkan, Reza tidak fokus dan hanya melamun,
sesekali dia ditampar pipinya dengan pelan oleh Reza. Hingga
urutan ke 18 belum ada nama Reza Yamani yang dipanggil. Dia
hanya pasrah kepada Tuhan atas perjuangannya. Dan nomrr
terakhir diumumkan..
Yess!! Akhirnya, terimakasih Tuhan!
Urutan ke 20, akhirnya nama Reza Yamani dipanggil
oleh panitia seleksi. Sebuah hadiah tepat dihari ulang tahunnya
yang ke tujuh belas tahun. Dia resmi menjadi pemain Garuda
muda. Waktu memutuskan.. siapa yang ditemui dalam hidup. Hati
memutuskan.. apa yang diinginkan dalam hidup. Dan sikap
memutuskan.. apa yang akan tetap ada dalam hidupnya.
Tak sampai disitu, sesaat sesampainya dia di Rumah
kecilnya, Ibu Reza menyambut dengan gembira, ia ikut senang atas
pencapaian anaknya dan sadar akan cita cita anaknya. Kini ia
sadar bahwa kebebasanlah yang diinginkan oleh anaknya. Sepatu
bola baru diberikan kepada Reza yang dibalas Reza dengan
pelukan kepada Ibu. Tepat hari ini.. hari yang tak akan pernah Reza
lupakan seumur hidupnya.
Hari hari berikutnya dijalani oleh anak itu dengan
gembira. Setiap sore dia berlatih, mengasah kemampuannya.
Karena dia sadar, sekarang dia merupakan titik tumpu Indonesia,
bukan lagi pemain antar kampung. Masakan Ibu merupakan

masakan yang paling enak bagi Reza dan yang paling Reza tunggu
tunggu. Sepulang berlatih hanya makan, makan dan makan
masakan ibu yang ada didalam pikirannya.
Ibu.. aku pulang. Tolong siapin makanan ya. Perut Reza
udah keroncongan..
iyaa nak. Cepat ganti pakaian. Bau banget ini lho..
iya. Haha..
Berbulan bulan dia tinggal dirumah ditemani oleh Ibu.
Tak terasa sudah hampir 5 bulan. Saatnya Ibu kembali ke negeri
orang untuk mencari nafkah. Disaaat ibunya akan berangkat, Reza
dilema.. ada pertandingan melawan Thailand melawan Garuda
Muda sekaligus pertandingan perdana bagi Reza, namun di sisi lain
dia ingin mengantar Ibunya karena tentu harus menunggu waktu
yang lama lagi untuk menunggu ibunya kembali pulang. Terkadang
seseorang butuh waktu untuk menyendiri, berpikir yang telah dia
lalui dan mencari jawaban atas apa yang akan dia putuskan dalam
hidupnya.. namun Reza tak punya waktu untuk melakukan itu.
Membuat pilihan memang sulit dilakukan. Bahkan jika kau sudah
memilih, kau tidak akan tau apa yang akan terjadi kemudian. Ibu
Reza memberi nasihat kepada Reza agar Reza ikut bertanding saja.
Toh ini juga bukan terakhir kalinya mereka bertemu. Cita cita
lebih penting! Tapi apa keluarga juga tidak penting?
Pertandingan sudah dimulai.. semangat Reza mengembara,
ia merasa harus berjuang agar pilihannya tadi tidak sia sia.
Goal.!! Reza Yamani! Goal pertamanya di Garuda Muda
membuat pecah sorak seisi stadion. Dia bahagia, pilihannya benar.
Dan Ibunya pasti akan bangga.
Pertandingan demi pertandingan dijalani Reza dengan
penuh semangat dan antusias hingga akhirnya final bertemu

dengan tim yang sama, yakni Harimau Malaya, jelukan bagi


Malaysia yang diberikan oleh Bung Karno dulu. Namun
bertandingan kali ini sangat berbeda dari yang dirasakan oleh Reza
biasanya. Musuh kali ini seperti bermain curang dan dibantu oleh
wasit. Berawal dari offside yang tidak dianggap dan akhirnya
berbuah Goal. Di akhir waktu babak kedua, Reza menjadi korban
pelanggaran oleh pemain musuh di bagian kotak terlarang, namun
waasit beranggapan bahwa itu bukanlah sebuah pelanggaran.
Lantas seluruh pemain Indonesia tidak terima dan mencoba
memberi tau wasit namun tetap sama. Jika orang orang ingin
menjatuhkanmu itu menunjukkan bahwa kamu berada di atas
mereka. Pertandingan berakhir dengan kekalahan Garuda Muda
dengan skor tipis 1-0. Seluruh pemain Indonesia mencoba untuk
berlapang dada walaupun banyak kecurangan yang terjadi di
pertandingan itu.
Tiga panggilan tak terjawab di ponsel Reza dari ibu baru
sempat dia angkat.
Tetaplah berjuang, ingatlah kekalahan hari ini untuk
pondasi masa depan.. Ibu bangga kepadamu nak!
Iyaa buk. Maaf Reza telah mengecewakan ibuk.
Tidak. Kamu anak yang pantas ibu banggakan hingga
detik ini.
Sepuluh tahun sudah Reza berkarir di dunia persepakbolaan
Indonesia. Dia kini menjadi pelatih Indonesia. Dan telah
Membawa 4 piala kejuaraan se Asia bagi Indonesia bersama anak
asuhnya.
Reza Yamani, lahir dari keluarga yang tidak mampu namun
kecintaannya kepada sepak bola telah membawa pengaruh besar di
hidupnya. Seorang yang malas dalam mata pelajaran namun sangat

tekun dalam olahraga. Dengan dukungan dari orang tua dan


temannya kini dia menjadi tumpuan bagi negara ini. Cita citanya
menjadi pemain terkenal telah menjadi kenyataan sehingga dia
sudah siap untuk bertemu idolanya. Orang orang bilang
impiannya terlalu besar, namun dia berkata merekalah yang
berpikir terlalu kecil. Dia berbisik dalam hatinya,
Meskipun kaki ku telah aku relakan untuk mengabdi
kepada Merah Putih, tapi aku sangat bahagia karena sebenarnya
inilah mimpiku untukmu, Merah Putihku.
Teruslah berlari mengejar mimpimu, hingga suara
cemoohan itu berubah menjadi tepuk tangan.

Anda mungkin juga menyukai