Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Rheumatic Heart Desease (RHD)” dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati praktikan ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Sunarsih Rahayu S.Kep .,Ns., M.Kep selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Anak
2. Orang tua yang telah memberi doa dan dukungan.
3. Teman-teman kelas II B yang telah membantu kelancaran penyusunan
makalah.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Surakarta,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2.1 Definisi
Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A
(Pusdiknakes, 1993).
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A
(Pusdiknakes,1993).
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang
biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta
hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan
dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub (LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak, 1994)
2.2Etiologi
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini
sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatanya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati.
2. Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak
wanita dibanding anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar
menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin. Kelainan katub
sebagai gejala sisa penyakit jantung rheumatic menunjukkan perbedaan
jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral
sering didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi aorta lebih
sering ditemukan pada laki-laki
4. Umur
Umur agaknya merupakan factor predisposisi terpenting pada
timbulnya penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering
mengenai anak berumur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun, tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan
sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun
2.3 Patofisiologi
Terjadinya jantung rematik disebabkan langsung oleh demam
rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi
streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua
persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung merupakan organ
sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.
Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya
jaringan tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung
dirusak oleh organisme tersebut, namun hal ini merupakan fenomena
sensitivitas atau reaksi, yang terjadi sebagai respon
terhadap streptokokus hemolitikus. Leukosit darah akan tertimbun
pada jaringan yang terkena dan membentuk nodul, yang kemudian
akan diganti dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja terlibat
dalam proses inflamasi ini; artinya, berkembanglah miokarditis
rematik, yang sementara melemahkan tenaga kontraksi jantung.
Demikian pula pericardium juga terlibat; artinya, juga
terjadi pericarditis rematik selama perjalanan akut penyakit.
Komplikasi miokardial dan pericardial biasanya tanpa meninggalkan
gejala sisa yang serius. Namun sebaliknya endokarditis
rematik mengakibatkan efek samping kecacatan permanen.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan
dengan adanya tumbuhan kecil yang transparan, yang menyerupai
manik dengan ukuran sebesar kepala jarum pentul, tersusun dalam
deretan sepanjang tepi bilah katup. Manic-manik kecil itu tidak
tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katup,
namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka
menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara bertahap
menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkan menjadi memendek dan
menebal dibanding yang normal, sehingga tidak dapat menutup
dengan sempurna. Terjadilah kebocoran, suatu keadaan yang disebut
regurgitasi katup. Tempat yang palinh sering mengalami regurgitasi
katup adalah katup mitral.
b. Kriteria Minor
· Memang mempunyai riwayat RHD
· Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi,
klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
· Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak
tentu
· Leukositosis
· Peningkatan laju endap darah ( LED )
· C- reaktif Protein ( CRP ) positif
· P-R interval memanjang
· Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )
· Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO ) Karena penyakit jantung
rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus
betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan
ditujukan pada radang tersebut. Ini dapat berupa :
a. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan
dilanjutkan dengan pencegahan. Erythromycin diberikan kepada
mereka yang alergi terhadap penicillin.
b. Obat anti rematik
Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang
berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut
pada DR.
c. Manajemen Diet
Tujuan diet pada penyakit jantung reumatik adalah memberikan
makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah
atau menghilangkan penimbunan garam atau air. Syarat-syarat diet
pada penyakit jantung reumatik antara lain:
· Energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang normal.
· Protein yang cukup yaitu 0,8 gram/KgBB
· Lemak sedang yaitu 25-30 % dari kebutuhan energi total (10 % dari
lemak jenuh dan 15 % dari lemak tidak jenuh).
· Vitamin dan mineral yang cukup.
· Diet rendah garam (2-3 gram/hari).
· Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.
· Serat yang cukup untuk menghindari konstipasi.
· Cairan cukup 2 liter/hari
Bila kebutuhan gizi dapat dipenuhi melalui makanan maka dapat
diberikan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
d. Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk
jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari
pada kasus Demam Reumatik minus carditis. Pada kasus plus
carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada
berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan
penyakit.
e. Obat-obat Lain
Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan
dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila
ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.
2.8 Pencegahan
Dapat dicegah melalui penatalaksanaan awal dan adekuat terhadap
infeksi streptokokus pada semua orang.
Langkah pertama dalam mencegah serangan awal adalah mendeteksi
adanya infeksi streptokokus untuk penatalaksanaan yang adekuat, dan
pemantauan epidemi dalam komunitas. Setiap perawat harus
mengenal dengan baik tanda dan gejala faringitis streptokokus; panas
tinggi (38,9° sampai 40°C atau 101° sampai 104°F), menggigil, sakit
tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan disertai aksudat, nyeri
abdomen, dan infeksi hidung akut.
Kultur tenggorok merupakan satu-satunya metode untuk menegakkan
diagnosa
secara akurat.
Pasien yang rentan memerlukan terapi antibiotika oral jangka panjang
atau perlu menelan antibiotika profilaksis sebelum menjalani
prosedur yang dapat menimbulkan invasi oleh mikroorganisme ini.
Pemberian penisilin sebelum pemeriksaan gigi merupakan contoh
yang baik. Pasien juga harus diingatkan untuk menggunakan
antibiotika profilaksis pada prosedur yang lebih jarang dilakukan
seperti sitoskopi.
2.9 Komplikasi
· Gagal jantung
· aritmia jantung
· pankarditis dengan efusi yang luas
· pneumonitis reumatik
· emboli paru
· infark, dan kelainan katup jantung.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Penyakit
Didalam nya dijelaskan keluhan utama masuk RS, riwayat penyakit sekarang
yang berisi kronologi masuk RS , riwayat penyakit dahulu berisi penyakit
yang pernah diderita sebelumnya , riwayat penyakit keluarga berisi riwayat
penyakit menurun dan menular yang diderita keluarga pasien, Riwayat
Imunisasi yang pernah didapat , riwayat alergi berisi faktor resiko , reaksi
terhadap tubuh, pengobatan atau perawatan.
Dalam pola kesehatan fungsional Gordon terdapat 11 hal yang perlu dikaji
Pola Nutrisi, Pola Istirahat Tidur, Pola Aktifitas dan Latihan, Pola Personal
Hygine , Pola Eliminasi , Pola Kognitif atau Preseptual , Pola Presepsi diri
atau Konsep diri , Pola Peran atau Hubungan, Pola Reproduksi , Pola
Kopping atau Toleransi stress, Pola Nilai atau Kepercayaan
d. Pemeriksaan Fisik
Pernafasan
Pemeriksaan penunjang
Analisis data
Data fokus
3.3 Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada
penutupan katup mitral (stenosis katup)
4.2 Saran
Dalam menerapkan asuhan keperawatan klien dengan jantung rematik
diperlukan pengkajian, konsep teori oleh seorang perawat informasi atau
pendidikan kesehatan berguna untuk klien dengan jantung rematik selain itu
pengobatan terbaik untuk jantung rematik adalah pencegahan dan
pengobatan dini terhadap penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://vytabaretha10.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-penyakit-
jantung.html Diakses pada tanggal 15 juni 2014 pukul 9:27 wib.
http://keperawatandanpengetahuan.blogspot.com/2013/03/asuhan-
keperawatan-pada-anak-dengan.html Diakses pada tanggal 15 juni 2014
pukul 9:45 wib.
http://askep-net.blogspot.com/2012/05/askep-jantung-rematik.html Diakses
pada tanggal 15 juni 2014 pukul 9:50 wib
Noer Sjaifoellah.dkk.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid
1.Jakarta:Balai Penerbit FKUI
Nurrarif,Huda Amin.2013.Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC_NOC.Yogyakarta:Mediaction