Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas di
dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia,
karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi
dan banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu, hutan dapat memberikan
manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di
Indonesia. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45,
UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985
dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan
Dirjen Pengusahaan Hutan.

Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan


memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup
mencenangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia
guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi
tahunan tercepat di dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan
1.8 juta hektar hutan dirusakan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah tingkat
kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya.

Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak
memperhatikan manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga
kelestarian lingkungan hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan adalah
kebakaran hutan. Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam
upaya pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian.
selain itu, kebakaran didukung oleh pemanasan global, kemarau ekstrim yang seringkali
dikaitkan dengan pengaruh iklim memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran
hutan.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 1


1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pengertian dan manfaat hutan di Indonesia

1.2.2 Kerusakan hutan dan penyebabnya yang terjadi di Indonesia

1.2.3 Kebakaran hutan dan jenis-jenisnya

1.2.4 Penyebab dan dampak kebakaran hutan

1.2.5 Pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan

1.2.6 Beberapa kasus kebakaran hutan

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian dan manfaat hutan di Indonesia

1.3.2 Mengetahui kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia dan penyebabnya

1.3.3 Mengetahui pengertian dan jenis-jenis kebakaran hutan

1.3.4 Mengetahui penyebab dan dampak kebakaran hutan

1.3.5 Mengetahui cara pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan

1.3.6 Mengetahui beberapa kasus kebakaan huta

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hutan

Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan). Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia, hutan adalah suatu areal yang
dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya dipelihara bagi keuntungan tidak
langsung atau dapat pula bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama.

Pemanfaatan sekaligus perlindungan hutan di Indonesia diatur dalam UUD 45, UU


No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan. Menurut beberapa peraturan tersebut,hutan merupakan sumberdaya alam
yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber
plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya.

2.2 Hutan di Indonesia

Luas hutan di Indonesia berkisar 122 juta hektar, yang persebarannya di Pulau Jawa
hanya sekitar 3 juta Ha, terdiri atas 55% hutan produksi dan 45% hutan lindung. Persebaran
hutan di Indonesia kebanyakan berjenis hutan hujan tropis yang luasnnya mencapai 89 juta
hektar. Daerah-daerah hutan hujan tropis antara lain terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan,
Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Irian. Hutan hujan tropis anggotanya tidak pernah
menggugurkan daun, liananya berkayu, pohon-pohonnya lurus dapat mencapai rata-rata 30
meter.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 3


2.3 Manfaat Hutan di Indonesia

2.3.1 Kekayaan Keanekaragaman Hayati yang Tinggi

Sebagai Paru-paru Dunia Jamur dan bakteri tersebut dapat membantu proses
pembusukan pada hewan dan tumbuhan secara cepat. Dengan demikian hutan hujan tropika
tidak saja ditandai dengan pertumbuhan yang baik tetapi juga tempat pembusukan yang baik.
Keanekaragaman hayati ditandai dengan kekayaan spesies yang dapat mencapai sampai
hampir 1.400 spesies, Brasil tercatat mempunyai 1.383 spesies. Di daerah tropika tumbuhan
berkayu mempunyai dominasi yang lebih besar daripada daerah lainnya.

2.3.2 Hutan Sebagai Pengatur Aliran Air

Penguapan air ke udara hingga terjadi kondensasi di atas tanah yang berhutan antara
lain disebabkan oleh adanya air hujan, dengan ditahannya (intersepsi) air hujan tersbut oleh
tajuk pohon yang terdiri dari lapisan daun, dan diuapkan kembali ke udara. Sebagian lagi
menembus lapisan tajuk dan menetes serta mengalir melalui batang ke atas permukaan
serasah di hutan.

2.3.3 Pencegah Erosi dan Banjir

Erosi dan banjir adalah akibat langsung dari pembukaan dan pengolahan tanah
terutama di daerah yang mempunyai kemiringan permukaan bumi atau disebut juga kontur
yang curam. Keduanya dapat bersumber dari kawasan hutan maupun dari luar kawasan hutan,
misalnya perkebunan, tegalan, dan kebun milik rakyat.

2.3.4 Menjaga Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah sebagian besar dalam bentuk mineral, seperti unsur-unsur Ca, K, N,
P, dan lainnya, disimpan pada bagian dari vegetasi yang ada di atas tanah, misalnya pada
batang, dahan, ranting, daun, bunga, buah, dan lain-lain. Dengan demikian dengan adanya
kerapatan hutan pada hutan tropika dapat menjaga kesuburan tanah.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 4


2.4 Kerusakan Hutan di Indonesia

Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut


data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.Bahkan jika
melihat data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The
UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-
2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of
The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya
rusak hutan tercepat di dunia.

Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri
Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta
hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak
memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain
itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan
dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (Hak Penguasaan Hutan). Dari total luas hutan di
Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas
dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.

Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri,
terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga
mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter
kubik per tahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan)
sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22
juta meter kubik meter per tahun. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia,
disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi
hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha
hutan sampai akhir 1997.

Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat


dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi
hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan
peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 5


Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di
Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam
kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan
merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang
jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera
(Elephant maximus sumatranus).

2.5 Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki
dampak negatif. Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah
kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan
pertanian disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai pembakaran
yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan bakar yang tersedia
di hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, dan lain-lain.
Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi
di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3
macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai
hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api
permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam
kenyataannya semua tipe kebakaran berasal dari api permukaan.
2. Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk
tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar.
Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk
ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak
saling bersentuhan.
3. Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan.
Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai
dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan
dalam waktu yang lama pada suatu tempat.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 6


2.6 Kebakaran dan Pembakaran

Kebakaran dan pembakaran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang sama
tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran indentik dengan kejadian yang tidak
disengaja sedangkan pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja diinginkan tetapi
tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu kebakaran. Penggunaan
istilah kebakaran hutan dengan pembakaran terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda.
Penggunaan istilah ini sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap
dampak yang ditimbulkannya.

Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi digeneralisasi sebagai kebakaran hutan,


padahal sebagian besar (99,9%) kebakaran tersebut adalah pembakaran yang sengaja
dilakukan maupun akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah ataupun oleh pelaku binis
kehutanan atau perkebunan, sedangkan sisanya (0,1%) adalah karena alam (petir, larva
gunung berapi). Saharjo (1999) menyatakan bahwa baik di areal HTI, hutan alam dan
perladangan berpindah dapat dikatakan bahwa 99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia
adalah berasal dari ulah manusia, entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang
terjadi akibat kelalaian pada saat penyiapan lahan. Bahan bakar dan api merupakan faktor
penting untuk mempersiapkan lahan pertanian dan perkebunan (Saharjo, 1999). Pembakaran
selain dianggap mudah dan murah juga menghasilkan bahan mineral yang siap diserap oleh
tumbuhan. Banyaknya jumlah bahan bakar yang dibakar di atas lahan akhirnya akan
menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan yang luas. Untuk itu, agar dampak
lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka penggunaan api dan bahan bakar pada
penyiapan lahan haruslah diatur secara cermat dan hati-hati. Untuk menyelesaikan masalah
ini maka manajemen penanggulangan bahaya kebakaran harus berdasarkan hasil penelitian
dan tidak lagi hanya mengandalkan dari terjemahan textbook atau pengalaman dari negara
lain tanpa menyesuaikan dengan keadaan lahan di Indonesia (Saharjo, 2000).

2.7 Penyebab Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 7


3. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

2.8 Kerugian yang ditimbulkannya

Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai isu


lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di berbagai belahan dunia
tahun 1997/98 yang menghanguskan lahan seluas 25 juta hektar. Kebakaran tahun 1997/98
mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7
milyar dan biaya akibat pencemaran kabut sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita
akibat kebakaran hutantersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak
ekonomi bagikegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait dengan
emisi karbon kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar (Tacconi, 2003).

Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi (2003),


menunjukkan bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US $ 2,84
milayar sampai US $ 4,86 milyar yang meliputi kerugian yang dinilai dengan uang dan
kerugian yang tidak dinilai dengan uang. Kerugian tersebut mencakup kerusakan yang terkait
dengan kebakaran seperti kayu, kematian pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian
dan sebagainya serta biaya yang terkait dengan kabut asap seperti kesehatan, pariwisata dan
transportasi.

2.9 Dampak Kebakaran Hutan

2.9.1 Dampak Kebakaran Hutan terhadap Lingkungan Biologis

Yang dimaksud dengan lingkungan biologi yaitu segala sesuatu di sekitar manusia yang
berupa organisme hidup selain dari manusia itu sendiri seperti hewan, tumbuhan, dan
decomposer. Dampak yang ditimbulkan dari adanya kebakaran hutan khususnya terhadap
lingkungan biologis antara lain sebagai berikut:

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 8


1. Terhadap flora dan fauna

Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan


alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu,
terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora,
kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies
endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. Selain itu,
kebakaran hutan dapat mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik
karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan
banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.

Beberapa dampak kebakaran tehadap hewan dan tumbuhan antara lain sebagai berikut:

 FAUNA

Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang yang akan kehilangan tempat
tinggal yang digunakan untuk berlindung serta tempat untuk mencarimakan. Dengan
demikian, hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru setelah terjadinya
kebakaran tersebut akan mengalami penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan.

Contoh dampak kebakaran hutan bagi beberapa hewan antara lain sebagai berikut:

 Geobin : seluruh daur hidupnya di dalam tubuh tanah (Ciliophora, Rhizopoda &
Mastigophora, dll)
 Geofil : sebagian daur hidupnya di dalam tubuh tanah (serangga)

 FLORA

Kehidupan tumbuhan berhubungan erat dengan hutan yang merupakan tempat


hidupnya. Kebakaran hutan dapat mengakibatkan berkurangnya vegetasi tertentu.

Contoh dampak kebakaran hutan terhadap tumbuhan adalah sebagai berikut:

 Tumbuhan tingkat tinggi (akar pohon, semak atau rumput)


 Tumbuhan tingkat rendah (bakteri, cendawan dan Ganggang)

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 9


Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga
apabila terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga
mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi
penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah

2. Terhadap keanekaragaman hayati

Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman hayati. Hutan
yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan.
Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan
tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana
banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir
tersebut juga sulit diperhitungkan.

3. Terhadap mikroorganisme

Kebakaran hutan dapat membunuh organisme (makroorganisme dan mikroorganisme)


tanah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah. Makroorganisme tanah
misalnya: cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan drainase tanah, dan
mikroorganisme tanah misalnya: mikorisa yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara
P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan Fe akan terbunuh. Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada
bintil-bintil akar tumbuhan Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi ntrogen akan
menurun. Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan serasah saat
kebakaran pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal akan membuat
mikroorganisma mati, karena sebagian besar mikroorganisma tanah memiliki adaptasi suhu
yang sempit. Namun demikian, apabila mikroorganisme tanah tersebut mampu bertahan
hidup, maka ancaman berikutnya adalah terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat
membunuhnya. Dengan terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah
dijelaskan di atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi
terhenti.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 10


4. Terhadap organisme dalam tanah

Kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak langsung terhadap kematian populasi


dan organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi yaitu merusak habitat dari
organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya lapisan serasah, juga bisa
menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat dan iklim mikro. Kebakaran hutan
menyebabkan bahan makanan untuk organisme menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah
mudah mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini
kemungkinan menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang sangat besar dalam
habitat. Efek negatif ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme tanah akhirnya
kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisika, kimia dan biologi tanah pada
hutan dan hutan yang sudah dibuka pada daerah Buffer Zone dan Resort Sei Betung pada
Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan April hingga Mei 2011.

Penelitian ini mengambil 12 titik sampel tanah sebagai bahan penelitian, yaitu 6 sampel
pada hutan asli dan 6 sampel pada hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian. Metode
yang digunakan adalah Survei Bebas tingkat survei semi detail dan analisis data kandungan
bahan organik tanah dengan metode Walkley and Black, hara Nitrogen total tanah dengan
metode Kjeldhalterm, Tekstur tanah dengan metode Hidrometer, pH tanah dengan metode
Elektrometri, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan metode Ekstraksi NH4OAc pH 7 serta
nisbah C/N tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik
digolongkan dalam 4 kriteria, yakni sangat rendah dan rendah (pada tanah hutan yang sudah
dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan), sedang dan tinggi (pada tanah
hutan alami). N-total tanah digolongkan dalam 3 kriteria, yakni rendah (pada tanah hutan
alami), sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami dan hutan yang sudah dibuka untuk lahan
pertanian tanaman musiman dan tahunan). Rasio C/N tanah digolongkan dalam 4 kriteria,
yakni sangat rendah (pada tanah hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman
musiman dan tahunan), rendah, sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami). pH tanah

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 11


digolongkan dalam 3 kriteria, yakni sangat masam, masam dan agak masam. Tekstur tanah
lebih dominan lempung berpasir. Kapasitas Tukar Kation tanah digolongkan dalam 1 kriteria,
yakni rendah (pada tanah hutan alami dan hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian
tanaman musiman dan tahunan)

2.9.2 Dampak Kebakaran Hutan terhadap Manusia

Menteri Kesehatan RI, 2003 menyatakan bahwa kebakaran hutan menimbulkan


polutan udara yang dapat menyebabkan penyakit dan membahayakan kesehatan manusia.
Berbagai pencemar udara yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan, misalnya : debu dengan
ukuran partikel kecil (PM10 & PM2,5), gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran
pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.

Selain itu juga dapat menimbulkan gangguan jarak pandang/ penglihatan, sehingga
dapat menganggu semua bentuk kegiatan di luar rumah. Gumpalan asap yang pedas akibat
kebakaran yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998 meliputi wilayah Sumatra dan
Kalimantan, juga Singapura dan sebagian dari Malaysia dan Thailand. Sekitar 75 juta orang
terkena gangguan kesehatan yang disebabkan oleh asap. (Cifor,2001).

Gambut yang terbakar di Indonesia melepas karbon lebih banyak ke atmosfir daripada
yang dilepaskan Amerika Serikat dalam satu tahun. Hal itu membuat Indonesia menjadi salah
satu pencemar lingkungan terburuk di dunia pada periode tersebut (Applegate, G. dalam
CIFOR, 2001).

Dampak kebakaran hutan 1997/98 bagi ekosistem direvisi karena perubahan


perhitungan luas kebakaran yang ditemukan. Taconi, 2003 menyebutkan bahwa kebakaran
yang mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar 1,62-2,7
miliar dolar. Biaya akibat pencemaran kabut asap sekitar 674-799 juta dolar; biaya ini
kemungkinan lebih tinggi karena perkiraan dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di
Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon menunjukkan bahwa
kemungkinan biayanyamencapai2,8 miliar dolar.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 12


2.10 Pencegahan Kebakaran Hutan di Indonesia

Upaya untuk menangani kebakaran hutan ada dua macam, yaitu penanganan yang
bersifat represif dan penanganan yang bersifat preventif. Penanganan kebakaran hutan yang
bersifat represif adalah upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi kebakaran
hutan setelah kebakaran hutan itu terjadi. Penanganan jenis ini, contohnya adalah
pemadaman, proses peradilan bagi pihak-pihak yang diduga terkait dengan kebakaran hutan
(secara sengaja), dan lain-lain.

Sementara itu, penanganan yang bersifat preventif adalah setiap usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilakukan dalam rangka menghindarkan atau mengurangi kemungkinan
terjadinya kebakaran hutan. Jadi penanganan yang bersifat preventif ini ada dan dilaksanakan
sebelum kebakaran terjadi. Selama ini, penanganan yang dilakukan pemerintah dalam kasus
kebakaran hutan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, lebih banyak didominasi oleh
penanganan yang sifatnya represif. Berdasarkan data yang ada, penanganan yang sifatnya
represif ini tidak efektif dalam mengatasi kebakaran hutan di Indonesia.

Hal ini terbukti dari pembakaran hutan yang terjadi secara terus menerus. Sebagai
contoh : pada bulan Juli 1997 terjadi kasus kebakaran hutan. Upaya pemadaman sudah
dijalankan, namun karena banyaknya kendala, penanganan menjadi lambat dan efek yang
muncul (seperti : kabut asap) sudah sampai ke Singapura dan Malaysia. Sejumlah pihak
didakwa sebagai pelaku telah diproses, meskipun hukuman yang dijatuhkan tidak membuat
mereka jera. Ketidakefektifan penanganan ini juga terlihat dari masih terus terjadinya
kebakaran di hutan Indonesia, bahkan pada tahun 2008 ini. Oleh karena itu, berbagai
ketidakefektifan perlu dikaji ulang sehingga bisa menghasilkan upaya pengendalian
kebakaran hutan yang efektif.

Menurut UU No 45 Tahun 2004, pencegahan kebakaran hutan perlu dilakukan secara


terpadu dari tingkat pusat, provinsi, daerah, sampai unit kesatuan pengelolaan hutan. Ada
kesamaan bentuk pencegahan yang dilakukan diberbagai tingkat itu, yaitu penanggungjawab
di setiap tingkat harus mengupayakan terbentuknya fungsi-fungsi berikut ini :

1. Mapping : pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya masing-masing.


Fungsi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun yang lazim digunakan adalah
3 cara berikut:

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 13


 pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu
maupun hasil prediksi.
 pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa (Partisipatory
Rural Appraisal)
 pemetaan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau citra
satelit

2. Informasi : penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.

Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning system) di
setiap tingkat. Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan 2 cara berikut :

 analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah


 pengolahan data hasil pengintaian petugas

3. Sosialisasi : pengadaan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat.

Penyuluhan dimaksudkan agar menginformasikan kepada masyarakat di setiap


wilayah mengenai bahaya dan dampak, serta peran aktivitas manusia yang
seringkali memicu dan menyebabkan kebakaran hutan. Penyuluhan juga bisa
menginformasikan kepada masayarakat mengenai daerah mana saja yang rawan terhadap
kebakaran dan upaya pencegahannya. Pembinaan merupakan kegiatan yang mengajak
masyarakat untuk dapat meminimalkan intensitas terjadinya kebakaran hutan.

Sementara, pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya yang


tinggal di sekitar wilayah rawan kebakaran hutan,untuk melakukan tindakan awal dalam
merespon kebakaran hutan.

4. Standardisasi : pembuatan dan penggunaan SOP (Standard Operating Procedure).


Untuk memudahkan tercapainya pelaksanaan program pencegahan kebakaran hutan
maupun efektivitas dalam penanganan kebakaran hutan, diperlukan standar yang baku
dalam berbagai hal berikut :

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 14


 Metode pelaporan

Untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan data yang masuk, khususnya
data yang berkaitan dengan kebakaran hutan, harus diterapkan sistem pelaporan yang
sederhana dan mudah dimengerti masyarakat. Ketika data yang masuk sudah lancar,
diperlukan analisis yang tepat sehingga bisa dijadikan sebuah dasar untuk kebijakan yang
tepat.

 Peralatan

Standar minimal peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa diterapkan
oleh pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali sehubungan dengan potensi
terjadinya kebakaran hutan, fasilitas pendukung, dan sumber daya manusia yang tersedia di
daerah.

 Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan

Standardisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan kebakaran


yang efisien dan efektif dalam mencegah maupun menangani kebakaran hutan yang terjadi.
Adanya standardisasi ini akan memudahkan petugas penanganan kebakaran untuk segera
mengambil inisiatif yang tepat dan jelas ketika terjadi kasus kebakaran hutan

5. Supervisi : pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung


dengan hutan. Pemantauan adalah kegiatan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
perusakan lingkungan, sedangkan pengawasan adalah tindak lanjut dari hasil analisis
pemantauan. Jadi, pemantauan berkaitan langsung dengan penyediaan data,kemudian
pengawasan merupakan respon dari hasil olah data tersebut. Pemantauan, menurut
kementerian lingkungan hidup, dibagi menjadi empat, yaitu :

 Pemantauan terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang


diamati. Contoh : patroli hutan
 Pemantauan tertutup (intelejen) : Pemantauan yang dilakukan dengan cara
penyelidikan yang hanya diketahui oleh aparat tertentu.
 Pemantauan pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan, dan
keterangan dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 15


 Pemantauan aktif : Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan menghimpun
data di lapangan secara primer. Contohnya : melakukan survei ke daerah-daerah
rawan kebakaran hutan. Sedangkan, pengawasan dapat dilihat melalui 2 pendekatan,
yaitu :

6. Preventif : kegiatan pengawasan untuk pencegahan sebelum terjadinya perusakan


lingkungan (pembakaran hutan). Contohnya : pengawasan untuk menentukan status
ketika akan terjadi kebakaran hutan
7. Represif : kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk menanggulangi perusakan yang
sedang terjadi atau telah terjadi serta akibat-akibatnya sesudah terjadinya kerusakan
lingkungan.

Untuk mendukung keberhasilan, upaya pencegahan yang sudah dikemukakan diatas,


diperlukan berbagai pengembangan fasilitas pendukung yang meliputi :

1. Pengembangan dan sosialisasi hasil pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan


Hasil pemetaan sebisa mungkin dibuat sampai sedetail mungkin dan disebarkan pada
berbagai instansi terkait sehingga bisa digunakan sebagai pedoman kegiatan institusi
yang berkepentingan di setiap unit kawasan atau daerah.
2. Pengembangan organisasi penyelenggara Pencegahan Kebakaran Hutan
Pencegahan Kebakaran Hutan perlu dilakukan secara terpadu antar sektor, tingkatan
dan daerah. Peran serta masyarakat menjadi kunci dari keberhasilan upaya
pencegahan ini. Sementara itu, aparatur pemerintah, militer dan kepolisian, serta
kalangan swasta perlu menyediakan fasilitas yang memadai untuk memungkinkan
terselenggaranya Pencegahan Kebakaran Hutan secara efisien dan efektif.
3. Pengembangan sistem komunikasi

Sistem komunikasi perlu dikembangkan seoptimal mungkin sehingga koordinasi antar


tingkatan (daerah sampai pusat) maupun antar daerah bisa berjalan cepat. Hal ini akan
mendukung kelancaran early warning system, transfer data, dan sosialisasi kebijakan
yangberkaitan dengan kebakaran hutan

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 16


2.11 Penanggulan Kebakaran Hutan di Indonesia

Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam Peraturan


Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan.
Adapun upaya penanggulangan yang dimaktub tersebut antara lain:

1. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di


semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan langkah pembinaan
terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika kawasan hutan telah memasuki
status Siaga I dan juga Siaga II.
2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan serta dana
pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan hingga instansi lain
bahkan juga pihak swasta.
3. Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui dengan
PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan PUSDALKARHUTDA
tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga hutan.
4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal menanggulangi
kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara yang berbatasan dengan kita
misalnya dengan Malaysia berama pasukan BOMBA-nya. Atau juga dengan Australia
bahkan Amerika Serikat.

Upaya penanggulangan kebakaran hutan ini tentunya harus sinkron dengan upaya
pencegahan. Sebab walau bagaimanapun, pencegahan jauh lebih baik dari memanggulangi.
Ada beragam cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah kebakaran hutan khususnya
yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti membuang punting rokok di wilayah yang
kering, kegiatan pembukaan lahan dan juga api unggun yang lupa dimatikan. Upaya
pencegahannya adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya mereka yang
berhubungan langsung dengan hutan.

Masyarakat ini biasanya tinggal di wilayah hutan dan memperluas area pertaniannya
dengan membakar. Pemerintah harus serius mengadakan sosialisiagar hal ini bisa dicegah.
Pada dasarnya upaya penanggulangan kebakaran hutan juga bisa disempurnakan jika
pemerintah mau memanfaatkan teknologi semacam bom air. Atau bisa juga lebih lanjut
ditemukan metode yang lebih efisien dan ampuh menaklukkan kobaran api di hutan. Langkah

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 17


yang paling baik adalah dengan mengikutsertakan para perangkat pendidikan agar merancang
teknologi maupun metode yang membantu pemerintah di level praktis. Sokongan dana dari
pemerintah akan membuat program tersebut lebih baik dan terarah.

2.12 Beberapa Kasus Kebakaran Hutan yang Terjadi Didunia

2.12.1 Kebakaran Hutan di Riau

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali menangkap seorang


petani saat membersihkan lahan dengan cara membakar di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Penangkapan dilakukan saat BNPB melakukan patroli.

“Kejadiannya beberapa hari lalu saat tim melakukan patroli udara dan darat,” kata Humas
BNPB Agus Wibowo di Pekanbaru, Minggu (21/7) seperti dikutip Antara.

Dia menjelaskan, pelaku yang teriindikasi sebagai petani pemilik lahan di Kabupaten
Siak ini diamankan oleh tim pemantau yang terdiri atas pasukan Tentara Nasional Indonesia
(TNI), masyarakat dan Polri.

“Sampai saat ini patroli masih terus berjalan dengan dikoordinir Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Riau,” katanya

Dengan tertangkapnya seorang pelaku pembakar hutan ini, maka total jumlah
pembakar lahan perorangan ada sebanyak 25 orang. Saat ini Polda Riau juga tengah
melakukan penyelidikan terhadap 12 kasus dan 5 kasus penyidikan dengan tersangka 24
orang dan satu korporasi.

Sebanyak 24 tersangka tersebut merupakan pelaku pembakar hutan maupun individu


yang memang ingin memperluas lahan dengan menyuruh membakar hutan. Hingga saat ini
dilaporkan situasi di Riau semakin kondusif meskipun pada peristiwa pembakaran hutan
tersebut dua orang dicatat meninggal yang mana satu orang bahkan turut terbakar.

Sementara untuk kasus pembakaran hutan yang melibatkan perusahaan perkebunan di


Provinsi Riau masih ‘menggantung’. Sejauh ini Polda Riau belum juga menetapkan tersangka
pada kasus yang terindikasi melibatkan sebuah perusahaan perkebunan, PT Adei Plantation
(AP). Untuk memperkuat dugaan itu, Polda Riau berencana mengambil keterangan saksi ahli.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 18


Saksi ahli yang rencana didatangkan ada beberapa, di mana menurut informasi
kepolisian saksi tersebut dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan akademisi.

Polda Riau sebelumnya juga telah memeriksa sebanyak 16 saksi dari kalangan karyawan dan
pejabat perusahaan diduga pembakar lahan.

2.12.2 Kebakaran Hutan di Sydney

Langit di atas pelabuhan kota Sydney berubah menjadi memerah pada Kamis kemarin
akibat kebakaran hutan di sebagian besar area di negara bagian New South Wales (NSW),
Australia. Menurut laporan petugas pemadam kebakaran, terdapat hampir 100 titik api yang
ada di Australia bagian tenggara itu.

Kantor berita BBC, Kamis 17 Oktober 2013, melansir, sebanyak 200 rumah
diperkirakan ikut terbakar dalam insiden tersebut. Jumlah itu masih dapat terus bertambah,
karena petugas pemadam kebakaran hingga kini masih menghitung.

Akibat kebakaran tersebut, satu orang dilaporkan tewas saat sedang berusaha
melindungi rumahnya di Danau Munmorah di Central Coast agar tidak ikut terbakar. Korban
tewas adalah pria berusia 63 tahun dan meregang nyawa akibat serangan jantung pada Kamis
sore waktu setempat. Tiga pemadam kebakaran terluka.

Dugaan sementara, kebakaran disebabkan suhu udara yang sangat panas dan angin
kencang. Kendati suhu udara dan kecepatan angin sudah mulai menurun, namun kebakaran
masih terus terjadi di pinggiran kota Sydney.

Menurut laporan BBC, sekitar dua ribu petugas pemadam kebakaran dikerahkan ke
seluruh negara bagian untuk mengendalikan si jago merah. Namun, masih banyak titik api
yang di luar kendali mereka.

Wakil Kepala Layanan Pemadam Kebakaran Pedesaan NSW, Rob Rogers,


mengatakan ini merupakan kondisi kebakaran terparah yang pernah dia lihat dalam satu
dekade terakhir. “Ada ribuan kilometer area yang terbakar api dan harus kami padamkan,”
ujar Rogers.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 19


Hal serupa turut diperkuat kesaksian petugas pemadam kebakaran lainnya yang
menyebut ketinggian api mencapai 20 hingga 30 meter. Perdana Menteri, Tony Abbott, yang
mengetahui soal bencana ini, berkunjung ke daerah Blue Mountain, area terparah yang
terkena bencana. Abbott mengaku salut terhadap upaya para petugas pemadam kebakaran.
“Orang-orang ini adalah sosok yang pada hari biasa bersama-sama mendukung dan
melindungi sesama warga Australia,” ungkap Abbott.

Untuk sementara ini, api memang dapat dikendalikan, namun suhu panas diprediksi
akan kembali melanda NSW mulai pekan depan. Menurut laporan Dailymail, kebakaran
hutan kerap terjadi di Negeri Kangguru saat suhu udara tinggi. Aksi kebakaran terparah
lainnya pernah terjadi di tahun 2009 silam yang menyebabkan 173 orang tewas dan melalap
dua ribu rumah di Negara Bagian Victoria.

2.12.3 Kebakaran Hutan di California

Kebakaran hutan di California telah menghanguskan lebih dari 100 bangunan,


termasuk 11 rumah, dan menghanguskan areal hutan seluas 155 kilometer persegi. Petugas
pemadam kebakaran yang berjuang mengatasi kebakaran besar di negara bagian California
yang telah menghanguskan hutan luas di salah satu taman nasional terkenal mengatakan
mereka seharusnya akan memadamkan kebakaran itu sepenuhnya minggu ini.

Dinas Kehutanan Amerika memperkirakan yang disebut Lingkar Kebakaran di Taman


Nasional Yosemite dan sekitarnya akan dipadamkan 100 persen hari Jumat. Hingga Kamis
tengah hari, kebakaran itu 84 persen dipadamkan dan telah menghanguskan 104.000 hektar
lahan.

Jay Millier, ekolog senior kebakaran hutan hari Kamis memberitahu Associated Press
kebakaran besar itu telah membuat wilayah mirip permukaan bulan yang “dinuklir” di
pegunungan Sierra Nevada yang lebih besar dari wilayah manapun yang pernah terbakar
dalam ratusan tahun. Dia mengatakan tidak ada lagi yang tersisa di hampir 40 persen wilayah
lokasi kebakaran kecuali lahan hangus.

Pemerintah Amerika pekan lalu mengatakan Lingkar Api itu disebabkan oleh seorang
pemburu yang tidak dapat mengendalikan api unggun ilegal yang dinyalakannya pada tanggal

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 20


17 Agustus. Dinas Kehutanan Amerika mengatakan belum ada orang yang ditahan dalam
kasus itu.

Kebakaran itu telah menghanguskan lebih dari 100 bangunan, termasuk 11 rumah,
dan membuat area seluas 155 kilometer persegi dalam keadaan mati semuanya.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 21


BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

1. Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu
dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan
sebagainya.

2. Kebakaran dan penebangan liar merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap
sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran dan penebangan hutan
menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas
negara.

3. Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada
masyarakat, pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas

4. Akibat penebangan hutan,2100 mata air mengering dan akibat dari penebangan juga
mengakibatkan kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat.

3. 2 Saran

Bagi para pembaca makalah ini dan juga semua orang bahwa hutan merupakan sumber
kehidupan bagi manusia apabila hutan sudah tidak ada lagi maka kehidupan manusia akan
berubah dan kemiskinan akan terjadi. Maka dari itu menjaga kelestarian hutan jangan lah
dianggap mudah.

Dan bagi para pecinta alam ,teruskanlah usaha penjagaan itu dengan sebaik-baiknya dan juga
tingkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mau merusaknya, cegah agar tidak
terjadi kerusakan dihutan kita ini.

Kebakaran Hutan, ILMU LINGKUNGAN Page 22

Anda mungkin juga menyukai