Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi pengadaan merupakan fungsi yang paling depan dalam penentuan
ekonomisasi suatu organisasi. Ekonomisasi dalam perolehan input merupakan
bagian dari strategi keunggulan bersaing perusahaan. Kemampuan memperoleh
input dengan pengorbanan terkecil dari berbagai alternatif yang ada tanpa
mengabaikan standar kualitas yang telah ditetapkan, mencerminkan inovasi
perusahaan dalam proses pengadaan. Tiga tahap penting dala pengadaan adalah
perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan, penanganan atas barang/jasa
yang diterima. Oleh karena itu, perlu pengendalian pada fungsi ini.
Pengendalian terhadap perencanaan memastikan bahwa barang/jasa yang
akan diperoleh adalah barang yang benar-benar dibutuhkan. Pada proses
pengadaan, pengendalian berfingsi untuk memastikan bahwa proses pengadaan
telah berjalan transparan. Dan tahap penanganan barang/jasa memastikan bahwa
barang sudah sesuai pesanan, spesifikasi dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah tujuan dan manfaat audit pengadaan?
2. Seberapa jauh ruang lingkup audit pengadaan?
3. Bagaimana langkah-langkah audit pengadaan?
4. Bagaimana proses pengadaan barang/jasa?
5. Kecurangan apa saja yang terjadi pada pengadaan?
6. Bagaimana audit atas organisasi pengadaan?
7. Bagaimana audit atas proses pengadaan?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat audit pengadaan.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup audit pengadaan.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah audit pengadaan.

1
4. Untuk mengetahui proses pengadaan barang/jasa.
5. Untuk mengetahui kecurangan dalam pengadaan.
6. Untuk mengetahui audit atas organisasi pengadaan.
7. Untuk mengetahui audit atas proses pengadaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dan Manfaat Audit


Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan barang/jasa sesuai ketentuan
dengan pengorbanan yang minimal. Berikut adalah tujuan dan manfaat audit
pengadaan :
1. Untuk mencapai tujuan, sesuai dengan visi dan misi organisasi.
2. Menilai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas pengadaan, serta
melindungi aset (dana) perusahaan dari pemborosan, kesalahan
pengelolaan, penyalahgunaan, dan berbagai bentuk penyimpangan
lainnya.
3. Mendorong pengembangan dan pemeliharaan meanajemen informasi
pengadaan yang dapat diandalkan serta pengungkapan informasi tersebut
dalam laporan periode termasuk pemenuhan kewajiban akuntabilitaas.
4. Memastikan bahwa aktivitas pengadaan telah sesuai dengan ketentuan
dan peraturan yang berlaku.

2.2 Ruang Lingkup Audit


Audit atas fungsi pengadaan melakukan penilain atas keseluruhan fungsi
pengadaan, baik organisasinya, pedoman / peraturan yang menjadi panduan
pengadaan, perencanaan, proses dan penyelesaian pengadaan (penerimaan barang
dan jasa). Secara terperinci ruang lingkup audit fungsi pengadaan meliputi :
1. Organisasi pengadaan
2. Proses pengadaan yang terdiri atas :
a. Perencanaan pengadaan
b. Pelaksanaan pengadaan
c. Pelaksanaan Kontrak Penyerahan Barang
d. Pembayaran dan pelaporan
Ruang lingkup ini dapat bervariasi,tergantung dari strategi dak
kompleksitas sistem pengadaan di masing-masing organisasi.

3
2.3 Langkah-Langkah Audit
Secara umum proses audit pengadaan barang/jasa meliputi beberapa
langkah yang meliputi hal hal berikut :
1. Perencanaan audit, yaitu menyangkut :
a. Penilaian resiko dan penentuan ruang lingkup audit.
b. Penentuan jadwal audit.
c. Penentuan kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan audit.
Dalam membuat rencana detail audit, ketua tim audit harus
mempertimbangkan beberapa hal termasuk :
1. Risiko, tingkat materialitas dan prioritas pada setiap aktivitas audit.
2. Area audit yang signifikan.
a. Pengumpulan dan evaluasi temuan audit
b. Pelaporan
c. Tidak lanjut hasil audit

2.4 Proses Pengadaan Barang/Jasa


Proses pengadaan barang dan jasa harus mencerminkan keinginan
organisasi untuk mendapatkan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhannya secara
ekonomi, efisien, dan efektif. Secara umum proses pengadaan diawali dengan
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan evaluasi atas aktivitas pengadaan.

2.4.1 Perencanaan Pengadaan


Perencanaan pengadaan mencakup penentuan kebutuhan atas barang/jasa
dalam operasional perusahaan, baik tingkat kualitas, kuantitas, dan penentuan
waktu kapan barang jasa tersebut harus tersedia. Rencana pengadaan yang baik
harus mencerminkan hubungan yang optimal antara keinginan untuk memenuhi
kebutuhan dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki berkaitan dengan
pengadaan tersebut dan penetapan praktik pengadaan terbaik dalam rencana
tersebut untuk mendapatkan barang/jasa sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan dengan pengorbanan yang paling rendah.

4
2.4.2 Pelaksanaan Pengadaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari rencana pengadaan. Aktivitas yang
terlibat dalam pelaksanaan pengadaan sesuai dengan tingkat kompleksitas proses
pengadaan, jenis barang atau jasa yang akan dibeli, dan besarnya anggaran yang
terlibat dalam pengadaan tersebut. Pengendalian yang ketat pada tahap ini
dilakukan untuk memastikan bahwa penitia pengadaan tidak salah dalam
menentukan pemasok terpilih dan harga atas barang/jasa yang dibutuhkan.
Pemilihan pemasok yang tepat yaitu penilaian atas kemampuan pemasok
memenuhi spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan tepat waktu dan suku
cadangnya secara berkelanjutan.

2.4.3 Pelaksanaan Kontrak Penyerahan Barang


Setelah proses pengadaan menghasilkan pemasok terpilih, panitia
pengadaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa barang/jasa yang
diterima telah sesuai dengan pesanan baik kuantitas yang diterima, tingkat
kualitas, dan waktu penyerahan. Pengendalian atas penerimaan barang/jasa
seharusnya melibatkan unit pengguna dari barang/jasa tersebut untuk menghindari
terjadinya ketidaksesuaian barang/jasa yang diterima dengan pesanannya.

2.4.4 Pembayaran dan Pelaporan


Pembayaran adalah bagian terakhir dari proses pengadaan. Pembayaran
baru bisa dilakukan jika serah terima atas barang/jasa tersebut telah dinyatakan
tidak mengandung masalah dan telah disahkan oleh pihak pihak berwenang.
Setiap pembayaran harus didukung bukti tagihan dan dokumen pendukung yang
lengkap dan tagihan telah jatuh tempo. juru bayar harus memiliki bukti dan
dokumen pendukung yang lengkap sebagai bahan pertanggung jawaban atas
pembayaran yang dilakukan.
Pelaporan atas pengadaan barang/jasa harus segera dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang tertuang dalam pedoman pengadaan. Dalam laporan
tersebut, panitia pengadaan harus menyajikan tentang kemampuan panitia
mendapatkan barang/jasa sesuai dengan spesifikasinya.

5
2.5 Kecurangan dalam Pengadaan
Pengadaan melibatkan pembeli dan penjual, di mana masing-masing pihak
memiliki berbagai cara untuk melakukan korupsi pada setiap tahapan proses
pengadaan. Pihak pemasok berkepentingan dengan penjualan produknya dan
mengharapkan keuntungan dari penjualan tersebut. Untuk mencapai tujuan
tersebut, berbagai perilaku menyimpang berikut ini mungkin dilakukan :
1. Berkolusi dengan pihak dalam menentukan harga penawaran.
2. Secara diskriminatif meningkatkan standar teknis, sehingga pemasok lain
sulit untuk memenuhinya.
3. Mencampuri secara tidak beretika pekerjaan evaluator baik dalam proses
tender maupun dalam serah terima barang/jasa.
4. Memberikan sogokan.
Berbagai godaan, baik yang timbul dari perilaku buruknya maupun yang
datang dari pemasok, mendorong pihak pembeli terjebak pada perilaku
menyimpang seperti :
1. Menentukan spesifikasi yang menguntungkan pemasok tertentu.
2. Membatasi penyebaran informasi berkaitan dengan kesempatan
melakukan tender.
3. Berdalih pada kepentingan yang mendesak untuk melakukan penunjukan
terhadap pemasok tertentu tanpa melalui tender untuk pengadaan yang
seharusnya melalui tender.
4. Melanggar kerahasiaan penawaran pemasok.
5. Mendiskualifikasi pemasok potensial melalui prakualifikasi yang tidak
benar.
6. Menerima sogokan.
7. Gagal dalam memenuhi standar kualitas, kuantitas, dan kinerja pengadaan
lainnya.
8. Memgalihkan pengiriman barang untuk dijual kembali atau digunakan
secara pribadi.
9. Meminta keuntungan pribadi dari pemasok.
10. Memalsukan kualitas atau standar sertifikasi.

6
11. Meningkatkan atau menurunkan nilai faktur
Berbagai penyimpangan lain yang mungkin terjadi dalam pengadaan dapat
berupa :
1. Pengadaan barang fiktif.
2. Harga pengadaan barang di-mark-up.
3. Pajak/PNPB sehubungan dengan pengadaan barang tidak dipungut
dan/atau tidak disetorkan.
4. Kuantitas/volume hasil pengadaan barang dikurangi.
5. Kualitas hasil penyelesaian pekerjaan pengadaan barang.
6. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan barang.
7. Hasil pengadaan barang tidak bermanfaat/tidak dimanfaatkan.
8. Pelanggaran ketentuan/peraturan pengadaan barang yang berindikasi
praktik KKN.
Sistem pengadaan yang dibuat perusahaan harus transparan dan efisien
berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan berikut :
1. Nilai uang : Pengadaan harus mendapatkan barang/jasa sesuai spesifikasi
dengan harga rendah (memaksimalkan nilai uang).
2. Kejujuran dan keadilan : Panitia pengadaan harus berlaku jujur dan adil
kepada seluruh pemasok yang memenuhi syarat untuk mengikuti
kompetisi dalam pengadaan tersebut.
3. Akuntanel dan transparan : Seluruh proses dalam tahapan-tahapan
pengadaan harus dilengkapi dengan catatan-catatan dan dokumentasi yang
memadai sebagai bahan petanggungjawaban.
4. Efisiensi : Proses pengadaan harus berjalan secara efisien (optimalisasi
penggunaan sumber daya dalam pengadaan.
5. Kompetensi dan integritas : Petugas pengadaan harus memiliki
kompetensi yang memadai dan berintegritas tinggi dalam menjalankan
tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

7
2.6 Audit atas Organisasi Pengadaan
Organisasi pengadaan menyangkut penempatan fungsi pengadaan yang
strategis pada struktur organisasi perusahaan. Setiap perusahaan memiliki
pertimbangan tersendiri menempatkan suatu fungsi dalam struktu organisasinya,
tergantung pada kompleksitas operasional dan peran penting fungsi tersebut
dalam keunggulan bersaing organisasi.
Untuk pengadaan barang/jasa pemerintahan, Peraturan Presiden No. 70
Tahun 2012 menetapkan beberapa tingkat jabatan yang harus bertanggung jawab
dalam pengelolaan dan pengendalian pengadaan barang/jasa pemerintah. Tingkat
jabatan tersebut antara lain :
1. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah atau pejabat yang
disamakan pada institusi pengguna APBN/APBD.
2. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh
kepala daerah untuk menggunakan APBD.
3. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
4. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah/institusi yang
berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen,
dapat berdiri sendiri, atau melekat pada unit yang sudah ada.
5. Pejabat Pengadaan adalah personel yang ditunjuk untuk melaksanakan
pengadaan langsung.
6. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
7. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi
lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan

8
pengawasan melalui audit, review evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
8. Dalam menjalankan aktivitasnya, fungsi pengadaan harus dilengkapi
dengan panduan/pedoman pengadaan (procurement manual) yang
merupakan seperangkat peraturan, kebijakan, kewenangan tugas dan
tanggung jawab yang menjadi pedoman dalam semua aktivitas
pengadaan.
9. Prinsip-prinsip pemisahan tugas harus tertuang jelas dalam peraturan
tersebut, di mana fungsi-fungsi pencatatan, penyimpangan, operasional
harus terpisah satu sama lain. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan
terjadinya pengecekan silang secara internal (internal cross check) antar
fungsi sebagai bentuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
penyimpangan.
Audit atas organisasi pengadaan melakukan penilaian atas efektivitas
organisasi pengadaan dalam melakukan pengadaan barang/jasa secara efisien.
Pada audit ini aduitor menilai ketepatan :
1. Penempatan organisasi pengadaan dalam struktur organisasi perusahaan.
2. Luas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki fungsi pengadaan
dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa secara efektif dan efisien.
3. Kompetensi personalia yang menangani dan bertanggung jawab terhadap
pengadaan barang/jasa.
4. Kecukupan prosedur pengadaan dalam memandu proses pengadaan dalam
kerangka tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik.

2.7 Audit atas Proses Pengadaan


Proses pengadaan dimulai dari perencanaan pengadaan, survei harga dan
pemasok, pemilihan pemasok/pelaksanaan tender, penandatanganan kontrak
dengan pemasok (pemenang tender) dan penanganan atas serah terima barang/jasa
sesuai dengan kontrak pengadaan. Tidak semua pengadaan dilakukan melalui
tender terbuka. Pengadaan juga bisa dilakukan melalui penunjukkan langsung dan
tender terbatas.

9
2.7.1 Audit Atas Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan dimulai dari identifikasi kebutuhan setiap unit
pengguna atas barang/jasa. Perusahaan harus memiliki daftar kebutuhan
barang/jasa yang memuat tentang spesifikasi, kuantitas kebutuhan, standar
kualitas, dan waktu penggunaannya. Pada perusahaan perdagangan, daftar ini
dilengkapi dengan batas stok maksimum dan minimum, barang yang dipungut
PPN atau tidak. Dengan daftar ni, perusahaan dapat terhindar dari beberapa
kondisi seperti: (1) pembelian yang berlebihan, (2) kelebihan/kekurangan stok, (3)
dana terikat pada barang/jasa yang belum digantikan, serta (4) pembelian
barang/jasa yang tidak sesuai dengan standar kualitas.
Selain daftar kebutuhan barang/jasa, perusahaan juga harus memiliki
daftar pemasok terpilihh yang mampu memenuhi kebutuhan barang jasanya
dengan cara paling ekonomis. Sebelum dimasukan dalam daftar pemasok terpilih,
perusahaan harus melakukan verifikasi terlebih dahulu atas keberadaan pemasok
tersebut. Hal ini dapat menghindari perusahaan melakukan transaksi dengan
pemasok yang salah atau memiliki catatan kinerja yang tidak baik. Pemasok-
pemasok ini ermuat dalam daftar pemasok terpilih yang telah memeahami dengan
baik spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan perusahaan, frekuensi kebutuhan,
dan waktu pengirimannya. Pemasok ini telah memiliki komitmen untuk
menyediakan barang/jasa kebutuhan perusahaan secara tepat kualitas, tepat
kuantitas, tepat waktu, dan harga yang bersaing, yang biasanya tertuang dalam
kontrak jangka panjang. Baik daftar kebutuhan barang/jasa maupun daftar
pemasok terpilih sangat membantu dalam hal organisasi melakukan pembelian
kembali.
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan
pemasok, berkaitan dengan intergritas pelayanan dan kemampuannya untuk
menyediakan serta mengirimkan barang/jasa ya ng dibutuhkan dengan tepat
waaktu, tepat kuantitas, tepat kualitas, dan dengan harga yang paling murah relatif
dari pemasok lain. Auditor harus menilai dengan cermat perencanaan pengadaan
barang/jasa perusahaan agar kebutuhan barang/jasa dapat terpenuhi secara tepat
waktu, tepat kuantitas, tepat kualitas, dan dengan harga yang paling murah tanoa

10
melanggar prinsip-prinsip tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik.
Penelusuran terhadap pedoman, rencana (anggaran, spesifikasi barang, dab waktu
penggunaan) serta risalah rapat perencanaan pengadaan memungkinkan auditor
dapat mendeteksi kecurangan/penyimpangan yaang mungkin terjadi pada
perencanaan pengadaan.
Audit atas perencanaan pengadaan melakukan penilaian terhadap
ketepatan rencana pengadaan dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa unit-unit
pengguna di dalam perusahaan. Pada audit ini, auditor menekankan penilaianny
terhadap ketepatan hubungan antara rencana pembelian (spesifikasi, kuantitas,
waktu) dengan rencana penggunaan barang/jasa pada masing-masing unit
pengguna. Untuk perusahaan perdagangan, di samping penilaian terhadap
ketepatan hubungan antara rencana pembelian dengan rencana penjualan, juga
dilakukan penilaian terhadap ketepatan jumlah persediaan dalam menjaga
stabilitas bisnis.

2.7.2 Audit Atas Pelaksanaan Pengadaan


Metode yang secara umu digunakan dalam pengadaan barang/jasa adalah
pembelian langsung, penunnjukkan langsung, tender terbatas, dan tender terbuka.
Kompetisi adalah dasar dari pengadaan yang memastikan bahwa perusahaan
mendapatkan barang/jasa terbaik melalui persaingan dalam tender. Di samping
itu, pengadaan melalui tender terbuka juga dapat menimbulkan kesan positif bagi
perusahaan, karena menunjukkan nilai intergritas, keadilan, dan profesionaliseme
dalam pengadaan barang atau jasa.
Perkembangan teknologi yang banyak mengandung proses pengadaan
barang/jasa melalui penerapan teknologi komunikasi dan infromasi yang lebih
dikenal sebagai electronic procurement (e-Procurement). Penggunaan metode ini
memunginkan untuk menjdikan proses pengadaan berjalan lebih cepat, trnsparan,
dan akuntabel. Metode pengadaan ini dapat mencegah terjadinya kolusi, korupsi,
dan berbagai perilaku menyimpang lainnya dalam proses pengadaan dengan
terbatasnya pertemuan secara fisik antara panitia pengadaan dan pemasok.

11
Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat rutin, banyak perusahaan saat
ini hanya melakukan transaksi dengan pemasok tertentu dalam pengadaan
barang/jasanya. Dari daftar pemasok yang terpilih yang dimiliki, perusahaan
memperoleh keyakinan bahwa pemasok tersebut mampu memenuhi kebutuhan
barang/jasanya secara tepat baik kuantitas, kualitas, maupun waktu pada harga
yang relatif lebihh murah dari pemasok lain. Hal ini adalah bagian dari strategi
pengadaan yang efisien karena proses pengadaan berjalan lebih singkat dan tidak
melibatkan banyak pemasok. Perusahaan yang menerapkan metode Just in Time
(JIT) dalam proses produksinya, mengintegrasikan kekuatan pemasok dan strategi
bisnisnya. Maka dari itu, metode produksi ini hanya memilih beberapa pemasok
saja yang memiliki kemampuan dan komitmen untuk memenuhi kebutuhan
barang/jasa perusahaan sesuai dengan spesifikasinya,kuantitas, kualitas, dan
ketepatan waktu. Dengan strategi ini, proses pengadaan tidak berjalan terlalu
rumit yang menyerap banyak waktu dan tenaga dalam menyeleksi penaaran
banyak pemasok dan penangan barang/jasa yang diterima dari pemasok baru,
yang menjadikan pengadaan dengan penunjukkan langsung. Di samping untuk
memenuhi kebutuhan rutin, metode ini juga banyak digunakan dalam pemenuhan
kebutuhan barang/jasa yang bersifat mendesak (urgent).
Pada pengadaan baarang/jasa yang tidak bersifat rutin atau merupakan
investasi dan melibatkan sumber daya keuangan yang besar, perusahaan mungkin
melakukannya melalui tender terbatas atau tender terbuka, sesuai dengan besarnya
nilai pengadaan dan spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan. Pedoman pengadaan
barang/jasa yang dimiliki perusahaan seharusnya mengatur batas-batas pengadaan
yang harus dilakukan melalui penunjukan langsung, tender terbatas, dan tender
terbuka, berdasarkan spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan dan besarnya dana
yang terlibat dalam pengadaan tersebut.
Untuk pengadaan barang/jasa pemerintah (dananya bersumber dari
APBN/APBD), Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah telah memberikan panduan bagaimana pengadaan
barang/jasa tersebut dilakukan dan batas-batas kewenangan dari pejabat/petugas
yang meenangani pengadaan barang/jasa tersebut. Peraturan Presiden ini juga

12
memberikan definisi beberapa metode pengadaan dan batasan-batasan nilainya,
sebagai berikut :
1. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi
syarat.
2. Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
kosntruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
3. Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan enyedia barang/jasa
lainnya untuk pekerjaan yang bernilai pling tinggi Rp. 5.000.000.000
(lima miliar rupiah).
4. Pemilihan langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000
(lima miliar rupiah).
5. Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultasi untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultasi yang
memenuhi syarat.
6. Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultasi
untuk jasa konsultasi yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua
ratus juta rupiah).
7. Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang
memperlombakan gagasan orisinil, kreativitas, dan inovasi tertentu yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
8. Kontes adalah metode pemilihan penyedia barang yang memperlombakan
barang/benda tertetu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
9. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
dengan cara menunjuk 1 (satu)penyedia barang/jasa.

13
10. Pengadaan langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada
penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan
langsung.
Secara umum, pengadaan barang/jasa yang dlakukan melalui tender, baik
terbuk maupun terbatas, melibatkan (walaupun tidak terbatas pada) aktivitas-
aktivitas berikut :
1. Pembentukan panitia pengadaan/pejabat (panitia Pokja) pengadaan/unit
layanan pengadaan. Panitia pengadaan dapat dibuat untuk setiap
pengadaan atau dibuat untuk beberapa kali pengadaan dalam waktu
tertentu (panitia tetap dengan masa kerja 1 tahun/lebih).
2. Penyusunan dan pengesahan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
3. Penyusunan dan pengesahan dokumen pemilih penyedia barang.
4. Pengumuman pelelangan/seleksi/pengadaan.
5. Prakualifikasi/pascakualifikasi penyedia barang.
6. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilih penyedia barang.
7. Penjelasan (aanwijzing).
8. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran.
9. Evaluasi penawaran.
10. Pengumuman pemenang.
11. Sanggahan peserta lelang.
12. Penunjukan pemenang lelang.
13. Penandatangan kontrak.
Elemen kunci transparansi dan keadilan pelaksanaan tender adalah
kerahasiaan informasi tender. Panitia tender harus mampu menjaga kerahasiaan
informasi dari peserta tender dan memastikan bahwa informasi tersebut tidak
bocor, tidak tertukar, dan tidak dimanipulasi untuk kepentingan peserta tender
tertentu. Tempat dan waktu pembukaan tender yang dihadiri seluruh peserta
tender harus disepakati dan dapat diterima. Hal ini dapat mengurangi risiko
kebocoran dan manipulasi kerahasiaan tender.
Evaluasi penawaran adalah tahapan paling sensitif dalam proses tender.
Jika tahap ini tidak dikelola dengan baik dan penuh kehati-hatian, dapat terjadi

14
distorsi informasi yang pada akhirnya hanya menguntungkan pemasok tertentu.
Berbagai antisipasi harus diambil untuk memastikan bahwa evaluasi telah berjalan
secara adil dan benar. Prinsip dasar: nilai uang, keadilan dan kejujuran,
transaparansi, serta tidak memihak harus tertuang pada semua tahapan dalam
proses pengadaan. Nilai evaluasi penawaran adalah penawar yang paling responsif
dengan bobot skor tertinggi. Audit pada tahap ini menjadi tantangan tersendiri
bagi auditor, karena tata kelola pengadaan sebagian besar berjalan pada tahap ini
dan celah-celah kolusi antara pelaksana pengadaan dengan pemasok/rekanan
kemungkinan banyak terjadi pada tahap ini. Menelusuri dengan cermat dokumen
pengadaan dan membandingkannya dengan prosedur (petunjuk
pelaksanaan/teknis) yang menjadi pedomannya, memungkinkan auditor dapat
mendeteksi kecurangan/penyimpangan yang mungkin terjadi.

2.7.3 Audit Atas Inspeksi dan Penerimaan Barang/Jasa


Kecurangan masih mungkin bisa terjadi setelah kontrak ditanda tangani.
Pengendalian yang memadai pada tahap ini dapat berakibat pada :
1. Kegagalan dalam memenuhi standar kuantitas dan kualitas atau standar
pelaksanaan lainnya.
2. Pengalihan barang untuk dijual kembali atau digunakan secara pribadi
oleh pihak tertentu.
3. Adanya praktik pemberian gratifikasi.
4. Pemalsuan kualitas atau sertifikat standar.
5. Penyajian faktur yang lebih besar atau kecil.

2.7.4 Audit atas Pembayaran dan Pelaporan


Pembayaran dan pelaporan adalah tahap terakhir dalam proses pengadaan.
Tahapan ini menyangkut penyelesaian kewajiban organisasi kepada pihak
pemasok dan pertanggungjawaban komite pengadaan atas tuas,wewenang,dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kewajiban terakhir panitia pengadaan adalah pembuatan laporan
pengadaan, yang melaporkan pelaksanaan pengadaan, kemampuan memperoleh

15
barang/jasa sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dan besarnya dana yang
terserap untuk pengadaan tersebut.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa hal
yaitu tujuan dan manfaat audit salah satunya adalah untuk mencapai tujuan, sesuai
dengan visi dan misi organisasi. Hasil dari fungsi ini, perusahaan mendapatkan
laporan yang menyajikan penilaian atas organisasi. Selain itu, ruang lingkup audit
pengadaan adalah organisasi pengadaan dan proses pengadaan. Selanjutnya
langkah-langkah audit ada 4 yaitu: perencanaan audit, pengumpulan dan evaluasi
temuan audit, pelaporan, tindak lanjut hasil audit. Sedangkan secara garis besar
proses pengadaan barang/jasa adalah meliputi beberapa tahapan antara lain:
perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan, pelaksanaan kontrak penyerahan
barang dan pembayaran dan pelaporan.

17

Anda mungkin juga menyukai