Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Parellangi, S.Kep., M.Kep., M.H.

Disusun oleh :

Kelompok 6

ANGGGELITA MEGA TANGKELAYUK P07220217006


FIRNADIA AFRA AFIFAH P07220217014
NINA NURUL CHASANAH P07220217023
ROBI KUSTIAWAN P07220217017
YULIA RAHMAWATI P07220217038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Parellangi, S.Kep., M.Kep., M.H.

Disusun oleh :

Kelompok 6

ANGGGELITA MEGA TANGKELAYUK P07220217006


FIRNADIA AFRA AFIFAH P07220217014
NINA NURUL CHASANAH P07220217023
ROBI KUSTIAWAN P07220217017
YULIA RAHMAWATI P07220217038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Pemberdayaan Masyarakat. Penulis menyadari
bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis dengan segala
kerendahan hati menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pembimbing dalam
bimbingan pembuatan laporan ini.

Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala kekurangan
dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan masyarakat luas.

Samarinda, 29 September 2018

Penulis,

3
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................................................3

DAFTAR ISI..................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................5

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5

C. TUJUAN.............................................................................................................................6

D. SISTEMATIKA PENULISAN..........................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. PENDEKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT..................................................8

B. TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.............................................................12

C. STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.........................................................17

D. GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT........................................................19

E. INDIKATOR KEBERHASILAN.....................................................................................20

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat yang


karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun eksternal. Pemberdayaan
diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang lebih baik,
sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis,
sejahtera dan maju.

Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting pemerintah, terutama


sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu. Tidak hanya pemerintah,
tapi dunia usaha juga memiliki program pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung
jawab sosial mereka terhadap masyarakat, (Corporat Social Responsibility/CSR). Namun hal
ini seringkali bertentangan dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan kurang
mengena sasaran, karena sering dilakukan secara charity, ditambah lagi program
pemberdayaan malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga praktek korupsi
semakin merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang miskin semakin tidak berdaya.

Pengentasan kemiskinan hakikatnya adalah mengubah perilaku, yang dimulai dari


mengubah mindset individu dan masyarakat. Pengentasan kemiskinan hanya dapat dilakukan
melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Masyarakat didorong untuk memiliki kemampuan
sesuai potensi dan kebutuhannya untuk berdiri tegak di atas kakinya sendiri, memiliki daya
saing, serta mandiri, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah :

1) Bagaimana pendekatan pemberdayaan masyarakat?

5
2) Apa saja kah teknik pemberdayaan masyarakat?

3) Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat?

4) Bagaimana gerakan pemberdayaan masyarakat?

5) Apa saja kah indikator keberhasilannya?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang pendekatan dan
strategi pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah :

1) Untuk mengetahui tentang pendekatan pemberdayaan masyarakat.

2) Untuk mengetahui tentang teknik pemberdayaan masyarakat.

3) Untuk mengetahui tentang strategi pemberdayaan masyarakat.

4) Untuk mengetahui tentang gerakan pemberdayaan masyarakat.

5) Untuk mengetahui indikator keberhasilannya.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah Pemberdayaan Masyarakat yang membahas tentang Pendekatan dan


Strategi Pemberdayaan Masayarakat ini terbagi menjadi tiga bab. Bab I yaitu
pendahuluan yang berisikan latar belakang dari permasalahan yang dibahas, rumusan
masalah, tujuan penulisan makalah dan sistematika penulisan. Bab II yaitu kajian pustaka

6
yang berisi pemaparan secara mendetail tentang Pendekatan dan Strategi Pemberdayaan
Masyarakat. Bab III yaitu penutup yang berisi kesimpulan, dan daftar pustaka.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENDEKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Salah satu faktor yang dapat mendukung tercapainya sasaran kegiatan pemberdayaan
masyarakat sangat di pengaruhi oleh jenis pendekatan yang di gunakan dalam melakukan
kegiatan tersebut. Dalam hal ini pendekatan yang di maksud terkait dengan cara yang di
gunakan agar supaya masyarakat yang menjadi kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
bersikap terbuka dalam menerima berbagai bentuk unsur inovasi yang semuanya itu di
maksudkan agar supaya mereka dapat melepaskan diri dari berbagai aneka rupa
keterbelakangan, isolasi sosial ,keterpurukan serta ketertinggalan dalam berbagai sektor
masyarakat.

Oleh sebab itu untuk memilih pendekatan yang di nilai cocok dengan kondisi sosial
ekonomi dan budaya kelompok sasaran maka pada dasarnya ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan diantaranya:

 Pertama kegiatan itu harus sifatnya terencana. Maksudnya program yang di buat
sebaiknya memiliki rentan waktu tertentu dengan melibatkan berbagai elemen
masyarakat seperti lembaga pemerintah, aktivis LSM, tokoh masyarakat, pemuka
agama, tokoh generasi muda dan kelompok masyarakat yang lain yang di nilai akan
memberi kontribusi yang besar bagi kegiatan pemberdayaan tersebut.

 Kedua, pendekatan yang di gunakan sebaiknya dalam betuk kelompok dan tidak di
lakukan secara individual. Pertimbangannya lewat pendekatan kelompok maka kegiatan
yang di laksanakan dapat berlangsung lebih efisien, efektif serta memberi hasil yang
optimal di bandingkan dengan kegiatan yang di lakukan secara perorangan. Apalagi,
tujuan utama kegiatan ini jelas lebih di orientasikan pada kepentingan masyarakat
secara keseluruhan dan bukan hanya sebatas pada satu rumah tangga.

8
 Ketiga, melibatkan masyarakat secara aktif terutama kelompok yang menjadi sasaran
kegiatan pemberdayaan. Ini sangat penting mengingat partisipasi aktif masyarakat akan
memberikan manfaat secara langsung selain mereka dapat bekerja sambil belajar untuk
mempraktekkan berbagai konsep dan program yang di sampaikan oleh para fasiitator.

 Keempat, sasarannya harus jelas dan terarah. Artinya semua agenda kegiatan yang
tawarkan pada kelompok sasaran memiliki tujuan yang jelas termasuk di dalamnya
manfaat yang dapat di peroleh dari kegiatan itu khususnya yang bersentuhan langsung
dengan masalah pemenuhan kebutuhan manusia.

 Kelima, kegiatan pemberdayaan masyarakat harus memiliki dana yang cukup.


Sebagaimana di ketahui bahwa program yang dirancang sedemikian rupa dan sebaik
apapun bentuknya tentu terasa sulit untuk di implementasikan apabila tanpa di dukung
oleh dana yang memadai. Di samping itu, masalah pengadaan infratruktur termasuk alat
peraga yang di perlukan bukan serta melibatkan sejumlah tenaga professional hanya
dapat di lakukan jika di tunjang oleh sektor finansial yang cukup.

 Keenam, masalah faktor budaya yang dimiliki kelompok sasaran harus pula mendapat
perhatian yang serius. Masalahnya, jika kita belajar dari berbagai pengalaman
sebelumnya menujukkan bahwa munculnya penolakan dari masyarakat setempat
ternyata di sebabkan karena adanya sikap tradisi dan kepercayaan yang begitu kuat yang
di miliki masyarakat dan dianggap tidak sesuai dengan unsur inovasi yang di
perkenalkan kepada mereka. Akibatnya upaya yang di lakukan oleh tenaga fasilitator
dalam menciptakan perubahan sikap dan perilaku masyarakat tidak memberikan hasil
yang maksimal. Dan akhirnya, pendekatan yang di gunakan sebaiknya bersifat persuasif
dan tidak kohersif dengan demikian, kelompok sasaran akan menerima program yang di
tawarkan pada mereka secara sukarela tanpa merasa adanya tekanan dari pihak luar
sehingga proses kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung dalam suasana
yang koperatif, komformis, lancar , bersinergi dan terkendali.

Sementara itu dalam kaitannya dengan pekerja sosial maka setidaknya ada 3 jenis
pendekatan yang bisa digunakan untuk membantu bagi tenaga penyuluh, fasilitator, agen

9
pembaharu dan aktifis LSM serta lembaga pemerintah dalam melakukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat diantaranya:

1. Pendekatan Mikro
Dalam hal ini kegiatan pemberdayaan dilakukan pada kelompok sasaran sifatnya
individual misalnya dalam bentuk konseling, bimbingan serta pengendalian stres yang
mana tujuannya tentu saja dimaksudkan untuk melatih serta memberi bimbingan bagi
para kelompok sasaran (penerima manfaat) untuk melaksanakan kegiatannya sehari-hari.
Dengan kata lain model pendekatan ini biasa juga disebut dengan pendekatan yang
berpusat pada tugas.

2. Pendekatan Mezzo
Tidak seperti halnya dengan pendekatan mikro yang mana pemberdayaan
dilakukan secara individual maka justru dalam pendekatan ini pemberdayaan dilakukan
terhadap sekelompok penerima manfaat. Dalam hal ini,tujuan kegiatan pemberdayaan
dilakukkan terhadap sekelompok klien dengan harapan pemanfaatan kelompok dapat
difungsikan sebagai media, pendidikan, pelatihan dan interfensi sehingga diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan, kesadaran, membentuk sikap serta
meningkatkan kemampuan kelompok sasaran (penerima manfaat) dalam mengatasi
berbagai pesoalan yang mereka hadapi.

3. Pendekatan Makro
Untuk tipe pendekatan ini biasa juga disebut sebagai strategi sistem besar dengan
alasan penerima manfaat (klien) diarahkan pada suatu lingkungan yang lebih luas. Selain
itu ada beberapa jenis strategi yang bisa dikategorikan dalam pendekatan makro
diantaranya perencanaan sosial, aksi sosial, kampanye, perumusan kebijakan, lobbying
serta manajemen konflik. Disamping itu pendekatan ini juga melihat para penerima
manfaat (kelompok sasaran) sebagai kelompok yang memiliki kemampuan dalam
memahami baik itu situasi mereka sendiri maupun cara memilih strategi yang dinilai
tepat untuk mengatasinya.
Disamping sejumlah pendekatan yang biasa digunakan dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat sebagaimana disebutkan diatas maka rupanya ada pula
10
beberapa jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat, kita sebut saja misalnya model pendekatan yang digunakan Elliot (1996)
yang menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis pendekatan pemberdayaan masyarakat yaitu:
1) Pendekatan Kesejahteraan.
Dengan menggunakan pendekatan ini, fokus utamanya lebih dipusatkan pada
kegiatan pemberian bantuan kepada masyarakat termasuk didalamnya bagi mereka
yang menghadapi musibah seperti bencana alam apakah itu berupa banjir,letusan
gunung berapi, kekeringan yang berkepanjangan atau dalam bentuk bencana alam
yang lain.
2) Pendekatan Pembangunan.

Adapun kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan


model pendekatan ini yang mana lebih difokuskan pada upaya untuk meningkatkan
kemandirian, keswadayaan serta kemampuan masyarakat.

3) Pendekatan Pemberdayaan.

Dalam hal ini perlu di lakukan berbagai bentuk kegiatan pelatihan di kalangan
kelompok sasaran (klien) agar mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan,
keterpurukan serta ketinggalan sehingga mereka dapat membentuk suatu kelompok
yang maju dan mandiri serta bebas dari aneka ragam ketidakberdayaan.

Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Menurut Shelippe konsep “Pembangunan


Masyarakat” dengan “Pemberdayaan Masyarakat” serta “Pengembangan Masyarakat”
pada dasarnya serupa atau setara. Perkemabangan teori pembangunan itu di mulai dari
praktek, yaitu kebutuhan yang dirasakan di dalam masyarakat terutama dalam situasi
social yang dihadapi di dalam

Negara-negara yang menghadapi perubahan social yang cepat (Isbandi R,


2003:292-293). Pendapat diatas sejalan dengan perubahan peristilahan yang digunakan
oleh pemerintah khususnya di Negara kita yang pada awalnya menggunakan istilah
“Pembangunan Masyarakat Desa”. Hadad, salah seorang ilmuan social di Indonesia
melihat bahwa dari sudut pandang historis, istilah pembangunan pada intinya tidak
berbeda dengan istilah perubahan. Dalam teori pembangunan dikenal beberapa
11
pendekatan utama sebagaimana disebutkan oleh Troeller yang mengungkapkan ilmu
pendekatan tersebut yakni pendekatan pertumbuhan, pendekatan pertumbuhan dan
pemerataan, paradigma ketergantugan, pendekatan kebutuhan pokok, dan pendekatan
kemandirian.

B. TEKNIK ATAU METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. RRA (Rapid Rural Appraisal)


RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara
cepat, yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar”
dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan
sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar/kotor” tetapi RRA dinilai masih lebih
baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu
yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera.
Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan
pengumpulan semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program
pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun
program-program tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena
masyarakat tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk
memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan
cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan
sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan
pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut
dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan
pengetahuan ilmiah.
Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan
pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka
untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga
berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk
12
mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian
masalah yang memungkinkan.
Menurut Beebe James (1995), metode RRA menyajikan pengamatan yang
dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya dengan
latar belakang akademis yang berbeda. Metode ini bertujuan untuk menghasilkan
pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk menentukan perlu
tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
Metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b)
triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara
berulang-ulang (iterative).
Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang
terdiri dari:
a) Review/telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang secara
ringkas.
b) Oservasi/pengamatan lapang secara langsung.
c) Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
d) Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
e) Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi.
f) Kecenderungan-kecenderungan.
g) Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
h) Pembuatan laporan lapang secara cepat.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:


a) Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan informasi
yang dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding sekadar jumah dan ketepatan
serta relevansi informasi yang dibutuhkan.
b) Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang,
tanyakan kepada kelompok termiskin.
c) Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya dalam
beragam perspektif.
d) Belajar dari dan bersama masyarakat.
13
e) Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan yang
telah disiapkan.

2. PRA (Participatory Rural Appraisal)


PRA merupakan penyempurnaan dari RRA. PRA dilakukan dengan lebih banyak
melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari semua stakeholders dengan difasilitasi oleh
orang-luar yang lebih berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator dibanding sebagai
instruktur atau guru yang menggurui.
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan
pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. Atau dengan kata lain dapat disebut
sebagai kelompok metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling
berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan
kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers, 1996).
Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metode PRA bertujuan menjadikan warga
masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan
sekedar obyek pembangunan.
Melalui PRA dilakukan kegiatan-kegiatan:
a) Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topik penilaian keadaan.
b) Analisis keadaan yang berupa:
 Kedaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya di masa depan.
 Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan alasan-alasan atau
penyebabnya.
 Identifikasi (akar) masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
 Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau analisis strength, weakness,
opportunity, and treat (SWOT) terhadap semua alternatif pemecahan masalah.
c) Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling layak atau dapat diandalkan
(dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem sosialnya).
d) Rincian tentang stakeholders dan peran yang diharapkan dari para pihak, serta jumlah
dan sumber-sumber pembiayaan yang dapat diharapkan untuk melaksanakan
program/kegiatan yang akan diusulkan/ direkomendasikan.
14
e) Alat-alat yang digunakan dalam metoda PRA serupa dengan yang digunakan dalam
metode RRA, tetapi berbeda dalam tingkat partisipasi dari masyarakat desa dalam
praktik di lapangan. Tidak seperti dalam RRA, masyarakat desa yang dilibatkan
dalam PRA memainkan peran yang lebih besar dalam pengumpulan informasi,
analisis data dan pengembangan intervensi seperti pada program-program
pengembangan masyarakat yang didasarkan pada pengertian terhadap program secara
keseluruhan. Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi kesempatan
kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam memecahkan masalah mereka
sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar.

 Perbedaan RRA dan PRA


Kedua metode tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi. Namun dalam
perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program
pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasannya.
Secara umum terdapat beberapa perbedaan antara RRA dan PRA (Chambers,
1996), yaitu :

15
 Keunggulan dan kelemahan dari RRA dan PRA
 Keunggulan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :
a. Waktu cepat, biaya murah dan hasil tidak bias.
b. Dapat melayani policy makers yang ingin memutuskan suatu hal dengan segera
dan mereka memerlukan informasi terakhir sebelum keputusan tersebut diambil.
c. Mampu memonitor dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan.
d. Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa masalah atau isu baik dibidang
penelitian maupun perencanaan.
e. Dapat membantu dalam pemecahan cara penyebaran tekhnologi (terutama karena
kendala sosial dan ekonomi) dan bagaimana mengakomodasi keinginan
masyarakat sebagai pengguna tekhnologi.
f. Mampu memahami suatu permasalahan atau isu dengan perspektif lintas disiplin.
g. Data membantu dalam menginterprestasikan data kuantitatif yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Jumlah data yang banyak dan sulit dihubungkan satu
dengan lainnya, dapat dipecahkan dengan metode RRA.

Kelemahan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :

16
a. Metode sampling diabaikan.
b. Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan secara cepat. Yang lebih
menonjol adalah expert judgement peneliti.
c. Tidak mampu mengungkapkan data kuantitatif.
d. Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik dengan data konkret, misalnya suatu
tekhnologi telah diadopsi masyarakat sebesar 70%, daripada informasi tentang
adopsi tekhnologi meningkat.

 Keunggulan PRA adalah sebagai berikut :


a. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.
b. Keikutsertaan masyarakat miskin.
c. Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan program lebih besar.
d. Melibatkan gender pada program.
e. Cocok diterapkan dimana saja.
Kelemahan PRA adalah sebagai berikut:
a. Tidak semua fasilitator program memiliki kemampuan yang baik dalam
memfasilitasi masyarakat.
b. Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, dan
musyawarah-musyawarah yang sifatnya umum.
c. Sebagian fasilitator belum terampil dalam memfasilitasi pengolahan dan analisis
informasi.

C. STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu adanya suatu strategi yang nantinya dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Salah satu strategi yang tidak umum dipakai
dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan. Menurut Sumodiningrat
(2009:106), pendampingan merupakan kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya
pemberdayaan fakir miskin secara optimal. Perlunya pendampingan dilatarbelakangi oleh
adanya kesenjangan pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran
penerima bantuan. Kesenjangan dapat disebabkan oleh berbagai perbedaan dan keterbatasan
kondisi sosial, budaya dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping
17
memposisikan dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator,
penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator.
Menurut Jim Ife (1995:63) ada 3 strategi yang diterapkan dalam pemberdayaan
masyarakat, yaitu :
1) Perencanaan dan kebijakan (policy and planning)
Untuk mengembangkan perubahan struktur dan institusi sehingga memungkinkan
masyarakat untuk mengakses berbagai sumber kehidupan untuk meningkatkan taraf
kehidupannya. Perencanaan dan kebijakan yang berpihak dapat dirancang untuk
menyediakan sumber kehidupan yang cukup bagi masyarakat untuk mencapai
keberdayaan. Misalnya : kebijakan membuka peluang kerja yang luas, UMR yang tinggi,
dsb.

2) Aksi sosial dan politik (sosial dan political action)


Diartikan agar sistem politik yang tetutup diubah sehingga memungkinkan
masyarakat untuk berpartisipasi. Adanya keterlibatan masyarakat secara politik membuka
peluang dalam memporoleh kondisi keberdayaan.
3) Peningkatan kesadaran dan pendidikan
Masyarakat/kelompok masyarakat tertentu seringkali tidak menyadari penindasan
yang terjadi pada dirinya. Kondisi ketertindasan diperparah dengan tidak adanya skill
untuk bertahan hidup secara ekonomi dan sosial.
Untuk mengatasi masalah ini peningkatan kesadaran dan pendidikan sangatlah
penting untuk diterapkan. Contoh : memberi pemahaman kepada masyarakat tentang
bagaimana struktur-struktur penindasan terjadi, memberi sarana dan skill agar mencapai
perubahan secara efektif.

Adapun strategi pemeberdayaan masyarakat, lainnya. Antara lain :


1. Mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana dan pengelola
(acceptable);
2. Dapat dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
(accountable);

18
3. Memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola
kegiatan secara ekonomis (profitable); Hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat
sendiri sehingga menciptakan pemupukan modal dalam wadah lembaga sosial
ekonomi setempat (sustainable); dan

4. Pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan
dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas (replicable).

D. GERAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Gerakan pemberdayaan pada hakekatnya merupakan suatu instrumen perubahan sosial
berencana yang berfungsi dan bertanggung jawab untuk mengatasi masalah-masalah
kemiskinan dan implikasinya serta meningkatkan tarap kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Gerakan pemberdayaan masyarakat adalah sekumpulan tindakan – tindakan yang
dikembangkan oleh suatu masyarakat agar warga masyarakat dapat mengatasi masalah
sosialnya atau semua bentuk investasi sosial yang tujuan utamanya meningkatkan
kesejahteraan perorangan dan masyarakat secara keseluruhan.
Gerakan ini diarahkan terhadap peningkatan berbagai penyediaan sarana dan proses yang
langsung berhubungan dengan penyembuhan dan pencegahan masalah sosial,
pengembangan sumber sumber daya manusia dan perbaikan mutu kehidupan yang
sasarannya mencakup perorangan, keluarga dan usaha – usaha untuk memperkuat atau
mengubah lembaga sosial. Masyarakat sebenarnya memiliki banyak potensi baik dilihat dari
sumber sumber daya alam maupun dari sumber sumber sosial dan budayanya. Masyarakat
memiliki kekuatan yang bila digali dan disalurkan akan menjadi energi yang besar untuk
membangun.
Didalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah bagaimana menduduki
masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif, bukan penerima pasif, konsep
gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, mengutamakan inisiatif dan kreasi
masyarakat dengan strategi pokok pemberian kekuatan kepada masyarakat. Secara sosiologi,
gerakan pemberdayaan masyarakat berfungsi untuk mempertahankan sistem sosial dan
mengadaptasikan sistem sosial ini bagi kenyataan sosial yang selalu mengalami perubahan,
sedangkan dari pandangan fisiologi dan etis bahwa gerakan ini merupakan jawaban
19
masyarakat terhadap " apakah saya masih mampu membantu saudara- saudara saya yang
sedang mengalami masalah dan tekanan sosial ? "
Masyarakat yang lebih memahami kebutuhan, permasalannya harus diberdayakan agar
mereka lebih mampu mengenali kebutuhan – kebutuhannya, merumuskan rencana –
rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya. Dengan kata
lain gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan " dari, oleh dan untuk rakyat".
Karena itu seluruh masyarakat harus selalu bekerjasama, bahu membahu, selalu membantu
dan mempunyai komponen moral dan sosial yang tinggi dalam melaksanakan gerakan
pemberdayaan tersebut dalam semua aspek dan tingkatan seperti :
1) Perumusan konsep;
2) penyusunan model;
3) pelaksanaan gerakan pemberdayaan;
4) pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan;
5) pengembangan dan pelestarian gerakan pemberdayaan, sehingga gerakan tersebut
mempunyai daya dan hasil guna yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Partisipasi warga masyarakat dalam melaksanakan gerakan pembangunan harus selalu
ditumbuhkan, didorong dan dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan. Jiwa
partisipasi masyarakat tersebut adalah semangat solidaritas sosial, yaitu hubungan sosial
yang selalu didasarkan pada perasaan moral bersama, kepercayaan bersama dan cita – cita
bersama.

E. INDIKATOR KEBERHASILAN
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari unsur peningkatan :
kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, kemampuan kultural
dan politis. Menurut Schuler, Hashemi, dan Riley, Indikator keberhasilan pemberdayaan
masyarakat adalah :
1. Kebebasan mobilitas

2. Kemampuan membeli komoditas kecil

3. Kemampuan membeli komoditas besar

20
4. Terlibat dalam pembuatan keputusan umum

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga

6. Kesadaran hukum dan politik

7. Keterlibatan dalam kampanye/demonstrasi

Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga Keberdayaan masyarakat juga dapat
dilihat dari :

1) Keberdayaan yg menyangkut kemampuan ekonomi

2) Kemampuan mengakses jaminan kesehatan

3) Kemampuan kultur dan politis.

Nugroho (2008) mengemukakan, indikator pemberdayaan, yaitu

1) Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber daya produktif di
dalam lingkungan.

2) Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau sumber daya yang
terbatas tersebut.
3) Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk
melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya tersebut.
4) Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus sama-sama menikmati hasil-hasil
pemanfaatan sumber daya atau pembangunan secara bersama dan setara.

BAB III

PENUTUP

21
A. KESIMPULAN
Faktor yang dapat mendukung tercapainya sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat
sangat di pengaruhi oleh jenis pendekatan yang di gunakan dalam kegiatan tersebut.
Pendekatan yang di maksud terkait dengan cara yang di gunakan agar masyarakat yang
menjadi kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan bersikap terbuka dalam menerima
berbagai bentuk unsur inovasi. Teknik atau metode pemberdayaan masyarakat ada RRA
(Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat dan PRA
(Participatory Rural Appraisal) yang merupakan penyempurnaan dari RRA. Menurut Jim
Ife (1995:63) ada 3 strategi yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu :
Perencanaan & kebijakan, Aksi sosial dan politik, Peningkatan kesadaran dan pendidikan.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari unsur peningkatan: kemampuan
ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, kemampuan kultural dan politis.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ahmad. 2016. Pendekatan dan Strategi Pembangunan Masyarakat Di Indonesia. Jakarta.
Diakses dari https://id.scribd.com/doc/184095627/PENDEKATAN-DAN-STRATEGI-
PEMBANGUNAN-MASYARAKAT-DI-INDONESIA.
22
Anonym. 2016. Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. Di akses dan di download dari
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49191/Chapter%20II.pdf.

Elwamendri. 2017. Pendekatan Strategi dan Metode Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. Diakses
dari https://elwamendri.wordpress.com/2017/03/05/pendekatan-strategi-dan-metode-
pemberdayaan-masyarakat

Kamil, Mustofa. 2017. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. Diakses dari


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111091987031001
-MUSTOFA_KAMIL/5._pendekatan_pemberdayaan_masyarakatx.pdf

Kurnia, Yudi. 2017. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Garut. Diakses dari


http://www.sapa.or.id/lp/116-pjb/3394-penanggulangan-kemiskinan-pnpm-mandiri-
gerakan-pemberdayaan-masyarakat-tkpkd-jakesmas.

Oos M. Anwas. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabet.

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai