Laporan Ansin Pola Nafas
Laporan Ansin Pola Nafas
Dasar Pemikiran
CHF(Congestive heart failure) atau gagal jantung merupakan sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala) yang ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi
jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau
kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan,
dan kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru,
hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan
peningkatan tekanan vena jugularis.Gagal jantung kongestif adalah gabungan
dari kedua gambaran tersebut.Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri
maupun kanan sering terjadi secara bersamaan (McPhee & Ganong, 2010).
Udjianti (2011) menyatakan bahwa Insidensi CHF sulit ditentukan karena CHF
adalah suatu simtom atau gejala dan bukan suatu diagnosis. Data pada simtom
ini biasanya berhubungan dengan penyebab yang mendasari.
Gejala klinis yang timbul pada pasien dengan CHF diantaranya adalah dipsnea,
ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND),
asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering
dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba dan
menyebabkan penderita terbangun (Udjianti, 2011). Munculnya berbagai gejala
klinis pada pasien gagal jantung tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan
dan mengganggu kebutuhan dasar manusia, diantaranya adalah ketidakefektifan
pola napas yang disebabkan karena sesak napas, nyeri dada pada aktivitas,
gangguan kebutuhan istirahat atau tidur dan gangguan aktivitas, letargi, gangguan
keseimbangan cairan dan sebagainya. Salah satu masalah yang paling sering
dijumpai dan khas pada penderita CHF adalah sesak napas yang dapat
menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas. Masalah
ketidakefektifan pola napas harus segera ditangi karena berkaitan dengan masalah
breathing yang menjadi masalah prioritas setelah airway. Salah satu upaya untuk
menangani ketidakefektifan pola napas adalah dengan memberikan terapi oksigen.
d. Alat :
1) Tabung oksigen
2) Water steril
3) Regulator dan flow meter
4) Humidifier
3) Masker atau nasal kanul
4) Selang penghubung
e. Prosedur
No Tindakan Rasional
1. Periksa program terapi medic Mengetahui kondisi kesehatan pasien
Pencegahan :
Selalu memonitor pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi
alergi yang muncul secara periodik setelah pemajanan terhadap alergen spesifik,
obat-obat tertentu,dan latihan fisik.
6. Hasil yang di dapat dan maknanya
S:
Tn.L mengatakan sesak sudah berkurang
O:
- Klien tampak lebih rileks
- RR : 24x/menit
- Irama napas mulai teratur, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada retraksi
dada maupun menggunakan otot bantu pernapasan
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Monitor vital sign
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien (semifowler)
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
7. Tindakan keperawatan lainnya
a. Pemasangan infuse RL 8tpm
b. Pemeriksaan rekam EKG
8. Evaluasi
Kelebihan :
Dapat melakukan pemberian O2 nasal kanul ataupun masker tanpa bantuan dari
perawat.
Kekurangan :
Melaksanakan tindakan keperawatan kurang maksimal karena yang dilaksanakan
hanya tindakan yang darurat saja.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Eni, Yunani & Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). Patofisiologi penyakit: Pengantar menuju
kedokteran klinis. Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental:konsep, proses, dan
praktik edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.