Anda di halaman 1dari 2

Cara Menulis Footnote (Catatan Kaki) yang Baik dan Benar

Footnote atau catatan kaki merupakan catatan pada bagian bawah halaman yang bertujuan
untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, pernyataan, atau ikhtisar. Baik dalam pembuatan
karya tulis ilmiah maupun non-ilmiah catatan kaki merupakan suatu unsur yang cucup penting.
Terutama dalam penulisan karya tulis ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, dan lain sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui sumber dari tulisan tang dibuat oleh si penulis apakah valid atau tidak.
Meski behitu, ada banyak dari kita yang masih kurang paham bagaimana sistematika penulisan
footnote (catatan kaki) yang baik dan benar.

Ketentuan penulisan footnote (catatan kaki)


Sebelum membuat catatan kaki, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Nomor footnote agak diangkat sedikit di atas baris biasa, tetapi tidak sampai setinggi satu spasi.
Dan ukurannya sedikit lebih kecil.
2. Nomor itu jauhnya tujuh huruf dari margin atau tepi teks, atau sama dengan permulaan alinea
baru. Jika catatan kaki terdiri lebih dari dua baris, baris kedua dan selanjutnya dimulai di garis
margin atau tepi teks biasa.
3. Nama pengarang ditulis menurut urutan nama aslinya. Pangkat atau gelar seperti Prof., Dr., Ir.,
dan sebagainya tidak perlu dicantumkan.
4. Judul buku digaris bawah jika diketik dengan mesin ketik atau dicetak miring jika diketik
dengan komputer.
5. Jika buku, majalah, atau surat kabar ditulis oleh dua atau tiga orang, nama pengarang
dicantumkan semua.
6. Jika sumbernya berasal dari internet: Nama depan dan belakang penulis, “Judul dokumen,”
nama website, alamat web komplit, tanggal dokumen tersebut di download.
7. Pengarang yang lebih dari tiga orang, ditulis hanya nama pengarang pertama, lalu di
belakangnya ditulis et al., atau dkk.

Contoh Footnote (Catatan Kaki)


Untuk lebih jelasnya, berikut kami berikan beberapa contok berikut formatnya:
1. Contoh footnote (catatan kaki) dari buku
a. Satu pengarang
Format Penulisan:
1
Nama Pengarang, Judul Buku (Kota Penerbit: Nama Penerbit, Tahun Penerbitan), hlm.
Nomor halaman.
Contoh:
1
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
PT Gramedia, 1992), hlm. 3.

b. Dua Pengarang
Format Penulisan:
1
Nama Pengarang 1 dan Nama Pengarang 2, Judul Buku (Kota Penerbit: Nama
Penerbit, Tahun Penerbitan), hlm. Nomor halaman.
Contoh:
1
Hugiono dan P.K Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta: Bina Aksara, 1987),
hlm. 56-58.

c. Buku Terjemahan
Format Penulisan:
1
Nama Pengarang, Judul Buku, Terj. Nama Penerjemah (Kota Penerbit: Nama
Penerbit, Tahun Penerbitan), hlm. Nomor halaman.
Contoh:
1
Ali Syari’ati, Rasulullah SAW Sejak Hijrah hingga Wafat, Terj. Afif Muhammad,
Sunt. Ahmad Hadi (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992), hlm. 28.
2. Contoh Footnote (catatan kaki) dari Majalah
Format Penulisan:
2
Nama Penulis, “Judul Artikel” Nama majalah, Edisi, hlm. Nomor halaman.
Contoh:
2
Mayadina Rahma, “Kekerasan terhadap Anak dalam Perspekif Hukum Islam” Shima,
Edisi XIV, April 2015, hlm. 12.

3. Contoh Footnote (catatan kaki) dari Internet


Format Penulisan:
3
Nama Penulis, “Judul Tulisan”, diakses dari Url / alamat web, pada tanggal (tanggal
mengakses) pukul (waktu mengakses)
Contoh:
3
Richard Whittle, “High Sea Piracy: Crisis in Aden”, Aviation Today, diakses dari
http://www.aviationtoday.com/rw/military/attack/High-Sea-Piracy-Crisis-in-Aden_32500.html,
pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 10.47

4. Contoh Footnote (catatan kaki) dari Koran


Format Penulisan:
5
Nama Koran, Tanggal Terbitan, hlm. halaman.
Contoh:
5
Suara Merdeka, 2 Juni 2014, hlm. 14.

Singkatan dalam Footnote (Catatan Kaki)


Dalam penulisan footnote, terdapat beberapa singkatan yang peru dipahami. Di antaranya:
1. ibid, singkatan dari ibidem. Maksudnya adalah ‘di tempat yang sama dan belum diselingi dengan
kutipan lain’.

Contoh:
1
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 8.
2
Ibid., hlm. 15. (berarti dikutip dari buku yang sama dengan buku di atas)

2. op.cit., singkatan dari opere citato, yang artinya ’dalam karangan yang telah disebut dan diselingi
dengan sumber lain’.
Contoh:
1
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 8.
2
Ismail Marahimin, Menulis secara Populer (Jakarta: Pustaka Jaya, 2001), hlm. 46.
3
Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2003), hlm. 23.
4
Gorys Keraf, op. cit. hlm. 8. (berarti diambil dari buku yang telah disebutkan di atas)

3. loc.cit., kependekan dari loco citato, maksudnya ‘di tempat yang telah disebut’. loc. Cit digunakan
jika kita menunjuk ke halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut.

Contoh:
1
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 8.
2
Ismail Marahimin, Menulis secara Populer (Jakarta: Pustaka Jaya, 2001) hlm. 46.
3
Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2003), hlm. 23.
4
Ismail Marahimin, loc. cit. (maksudnya buku yang telah disebut di atas di halaman yang
sama, yakni hlm. 46)
5
Soedjito dan Mansur Hasan, loc. cit. (menunjuk ke halaman yang sama dengan yang disebut
terakhir, yakni hlm. 23)

Anda mungkin juga menyukai