Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu
suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat
ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur
pengumpulan data yang di tempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi
mengungkapkan fakta menjadi data, sehigga jika instrumen yang digunakan mempunyai
kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliable maka data yang diperoleh akan sesuai
dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen
yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah,
maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru. Untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula
menggunakan instrumen yang dibuat sendiri, instrumen yang telah tersedia pada umumnya
adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel
tertentu. Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan data
variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan
catatan bahwa teori yang dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan
teori yang diacu dalam penelitian kita. Selain itu konstruk variabel yang hendak kita ukur
dalam penelitian. Akan tetapi jika instrumen yang baku belum tersedia untuk
mengumpulkan data variabel penelitian, maka instrumen untuk mengumpulkan data
variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam rangka
memahami pengembangan instrumen penelitian, maka berikut ini akan dibahas mengenai
beberapa hal yang terkait, diantaranya pengertian instrumen, langkah-
langkah pengembangan instrumen, fungsi instrumen, validitas dan reliabilitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari validitas instrumen tes?
2. Apa saja jenis-jenis validitas instrumen tes?
3. Apa pengertian dari reliabilitas instrumen tes?
4. Apa saja jenis-jenis reliabilitas instrumen tes?
5. Bagaimana pengaplikasian uji validitas instrumen?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis validitas instrumen tes.
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis reliabilitas instrumen tes.
3. Untuk mengetahui pengaplikasian uji validitas instrumen`

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intrumen Pengumpulan Data Penelitian


Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data. Menyusun instrumen
adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh
lebih penting lagi, terutama jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap
masuknya unsur subjektif peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan
data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya
yaitu pengumpulan variabel yang tepat.
Pengumpulan data dalam penelitian perlu dipantau agar data yang diperoleh dapat
terjaga tingkat validitas dan reliabilitasnya. Walaupun telah menggunakan instrumen yang
valid dan reliabel tetapi jika dalam proses penelitian tidak diperhatikan bisa jadi data yang
terkumpul hanya onggokkan sampah. Peneliti yang memiliki jawaban responden sesuai
keinginannya akan semakin tidak reliabel. Oleh karena itu, pengumpul data walaupun
tampaknya hanya sekedar pengumpul data tetapi harus tetap memenuhi persyaratan
tertentu yaitu yang mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya.
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang
abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya
melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Peneliti
dapat menggunakan salah satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian. Hal ini
karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau idaknya, tergantung pada alat ukur
tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
memadai. Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa
digunakan pada penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat seorang
peneliti harus merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya. Susunan instrumen
untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain. Hal ini disebabkan
karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang berbeda- beda.

3
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian,
antara lain:
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indicator variabel, harus jelas spesifik
sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan
2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih
dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item
dalam instrumen penelitian
3. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari
keabsahan, kesahihan maupun objektivitasnya
4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti
dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian
5. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyususn instrumen
penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-
jelasnya, sehingga indicator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang
diinginkan peneliti. Dalam membuat indicator variabel, peneliti dapat menggunkan
teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan
variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel / subvariabel /
indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh satu jenis instrumen,
bisa pula lebih dari satu instrumen.
3. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out
instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis
pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi
pertanyaan didasarkan dari indicator variabel. Artinya setiap indikator akan
menghasilkan beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya.
4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan
jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen,
misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, manggantinya dengan item yang
baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya Langkah umum di atas sekedar

4
petunjuk untuk memudahkan peneliti sehingga instrumen penelitian tidak dibuat asal
jadi.

A. Kegunaan instrumen penelitian


Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel
(peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu
penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator penelitian diukur dengan baik,
maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan secara
sederhana fungsi dari instrumen penelitian.
1. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
2. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara.
3. Sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.

B. Jenis Instrumen Pengumpulan Data


Tabel 1
Metode dan Jenis Instrumen Pengumpulan Data

No Jenis Metode Jenis Instrumen


1 Angket (quisioner) Angket (quisioner)
Daftar cocok (checklist)
Skala (scala)
Inventori (inventory)
2 Wawancara (interview) Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (checklist)
3 Pengamatan/Observasi Lembar pengamatan, panduan pengamatan,
(Observation) panduan observasi (observation sheet,
observation schedule), Daftar cocok
(checklist)
4 Ujian/Test (test) Soal ujian, soal test atau test (test),
Inventori (inventory)
5 Dokumentasi Daftar cocok (checklist)
Tabel

5
1. Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner Angket atau Kuesioner adalah metode
pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk
lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk
memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan ketahuinya.
Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
a) Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan rupa
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan
keadaannya. Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat
memperkirakan atau menduga kemungkinan altematif jawaban yang ada pada
responden.
Contoh pertanyaan angket terbuka:
Penataran apa saja yang pernah Anda ikuti yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Tuliskan apa, di mana,
dan berapa lama!
Jawab
No Jenis Penataran Tempat Penataran Berapa hari
1 ........................... ........................... ...........................
2 ........................... ........................... ...........................
3 ........................... ........................... ...........................
4 Data seterusnya kira-kira 5-7 nomor

Menggali informasi mengenai identitas responden biasanya dilakukan dengan


membuat pertanyaan terbuka. Keuntungan pertanyaan terbuka terdapat pada dua
belah pihak yakni pada responden dan pada peneliti:
1) Keuntungan pada responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan
atau keadaannya.
2) Keuntungan pada peneliti: mereka akan memperoleh data yang
bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan
demikian
b) Kuesioner tertutup

6
Adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama
dengan kuesioner pilihan ganda Contoh pertanyaan angket tertutup:
Pernahkan Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
Jawab: ……………………………. ….a. Pernah ….b. Tidak
Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat memberikan centang lebih dari
satu) a. materi bidang studi b. metode mengajar/strategi belajar-mengajar c.
memilih dan penggunaan media/alat pelajaran d. menyusun alat evaluasi
c) Kuesioner langsung
Responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) Kuesioner tidak langsung
Responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain
e) Check list
Yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom jawaban yang tersedia. Di dalam penjelasan mengenai
angket dikemukakan juga bahwa dalam mengisi angket tertutup responden diberi
kemudahan dalam memberikan jawabannya. Di lain tempat, yakni di
dalam penjelasan umum mengenai instrumen disebutkan bahwa daftar cocok
adalah angket yang dalam pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek
(√).
Dengan keterangan tersebut tampaknya angket tertutup dapat dikategorikan
sebagai checklist. Namun demikian angket bukan khusus merupakan daftar.
Daftar cocok mempunyai pengertian tersendiri. Daftar cocok bukanlah angket.
Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dengan daftar
cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian pertanyaan Berta mempermudali
responden dalam memberikan respondennya. Daftar cocok memuat beberapa
pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar responden tidak
diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal tetapi dalam bentuk
membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai pengganti.
Contoh:
Berikan tanda silang tepat pada kolom yang menunjukkan kebiasaan Anda
melakukan pekerjaan di rumah yang tertera di bawah ini.

7
No Jenis kegiatan di rumah Dikerjakan Dikerjakan Dikerjakan
oleh anda bersama pembantu
1 Menyiapkan makan pagi
2 Membersihkan rumah
3 Mencuci pakaian sendiri
4 Mencuci sprei,gordeng,
dan seterusnya
5 Mencuci alat-alat makan
dan seterusnya.

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa variasi jawaban yang harus
diberikan oleh responden hanya empat macam yakni: “Dikerjakan oleh Anda”,
“Dikerjakan bersama”, dan “Dikerjakan pembantu”. Dengan daftar cocok ini
barang kali peneliti hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab responden
terhadap pekerjaan di dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan alternatif jawaban
tersebut disajikan dalam bentuk angket, alternatif jawaban hanya tiga macam itu
akan disebutkan secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama. Daripada
memakan tempat padahal responden sudahtahu (dan hafal!) apa yang harus dipilih
maka altematif tersebut disingkat dalam bentuk kolom-kolom yang apabila sudah
diisi oleh responden terlihat adanyadaftar tanda centang yang disebut daftar cocok.
Istilah “daftar cocok” juga dapat datang dari apa yang diharapkan dari responden,
yakni memberi tanda cocok atau tanda centang pada daftar pernyataan yang
disediakan.

f) Skala bertingkat
Jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya
menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai
sangat tidak setuju terhadap pernyataannya. Setelah bentuk kuesioner ditetapkan,
langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan
jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting
disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal
yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh
dalam penelitian. Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu

8
diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan
kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk
membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis
dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan
hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi,
pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda Bentuk tes seperti ini
dapat saudara laksanakan salah satunya ketika menyelesaikan tugas akhir terkait
dengan bidang garapan ke SD an diantaranya membuat laporan tugas akhir
penyelesaian studi seperti skripsi.

2. Bentuk Instrumen Wawancara/Interview


Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer ) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer ) dinamakan interviu.
Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau interview guide.
Dalam pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara
bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa
lembar pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus tetap
mengingat data yang harus terkumpul.
Interviu dapat dibedakan dalam dua jenis berikut ini:
a) Interview berstruktur
Dalam interview berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan
kepada interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Keuntumgan pendekatan ini
adalah bahwa pendekatan ini telah dibakukan. Karena itu, jawabannya dapat
dengan mudah dikelompokkan dan dianalisis. Kelemahannya, pendekatan ini
kaku dilakukan dalam teknik ini dapat meningkatkan releabilitas interviu, tetapi
dapat menurunkan kemampannya mendalami persoalan yang diselidiki
b) Interview tak terstruktur
Interview ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan
tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan
lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Interviu seperti ini bersifat
luwes dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan dengan subjek dan suasana
pada saat interviu dilaksanakan. Teknik wawncara ini tidak dapat segera
dipergunakan untuk pengukuran mengingat subjek mendapat kebebasan untuk
menjawab sesuka hatinya dan pertanyaan yang diajukan interviewer dapat

9
menyimpang dari rencana semula. Namun, interviu semacam ini dapat membantu
menciptakan dan menjelaskan dimensi-dimensi yang ada di dalam topic yang
sedang dipersoalkan. Kekuatan interviu terletak pada keterampilan seorang
interviewer dalam melakukan tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang,
nyaman, dan bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang
jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk mengeluarkan informasi yang
akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti air
mengalir dengan derasnya.
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi
terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar
ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di
sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala
sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa
yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait.

3. Bentuk Instrumen Observasi


Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi
observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen
yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner,
rekaman gambar, dan rekaman suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam
observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang
telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi
atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah
sekolah, objek yang akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan
dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang
mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan
kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya
berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah
memelihara peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan
sebagainya. Bekerja dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda

10
(sign system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat ( snapshot ) mengenai
situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu
sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati
terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu,
setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh,
pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally
adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati
proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program peningkatan
kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa
kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk.
Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen
observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan.
Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati
aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang
digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih
lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
Ada beberapa alat dan cara untuk mencatat hasil observasi, yaitu sebagai berikut:
a) Catatan Anekdot (anecdotal record )
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian.
Catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatn ini dilakukan terhadap
bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat tentang kejadian tersebut.
b) Catatan berkala (insidental record )
Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan. Menurut waktu munculnya
suatu gejala, tidak dilakukan secara terus menerus, melainkan pada waktu
teretntu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditentukan untuk tiap-tiap kali
pengamatan.
c) Daftar cek (check list )
Penataan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat
nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas observasi memberi
tanda cek pada gejala yang muncul
d) Skala nilai (rating scale )
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya
terletak pada kategorisasi kejadian yang dicatat. Di dalam daftar rating scale

11
tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan
diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau
mempergunakan skala 3, 5 dan 7. Misal: baik, sedang, dan buruk (skala 3);
sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk (skala 5); luar biasa, sangat
baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa buruk (skala 7). Karena itu
kecermatan dan sikap kritis observer, dalam hal ini, sangat diperlukan
e) Peralatan mekanis (mechanical device)
Pencatatan data dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi berlangsung,
karena seluruh atau sebagian peristiwa direkam dengan alat elektronik sesuai
dengan keperluan. Misalnya, peristiwa di film, photo, rekaman, menggunakan
video kaset dan lain-lain.

C. Bentuk Instrumen Tes


Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada sesorang dengan
maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Persyaratan pokok bagi tes adalah validitas dan reliabilitas.
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari
subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas
butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur. Berdasarkan
sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu:
a) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian
seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat
khusus, dan sebagainya,
b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang,
c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat
intelektual seseorang,
d) tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam
menghadapi suatu kondisi,
e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang
terhadap sesuatu,
f) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang
setelah ia mempelajari sesuatu.

12
Ada juga jenis tes yang sering digunakan sebagai alat pengukur, yaitu:
a) Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek-
aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara lisan pula
b) Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara
tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan dalam bentuk tes essay (essay test) dan tes
objektif.
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi
kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek
mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki
baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah
disampaikan.

D. Bentuk Instrumen Dokumentasi


Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi
yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang
memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk
instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi,
peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list,
peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan
pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-
bukti sejarah, landasan hhukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek
penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.

E. Fungsi Instrumen Penelitian


Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel
(peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu
penelitian. Semakin suatu peubah, konsep dan indikator penelitian diukur dengan baik,
maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan. Secara
sederhana fungsi dari instrumen penelitian diantaranya:
1. Alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu
variabel yang diteliti.

13
2. Instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi , pemahaman, dan self regulated
learning atau kemandirian belajar dalam suatu pembelajaran.
3. Instrumen penelitian ini perlu dikembangkan, pengembangan instrumen yang baik
yang dipakai untuk penelitian harus memenuhi standar yang baku karena hal tersebut
dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Melalui uji coba instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi, pemahaman
dan self regulated learning siswa, maka tersedia instrumen yang sudah valid dan
realiable yang dapat memudahkan peneliti dalam melanjutkan pengambilan data
untuk kelanjutan penulisan disertasi.
5. Berdasarkan uji coba instrumen diatas, secara umum tujuan melakukan uji coba
instrumen ini dibagi menjadi 5 bagian:
a. Mengidentifikasi soal-soal yang lemah.
b. Mengidentifikasi taraf kesukaran soal sehingga dapat sesuai dengan tujuan
instrumen yang dibuat.
c. Mengidentifikasi kemampuan daya beda soal
d. Menentukan lamanya waktu mengerjakan soal-soal tersebut.
e. Untuk menghindari adanya bias dalam setiap pernyataan yang dibuat serta serta
menghindari adanya tumpang tindih antar soal.
6. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
7. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara.
8. Sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staf peneliti.

F. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen


Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh sebab itu dibutuhkan
alat ukur atau instrumen penelitian yang baik (telah teruji validitas dan reabilitasnya) agar
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Perlu dibedakan antara hasil
penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan reliabel.
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya. Terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek berwarna
merah, sedangkan data yang terkumpul memberi data berwarna putih maka hasil
penelitian tidak valid. Sedangkan hasil penelitian dikatakan reliabel, menurut Sugiyono
(2010) yakni bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek
kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.

14
Sedangkan suatu instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Neraca yang valid dapat digunakan untuk
menguur massa dan menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur panjang.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Untuk mendapatkan hasil peneltian yang valid dan reliabel, maka instrumen
penelitian yang digunakan pun mutlak harus valid dan reliabel. Namun hal ini tidak berarti
bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reabilitasnya,
otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi
oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data.
Instrumen-instrumen dalam ilmu alam biasanya telah diakui validitas dan
reliabilitasnya (kecuali yang rusak atau palsu). Instrumen-instrumen tersebut dapat
dipercaya sebab telah teruji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk
memperoleh data. Sedangkan ilnstrumen-instrumen dalam ilmu sosial biasanya juga sudah
ada yang baku karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang
belum baku bahkan belum ada. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya,
jika digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya
kebenarannya. Oleh sebab itu, sebelum digunakan untuk mengukur, instrumen harus
dikalibrasi (diuji validitas dan reliabilitasnya).
Pada dasarnya, terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk tes
untuk mengukur hasil belajar dan instrumen nontes untuk mengukur sikap. Instrumen
yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap
jawabannya bersifat “positif atau negatif”.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen
yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen
secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di
dalam instrumen itu. Sedangkan bila kriteria instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta
empiris yang telah ada, maka itu merupakan instrumen yang memiliki validitas eksternal.
Jadi, validitas internal instrumen dikembangan menurut teori yang relevan sedangkan
validitas eksternal instrumen dikembangkan dengan fakta empiris. Menurut Sugiyono
(2010), suatu penelitian dikatakan memiliki validitas internal jika data yang dihasilkan

15
merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan, dan memiliki validitas
eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel lain (digeneralisasikan).
Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct validity
(validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Instrumen yang mempunyai
validitas konstruksi, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukut gejala sesuai
dengan yang didefinisikan. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content
validity) adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur
prestasi belajar (achievement ) dan mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan.
Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content
validity), maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program,
maka instrumen yang disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya
instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka
instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.

2.2 Pengertian Dan Jenis-Jenis Validitas Instrumen Tes


1. Pengertian Validitas
Menurut Azwar (2015) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengkurannya.
Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data
yang secara akurat memberikan gambaran mengai variabel yang diukrseperti yang
dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut.
Penetapan validnya suatu alat pengukur bergantung pada pertimbangan untuk
apa dan untuk siapa alat itu digunakan. Secara luas dapat dikatakan bahwa validitas
mengajar seorang guru bergantung pada tujuan tertentu dan subyek (mata pelajaran)
tertentu. Misalnya guru A hanya valid mengajar bidang studi tertentu untuk kelompok
siswa tertentu, misalnya mengajar di sekolah menengah. Guru tersebut tidak valid jika
mengajar bidang studi lain dan mengajar bukan di sekolah menengah. Beberapa
karakteristik dari validitas:
 Validitas sebenarnya menunjukkan kepada hasil dari penggunaan instrumen
tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki
validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan
diukur.

16
 Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan validitasnya, tinggi, sedang
atau rendah, bukan valid dan tidak valid.
 Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.
2. Jenis-jenis Validitas Instrumen
Menurut American Psycological Association (APA) jenis validitas yaitu content
validity, construct validity, dan criterion-related validity.

a. Content Validity
Menurut Mansyur dkk (2015) Validitas isi adalah sejauhmana sebuah tes dapat
menjangkau seluruh kawaasan yang ingin di ukur oleh tes tersebut. Terdapat dua
macam tipe content validiy yaitu, face validity dan logical validity.
 Face Validity
Adalah penyimpulan berdasarkan aspek-aspek pemeriksaan tes item mengukur
semua aspek yang relevan yang didasarkan pada akal sehat (common sense),
sehingga ada anggapan bahwa face validity adalah tipe validitas yang paling
rendah tingkat signifikansinya.
 Logical Validity.
Disebut juga sebagai sampling validity yang dalam mengaplikasikan metode
ini menuntut batasan-batasan yang seksama terhadap seluruh kawasan perilaku
yang di ukur oleh alat ukur tersebut. Misalnya banyak diaplikasikan untuk
mengukur kepribadian.
b. Construct Validity
Validitas konstruk menunjukan sejauhmana suatu tes mengukur kontruk teori
yang menjadi acuan atau dasar penyusunan tes tersebut. Tujuan utamanya adalah
berusaha membuktikan apakah sebuah hasil pengukuran yang diperoleh di
dapatkan melalui item-item tes yang berkorelasi tinggi dengan konstruk teoritik
atau skor yang diperoleh mendukung konsep teoritik yang diinginkan oleh tujuan
pengukuran semula.
Menurut Cronbach dalam Azwar (2015), bahwa untuk menguji validitas kontruk
melibatkan paling tidak tiga langkah yaitu :
1) Mengartikulasikan serangkaian konsep teoritik dan interalasinya
2) Mengembangkan cara untuk mengkur hipotetik yang ditetapkan
3) Menguji secara empirik hubungan hipotetik diantara konstruk tersebut dan
manisfetasinya yang tampak.

17
Ada dua macam pendekatan dalam pengujian validitas konstruk yaitu :

1) Pendekatan Multitraiid-multimethod
Maksudnya validitas yang baik diperlihatkan oleh adanya korelasi yang tinggi
diantara hasil pengukuran dengan trait yang sama oleh beberapa metode yang
berbeda (convergent validity), atau sebaliknya tidak adanya korelasi di antara
hasil pengukuran terhadap beberapa trait yang berbeda sekalipun di ukur
menggunakan metode yang serupa (discriminant validity)
2) Validitas faktorial
Merupakan kumpulan prosedur matematik yang kompleks guna menganalisis
adanya saling hubungan di atara variabel-variabel dan menjelskan saling
hubungan tersebut dalam bentuk kelompok variabel yang terbatas yang
disebut faktor.

c. Criterion-Related Validity
Umumnya dikenal dua tipe validitas berdasarkan kriteria yaitu validitas prediktif
dan validitas konkuren.
1) Validitas Prediktif
Apabila tes dirancang untuk memperbaiki performa di masa yang akan datang
maka tes harus memiliki fungsi prediktif dan fungsi tersebut harus di validasi
oleh skor kriteria yang relevan yang tidak lain adalah skor performa yang
hendak diprediski itu sendiri, sehingga prosedur validasi ini tidak dapat
dialakukan sebelum meperoleh hasil skor performanya.
2) Validitas Konkuren
Dilakukan dengan cara menguji sejauhmana kesesuaian antara hasil ukur
instrumen tersebut dengan hasil ukur instrumen lain yang relevan dan kualitas
psikometriknya sudah teruji. Dalam hal ini instrumen lain yang relevan dan
kualitas psikometriknya sudah teruji di perlakukan sebagai kriteria validasi.
2.3 Pengertian Reliabilitas dan jenis Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable
apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama,
atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.

18
Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti
yang lain juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan
data berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena
reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain
mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode
yang sama maka akan menghasilkan data yang sama.
Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid senantiasa
reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya dengan
validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest, reliabilitas
bentuk ekuivalen, reliabilitas belah tengah, dan reliabilitas ekuivalen rasional.
a) Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan
konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi
skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau
lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam
mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu
adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut.
Dengan melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui sejauh mana
konsistensi suatu tes mengukur dengan apa yang ingin di ukur. Reliabilitas tes-
retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk menentukan prediktor,
misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan bermanfaat, jika ternyata
menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara signifikan saat diberikan
kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tes-retes, juga tepat ketika
bentuk alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang
mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang pertama.
Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat jawabannya, jika
item-item yang ada banyak mengandung faktor sejarah, dibanding bentuk jawaban
item ilmu pengetahuan aljabar misalnya. Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan
dengan cara seperti berikut:
a. Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.
b. Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama
tersebut.
c. Korelasikan hasil tes tersebut.

19
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya
permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika dilakukan
tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka mahasiswa
memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga tes yang
kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sia-sia hafalan
yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang, kemampuan
para pelaku yang mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua kemungkinan,
yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor intervensi dari faktor belajar
para subyek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifsial dan rendah.


Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes berikutnya
diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam Sukardi, 2007)
memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya satu bulan terlalu
panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui tes-retes diantara
satu atau dua minggu.
b) Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi
Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur
reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada
dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama.
Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama,
mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkatan kesulitan dan
mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama.

Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas idealnya


jika grup yang sama mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun
variabilitas skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika
dikehendaki, sebenarnya kita dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang
berbeda dari ranah tingkah laku yang sama. Yang perlu diperhatikan mestinya
adalah dalam hal apakah skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas
item-item yang dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan setiap
setnya menggambarkan ranah yang setaraf maka penggambaran tersebut mestinya
benar.

20
Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk
konsistensi alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari
bentuk tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa
pengambilan tes reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat,
jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama,
sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk
alternatif tes tersedia , yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa
reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor
seseorang tidak akan dipengarui oleh cara mengadministrasi tes tersebut.

Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari
satu kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses
dan setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai
post- tes. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh
kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan
menggunakan tes sama. Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas
secara ekuivalen yaitu:

1) Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.


2) Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
3) Administrasi hasilnya secara baik.
4) Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang kedua
kalinya pada grup terebut.
5) Korelasikan kedua hasil tes skor.
Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekuivalen
baik. Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya rendah maka reliabilitas
ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu bentuk yang
dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama penelitian
pendidikan.yang perlu juga di ketahui para peneliti adalah bahwa tes ekuivalen
mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial
ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul terjadinya kesalahan
pengukuran
c) Reliabilitas Belah Tengah
Reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang
berdasarkan konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini

21
diperlukan jika tes sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah
meliputi langkah-langkah:
1) Berikan seluruh tes pada satu kelompok.
2) Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian
pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada
setengah bagian kedua.
3) Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek
mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item
genap.
4) Korelasikan 2 skor himpunan itu.
Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti
instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.

d) Reliabiltas Ekuivalen Rasional


Reliabilitas ini tergolong juga dalam reliabilitas berdasarkan konsistensi internal.
Reliabilitas ini diperoleh dengan cara menghitung konsistensi internal dengan
menentukan bagaimana semua item-item saling berhubungan dan berhubunga
denga tes secara keseluruhan. Reliabilitas ekuivalen rasional menggunakan rumus
Kuder-Richardson.

2.4 Pengaplikasian Uji Validitas Instrumen

UJI VALIDITAS KUISIONER PENGETAHUAN SISWA TENTANG PHBS

NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
RESPONDEN
1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0
2 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
3 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
4 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
5 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
6 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
7 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
8 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
9 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
10 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
11 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
12 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1

22
13 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
14 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1
15 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
16 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
17 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1
18 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
19 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
20 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
22 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1
23 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
24 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
25 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1
26 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
27 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
28 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1
29 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

a. UJI VALIDITAS
2. Masukkan data ke dalam SPSS
3. Pilih Analyze  Scale  reliability analysis
4. Masukkan item p1  p19
5. Pilih Box Alpa
6. Pada kotak statistic pilih/centrang Item, scale, scale if item deleted
7. Pada Inter-item pilih Correlations
8. Continue dan OK

23
Jika r hitung > r tabel maka dinyatakan valid
r hitung = corrected item-total correlation
df = n – 2 = 30 – 2 = 28  tabel r = 0.361 dan α = 0.05
jadi :
p1 : 0.462 > r tabel (0.361)  Valid
p3 : 0.035 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p4 : 0.100 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p5 : 0.312 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p6 : 0.605 > r tabel (0.361)  Valid
p7 : 0.422 > r tabel (0.361)  Valid
p8 : 0.125 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p9 : 0.156 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p10 : 0.285 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p11 : 0.761 > r tabel (0.361)  Valid
p12 : 0.445 > r tabel (0.361)  Valid
p13 : 0.246 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p14 : 0.178 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p15 : 0.257 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p16 : 0.035 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p17 : 0.024 < r tabel (0.361)  Tidak Valid
p18 : 0.761 > r tabel (0.361)  Valid
p19 : 0.605 > r tabel (0.361)  Valid

24
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang tidak valid harus
dilakukan uji ulang sampai mendapat nilai r hitung > r tabel (0.361).

2.5 UJI RELIABILITAS

25
Jika cronbach’s alpa ≥ 0.6  Reliabel

Jadi, nilai cronbach’s alpa = 0.662 ≥ 0.6 sehingga item pertanyaan penelitan
diatas bersifat reliabel

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen yang
dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni validitas dan
reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat merupakan
instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Karena biasanya
instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas
lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum memiliki validitas dan reliabilitas yang belum
terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang digunakan mampu memberikan informasi yang
sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata
lain, instrumen yang dipakai dalam penelitian memiliki validitas yang baik.
3.2 Saran
1. Seorang peneliti sebaiknya sebelum melaksanakan penelitian harus menyusun instrumen
penelitian yang baik;
2. Seorang peneliti sebaiknya sebelum melaksanakan penelitian harus menguji validitas dan
reliabilitas dalam mengadakan penelitian;

27
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2015.Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Izaak Latunussa. 1988. Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Manyur, dkk. 2015. Asesmen Pembelajaran di Sekolah; Panduan bagai guru dan calon guru.
Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Roesdakarya.

28

Anda mungkin juga menyukai