K3
K3
Disusun oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah mata kuliah Makalah Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja tentang Risiko Pribadi dan Psikologis ini. Atas dukungan moral dan materi
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Lukman Nulhakim, S. Kep., M. Kep., selaku dosen koordinator
mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam pembuatan makalah ini.
2. Bapak Ns. Andi Parellangi, S. Kep., M. Kep., M. H., selaku dosen mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yang telah memberikan bimbingan dan
masukan dalam pembuatan makalah ini.
3. Bapak Ns. Gajali Rahman, S. Kep., M. Kep., selaku dosen mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yang telah memberikan bimbingan dan
masukan dalam pembuatan makalah ini.
4. Bapak Radinal B., selaku PJK3 LHI sebagai dosen mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1931, dalam penelitian yang dilakukan oleh HW Heinrich
mencacat bahwa dua faktor dasar yang dapat menyebabkan kecelakaan yaitu
kondisi mekanis atau fisik dan faktor manusia. Pada umumnya program
keselamatan kerja banyak berfokus pada perlindungan fisik pekerja, dan
mengabaikan faktor manusia yang dapat menyebabkan orang mengabaikan
prosedur-prosedur yang bisa mencegah kecelakaan terjadi, namun studi
menunjukkan bahwa untuk 50% dari semua kecelakaan terjadi karena kesalahan
karyawan ditempat kerja atau faktor manusia. Faktor resiko psikologis dalam
kecelakaan adalah potensi pikiran, perasaan, dan perilaku yang mungkin terjadi
sebagai akibat dari peristiwa stress.
Pada umumnya, di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan kerja. Di lingkungan kerja itu sendiri
terdapat potensi-potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Termasuk potensi bahaya psikologi.
Resiko bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau ditmbulkan
oleh kondisi aspek-aspek psokologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapat perhatian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelecehan dan penganiayaan?
2. Apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual?
3. Siapa saja yang menjadi korban pelecehan seksual?
4. Apa pentingnya mencegah pelecehan seksual?
5. Bagaimana cara mencegah pelecehan seksual?
6. Bagaimana cara mencegah penularan HIV/AIDS ditempat kerja?
7. Bagaimana cara mencegah dampak buruk narkoba ditempat kerja?
1
8. Bagaimana prosedur pengaduannya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. memindahkan pekerja karena memiliki HIV;
7. pelecehan seksual.
Siapa saja bisa diganggu, tetapi lebih mungkin terjadi jika orang tersebut:
1. berbeda (dalam kepribadian, penampilan fisik, warna kulit, dll);
2. terisolasi;
3. berada di bawah pengawasan pelaku pelecehan;
4. tidak memiliki cara yang jelas untuk mengeluh.
B. Pelecehan Seksual
4
5. Pelecehan gestural, yang melibatkan gerakan bernada seksual seperti kedipan,
mengangguk, gerakan dengan tangan, kaki atau jari, menjilati bibir;
6. Pelecehan tertulis atau grafik, termasuk menampilkan materi pornografi dan
pelecehan melalui surat, email dan bentuk komunikasi lainnya;
7. Pelecehan emosional, melibatkan perilaku yang isolat, adalah diskriminatif
terhadap, atau mengecualikan seseorang atas dasarnya atau seksnya.
5
Mengapa penting untuk mencegah pelecehan seksual?
Sebagaimana disebutkan di atas, pelecehan seksual sering kali tidak
dilaporkan, namun ini tidak berarti bahwa konsekuensi yang sepele. Mereka dapat
meliputi:
1. penyakit fisik atau penyakit, seperti sakit kepala, gangguan kulit dan masalah
pencernaan;
2. ketegangan, kecemasan, depresi dan insomnia;
3. kepuasan kerja berkurang, motivasi kerja;
4. hilangnya kepercayaan dan kinerja kerja (Penelitian menunjukkan bahwa
insiden pelecehan seksual dapat menyebabkan penurunan tajam dalam
produktivitas oleh korban);
5. pekerja dilecehkan sering akan meninggalkan pekerjaan daripada melaporkan
insiden.
Pelaku pelecehan cenderung untuk mengulangi perilaku yang sama, sangat
mungkin bahwa pekerja baru akan menjadi korban perilaku yang sama dan
pelecehan akan terjadi lagi. Biaya hukum dapat menjadi biaya lain, dalam hal
korban pelecehan seksual mengejar tindakan hukum atas kerusakan, upah hilang
atau pemulihan.
6
paling efektif, tindakan perlu berdampak pada peleceh potensial, yang berarti
meningkatkan kesadaran dan menunjukkan toleransi nol.
3. Menyediakan konseling dan dukungan
Konseling yang tepat dapat membantu para korban, sehingga perusahaan dapat
membantu pekerja dengan memberikan rincian kontak dari
organisasiorganisasi yang menyediakan konseling. Mengembangkan
kebijakan menggabungkan aturan kerja dan keluhan yang transparan dan
prosedur investigasi yang:
a. Mendefinisikan pelecehan dengan jelas, termasuk pelecehan seksual, dan
membuat jelas bahwa pelecehan tidak akan ditoleransi;
b. Menetapkan bahwa setiap pekerja berhak untuk diperlakukan dengan
hormat di tempat kerja;
c. Menyediakan bagi individu untuk mengambil peran 'focal point'untuk
kasus-kasus pelecehan seksual, untuk memastikan bahwa para korban
mendengarkan dengan sensitivitas;
d. Jadilah subyek konsultasi dengan pekerja dan manajer dan berbagi dengan
semua staf dan semua rekrutan baru;
e. Memberi perhatian manajer dan supervisor dan membuat jelas mereka
memiliki tugas untuk melaksanakan kebijakan dan akan diajarkan
bagaimana.
f. Tentukan prosedur yang harus diikuti jika insiden terjadi atau diduga. Ini
harus mencakup:
1) Sebuah proses langkah-demi-langkah untuk penanganan dan
menyelidiki keluhan dengan batas waktu pada setiap langkah;
2) Prosedur banding, pihak sehingga tidak puas (korban atau terdakwa)
dapat mengajukan banding hasil investigasi kepada otoritas yang
lebih tinggi;
3) Hapus aturan disiplin yang menyatakan hukuman yang akan
dikenakan jika keluhan ditemukan dibenarkan.
7
C. HIV/AIDS di Tempat Kerja
Kasus HIV/AIDS terdapat kecenderungan jumlahnya meningkat dari waktu ke
waktu. Jumlah kasus HIV/AIDS sebagian besar terdapat pada kelompok usia kerja
produktif yang akan berdampak negatif terhadap produktivitas perusahaan. Maka
untuk mengantisipasi dampak negatif dari kasus HIV/AIDS di tempat kerja
diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang optimal.
Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penangglangan HIV/AIDS di
tempat kerja, pengusaha wajib:
1. Mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS;
2. Mengkomunikasikan kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
3. Memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh dengan HIV/AIDS dari
tindak dan perlakuan diskriminasi;
4. Menerapkan prosedur K3 khusus untuk pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS sesuai denganperaturan perundang-undangan dan standar yang
berlaku.
Untuk petugas P3K di tempat kerja dalam memberikan pertolongan pertama
harus memperhatikan Universal Precaution, dimana bertujuan untuk mengurangi
risiko infeksi terutama yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh tanpa
membedakan status infeksi yang dapat dicapai dengan:
1. Hindari kontak langsung dengan darah/cairan tubuh korban dengan
menggunakan APD secara memadai;
2. Cuci tangan sebelum dan segera sesudah melakukan tindakan dengan air
mengalir dan sabun atau anti septik lainnya;
3. Bersihkan segera ceceran darah/cairan tubuh korban secepat mungkin dengan
disiram antiseptik, dan buang ke tempat pembuangan khusus dan dianggap
sebagai limbah berbahaya karena bersifat infeksius;
4. Pakaian dan peralatan yang kontak dengan darah/cairan tubuh korban segera
direbus/direndam air panas minimal 80 ͦ C.
8
Bahwa status HIV seseorang pekerja tidak boleh menyebabkan ia mengalami
diskriminasi di tempat kerja. Apalagi menjadi alasan untuk diberhentikan dari
pekerjaannya. Karena HIV/AIDS tidak akan menular kepada pekerja lain dalam
hubungan sosial sehari-hari dalam lingkungan kerja.
Upaya-upaya pencegahan HIV dan AIDS di tempat kerja akan dapat mencegah
penularan HIV terhadap para pekerja dan melakukan upaya-upaya pendidikan
kesehatan pada semua pekerja sehingga tetap produktif.
9
Prosedur Penanganan Pengaduan
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Resiko Psikologi yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapat perhatian. Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan adalah potensi
pikiran, perasaan, dan perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat dari peristiwa
stress.
Bahaya-bahaya yang dapat terjadi pada tempat kerja dan berdampak pada
psikososial seseorang adalah, pelecehan dan penganiayaan, pelecehan seksual,
HIV/AIDS ditempat kerja dan narkoba ditempat kerja.
11
DAFTAR PUSTAKA