Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

Insial Pasien (Usia) : Tn.L (47 tahun)


Tanggal Masuk : 7 Agustus 2018

1. Diagnosa Keperawatan dan dasar pemikiran


DO :
- Klien terlihat sesak napas
- RR klien 34x/menit
- Napas tidak teratur, napas cepat dan dangkal, terlihat dipsnea
- Klien terlihat kesulitan berbicara karena sesak
- Klien sesekali batuk
DS :
- Klien mengatakan sesak napas

Dasar Pemikiran
CHF(Congestive heart failure) atau gagal jantung merupakan sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala) yang ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi
jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau
kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan,
dan kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru,
hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan
peningkatan tekanan vena jugularis.Gagal jantung kongestif adalah gabungan
dari kedua gambaran tersebut.Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri
maupun kanan sering terjadi secara bersamaan (McPhee & Ganong, 2010).
Udjianti (2011) menyatakan bahwa Insidensi CHF sulit ditentukan karena CHF
adalah suatu simtom atau gejala dan bukan suatu diagnosis. Data pada simtom
ini biasanya berhubungan dengan penyebab yang mendasari.
Gejala klinis yang timbul pada pasien dengan CHF diantaranya adalah dipsnea,
ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND),
asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering
dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba dan
menyebabkan penderita terbangun (Udjianti, 2011). Munculnya berbagai gejala
klinis pada pasien gagal jantung tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan
dan mengganggu kebutuhan dasar manusia, diantaranya adalah ketidakefektifan
pola napas yang disebabkan karena sesak napas, nyeri dada pada aktivitas,
gangguan kebutuhan istirahat atau tidur dan gangguan aktivitas, letargi, gangguan
keseimbangan cairan dan sebagainya. Salah satu masalah yang paling sering
dijumpai dan khas pada penderita CHF adalah sesak napas yang dapat
menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas. Masalah
ketidakefektifan pola napas harus segera ditangi karena berkaitan dengan masalah
breathing yang menjadi masalah prioritas setelah airway. Salah satu upaya untuk
menangani ketidakefektifan pola napas adalah dengan memberikan terapi oksigen.

2. Tindakan keperawatan yang dilakukan


Pemberian terapi O2 nasal kanul 5 liter
3. Prinsip – prinsip Tindakan
a. Definisi
Terapi oksigen merupakan suatu terminologi untuk penggunaan oksigen
sebagai bahan farmakologis utama yang diberikan pada individu tertentu
berkaitan dengan penyakitnya, baik akut maupun kronik, dalam jumlah, cara,
dan durasi tertentu demi meringankan gejala penyakit dasar, meningkatkan
kualitas hidup, atau berkaitan dengan prognosis yang lebih baik bilamana
terapi tersebut diberikan.
Pada terapi ini, oksigen yang diberikan konsentrasinya harus lebih tinggi
daripada udara atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21%. Pemberian
oksigen ini dapat dilakukan dengan memasang nasal atau masker ke saluran
pernapasan pasien lalu menghubungkan dengan tabung oksigen.
b. Tujuan
Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah untuk mempertahankan PaO2>
60 mmHg atau SaO2> 90% dan mencegah dan mengatasi hipoksia jaringan
dan beban kerja kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter, 2006). Selain
itu, terapi oksigen juga dapat meningkatkan bersihan napas klien, mencegah
infeksi, dan meningkatkan rasa nyaman pada klien.
c. Indikasi

1) Klien anoksia atau hipoksia


2) Klien hipoksemia
3) Kelumpuhan alat-alat pernapasan
4) Mendapat trauma paru
5) Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu
6) Dalam keadaan coma

d. Alat :
1) Tabung oksigen
2) Water steril
3) Regulator dan flow meter
4) Humidifier
3) Masker atau nasal kanul
4) Selang penghubung
e. Prosedur
No Tindakan Rasional
1. Periksa program terapi medic Mengetahui kondisi kesehatan pasien

2. Ucapkan salam terapeutik Penerapan komunikasi terapeutik dan


memudahkan kerjasama dengan klien.
3. Lakukan evaluasi/validasi Mengetahui data yang akurat tentang
pasien.
4. Jelaskan prosedur yang akan Memberi informasi pada klien tentang
dilakukan. tindakan yang dilakukan agar tidak terjadi
mis komunikasi dan memudahkan
kerjasama dengan klien.

5. Cuci tangan Mengurangi penyebaran bakteri dan


penularan penyakit.
6. Persiapkan alat Efisien dalam melakukan tindakan
7. Kaji adanya tanda dan gejala Memudahkan pemberian tindakan yang
klinis dan secret pada jalan akan dilakukan dan mengurangi iritasi
napas. saluran pernafasan.

8. Sambungkan kanula nasal Mengalirkan oksigen ke kanula nasal.


keselang oksigen dan ke sumber
oksigen.
9. Berikan aliran oksigen sesuai Memberi oksigen sesuai dengan kebutuhan
dengan kecepatan aliran pada pasien dan memastikan bahwa aliran
progam medis dan pastikan oksigen dari humidifier dapat berfungsi
berfungsi dengan baik. dengan baik.

1. Selang tidak tertekuk dan


sambungan paten.
2. Ada gelembung udara
pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar
dari kanula.

10. Letakkan ujung kanula pada Meningkatkan kenyamanan pasien dan


lubang hidung pasien. mengurangi terjadinya iritasi pada
membrane mukosa hidung.

11. Atur pita elastic atau selang Mempertahankan posisi


plastic ke kepala atau ke bawah
dagu sampai kanula pas dan
nyaman.

12. Periksa kanula setiap 8 jam. Mengkaji perkembangan pasien selama


pemberian oksigenasi.
13. Mengkaji perkembangan pasien Mengkaji perkembangan pasien selama
selama pemberian oksigenasi. pemberian oksigenasi.
14. Memeriksa kecepatan aliran Mengetahui kesesuaian dan ketepatan
oksigen dan program terapi pemberian oksigen.
secara periodic sesuai respon
klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
15. Cuci tangan. Mengurangi penyebaran bakteri dan
penularan penyakit.

16. Evaluasi respon pasien Mengetahui keefektifan tindakan yang


diberikan
17. Catat hasil tindakan yang telah Mendokumentasikan segala kegiatan yang
dilakukan dan hasilnya dilakukan.
4. Analisa tindakan keperawatan
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk memberikan tambahan oksigen pada
klien yang mengalami sesak nafas akibat perubahan membran alveolar kapiler.
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport oksigen yang
adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2. Dengan
mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat diharapkan masalah gangguan
pemenuhan oksigen di miokard dapat teratasi. Faktor yang menentukan oksigenasi
jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi gas (oksigen) pada
membran alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan
curah jantung.
Pada klien dengan CHF terjadi penurunan COP karena kontraktilitas otot
miokard mengalami penurunan, kondisi ini mengakibatkan suplaidarah ke
jaringan tubuh mengalami penurunan. Pemberian O2 pada klien dengan CHF
bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi yang adekuat pada miokardium dan
jaringan tubuh sehingga suplai O2 untuk metabolisme di jaringan tubuh bisa
terpenuhi. Pemberian O2 yang adekuat maka dapat mengurangi kelelahan dan
sesak nafas pada klien.
Pemberian oksigen melalui non rebreathing mask dimaksudkan untuk
mencukupi kebutuhan oksigen miokard dan seluruh tubuh mencapai 80-90%.
O2 non rebrething mask 10 L/menit ini cocok untuk pasien CHF dengan disertai
komplikasi edema paru karena pola napas klien tidak efektif dan difusi O2 di
alveoli paru-paru mengalami gangguan (penimbunan cairan di lapisan pleura).

5. Bahaya yang mungkin muncul dan pencegahannya


Bahaya :
Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus menerus pada klien dapat
menyebabkan keracunan O2 dan akan semakin sesak nafas.
Selain itu, pemberian O2 yang berlebihan adalah timbulnya kondisi Hipokapneu
karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi. Sedangkan untuk
prosedur yang tidak sesuai dengan teori diantaranya adalah untuk tindakan tidak
mencuci tangan dapat memperbesar penularan penyakit, penggunaan nasal kanul
yang tidak steril juga memperbesar penularan penyakit melalui secret dari satu
pasien ke pasien lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril
meningkatkan kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan
terhirup oleh klien.

Pencegahan :
Selalu memonitor pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi
alergi yang muncul secara periodik setelah pemajanan terhadap alergen spesifik,
obat-obat tertentu,dan latihan fisik.
6. Hasil yang di dapat dan maknanya
S:
Tn.L mengatakan sesak sudah berkurang
O:
- Klien tampak lebih rileks
- RR : 24x/menit
- Irama napas mulai teratur, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada retraksi
dada maupun menggunakan otot bantu pernapasan
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Monitor vital sign
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien (semifowler)
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
7. Tindakan keperawatan lainnya
a. Pemasangan infuse RL 8tpm
b. Pemeriksaan rekam EKG
8. Evaluasi
Kelebihan :
Dapat melakukan pemberian O2 nasal kanul ataupun masker tanpa bantuan dari
perawat.
Kekurangan :
Melaksanakan tindakan keperawatan kurang maksimal karena yang dilaksanakan
hanya tindakan yang darurat saja.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Eni, Yunani & Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). Patofisiologi penyakit: Pengantar menuju
kedokteran klinis. Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental:konsep, proses, dan
praktik edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai