Operasi mixing banyak dijumpai di industri, seperti di industri kimia, minyak, oil dan gass, pulp dan papper, dan industri fermentasi. Mixing disebut dengan core process, karena keberhasilan proses keseluruhan tergantung pada proses mixing yang efektif antara fluida-fluida yang terlibat. Proses pencampuran atau mixing merupakan peristiwa menyebarnya suatu bahan ke dalam bahan lainnya dan sebaliknya, dimana sebelumnya bahan tersebut terpisah fase, akan membentuk suatu hasil campuran yang lebih homogen. Proses pencampuran atau mixing diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan bahan-bahan sehingga didapat hasil campuran yang homogen. Tujuan dari proses pencampuran atau mixing yaitu mengurangi ketidaksamaan atau ketidakrataan dalam komposisi, temperatur atau sifat-sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Prinsip dari pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda. Pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu dan keadaan produk atau jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan proses pencampuran tersebut.. Proses pengadukan (agitation) dalam pencampuran atau mixing memiliki peran penting demi tercapainya hasil yang baik dalam proses pencampuran. Proses pengadukan ini akan menggerakkan bahan-bahan agar saling berkontak sehingga bahan yang tadinya terpisah dapat bercampur membentuk suatu campuran yang lebih homogen. Secara garis besar, pengadukan dapat menyebabkan bahan-bahan bergerak dan menimbulkan reduksi gerakan atau kontak tertentu, sehingga sebagai akibat dari pergerakkan tersebut, maka terjadilah proses pencampuran atau mixing. Aplikasi mixing di industri umumnya berlangsung di reaktor tangki berpengaduk, dimana dalam tangki tersebut bahan-bahan yang dicampurkan akan diputar dengan gaya tertentu agar dapat menyebar sehingga bahan-bahan tersebut dapat bercampur, proses perputaran dengan gaya tertentu itulah yang disebut dengan proses pengadukan atau agitation. Tangki dengan sistem pengadukan ini biasa disebut dengan mixing tank. Proses mixing ini digunakan impeller sebagai mixer yang akan mencampurkan dua fase atau lebih yang terpisah. Ada beberapa tipe impeller yang biasa digunakan antara lain: propeller, paddle dan turbine. Setiap impeller ini memiliki tingkat efisiensi yang berbeda terhadap proses pencampuran.
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana prinsip dan cara kerja fluid mixing apparatus? 2) Apa saja faktor yang mempengaruhi perbedaan pola aliran? 3) Bagaimana pengaruh penggunaan baffle dan bentuk impeller terhadap pola aliran? 4) Apa saja faktor yang mempengaruhi efisiensi pencampuran? 5) Bagaimana pengaplikasian fluid mixing apparatus dalam industri? 1.3. Tujuan 1) Mengetahui prinsip dan cara kerja fluid mixing apparatus. 2) Mengetahui faktor yang mempengaruhui perbedaan pola aliran. 3) Memahami pengaruh penggunaan baffle dan bentuk impeller terhadap pola aliran. 4) Mengetahui faktor yang mempengaruhi efisiensi pencampuran. 5) Mengetahui pengaplikasian fluid mixing apparatus dalam industri. 1.4. Manfaat 1) Mampu memahami prinsip operasi dari fluid mixing apparatus. 2) Mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi waktu pencampuran. 3) Mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi efisiensi pencampuran. 4) Mampu memahami pengaruh penggunaan baffle dan bentuk impeller terhadap pola aliran. 5) Mampu mengetahui aplikasi dari fluid mixing apparatus