Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Rheumatic Heart Desease (RHD)” dengan baik.

Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain adalah


untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati praktikan ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Sunarsih Rahayu S.Kep .,Ns., M.Kep selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Anak
2. Orang tua yang telah memberi doa dan dukungan.
3. Teman-teman kelas II B yang telah membantu kelancaran penyusunan
makalah.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami selaku penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk


menyelesaikan makalah ini. Namun penulis sadar, tidak ada satu makalah pun yang
sempurna. Sehingga saran dan kritik akan sangat bermanfaat untuk hasil yang lebih
baik.

Surakarta,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rheumatic Heart Desease (RHD) atau Penyakit Jantung Reumatik


adalah salah satu komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik.
Rheumatic Heart Desease adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan
permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik.
Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang
dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri
yang bisa menyebabkan demam reumatik.
Kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis
(radang selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung reumatik
yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup),
pembesaran atrium , aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi
ventrikel .Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup
mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.
RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam
rematik di diagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-
15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab,
lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara
di negara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat
perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna.
Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus
RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara
Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab
kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari Penyakit Jantung Rematik?


b. Apa etiologi dari Penyakit Jantung Rematik?
c. Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Rematik?
d. Bagaimana manifestasi klinik dari Penyakit Jantung Rematik?
e. Bagaimana penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Rematik?
f. Bagaimana pencaegahan dari Penyakit Jantung Rematik?
g. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Penyakit Jantung Rematik?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Jantung Rematik


b. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
c. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
d. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Penyakit Jantung Rematik
e. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
f. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan Penyakit Jantung
Rematik
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A
(Pusdiknakes, 1993).
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A
(Pusdiknakes,1993).
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang
biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta
hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan
dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub (LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak, 1994)

2.2Etiologi
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini
sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatanya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati.

Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi


imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan
streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Disebabkan oleh karditis rheumatic akut dan fibrosis, dan beberapa faktor
predisposisi lainnya menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994 seperti :
1. Faktor Genetik

Banyak penyakit jantung rheumatic yang terjadi pada satu keluarga


maupun pada anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang factor
genetic pada penyakit jantung rheumatic ini tidak lengkap, namun pada
umumnya disetujui bahwa ada factor keturunan pada penyakit jantung
rheumatic, sedangkan cara penurunannya belum dapat dipastikan

2. Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak
wanita dibanding anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar
menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin. Kelainan katub
sebagai gejala sisa penyakit jantung rheumatic menunjukkan perbedaan
jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral
sering didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi aorta lebih
sering ditemukan pada laki-laki

3. Golongan Etnik dan Ras


Di Negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-
tahun setelah penyakit jantung rheumatic akut, tetapi di India
menunjukkan bahwa stenosis mitral organic yang berat sering kali
tejadi dalam waktu yang singkat, hanya 6 bulan – 3 tahun.

4. Umur
Umur agaknya merupakan factor predisposisi terpenting pada
timbulnya penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering
mengenai anak berumur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun, tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan
sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun
2.3 Patofisiologi
Terjadinya jantung rematik disebabkan langsung oleh demam
rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi
streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua
persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung merupakan organ
sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.
Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya
jaringan tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung
dirusak oleh organisme tersebut, namun hal ini merupakan fenomena
sensitivitas atau reaksi, yang terjadi sebagai respon
terhadap streptokokus hemolitikus. Leukosit darah akan tertimbun
pada jaringan yang terkena dan membentuk nodul, yang kemudian
akan diganti dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja terlibat
dalam proses inflamasi ini; artinya, berkembanglah miokarditis
rematik, yang sementara melemahkan tenaga kontraksi jantung.
Demikian pula pericardium juga terlibat; artinya, juga
terjadi pericarditis rematik selama perjalanan akut penyakit.
Komplikasi miokardial dan pericardial biasanya tanpa meninggalkan
gejala sisa yang serius. Namun sebaliknya endokarditis
rematik mengakibatkan efek samping kecacatan permanen.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan
dengan adanya tumbuhan kecil yang transparan, yang menyerupai
manik dengan ukuran sebesar kepala jarum pentul, tersusun dalam
deretan sepanjang tepi bilah katup. Manic-manik kecil itu tidak
tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katup,
namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka
menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara bertahap
menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkan menjadi memendek dan
menebal dibanding yang normal, sehingga tidak dapat menutup
dengan sempurna. Terjadilah kebocoran, suatu keadaan yang disebut
regurgitasi katup. Tempat yang palinh sering mengalami regurgitasi
katup adalah katup mitral.

2.4 Manifestasi Klinis


Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala
maka digunakan kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan
kriteria minor.
a. Kriteria Mayor
· Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau
endokarditis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
katupmitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah
jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart
rate meningkat ), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising
katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral (
bising sistolik ), Friction rub.
· Polyarthritis
Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut,
pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ),
gangguan fungsi sendi.
· Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal ,
bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan
kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf
pusat.
· Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa
bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat
sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang
tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan
telapak tangan.
· Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah
kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul
pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu.
Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul
pada permukaan ekstensor sendi terutama siku,ruas
jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas.

b. Kriteria Minor
· Memang mempunyai riwayat RHD
· Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi,
klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
· Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak
tentu
· Leukositosis
· Peningkatan laju endap darah ( LED )
· C- reaktif Protein ( CRP ) positif
· P-R interval memanjang
· Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )
· Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO ) Karena penyakit jantung
rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus
betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan
ditujukan pada radang tersebut. Ini dapat berupa :
a. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan
dilanjutkan dengan pencegahan. Erythromycin diberikan kepada
mereka yang alergi terhadap penicillin.
b. Obat anti rematik
Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang
berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut
pada DR.
c. Manajemen Diet
Tujuan diet pada penyakit jantung reumatik adalah memberikan
makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah
atau menghilangkan penimbunan garam atau air. Syarat-syarat diet
pada penyakit jantung reumatik antara lain:
· Energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang normal.
· Protein yang cukup yaitu 0,8 gram/KgBB
· Lemak sedang yaitu 25-30 % dari kebutuhan energi total (10 % dari
lemak jenuh dan 15 % dari lemak tidak jenuh).
· Vitamin dan mineral yang cukup.
· Diet rendah garam (2-3 gram/hari).
· Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.
· Serat yang cukup untuk menghindari konstipasi.
· Cairan cukup 2 liter/hari
Bila kebutuhan gizi dapat dipenuhi melalui makanan maka dapat
diberikan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.

d. Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk
jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari
pada kasus Demam Reumatik minus carditis. Pada kasus plus
carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada
berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan
penyakit.

e. Obat-obat Lain
Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan
dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila
ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.
2.8 Pencegahan
Dapat dicegah melalui penatalaksanaan awal dan adekuat terhadap
infeksi streptokokus pada semua orang.
Langkah pertama dalam mencegah serangan awal adalah mendeteksi
adanya infeksi streptokokus untuk penatalaksanaan yang adekuat, dan
pemantauan epidemi dalam komunitas. Setiap perawat harus
mengenal dengan baik tanda dan gejala faringitis streptokokus; panas
tinggi (38,9° sampai 40°C atau 101° sampai 104°F), menggigil, sakit
tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan disertai aksudat, nyeri
abdomen, dan infeksi hidung akut.
Kultur tenggorok merupakan satu-satunya metode untuk menegakkan
diagnosa
secara akurat.
Pasien yang rentan memerlukan terapi antibiotika oral jangka panjang
atau perlu menelan antibiotika profilaksis sebelum menjalani
prosedur yang dapat menimbulkan invasi oleh mikroorganisme ini.
Pemberian penisilin sebelum pemeriksaan gigi merupakan contoh
yang baik. Pasien juga harus diingatkan untuk menggunakan
antibiotika profilaksis pada prosedur yang lebih jarang dilakukan
seperti sitoskopi.

2.9 Komplikasi
· Gagal jantung
· aritmia jantung
· pankarditis dengan efusi yang luas
· pneumonitis reumatik
· emboli paru
· infark, dan kelainan katup jantung.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas

Dalam pengkajian terdapat Identitas pasien berisi data diri pasien


diantaranya berisi: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama ,status
perkawinan , alamat ,suku bangsa , Nomor RM, tanggal masuk, diagnose
medic. Sedangkan Penanggung jawab berisi data wali atau keluarga yang
bertanggung jawab pada pasien diantaranya berisi: nama , umur , pekerjaan,
alamat, nomor yang dapat dihubungi.

b. Riwayat Penyakit

Didalam nya dijelaskan keluhan utama masuk RS, riwayat penyakit sekarang
yang berisi kronologi masuk RS , riwayat penyakit dahulu berisi penyakit
yang pernah diderita sebelumnya , riwayat penyakit keluarga berisi riwayat
penyakit menurun dan menular yang diderita keluarga pasien, Riwayat
Imunisasi yang pernah didapat , riwayat alergi berisi faktor resiko , reaksi
terhadap tubuh, pengobatan atau perawatan.

c. Pengkajian pola kesehatan fungsional

Dalam pola kesehatan fungsional Gordon terdapat 11 hal yang perlu dikaji

Pola Nutrisi, Pola Istirahat Tidur, Pola Aktifitas dan Latihan, Pola Personal
Hygine , Pola Eliminasi , Pola Kognitif atau Preseptual , Pola Presepsi diri
atau Konsep diri , Pola Peran atau Hubungan, Pola Reproduksi , Pola
Kopping atau Toleransi stress, Pola Nilai atau Kepercayaan

d. Pemeriksaan Fisik

pemeriksaan fisik meliputi :

1, TTV : Suhu , Nadi , Tekanan Darah, RR, Tingkat kesadaran

2. Data Klinik : Usia , TB , BB ,

Pernafasan
Pemeriksaan penunjang

Analisis data

Data fokus

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Penurunan curah jantung
b. Perfusi jaringan perifer tidak efektif
c. Nyeri akut
d. Hipertermia
e. Ketidakseimbangan nutrisi
f. Intoleransi aktivitas
g. Defisit kurang perawatan diri
h. Kerusakan integritas kulit
i. Resiko kerusakan pertukaran gas
j. Resiko cidera

3.3 Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada
penutupan katup mitral (stenosis katup)

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 1. Kaji frekuensi 1. Memonitor adanya
diberikan asuhan nadi, RR, TD perubahan sirkulasi jantung
keperawatan, secara teratur sedini mungkin dan
penurunan curah setiap 4 jam. terjadinya takikardia-
jantung dapat 2. Kaji perubahan disritmia sebagai kompensasi
diminimalkan. warna kulit meningkatkan curah jantung
Kriteria hasil: terhadap sianosis 2. Pucat menunjukkan adanya
1. Menunjukkan tanda- dan pucat. penurunan perfusi perifer
tanda vital dalam 3. Batasi aktifitas terhadap tidak adekuatnya
batas yang dapat secara adekuat. curah jantung. Sianosis
diterima (disritmia 4. Berikan kondisi terjadi sebagai akibat adanya
terkontrol atau psikologis obstruksi aliran darah pada
hilang) lingkungan yang ventrikel.
2. Bebas gejala gagal tenang. 3. Istirahat memadai diperlukan
jantung (mis : 5. Kolaborasi untuk untuk memperbaiki efisiensi
parameter pemberian kontraksi jantung dan
hemodinamik dalam oksigen menurunkan komsumsi O2
batas normal, 6. Kolaborasi untuk dan kerja berlebihan.
haluaran urine pemberian obat 4. Stres emosi menghasilkan
adekuat). sesuai indikasi vasokontriksi yang
3. Melaporkan meningkatkan TD dan
penurunan episode meningkatkan kerja jantung.
dispnea,angin 5. Meningkatkan sediaan
4. Ikut serta dalam oksigen untuk fungsi
akyivitas yang miokard dan mencegah
mengurangi beban hipoksia.
kerja jantung. 6. Diberikan untuk
meningkatkan kontraktilitas
miokard dan menurunkan
beban kerja jantung.

b. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan


metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
Tujuan Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah 1. Selidiki perubahan 1. Perfusi serebral secara
dilakukan tindakan tiba-tiba atau langsung sehubungan dengan
keperawatan , perfusi gangguan mental curah jantung dan juga
jaringan perifer efektif kontinyu, contoh: dipengaruhi oleh elektrolit
Kriteria hasil : cemas, bingung, atau variasi asam basa,
1. Klien tidak pucat letargi, pingsan. hipoksia, atau emboli
2. Tidak ada sianosis 2. Lihat pucat, sistemik.
3. Tidak ada edema sianosis, belang, 2. Vasokontriksi sistemik
kulit dingin atau diakibatkan oleh penurunan
lembab. Catat curah jantung mungkin
kekuatan nadi dibuktikan oleh penurunan
perifer. perfusi kulit dan penurunan
3. Kaji tanda edema. nadi.
4. Pantau pernapasan, 3. Indikator trombosis vena
catat kerja dalam.
pernapasan 4. Pompa jantung gagal dapat
5. Pantau data mencetuskan distress
laboratorium, pernapasan. Namun dispnea
contoh: GDA, tiba-tiba atau berlanjut
BUN, creatinin, menunjukkkan komplikasi
dan elektrolit. tromboemboli paru.
5. Indikator perfusi atau fungsi
organ

c. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 1. Kaji keluhan nyeri. 1. Memberikan informasi
dilakukan tindakan Perhatikan sebagai dasar dan
keperawatan, masalah intensitas (skala 1- pengawasan intervensi
nyeri teratasi. 10) 2. Mengetahui keadaan umum
Kriteria hasil : 2. Pantau tanda- dan memberikan informasi
1. Skala nyeri 0-1, tanda vital (TD, sebagai dasar dan pengawasan
tanda-tanda vital Nadi, RR , suhu) 3. Menurunkan spasme/
dalam batas normal 3. Pertahankan posisi tegangan sendi dan jaringan
2. Klien tidak daerah sendi yang sekitar
mengeluh nyeri, nyeri dan beri 4. Menghambat kerja reseptor
tidak ada nyeri tekan posisi yang nyeri
dan klien tidak nyaman 5. Membantu menurunkan
membatasi 4. Kompres dengan spasme sendi-sendi,
gerakanya air hangat jika meningkatkan rasa kontrol
3. Klien tampak rileks diindikasikan dan mampu mengalihkan
5. Ajarkan teknik nyeri.
relaksasi progresif 6.Menghilangkan nyeri
(napas dalam, Guid
imageri,visualisasi)
6. Kolaborasi untuk
pemberian
analgetik

d. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial


dan peradangan katup jantung.

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan: Setelah 1. Kaji suhu tubuh 1. Mengetahui data dasar
dilakukan tindakan klien dan ukur terhadap perencanaan
keperawatan masalah tanda-tanda vital tindakan yang tepat
hipertermia teratasi lain seperti nadi, 2. Membantu meberikan evek
Kriteria hasil : TD dan respirasi vasodilatasi pembuluh darah
1. Suhu normal (26-37 2. Berikan klien sehungga pengeluaran panas
derajat celcius), nadi kompres hangat terjadi secara evaporasi
normal,leukosit pada lipatan tubuh 3. Peningkatan suhu juga dapat
normal (4.300- dan terdapat meyebabkan kehilangan
11.400 per mm³ banyak pembuluh cairan akibat evaporasi
darah) darah besar seperti 4. Mencegah terjadinya
2. Tidak ditemukan aksilla, perut peningkatan reaksi
steptococcus 3. Anjurkan klien peradangan dan
hemolitikus b grup untuk minum 2 hipermetabolisme.
A pada hapusan liter/hari jika 5. Mengurangi proses
tenggorokan. memungkinkan peradangan sehingga
4. Anjurkan klien peningkatan suhu tidak
untuk tirah terjadi serta streptococus
baring (bed rest) hemolitikus b grup A akan
5. Kolaborasi untuk mampu dimatikan
pemberian
antipiretik dan
antiradang seperti
salisilat/ prednison
serta pemberian
Benzatin penicillin

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf
simpatis

Tujuan Intervensi Rasional

Tujuan : Setelah 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediakan data dasar


dilakukan tindakan (perubahan BB < untuk memantau perubahan
keperawatan masalah pengukuran dan mengevaluasi intervensi
ketidakseimbangan antropometrik dan 2. Membantu dalam
nutrisi kurang dari nilai HB serta mempertimbangkan
kebutuhan dapat protein) penyusunan menu sehingga
teratasi. 2. Kaji pola diet klien berselera makan
Kriteria hasil : nutrisi klien 3. Menyediakan informasi
1. Klien mengatakan (riwayat diet, mengenai faktor yang harus
mual dan anoreksia makanan ditanggulangi sehingga
berkuarang / hilang kesukaan) asupan nutrisi adekuat.
2. Masukan makanan 3. Kaji faktor yang 4. Membantu mengurangi
adekuat dan berperan untuk produksi asam
kelemahan hilang menghambat lambnung/HCl akibat faktor-
3. BB dalam rentang asupan nutrisi faktor perangsang dari luar
normal (anoreksia, mual) tubuh
4. Anjurkan makan 5. Membantu mengurangi
dengan porsi produksi HCL oleh epitel
sedikit tetapi lambung
sering dan tidak 6. Mendorong peningkatan
makan makanan selera makan.
yang merangsang
pembentukan Hcl
seperti terlalu
panas, dingin,
pedas
5. Kolaborasi untuk
pemberian obat
penetral asam
lambung seperti
antasida
6. Kolaborasi untuk
penyediaan
makanan kesukaan
yang sesuai dengan
diet klien
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring
atau imobilisasi

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 1. Periksa tanda vital 1. Hipertensi ortostatik dapat
dilakukan tindakan sebelum dan terjadidengan aktivitas
keperawatan intoleransi segera setelah karena efek obat (vasodilasi),
aktivitas teratasi aktivitas, perpindahan cairan (diuretik)
Kriteria hasil : khususnya bila atau pengaruh fungsi jantung
1. Klien tidak mudah pasien 2. Penurunan /ketidakmampuan
lelah menggunakan miokardium untuk
2. Klien dapat vasolidator, meningkatkan volume
melakukan aktivitas diuretik, penyekat sekuncup selama aktivitas,
sesuai batas toleransi beta. dapat menyebabkan
2. Catat respon peningkatan segera pada
kardiopulmonal frekuensi jantung dan
terhadap aktifitas, kebutuhan oksigen, juga
catat takikardi, peningkatan kelelahan dan
disritmia, dispnea, kelemahan.
berkeringat, pucat. 3. Dapat menunjukkan
3. Evaluasi peningkatan dekompensasi
peningkatan jantung daripada kelebihan
intoleran aktivitas aktivitas.
4. Kolaborasi 4. Peningkatan bertahap pada
Implementasikan aktivitas menghindari kerja
program jantung/konsumsi oksigen
rehabilitasi berlebihan. Penguatan dan
jantung/aktifitas. perbaikan fungsi jantung
dibawah stres, bila disfungsi
jantung tidak dapat membaik
kembali.
g. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, Polyarthritis / Arthralgia dan therapi bed rest.

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 1. Bantu pemenuhan 1. Memenuhi kebutuhan klien
dilakukan tindakan ADL klien sehingga klien tetap bed rest
keperawatan masalah 2. Libatkan keluarga dan tenang
pemenuhan ADL klien untuk membantu 2. Kebutuhan klien akan lebih
teratasi. memenuhi terpenuhi sehingga klien
Kriteria hasil : kebutuhan klien merasa tetap diperhatikan
1. Klien mengatakan 3. Beri penjelasan 3. Mencegah adanya
perawatan diri atau kepada klien komplikasi peradangan
ADL terpenuhi bahwa : sampai ketingkat gagal
2. Klien dapat a. Klien harus jantung.
melakukan tirah baring
perawatan diri dalam sesuai dengan
batas toleransi waktu yang
diindikasikan

h. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit


dan jaringan subcutan

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 1. Kaji tingkat 1. Memberikan pedoman untuk
dilakukan tindakan kerusakan kulit memberikan intervensi yang
keperawatan,kerusakan 2. Berikan tepat
integritas kulit teratasi. perawatan kulit 2. Terlalu kering adan lembab
Kriteria hasil : sering, merusak kulit dan
1. Eritema hilang pada minimalkan mempercepat kerusakan
tangan dan tubuh dengan 3. Memperbaiki sirkulasi/
klien kelembaban/ menurunkan waktu satu area
2. Mempertahanakan ekskresi yang mengganggu aliran
integritas kulit 3. Ubah posisi darah
3. Mendemonstrasikan sering di tempat 4. Mencegah penekanan pada
perilaku / teknik tidur / kursi, eritema sehingga tidak
mencegah kerusakan bantu latihan meluas
kulit rentang gerak 5. Mengurangi reaksi
pasif/aktif peradangan sehingga eritema
4. Berikan bantalan hilang.
yang lembut pada
badan
5. Kolaborasi untik
pemberian obat
antiradang
(prednison)

i. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan


darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 3. Auskultasi bunyi 1. Menyatakan adanay kongesti
dilakukan tindakan nafas, catat paru/pengumpulan sekret
keperawatan masalah krekels, mengii. menunjukkan kebutuhan
resiko kerusakan 4. Anjurkan pasien untuk intervensi lanjut.
pertukaran gas tidak batuk efektif, nafas 2. Membersihkan jalan nafas
terjadi dalam. dan memudahkan aliran
Kriteria hasil : 5. Pertahankan posisi oksigen.
1. Mendemonstrasikan semifowler, 3. Menurunkan komsumsi
ventilasi dan sokong tangan oksigen/kebutuhan dan
oksigenasi adekuat dengan bantal Jika meningkatkan ekspansi paru
pada jaringan memungkinkan maksimal.
ditunjukkan oleh 6. Kolaborasi dalam 4. Meningkatkan konsentrasi
GDA/ oksimetri pemberian oksigen oksigen alveolar, yang dapat
dalam rentang normal tambahan sesuai memperbaiki/menurunkan
dan bebas gejala indikasi. hipoksemia jaringan.
distress pernafasan. 7. Kolaborasi untuk 5. Hipoksemia dapat menjadi
2. Berpartisipasi dalam pemeriksaan AGD berat selama edema paru
program pengobatan 8. Kolaborasi untuk 6. Menurunkan kongesti
dalam batas pemberian obat alveolar, meningkatkan
kemampuan/situasi diuretik. pertukaran gas.
9. Kolaborasi untuk 7. Meningkatkan aliran oksigen
pemberian obat dengan mendilatasibjalan
bronkodilator nafas kecil dan
mengeluarkan efek diuretic
ringan untuk menurunkan
kongesti paru

j. Resiko cidera berhubungan dengan gerakan involunter,irrigulaer, cepat


dan kelemahan otot/khorea

Tujuan Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 1. Kaji tingkat gerakan klien 1. Menentukan dalam
dilakukan tindakan yang berlebihan memberikan
keperawatan resiko 2. Pantau dan bila mungkin intervensi
cidera tidak terjadi. temani klien selama 2. Mencegah
Kriteria hasil : serangan khorea dan terjadinya cidera
1. Menyatakan jauhkan benda-benda akibat terjatuh atau
pemahaman factor berbahaya dari klien terkena bahan
yang terlibat 3. Pasang pengaman tempat berbahaya
dalam kemugkinan tidur klien 3. Mengurangi resiko
cedera. 4. Anjurkan keluarga untuk klien terjatuh dari
2. Menunnjukkan menemani klien tempat tidur
perubahan 4. Kolaborasi intuk pemberian 4. Memberikan rasa
perilaku, pola obat penenang aman klien sehingga
hidup untuk (klorpromazine atau cidera tidak terjadi
menurunkan factor diazepam) sesuai indikasi 5. Memberikan efek
resiko dan untuk rileks pada otot
melindungi diri sehingga klien
dari cedera. tenang.
3. Mengubah
lingkungan sesuai
indikasi untuk
meningkatkan
keamanan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan
sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi
Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya
belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema
marginatum

4.2 Saran
Dalam menerapkan asuhan keperawatan klien dengan jantung rematik
diperlukan pengkajian, konsep teori oleh seorang perawat informasi atau
pendidikan kesehatan berguna untuk klien dengan jantung rematik selain itu
pengobatan terbaik untuk jantung rematik adalah pencegahan dan
pengobatan dini terhadap penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://vytabaretha10.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-penyakit-
jantung.html Diakses pada tanggal 15 juni 2014 pukul 9:27 wib.

http://keperawatandanpengetahuan.blogspot.com/2013/03/asuhan-
keperawatan-pada-anak-dengan.html Diakses pada tanggal 15 juni 2014
pukul 9:45 wib.

http://askep-net.blogspot.com/2012/05/askep-jantung-rematik.html Diakses
pada tanggal 15 juni 2014 pukul 9:50 wib
Noer Sjaifoellah.dkk.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid
1.Jakarta:Balai Penerbit FKUI
Nurrarif,Huda Amin.2013.Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC_NOC.Yogyakarta:Mediaction

Anda mungkin juga menyukai