PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis validitas instrumen tes.
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis reliabilitas instrumen tes.
3. Untuk mengetahui pengaplikasian uji validitas instrumen`
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian,
antara lain:
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indicator variabel, harus jelas spesifik
sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan
2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih
dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item
dalam instrumen penelitian
3. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari
keabsahan, kesahihan maupun objektivitasnya
4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti
dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian
5. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.
Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyususn instrumen
penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-
jelasnya, sehingga indicator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang
diinginkan peneliti. Dalam membuat indicator variabel, peneliti dapat menggunkan
teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan
variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel / subvariabel /
indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh satu jenis instrumen,
bisa pula lebih dari satu instrumen.
3. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out
instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis
pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi
pertanyaan didasarkan dari indicator variabel. Artinya setiap indikator akan
menghasilkan beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya.
4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan
jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen,
misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, manggantinya dengan item yang
baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya Langkah umum di atas sekedar
4
petunjuk untuk memudahkan peneliti sehingga instrumen penelitian tidak dibuat asal
jadi.
5
1. Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner Angket atau Kuesioner adalah metode
pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk
lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk
memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan ketahuinya.
Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
a) Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan rupa
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan
keadaannya. Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat
memperkirakan atau menduga kemungkinan altematif jawaban yang ada pada
responden.
Contoh pertanyaan angket terbuka:
Penataran apa saja yang pernah Anda ikuti yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Tuliskan apa, di mana,
dan berapa lama!
Jawab
No Jenis Penataran Tempat Penataran Berapa hari
1 ........................... ........................... ...........................
2 ........................... ........................... ...........................
3 ........................... ........................... ...........................
4 Data seterusnya kira-kira 5-7 nomor
6
Adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama
dengan kuesioner pilihan ganda Contoh pertanyaan angket tertutup:
Pernahkan Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
Jawab: ……………………………. ….a. Pernah ….b. Tidak
Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat memberikan centang lebih dari
satu) a. materi bidang studi b. metode mengajar/strategi belajar-mengajar c.
memilih dan penggunaan media/alat pelajaran d. menyusun alat evaluasi
c) Kuesioner langsung
Responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) Kuesioner tidak langsung
Responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain
e) Check list
Yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom jawaban yang tersedia. Di dalam penjelasan mengenai
angket dikemukakan juga bahwa dalam mengisi angket tertutup responden diberi
kemudahan dalam memberikan jawabannya. Di lain tempat, yakni di
dalam penjelasan umum mengenai instrumen disebutkan bahwa daftar cocok
adalah angket yang dalam pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek
(√).
Dengan keterangan tersebut tampaknya angket tertutup dapat dikategorikan
sebagai checklist. Namun demikian angket bukan khusus merupakan daftar.
Daftar cocok mempunyai pengertian tersendiri. Daftar cocok bukanlah angket.
Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dengan daftar
cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian pertanyaan Berta mempermudali
responden dalam memberikan respondennya. Daftar cocok memuat beberapa
pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar responden tidak
diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal tetapi dalam bentuk
membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai pengganti.
Contoh:
Berikan tanda silang tepat pada kolom yang menunjukkan kebiasaan Anda
melakukan pekerjaan di rumah yang tertera di bawah ini.
7
No Jenis kegiatan di rumah Dikerjakan Dikerjakan Dikerjakan
oleh anda bersama pembantu
1 Menyiapkan makan pagi
2 Membersihkan rumah
3 Mencuci pakaian sendiri
4 Mencuci sprei,gordeng,
dan seterusnya
5 Mencuci alat-alat makan
dan seterusnya.
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa variasi jawaban yang harus
diberikan oleh responden hanya empat macam yakni: “Dikerjakan oleh Anda”,
“Dikerjakan bersama”, dan “Dikerjakan pembantu”. Dengan daftar cocok ini
barang kali peneliti hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab responden
terhadap pekerjaan di dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan alternatif jawaban
tersebut disajikan dalam bentuk angket, alternatif jawaban hanya tiga macam itu
akan disebutkan secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama. Daripada
memakan tempat padahal responden sudahtahu (dan hafal!) apa yang harus dipilih
maka altematif tersebut disingkat dalam bentuk kolom-kolom yang apabila sudah
diisi oleh responden terlihat adanyadaftar tanda centang yang disebut daftar cocok.
Istilah “daftar cocok” juga dapat datang dari apa yang diharapkan dari responden,
yakni memberi tanda cocok atau tanda centang pada daftar pernyataan yang
disediakan.
f) Skala bertingkat
Jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya
menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai
sangat tidak setuju terhadap pernyataannya. Setelah bentuk kuesioner ditetapkan,
langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan
jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting
disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal
yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh
dalam penelitian. Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu
8
diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan
kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk
membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis
dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan
hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi,
pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda Bentuk tes seperti ini
dapat saudara laksanakan salah satunya ketika menyelesaikan tugas akhir terkait
dengan bidang garapan ke SD an diantaranya membuat laporan tugas akhir
penyelesaian studi seperti skripsi.
9
menyimpang dari rencana semula. Namun, interviu semacam ini dapat membantu
menciptakan dan menjelaskan dimensi-dimensi yang ada di dalam topic yang
sedang dipersoalkan. Kekuatan interviu terletak pada keterampilan seorang
interviewer dalam melakukan tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang,
nyaman, dan bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang
jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk mengeluarkan informasi yang
akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti air
mengalir dengan derasnya.
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi
terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar
ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di
sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala
sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa
yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait.
10
(sign system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat ( snapshot ) mengenai
situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu
sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati
terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu,
setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh,
pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally
adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati
proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program peningkatan
kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa
kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk.
Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen
observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan.
Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati
aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang
digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih
lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
Ada beberapa alat dan cara untuk mencatat hasil observasi, yaitu sebagai berikut:
a) Catatan Anekdot (anecdotal record )
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian.
Catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatn ini dilakukan terhadap
bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat tentang kejadian tersebut.
b) Catatan berkala (insidental record )
Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan. Menurut waktu munculnya
suatu gejala, tidak dilakukan secara terus menerus, melainkan pada waktu
teretntu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditentukan untuk tiap-tiap kali
pengamatan.
c) Daftar cek (check list )
Penataan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat
nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas observasi memberi
tanda cek pada gejala yang muncul
d) Skala nilai (rating scale )
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya
terletak pada kategorisasi kejadian yang dicatat. Di dalam daftar rating scale
11
tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan
diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau
mempergunakan skala 3, 5 dan 7. Misal: baik, sedang, dan buruk (skala 3);
sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk (skala 5); luar biasa, sangat
baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa buruk (skala 7). Karena itu
kecermatan dan sikap kritis observer, dalam hal ini, sangat diperlukan
e) Peralatan mekanis (mechanical device)
Pencatatan data dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi berlangsung,
karena seluruh atau sebagian peristiwa direkam dengan alat elektronik sesuai
dengan keperluan. Misalnya, peristiwa di film, photo, rekaman, menggunakan
video kaset dan lain-lain.
12
Ada juga jenis tes yang sering digunakan sebagai alat pengukur, yaitu:
a) Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek-
aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara lisan pula
b) Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara
tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan dalam bentuk tes essay (essay test) dan tes
objektif.
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi
kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek
mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki
baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah
disampaikan.
13
2. Instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi , pemahaman, dan self regulated
learning atau kemandirian belajar dalam suatu pembelajaran.
3. Instrumen penelitian ini perlu dikembangkan, pengembangan instrumen yang baik
yang dipakai untuk penelitian harus memenuhi standar yang baku karena hal tersebut
dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Melalui uji coba instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi, pemahaman
dan self regulated learning siswa, maka tersedia instrumen yang sudah valid dan
realiable yang dapat memudahkan peneliti dalam melanjutkan pengambilan data
untuk kelanjutan penulisan disertasi.
5. Berdasarkan uji coba instrumen diatas, secara umum tujuan melakukan uji coba
instrumen ini dibagi menjadi 5 bagian:
a. Mengidentifikasi soal-soal yang lemah.
b. Mengidentifikasi taraf kesukaran soal sehingga dapat sesuai dengan tujuan
instrumen yang dibuat.
c. Mengidentifikasi kemampuan daya beda soal
d. Menentukan lamanya waktu mengerjakan soal-soal tersebut.
e. Untuk menghindari adanya bias dalam setiap pernyataan yang dibuat serta serta
menghindari adanya tumpang tindih antar soal.
6. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
7. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara.
8. Sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staf peneliti.
14
Sedangkan suatu instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Neraca yang valid dapat digunakan untuk
menguur massa dan menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur panjang.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Untuk mendapatkan hasil peneltian yang valid dan reliabel, maka instrumen
penelitian yang digunakan pun mutlak harus valid dan reliabel. Namun hal ini tidak berarti
bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reabilitasnya,
otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi
oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data.
Instrumen-instrumen dalam ilmu alam biasanya telah diakui validitas dan
reliabilitasnya (kecuali yang rusak atau palsu). Instrumen-instrumen tersebut dapat
dipercaya sebab telah teruji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk
memperoleh data. Sedangkan ilnstrumen-instrumen dalam ilmu sosial biasanya juga sudah
ada yang baku karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang
belum baku bahkan belum ada. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya,
jika digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya
kebenarannya. Oleh sebab itu, sebelum digunakan untuk mengukur, instrumen harus
dikalibrasi (diuji validitas dan reliabilitasnya).
Pada dasarnya, terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk tes
untuk mengukur hasil belajar dan instrumen nontes untuk mengukur sikap. Instrumen
yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap
jawabannya bersifat “positif atau negatif”.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen
yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen
secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di
dalam instrumen itu. Sedangkan bila kriteria instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta
empiris yang telah ada, maka itu merupakan instrumen yang memiliki validitas eksternal.
Jadi, validitas internal instrumen dikembangan menurut teori yang relevan sedangkan
validitas eksternal instrumen dikembangkan dengan fakta empiris. Menurut Sugiyono
(2010), suatu penelitian dikatakan memiliki validitas internal jika data yang dihasilkan
15
merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan, dan memiliki validitas
eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel lain (digeneralisasikan).
Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct validity
(validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Instrumen yang mempunyai
validitas konstruksi, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukut gejala sesuai
dengan yang didefinisikan. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content
validity) adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur
prestasi belajar (achievement ) dan mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan.
Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content
validity), maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program,
maka instrumen yang disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya
instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka
instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.
16
Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan validitasnya, tinggi, sedang
atau rendah, bukan valid dan tidak valid.
Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.
2. Jenis-jenis Validitas Instrumen
Menurut American Psycological Association (APA) jenis validitas yaitu content
validity, construct validity, dan criterion-related validity.
a. Content Validity
Menurut Mansyur dkk (2015) Validitas isi adalah sejauhmana sebuah tes dapat
menjangkau seluruh kawaasan yang ingin di ukur oleh tes tersebut. Terdapat dua
macam tipe content validiy yaitu, face validity dan logical validity.
Face Validity
Adalah penyimpulan berdasarkan aspek-aspek pemeriksaan tes item mengukur
semua aspek yang relevan yang didasarkan pada akal sehat (common sense),
sehingga ada anggapan bahwa face validity adalah tipe validitas yang paling
rendah tingkat signifikansinya.
Logical Validity.
Disebut juga sebagai sampling validity yang dalam mengaplikasikan metode
ini menuntut batasan-batasan yang seksama terhadap seluruh kawasan perilaku
yang di ukur oleh alat ukur tersebut. Misalnya banyak diaplikasikan untuk
mengukur kepribadian.
b. Construct Validity
Validitas konstruk menunjukan sejauhmana suatu tes mengukur kontruk teori
yang menjadi acuan atau dasar penyusunan tes tersebut. Tujuan utamanya adalah
berusaha membuktikan apakah sebuah hasil pengukuran yang diperoleh di
dapatkan melalui item-item tes yang berkorelasi tinggi dengan konstruk teoritik
atau skor yang diperoleh mendukung konsep teoritik yang diinginkan oleh tujuan
pengukuran semula.
Menurut Cronbach dalam Azwar (2015), bahwa untuk menguji validitas kontruk
melibatkan paling tidak tiga langkah yaitu :
1) Mengartikulasikan serangkaian konsep teoritik dan interalasinya
2) Mengembangkan cara untuk mengkur hipotetik yang ditetapkan
3) Menguji secara empirik hubungan hipotetik diantara konstruk tersebut dan
manisfetasinya yang tampak.
17
Ada dua macam pendekatan dalam pengujian validitas konstruk yaitu :
1) Pendekatan Multitraiid-multimethod
Maksudnya validitas yang baik diperlihatkan oleh adanya korelasi yang tinggi
diantara hasil pengukuran dengan trait yang sama oleh beberapa metode yang
berbeda (convergent validity), atau sebaliknya tidak adanya korelasi di antara
hasil pengukuran terhadap beberapa trait yang berbeda sekalipun di ukur
menggunakan metode yang serupa (discriminant validity)
2) Validitas faktorial
Merupakan kumpulan prosedur matematik yang kompleks guna menganalisis
adanya saling hubungan di atara variabel-variabel dan menjelskan saling
hubungan tersebut dalam bentuk kelompok variabel yang terbatas yang
disebut faktor.
c. Criterion-Related Validity
Umumnya dikenal dua tipe validitas berdasarkan kriteria yaitu validitas prediktif
dan validitas konkuren.
1) Validitas Prediktif
Apabila tes dirancang untuk memperbaiki performa di masa yang akan datang
maka tes harus memiliki fungsi prediktif dan fungsi tersebut harus di validasi
oleh skor kriteria yang relevan yang tidak lain adalah skor performa yang
hendak diprediski itu sendiri, sehingga prosedur validasi ini tidak dapat
dialakukan sebelum meperoleh hasil skor performanya.
2) Validitas Konkuren
Dilakukan dengan cara menguji sejauhmana kesesuaian antara hasil ukur
instrumen tersebut dengan hasil ukur instrumen lain yang relevan dan kualitas
psikometriknya sudah teruji. Dalam hal ini instrumen lain yang relevan dan
kualitas psikometriknya sudah teruji di perlakukan sebagai kriteria validasi.
2.3 Pengertian Reliabilitas dan jenis Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable
apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama,
atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
18
Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti
yang lain juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan
data berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena
reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain
mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode
yang sama maka akan menghasilkan data yang sama.
Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid senantiasa
reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya dengan
validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest, reliabilitas
bentuk ekuivalen, reliabilitas belah tengah, dan reliabilitas ekuivalen rasional.
a) Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan
konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi
skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau
lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam
mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu
adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut.
Dengan melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui sejauh mana
konsistensi suatu tes mengukur dengan apa yang ingin di ukur. Reliabilitas tes-
retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk menentukan prediktor,
misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan bermanfaat, jika ternyata
menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara signifikan saat diberikan
kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tes-retes, juga tepat ketika
bentuk alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang
mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang pertama.
Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat jawabannya, jika
item-item yang ada banyak mengandung faktor sejarah, dibanding bentuk jawaban
item ilmu pengetahuan aljabar misalnya. Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan
dengan cara seperti berikut:
a. Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.
b. Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama
tersebut.
c. Korelasikan hasil tes tersebut.
19
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya
permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika dilakukan
tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka mahasiswa
memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga tes yang
kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sia-sia hafalan
yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang, kemampuan
para pelaku yang mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua kemungkinan,
yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor intervensi dari faktor belajar
para subyek.
20
Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk
konsistensi alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari
bentuk tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa
pengambilan tes reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat,
jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama,
sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk
alternatif tes tersedia , yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa
reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor
seseorang tidak akan dipengarui oleh cara mengadministrasi tes tersebut.
Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari
satu kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses
dan setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai
post- tes. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh
kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan
menggunakan tes sama. Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas
secara ekuivalen yaitu:
21
diperlukan jika tes sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah
meliputi langkah-langkah:
1) Berikan seluruh tes pada satu kelompok.
2) Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian
pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada
setengah bagian kedua.
3) Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek
mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item
genap.
4) Korelasikan 2 skor himpunan itu.
Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti
instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
RESPONDEN
1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0
2 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
3 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
4 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
5 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
6 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
7 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
8 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
9 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
10 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
11 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
12 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
22
13 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
14 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1
15 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
16 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
17 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1
18 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
19 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
20 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
22 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1
23 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
24 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
25 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1
26 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
27 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
28 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1
29 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a. UJI VALIDITAS
2. Masukkan data ke dalam SPSS
3. Pilih Analyze Scale reliability analysis
4. Masukkan item p1 p19
5. Pilih Box Alpa
6. Pada kotak statistic pilih/centrang Item, scale, scale if item deleted
7. Pada Inter-item pilih Correlations
8. Continue dan OK
23
Jika r hitung > r tabel maka dinyatakan valid
r hitung = corrected item-total correlation
df = n – 2 = 30 – 2 = 28 tabel r = 0.361 dan α = 0.05
jadi :
p1 : 0.462 > r tabel (0.361) Valid
p3 : 0.035 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p4 : 0.100 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p5 : 0.312 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p6 : 0.605 > r tabel (0.361) Valid
p7 : 0.422 > r tabel (0.361) Valid
p8 : 0.125 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p9 : 0.156 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p10 : 0.285 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p11 : 0.761 > r tabel (0.361) Valid
p12 : 0.445 > r tabel (0.361) Valid
p13 : 0.246 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p14 : 0.178 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p15 : 0.257 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p16 : 0.035 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p17 : 0.024 < r tabel (0.361) Tidak Valid
p18 : 0.761 > r tabel (0.361) Valid
p19 : 0.605 > r tabel (0.361) Valid
24
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang tidak valid harus
dilakukan uji ulang sampai mendapat nilai r hitung > r tabel (0.361).
25
Jika cronbach’s alpa ≥ 0.6 Reliabel
Jadi, nilai cronbach’s alpa = 0.662 ≥ 0.6 sehingga item pertanyaan penelitan
diatas bersifat reliabel
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen yang
dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni validitas dan
reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat merupakan
instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Karena biasanya
instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas
lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum memiliki validitas dan reliabilitas yang belum
terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang digunakan mampu memberikan informasi yang
sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata
lain, instrumen yang dipakai dalam penelitian memiliki validitas yang baik.
3.2 Saran
1. Seorang peneliti sebaiknya sebelum melaksanakan penelitian harus menyusun instrumen
penelitian yang baik;
2. Seorang peneliti sebaiknya sebelum melaksanakan penelitian harus menguji validitas dan
reliabilitas dalam mengadakan penelitian;
27
DAFTAR PUSTAKA
Izaak Latunussa. 1988. Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Manyur, dkk. 2015. Asesmen Pembelajaran di Sekolah; Panduan bagai guru dan calon guru.
Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
28