Anda di halaman 1dari 13

SKPKD

(1) Struktur APBD  Lampiran 3 Permendagri No 64

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Adalah pendapatan yang diperoleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam
membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.
Pajak daerah Pungutan yang dilakukan Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan
oleh peraturan daerah dan pajak negara yang pengelolaannya dan penggunaannya diserahkan
kepada daerah.
Retribusi daerah Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Adalah penerimaan yang berupa hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang terdiri dari
bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum, bagian laba lembaga keuangaan bank, bagian laba
lembaga keuangan nonbank, bagian laba perusahaan milik daerah lainnya dan bagia laba atas
penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dapat dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga dan komisi, potong ataupun bentuk lain sebagai
akibat penjualan dan atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
DANA PERIMBANGAN
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Berdasarkan
UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan
Daerah, dana perimbangan terdiri dari:
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Hibah Tidak Mengikat Hibah tidak mengikat diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas
akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam
menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah
lainnya, badan/lembaga,organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan
lembaga luar negeri yang tidak mengikat.
Dana Darurat Dari Pemerintah Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.
Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban atau kerusakan akibat bencana
alam. Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak
yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi
oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Ke Kabupaten Atau Kota Penganggaran dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada
pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya pada
APBD memperhitungkan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2011, sedangkan pelampauan
target Tahun Anggaran 2011 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah dan menjadi hak
pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran
2012.
Dana Penyesuaian Dan Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus adalah
dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana
ditetapkan dalam undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua,
dan penyesuaian Otonomi Khusus bagi Provinsi yang menerima DAU lebih kecil dari tahun anggaran
sebelumnya.
Bantuan Keuangan Dari Propinsi Atau Dari Pemerintah Daerah Lainnya Pemerintah provinsi atau
pemerintah kabupaten/ kota dapat menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya
dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya, sesuai kemampuan
keuangan masing-masing daerah. Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat
khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan
menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk
miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang
bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah/desa
penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima
bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi
bantuan.

BELANJA TIDAK LANGSUNG


Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, kelompok Belanja Tidak Langsung terdiri dari:
Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan
lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas
kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Belanja
subsidi dianggarkan sesuai dengan keperluanperusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturan
daerah tentang APBD yang peraturanpelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam peraturan kepala
daerah.
Belanja hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus dan harus digunakan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau
barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial
diberikan tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki
kejelasan peruntukan penggunaannya.
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau
pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah Iainnya
atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah Iainnya dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan keuangan yang bersifat
umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah
desa penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya
diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan.
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang
telah ditutup.

BELANJA LANGSUNG
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, mengenai belanja langsung yang terdapat dalam Pasal 50, Kelompok belanja
langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
Belanja pegawai, untuk pengeluaran Honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah.
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa mencakup
belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor,
cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,
pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan
pegawai.
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga
beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan
untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal dianggarkan pada belanja pegawai
dan/atau belanja barang dan jasa.

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Sisa lebih perhitungan anggaran TA sebelumnya (silpa) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun
anggaran sebelumnya (SiLPA) mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana
perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan
pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum
terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Pencairan Dana Cadangan Pencairan dana digunakan untuk menganggarkan pencairan dana
cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
Jumlah yang dianggarkan yaitu sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik
daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga,
atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.
Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan
penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan atas penerbitan obligasi daerah yang akan
direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan.
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan kembali pemberian digunakan untuk
menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah lainnya.
Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan piutang digunakan untuk menganggarkan penerimaan yang
bersumber dari pelunasan piutang fihak ketiga, seperti berupa penerimaan piutang daerah dari
pendapatan daerah, pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan
bukan bank dan penerimaan piutang lainnya.

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, Pengeluaran pembiayaan mencakup: Pembentukan dana cadangan, penerimaan
modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah.
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana
relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pemerintah daerah dapat membentuk
dana cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya
dibebankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan
daerah. Peraturan daerah mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan
kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus
dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran
pelaksanaan dana cadangan.Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis
seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Investasi pemerintah daerah digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang
diinvestasikan balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan
investasi yang dapat segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan
beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan. Investasi jangka panjang antara
lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha,
misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha,
surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan balk dalam dan luar
negeri, surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka
pendek.
Pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian
pinjaman dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari seluruh kewajiban pemerintah daerah
yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang berkenaan. Pembayaran pokok utang digunakan
untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan perjanjian
pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau
menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk
membayar kembali. Pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan
kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya. Penerimaan kembali pemberian
pinjaman digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan
kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

REFRENSI
UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan
Daerah
UU No 13 Tahun 2005 Tentang Anggaran Pendapatan Dan belanja Negara
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 Tahun 2011
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
(2) Prinsip dan Asas penganggaran  PP 58 Tahun 2005

Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat.

Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah; yaitu

(a) asas terintegrasi yang berarti pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.

(b) asas tanggung jawab yang berarti keuangan daerah dikelola:

(1) Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang
didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan;
(2) Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus
berpedoman pada peraturan perundang-undangan;
(3) Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu
dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil;
(4) Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu;
(5) Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
tingkat harga yang terendah;
(6) Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang keuangan daerah;
(7) Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan;
(8) Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau
keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif;
(9) Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional;
(10) Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat.

Asas-asas Umum APBD; yaitu

 asas penganggaran sesuai urusan pemerintahan,


 kemampuan pendapatan daerah,
 fungsi APBD dan
 penetapan APBD.

Asas ini mengandung arti bahwa APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara, dan APBD,
perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan
peraturan daerah, serta APBD mempunyai:

(1) fungsi otorisasi yang berarti anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan;
(2) fungsi perencanaan yang berarti anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan;
(3) fungsi pengawasan yang berarti anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan;
(4) fungsi alokasi yang berarti anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan
kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perekonomian;
(5) fungsi distribusi yang berarti kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan;
(6) fungsi stabilisasi yang berarti anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara
dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
(3) SPM, SPP, SP2D, SPD
Mekanisme pencairan anggaran/pengeluaran anggaran
1. Hubungan PPK, PPTK dan PPK-SKPD
(PPT) Click to open

Sistim Pengeluaran Kas


Sistem akuntansi pengeluaran kas merupakan sistem yang digunakan untuk mencatat seluruh
transaksi pengeluaran kas. Penatausahaan pengeluaran kas merupakan serangkaian proses kegiatan
menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan, dan mempertanggungjawabkan
pengeluaran uang yang berada dalam pengelolaan SKPKD (Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan
Daerah) dan/atau SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran kas terdiri atas 4 sub sistem yaitu:

1. Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pembebanan Uang Persediaan (UP)


2. Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pembebanan Ganti Uang Persediaan (GU).
3. Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pembebanan Tambahan Uang Persediaan (TU).
4. Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pembebanan Langsung (LS).

Prosedur Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas, terdiri atas:

1. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)


2. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
3. Penerbitan Surat Permintaan Membayar (SPM)
4. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana(SP2D)
5. Penerbitan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
6. Penerbitan Nota Permintaan Dana (NPD)

apa itu SPD?


SPD adalah Surat Penyediaan Dana, yang dibuat oleh BUD (Bendahara Umum Daerah) dalam rangka
manajemen kas daerah. SPD digunakan untuk menyediakan dana bagi tiap-tiap SKPD dalam waktu
tertentu. Informasi dalam SPD menunjukkan secara jelas alokasi tiap kegiatan.
SPD yang diterbitkan terdiri atas 3 lembar, terdiri atas:

 Lembar 1 diterima oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu-SKPD;


 Lembar 2 diterima oleh Bendahara Pengeluaran-SKPD;
 Lembar 3 sebagai arsip PPKD selaku BUD

Pihak Terkait
Kuasa BUD
Dalam kegiatan ini, kuasa BUD mempunyai tugas:

1. Menganalisa DPA-SKPD yang ada di database


2. Menganalisa anggaran kas pemerintah khususnya data per SKPD
3. Menyiapkan draft SPD
4. Mendistribusikan SPD kepada para pengguna anggaran

PPKD
Dalam kegiatan ini, PPKD mempunyai tugas:

1. Meneliti draft SPD yang diajukan kuasa BUD


2. Melakukan otorisasi SPD

apa itu SPP?


Berdasarkan SPD atau dokumen lain atau yang dipersamakan dengan SPD, bendahara pengeluaran
mengajukan SPP (Surat Perintah Pembayaran) kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
melalui Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).
SPP memiliki 4 jenis yang terdiri dari:
SPP Uang Persediaan (SPP-UP)
Dipergunakan untuk mengisi uang persediaan (UP) tiap-tiap SKPD. Pengajuan SPP-UP hanya dilakukan
sekali dalam setahun, selanjutnya untuk mengisi saldo uang persediaan akan menggunakan SPP-GU.

SPP Ganti Uang (SPP-GU)


Dipergunakan untuk mengganti UP yang sudah terpakai. Diajukan ketika UP habis.

SPP Tambahan Uang (SPP-TU)


Dipergunakan hanya untuk memintakan tambahan uang, apabila terjadi pengeluaran yang sedemikian
rupa sehingga saldo UP tidak akan cukup untuk membiayainya. Jumlah dana yang dimintakan dalam
SPP-TU ini harus dipertanggungjawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali.
Pengajuan SPP UP, GU, dan TU dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai
dengan jenis belanja.

SPP Langsung (SPP-LS)


Dipergunakan untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan.
SPP-LS dikelompokkan menjadi:

1. SPP-LS Gaji dan Tunjangan


2. SPP-LS Barang dan Jasa
3. SPP-LS Belanja Bunga, Hibah, Bantuan dan Tak Terduga, serta pengeluaran
pembiayaan

Mekanisme atas pengeluaran-pengeluaran belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi
hasil, bantuan keuangan, dan pengeluaran pembiayaan dapat dilakukan oleh bendahara pengeluaran
SKPKD dengan menerbitkan SPP-LS yang diajukan kepada PPKD melalui PPK-SKPKD.
SPP UP,TU dan LS yang diajukan dibuat rangkap 3:

 Lembar 1 dan 2 untuk Bendahara Pengeluaran yang akan diteruskan ke PPK-SKPD dan PPKD,
setelah ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran.
 Lembar 3 diarsip oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu

Sedangkan SPP-GU yang diajukan dibuat rangkap 2 yang dua-duanya diserahkan ke Bendahara
Pengeluaran.
Pihak Terkait
Bendahara Pengeluaran
Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas:

1. Mempersiapkan dokumen SPP beserta lampiran-lampirannya


2. Mengajukan SPP kepada PPK-SKPD

PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-SKPD)


Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD mempunyai tugas:

 Menguji kelengkapan dan kebenaran SPP yang diajukan Bendahara Pengeluaran.

PPTK (Pejabat Pengelola Teknik Kegiatan)


Dalam kegiatan ini, PPTK mempunyai tugas:

 Mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperluka dalam pengajuan SPP-LS

apa itu SPM?


Proses penerbitan SPM atau Surat Perintah Membayar adalah tahapan penting dalam penatausahaan
pengeluaran yang merupakan tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP. Sebagai tahap lanjutan, SPM
juga dibedakan menjadi 4 (empat) sesuai dengan jenis SPPnya, yaitu SPM-UP, SPM-GU, SPM-TU, dan
SPM-LS.

SPM dapat diterbitkan jika:

1. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia


2. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan peraturan perundang-
undangan Waktu pelaksanaan penerbitan SPM: Diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari sejak
SPP diterima, dan Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 (satu) hari sejak diterima
SPP

SPM yang diajukan dibuat rangkap 3, antara lain:

 Lembar 1 dan 2 untuk Kepala SKPD/Pengguna Anggaran yang diteruskan ke PPKD dan PPK
SKPD ,setelah ditandatangani oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran.
 Lembar 3 diarsip oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu.

Pihak Terkait
PPK-SKPD
Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD memiliki tugas sebagai berikut:

 Menguji SPP beserta kelengkapannya


 Membuat rancangan SPM atas SPP yang telah diuji kelengkapan dan kebenarannya dan
mengajukannya ke Pengguna Anggaran
 Menerbitkan Surat Penolakan SPM bila SPP yang diajukan oleh Bendahara SKPD tidak lengkap
 Membuat Register SPM

Pengguna Anggaran
Dalam kegiatan ini, Pengguna Anggaran memiliki tugas sebagai berikut:

 Mengotorisasi dan menerbitkan SPM


 Mengotorisasi Surat Penolakan SPM yang diterbitkan PP-SKPD bila SPP yang diajukan
bendahara SKPD tidak lengkap

Apa itu SP2D?


SP2D atau Surat Perintah Pencairan Dana adalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan dana
lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD.
SP2D adalah spesifik, artinya satu SP2D hanya dibuat untuk satu SPM saja. Waktu pelaksanaan
penerbitan SP2D:

1. Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima.


2. Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPM.

Penerbitan SP2D terdiri atas 5 lembar yang terdiri atas:

 Lembar 1 dikirim ke bank.


 Lembar 2 diarsip oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu.
 Lembar 3 diarsip oleh fungsi akuntansi SKPKD
 Lembar 4 diarsip oleh fungsi akuntansi PPKSKPD.
 Lembar 5 diarsip oleh PPKD

Pihak Terkait
Kuasa BUD
Dalam kegiatan ini, Kuasa BUD memiliki tugas sebagai berikut:

1. Melakukan pengujian atas kebenaran dan kelengkapan SPM.


2. Mencetak SP2D.
3. Mengirimkan SP2D kepada bank.
4. Membuat dokumen : Register SP2D, Register surat penolakan penerbitan SP2D, dan
Buku kas penerimaan dan pengeluaran.

Pengguna Anggaran
Dalam kegiatan ini, Pengguna Anggaran memiliki tugas:

 Menandatangani SPM.

Bendahara Pengeluaran SKPKD


Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran SKPKD memiliki tugas Mencatat SP2D pada dokumen
penatausahaan yang terdiri atas:
1. BKU Pengeluaran
2. Buku Pembantu Simpanan Bank
3. Buku Pembantu Pajak
4. Buku Pembantu Panjar
5. Buku Rekapitulasi Pengeluaran Perincian Objek

apa itu SPJ (surat Pertanggungjawaban Pengeluaran)?


Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan (UP/GU/TU) kepada kepala SKPD melalui
PPK-SKPD paling lambat 10 bulan berikutnya.
Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPD dalam menatausahakan pertanggungjawaban pengeluaran
mencakup:

1. Register penerimaan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);


2. Register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
3. Surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
4. Register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
5. Register penutupan kas.

Bendahara Pengeluaran Pembantu membuat Laporan Pertanggungjawaban (SPJ) UP, TU, dan LS
rangkap 3:

 Lembar 3 diarsip oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu;


 Lembar 1 dan 2 bersama SPP GU lembar 1 dan 2 dikirim ke Bendahara Pengeluaran-SKPD.

Sedangkan pada mekanisme GU, SPJ dibuat rangkap 2 yang keduaya diserahkan ke bendahara
pengeluaran.

Pihak terkait
Bendahara Pengeluaran
Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran memiliki tugas:

1. Menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen pertanggungjawaban.


2. Melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana dari UP/GU/TU dan LS pada
dokumen Buku Pengeluaran, Buku Pembantu Simpanan/Bank, Buku Pembantu Pajak, Buku
Pembantu Panjar, dan Buku Pembantu Pengeluaran per Objek.
3. Melakukan rekapitulasi pengeluaran dan mencatatnya dalam SPJ yang akan
diserahkan ke Pengguna Anggaran (melalui PPK-SKPD) untuk disahkan.

PPK-SKPD
Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD memiliki tugas:

 Meneliti kelengkapan dokumen pertanggungjawaban dan keabsahan bukti-bukti pengeluaran


yang dilampirkan;
 Menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per rincian obyek yang tercantum dalam
ringkasan per rincian obyek;
 Menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran per rincian obyek; dan
 Menguji kebenaran sesuai dengan SPM dan SP2D yang diterbitkan periode berikutnya.
 Meregister SPJ pengeluaran yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran dalam buku
register penerimaan SPJ pengeluaran, meregister SPJ pengeluaran yang telah disahkan oleh Pengguna
Anggaran ke dalam buku register pengesahan SPJ pengeluaran, dan meregister SPJ pengeluaran yang
telah ditolak oleh Pengguna Anggaran ke dalam buku register penolakan SPJ pengeluaran.

Pengguna Anggaran
Dalam kegiatan ini, Pengguna Anggaran memiliki tugas:

 Menyetujui atau menolak SPJ pengeluaran yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran.

Apa itu Nota Permintaan Dana (NPD)?


Nota Permintaan Dana (NPD) adalah nota yang digunakan untuk mencairkan dana melalui bendahara
pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu.
Pada mekanisme ini tidak terdapat surat pertanggungjawaban (SPJ), tetapi hanya menunjukkan nota
atau kwitansi sebagai bukti pertanggungjawaban. Pihak yang terkait dalam Prosedur Penerbitan Nota
Permintaan Dana adalah Bendahara Pengeluaran Pembantu.
Dokumen yang digunakan adalah Nota Permintaan Dana (NPD).
Catatan yang digunakan dalam Prosedur
Penerbitan Nota Permintaan Dana adalah:

1. Buku Kas Umum Pengeluaran


2. Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Objek
3. Buku Pembantu Kas Tunai
4. Buku Pembantu Simpanan/Bank
5. Buku Pembantu Panjar
6. Buku Pembantu Pajak
2.

(4) Analisis laporan LRA

Anda mungkin juga menyukai