Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMATEMESIS MELENA


Di Ruang DAHLIA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Individu


Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
HANIF MITAHUL IZA
17/420973/KU/20158

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN,KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMATEMESIS MELENA


Di Ruang DAHLIA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Individu


Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
HANIF MITAHUL IZA
17/420973/KU/20158

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN,KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018

HEMATEMESIS MELENA
Definisi
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam
seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi
tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100
ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit
dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas.
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di
rumah sakit.

Etiologi
Kelainan di esofagus
Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esofagus, tidak pernah
mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif.
Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis. Disamping mengeluh
disfagia,badan mengurus dan anemis, hanya seseklai penderita muntah darah dan itupun tidak masif.
Pada endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan mudah berdarah
yang terletak di sepertiga bawah esofagus.
Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah–muntah hebat yang pada akhirnya baru timbul
perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena
terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan
disebabkan oleh karsinoma esofagus.
Esofagitis korosiva
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria muntah darah setelah
minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air keras tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan
asam HCl, yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esofagus dan lambung. Disamping muntah darah
penderita juga mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar di mulut. Dada dan epigastrum.
Esofagitis dan tukak esofagus
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat intermittem atau kronis dan biasanya
ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada hematemsis. Tukak di esofagus jarang sekali
mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
Kelainan di lambung
Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang menyebabkan
iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan juga apakah
penderita sedang atau sering menggunakan obat rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum
alkohol atau jamu-jamuan.
Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hatidan sebelum hematemesis didahului
rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum timbul
hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan
pedih berkurang. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melene lebih dominan dari hematemesis.
Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada umumnya datang berobat
sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa
lekas kenyang dan badan menjadi lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan
lain-lain.
Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.

Tanda Dan Gejala


Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi
dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare
Demam, berat badan turun, lekas lelah.
Ascites, hidratonaks dan edemo.
Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila secara klinis didapati adanya
demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam
keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa, wasir dan varises
esofagus.
Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:
Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis. Amenore, hiperpigmentasi
areola mamae
Spider nevi dan eritema, Hiperpigmentasi dan Jari tabuh

Pathway dan Patofisiologi


a. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan
kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal
dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier
terhadap asam klorida.
b. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik yaitu : fase yang dimulai dengan
rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang
pada gilirannya merangsang saraf vagal , (2) fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam
lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding
lambung, dan (3) fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
sebagai gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
c. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan lambung itu sendiri. Faktor
lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah , keseimbangan asam basa, integritas sel
mukosa dan regenersi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami ulkus peptikum karena satu dari
dua faktor ini , yaitu; (1) hipersekresi asam lambung (2) kelemahan barier mukosa lambung.
Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik ;
salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan obat antiinflamasi.
d. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma
dalam pancreas.
e. Ulkus Stres
Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari duodenal atau area lambung yang
terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis
berat dan trauma organ multipel.

Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lemah atau kesadaran menurun maka
dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati
menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti:
leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala
hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan
yang keluar dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu diperhatikan adalah
keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar
dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati.
Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti,
eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah hapus,
golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan
penderita.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus dan
diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum. emeriksaan tersebut
dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung
untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan
radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.
Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara endoskopik menjadi
sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain
dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi
cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang
sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin
setelah hematemesis berhenti.
Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik seperti
sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini
memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

Komplikasi:
Syok hipovolemik
Anemia

Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya diraat
di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
Pengawasan dan pengobatan umum
Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan
paraldehid sebaiknya dihindarkan.
Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan
makanan cair.
Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis selama belum tersedia darah.
Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin
50-70 % harga normal.
Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC),
antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan.
Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh
usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah lambung)
dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan
vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan
demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air
sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang
setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah
jernih.
Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan
perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga
dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut
terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan
anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya
pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat
diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja
ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi
perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB
tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan
bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon
SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara
pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap
berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah :
ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6
minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.

Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)
Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan akibat
mual muntah
Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan diri.
VIII. Intervensi Keperawatan
NoDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria hasilIntervensiRasional1
Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)Tujuan: Kebutuhan
cairan terpenuhi setelah dilakukan perawatan.

Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal.
Turgor kulit normal.
Membran mukosa lembab.
Produksi urine output seimbang
Muntah darah dan berak darah berhentiUkur dan catat pemasukkan dan pengeluaran.

Monitor vital sign

Monitor cairan parentral

Monitor laboratorium ; Hb, HctDokumentasi yang akurat membantu meng-identifikasi kehilangan cairan
atau memenuhi kebutuhan cairan dan mempengaruhi tindakan selanjutnya.

Hipotensi, tachikardi, peningkatan respirasi merupakan indikasi kekurangan cairan.

Penurunan volume cairan petensial untuk terjadinya dehidrasi, kolaps kardiovaskuler tidak seimbangnya
cairan dan elektrolit.

Anemia, Hct rendah terjadi akibat kehilangan cairan pada saat muntah darah dan berak darah
2Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahanTujuan:
Setelah dilakukan perawatan perfusi jaringan adekuat

Kriteria hasil :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 60-100x /menit
Akral hangat
Sianosis (-)
CRT< 2 s
Turgor
Auskultasi frekuensi dan irama jantung

Observasi warna dan suhu kulit, membrane mukosa


Ukur keluaran urin

Cek kualitas nadi

Observasi adanya edema

Kolaborasi pemberian IV lineFrekuensi dan irama jantung yang abnormal menunjukkan perfusi jaringan
yang tidak adekuat
Kulit pucat dan sianosis, suhu dingin merupakan tanda fase konstriksi perifer
Menandakan keseimbanagan intake output cairan
Nadi lemah menandakan gangguan perfusi jaringan perifer
Edema menandakan adanya gangguan perfusi jaringan
Peningkatan cairan untuk mendukung perfusi jaringan.3Gangguan pemenuhan ADL berhubungan
dengan kelemahan akibat anemiaTujuan: Pasien mampu melakukan akvitas hariannya dengan bantuan
orang lain.

Kriteria Hasil:
Tingkat kemandirian klien meningkat dari kemandirian total ke parsial.
Klien memperoleh bantuan untuk memenuhi kebutuhan ADL secara parsial.
Kebutuhan makan, minum, BAB, BAK, mandi, dan ganti baju terpenuhi.
Observasi respon terhadap aktivitas

Identifikasi faktor yang mempengaruhi pemenuhan ADL seperti stres, efek samping obat, pemasangan
WSD

Rencanakan periode istirahat

Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADL


Melihat kemampuan beraktivitas klien

Intevensi dilaksanakan sesuai faktor yang mempengaruhi

Mengurangi kelelahan melalui isitirahat yang cukup

Membantu pasien untuk memenhi kebutuhannya tanpa menyebabkan kelelahan


4Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan akibat
mual muntahTujuan: Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan perawatan

Kriteria Hasil:
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Nilai laboratorium dalam batas normalTentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Ketahui makanan kesukaan pasien

pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit


pertahankan oral hygiene

kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang tepatmengetahui sejauh mana bantuan akan diberikan

menambah nafsu makan pasien

memastikan pasien mendapatkan nutrisi adekuat

mengetahui status nutrisi pasien


menambah nafsu makan pasien

memberikan nutrisi yang tepat bagi pasien5Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap
kesejahteraan diriTujuan : ansietas teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan

Kriteria hasil : pasien mampu mendemonstrasikan koping positif, TTV normal.Kaji perilaku koping baru
dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu.
Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan penenangan.
Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit, tindakan dan
prognosis.
Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.mengajarkan koping positif kepada pasien

membantu pasien mengurangi stres

mengurangi kecemasan pasien

mengurangi kecemasan pasien


DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth volume 2.
Jakarta: EGC.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). Sixth Edition. Mosby – Year Book, Inc.
Herdman, T.H. and Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Fifth Edition. Mosby- Year Book, Inc.
Wilkinson, Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai