Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah insan yang hidup berkelompok (zoon politicon)

yang menampilkan insan social ( homo politicus) sekaligus aspek insan

usaha ( homo economicus), dalam arti bahwa nalar dan naluri hidup

berkelompoknya adalah untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Sebagai insan yang berfikir, maka berdasarkan iman, cipta, rasa

dan karsanya seseorang akan memiliki pandangan hidup yang akan

menjawab permasalahannya yang berkaitan dengan hidupnya.

Didalam kehidupan antar kelompok, apabila terjadi suatu

penggabungan kelompok, maka masing-masing anggota kelompok yakin

bahwa pandangan hidup kelompoknya merupakan suatu kebenaran sejauh

yang dapat dipikirkan manusia sehinggga timbullah falsafah hidup

berkelompok.

Falsafah hidup suatu bangsa akan menjelmakan suatu tata nilai

yang dicita-citakan bangsa yang bersangkutan, ia akan membentuk

keyakinan hidup berkelompok sekaligus menjadi tolak ukur kesejahteraan

hidup berkelompok sesuai yang dicita-citakan bangsa yang bersangkutan.

Sebagai yang dicita-citakan maka ia membentuk ide-ide dasar dari segala

hal aspek kehidupan manusia didalam kelompoknya. Kesatuan yang bulat

dan utuh dari ide-ide dasar yang disebut dasar negara.

1
Ketika Jepang mulai terdesak oleh Sekutu, Jepang kemudian

membentuk BPUPKI pada tanggal 1 Maret 1945 dengan tujuan agar

bangsa Indonesia yakin bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan

kepada Indonesia. Adapun tugas BPUPKI adalah mempelajari dan

menyusun rencana-rencana pembenagunan politik / pemerintahan

Indonesia. Sepanjang hayatnya, BPUPKI melakukan dua kali sidang.

Sidang pertama berlangsung antara tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Yang

dibahas dalam sidang pertama adalah mengenai dasar Negara. Pada

tanggal 1 Juni 1945 Sukarno untuk pertama kalinya memperkenalkan

konsepsi dasar negara pancasila.

Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara sesungguhnya secara

implicit sejak 1 Juni 1945, walaupun secara yuridis hal tersebut baru

disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Negara yang berdasarkan

Pancasila itu ingin mencapai masyarakat yang adil dan makmur dan ikut

membangun perdamaian dunia. Pancasila tidak secara statis sebagai dasar

Negara tetapi juga sebagai ideologi bangsa yang selalu diperjuangkan

dengan sekuat tenaga. Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara dan

sebagai falsafah hidup bangsa karena Pancasila digali dari nilai-nilai luhur

bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pancasila sebagai dasar Negara ?

2. Apa hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD 1945 ?

2
3. Bagaiman penjabaran Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945 ?

4. Bagaimana implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan

Negara dalam bidang ?

5. politik,ekonomi,sosial budaya dan hankam ?

C. Tujuan

Dengan di tulisnya makalah ini penulis bertujuan

1. Menjelaskan Pengertian pancasila sebagai dasar Negara Agar pembaca

tau pengertian pancasila sebagaai dasar Negara.

2. Menjelaskan bagaimana hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD

1945.

3. Menjelaskan penjabaran pancasila dalam batang tubuh UUD 1945.

4. Menjelaskan implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan

Negara dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam

5. Menambah pengetahuan penulis sendiri.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pancasila

Pengertian Istilah Pancasila Istilah pancasila pertama kali dikenal

di dalam pidato Ir. Soekarno sebagai anggotaDoktrit zu Tyunbi Tjosakai

(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1 juni 1945

di Jakarta, badan ini kemudian setelah mengalami penambahan anggota

menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dari uraian

tersebut dinyatakan: Panca adalah Lima,Sila adalah Asas atau Dasar.

Untuk Lebih jelas dikutip bagian pidato beliau tersebut : namanya bukan

panca Dharma, tetapi nama ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli

bahasa namanya adalah Pantja Sila, Sila artinya asas atau dasar, dan diatas

kelima dasar itu mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila dalam kedudukanya ini sering disebut sebagai dasar

filsafat atau dasar falsafah negara (Philosofische Gronslag) dari Negara,

ideologi negara atau Statsidee, dalam pengertian ini pancasila merupakan

dasar nilai serta untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata

lain perkataan.

Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggara Negara

terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi

4
dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-

nilai pancasila. Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber

hukum, pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara

konstitusional mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-

unsurnya yaitu rakyat wilayah, beserta Negara.

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas

kerokhanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum,

sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral

maupun hukum negara, dan menguasai dasar baik yang tertulis atau

Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau dalam

kedudukannya sebagai dasar negara, pancasila mempunyai kekuatan

mengingat secara hukum.

Sebagai sumber dari segala hukum atau sumber tertib hukum

Indonesia maka pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu

pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut

dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD

1945, yang pada akhirnya dikongritiskan atau dijabarkan lebih lanjut

dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD

1945, yang pada akhirnya dikongritiskan atau dijabarkan dari UUD 1945

serta hukum positif lainya.

Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber

hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian pancasila

merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam

5
pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok

pikiran. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrud) dari UUD

1945. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum

yang tertulis maupun tidak tertulis). Mengandung norma yang

mengharuskan undang-undang dasar mengandung isi yang mewajibkan

pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara

partai dan golongan fungsional). Memegang teguh cita-cita moral rakyat

yang luhur.

Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi

pelaksanaan dan penyelenggara negara, karena masyarakat dan negara

indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan

perkembangan zaman dan dinamika masyarakat dan negara akan tetap

diliputi dan diarahkan asas kerohanian negara.

Dasar formal kedudukan pancasila dasar Negara Republik

Indonesia tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yang

berbunyi sebagai berikut:” maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang

terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat, yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan/perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu keadilan sosial seluruh rakyat indonesia”.

6
Pengertian kata” Dengan Berdasarkan Kepada” Hal ini secara

yuridis memiliki makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat

terakhir pembukaan UUD 1945 tidak tercantum kata ‘pancasila’ secara

eksplisit namun anak kalimat “ dengan berdasar kepada” ini memiliki

makna dasar negara adalah pancasila.

Hal ini didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan

oleh BPUPKI bahwa dasar negara Indonesia itu disebut dengan istila

pancasila. Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa

tujuan utama dirumuskannya pancasila adalah sebagai dasar negara

Republik Indonesia. Oleh karena itu fungsi pokok pancasila adalah sebagai

dasar Negara Republik Indonesia.

Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam

pembukaan UUD 1945, ketetapan No. XX/MPRS/1966. (Jo ketetapan

MPR No. V/MPR/1973 dan ketetapan No. IX/MPR/1978). Dijelaskan

bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber

tertib hukum indonesia yang ada pada hakikatnya adalah merupakan suatu

pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang

meliputi suasana kebatinan serta dari bangsa indonesia.

Selanjutnya dikatakan bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan

individu, kemerdekaan bangsa prikemanusiaan, keadilan sosial,

perdamaian nasional, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan

negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan

keagamaan sebagai pengejawatan dari budi nurani manusia.

7
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melaui sidang istimewa

tahun 1998, mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara

Republik Indonesia yang tertuang dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh

karena itu segala agenda dalam proses reformasi, meliputi berbagai bidang

lain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat (Sila 1V) juga harus

mendasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

C. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945

Dalam sistem tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945

menyatkan bahwa pokok pekiran itu meliputi suasana kebatinan dari

undang-undang dasar negara indonesia serta mewujudkan cita-cita hukum,

yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar tidak

tertulis (confensi), selanjutnya pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal-

pasal UUD 1945. Maka dapatlah di simpulkan bahwa suasana kebathinan

undang-undang dasaar 1945. Tidak lain di jiwai atau bersumber pada dasar

filsaft negara pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan

dan fungsi pancasila sebagai dasar negara republik indonesia. Oleh karena

itu secara formal yuridis pancasila di tetapkan sebagidsar filsafat negara

republik Indonesia.

Maka hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila

bersifat timbal balik sebagi berikut:

8
1. Hubungan formal

Dengan di cantumkannya secara formal didalam pembukaan UUD

1945 maka pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar

hukum positif. Denagn demikian tat kehidupan bertatanegara tidak

hanya bertopang kepada asas-asas sosial, ekonomo, politik, akan tetapi

dalam perpaduaanyya denagn keseluruhan asas yang melekat padanya,

yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan

yang unsurnya berdampak pada pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya pancasila secara formal dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Bahwa rumusan pancasila sebagi dasar negara republic indonesia

adalah seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea

IV.

b. Bahwa pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah,

merupakan pokok kaidah negara yang fundamental. dan terhadap

tertib hukum indonesia mempunyai 2 macam keduduikan yaitu:

1) Sebagai dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 itulah yang

memberikan faktor-faktor mutlak. Bagi adanya hukum tertip

hukum indonesia.

2) Memasukkan dirinya dalam tertib hukum tersebut sebagi hukum

tertinggi.

3) Bahwa dengan demikian pembukaan UUD 1945 berkedudukan

dan berfungsi selain sebagai muqaddimah dari UUD 1945 dalam

9
kesatuan yang tidak dapat di pisahkan jiaka berkedudukan

sebagai sesuatu yang bereksistensi sendiri, yang hakekat

kedudukan hukum nya berbeda denagn pasal-pasal nya. Karena

pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah pancasila tidak

tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagi

sumber.

4) Dengan demikian pancasila dapat disimpulakan mempunyai

hakekat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagi pokok kaedah

negara yang hundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai

dasar kelangsungan hidup negara republik indnesia yang di

proklamirkan pad tanggal 17 agustus 1945.

5) Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian

mempnyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diuabah

ydan terlekat pada kelangsunagn hidup negar republik

indonesia.

Dengan demikian pancasila sebagi substansi esensial dari

pembukaan dan mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam

pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya sebagi ddasar

negara adalah sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD 1945.

Maka perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah

sama halnya dengan mengubah secara tidak sah pembukaan UUD 1945,

bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun dan hal ini sebagimana

yang di tentukan dalam ketetapan MPRS no XX/MPRS/1966

10
2. Hubungan material

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain

hubungan yang bersifat formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas

juga hubungan secara material sebagai berikut: Bila kita tinjau kembali

proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi yang dibahas

oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru

kemudian pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama

pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat nB

D. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945

1. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok

pikiran yang meliputi suasana kebatinan, citacita hukum dan cita-

cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut

mengandung nilai-nilai yang dijunjung karena bersumber dari

pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok

pikiran dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh

melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.

2. Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat

Pancasila dengan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 bersifat

kausal dan organis.

a. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD NRI

tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh

UUD NRI tahun 1945.

11
b. Hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD

NRI tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan

3. Dengan dijabarkannya pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD NRI

tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang

tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum,

tetapi telah menjadi hukum positif.

4. Empat pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang

tubuh:

a. Pokok pikiran pertama berintikan ‘Persatuan’, yaitu; “negara

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. yaitu

negara yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya.

b. Pokok pikiran kedua berintikan ‘Keadilan sosial’(causa finalis)

yaitu; “negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat”. Hal ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan

sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran

bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang

sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Pokok pikiran ketiga berintikan ‘Kedaulatan rakyat’, yaitu;

“negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan

12
permusyawaratan perwakilan”. Pokok pikiran ketiga

mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa

sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar

harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan

perwakilan.

d. Pokok pikiran keempat berintikan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’,

yaitu; “negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut

dasar kemanusiaan yang adil dan beradab’. Pokok pikiran

keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu Undang-Undang

Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan

lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti

kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral

rakyat yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung

pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok

pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung

maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan

berbudi pekerti kemanusiaan yang luhur.

5. MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945

sebanyak empat kali yang secara berturut-turut terjadi pada 19

Oktober 1999/ 18 Agustus 2000/ 9 November 2001/ 10 Agustus

2002.

6. Batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami

amandemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

13
a. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan

kelembagaan negara.

b. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan

penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan

negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.

c. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai

bendera negara, bahasa negara, lambang negara, lagu kebangsaan,

perubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

7. Contoh penjabaran Pancasila ke dalam batang tubuh melalui pasal-

pasal UUD NRI tahun 1945:

a. Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan Negara.

1) Pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah negara hukum.

Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang

menegakkansupremasi hukum untuk menegakkan kebenaran

dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak

dipertanggungjawabkan.

2) Pasal 3 Ayat (1) : Majelis Permusyawaratan Rakyat

berwenang mengubah dan menetapkan Undang Undang

Dasar; Ayat (2): Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik

Presiden dan Wakil Presiden, Ayat (3): Majelis

Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan

Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya

menurut UndangUndang Dasar.

14
b. Wewenang atau kekuasaan Majelis Permusyawaratan Rakyat

(MPR), sebagaimana disebutkan pada Pasal 3 ayat (1), (2), dan (3)

di atas menunjukkan secara jelas bahwa MPR bukan merupakan

penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dan lembaga negara

tertinggi. Ketentuan yang terkait dengan wewenang atau

kekuasaan MPR tersebut juga menunjukkan bahwa dalam

ketatanegaraan Indonesia dianut sistem horizontal-fungsional

dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi

antarlembaga negara.

Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi

warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan

kesejahteraan sosial.

1) Pasal 26Ayat (2): Penduduk ialah warga negara Indonesia dan

orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.Orang asing

yang menetap di wilayah Indonesia mempunyai status

hukum sebagai penduduk Indonesia. Sebagai penduduk,

maka pada diri orang asing itu melekat hak dan kewajiban

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

(berdasarkan prinsip yuridiksi teritorial) sekaligus tidak

boleh bertentangan dengan ketentuan hukum internasional

yang berlaku umum (general international law).

2) Pasal 27Ayat (3): Setiap warga negara berhak dan wajib

ikut dalam upaya pembelaan Negara.

15
3) Pasal 29Ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

4) Pasal 31Ayat (2): Setiap warga negara wajib mengikuti

pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;

Ayat (3): Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan

satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-

undang.

Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara,

lambang negara,dan lagu kebangsaan.

1) Pasal 35 Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

2) Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

3) Pasal 36A Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan

semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

4) Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.

D. Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam

Bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya Dan Hankam

1. Penjabaran keempat pokok pikiran Pembukaan ke dalam pasal-

pasal UUD NRI tahun 1945 mencakup empat aspek kehidupan

bernegara, yaitu: politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan

16
keamanan yang disingkat menjadi POLEKSOSBUD HANKAM.

Aspek politik dituangkan dalam pasal 26, pasal 27 ayat (1), dan

pasal 28. Aspek ekonomi dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal

33, dan pasal 34

Aspek sosial budaya dituangkan dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal

32.Aspek pertahanan keamanan dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal

30 (Bakry, 2010: 276).

2. Rakyat merupakan asal mula kekuasaan dan oleh karena itu,

politik Indonesia yang dijalankan adalah politik yang bersumber

dari rakyat, bukan dari kekuasaan perseorangan atau kelompok

dan golongan.

3. Sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang

memperhatikan Pancasila sebagai dasar-dasar moral politik. Dalam hal

ini, kebijakan negara dalam bidang politik harus mewujudkan budi

pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral rakyat

yang luhur untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

4. pasal 33 ayat (4) ditetapkan bahwa perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi , berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional.

17
5. Dengan demikian, sistem perekonomian yang berdasar pada

Pancasila dan yang hendak dikembangkaN dalam pembuatan

kebijakan negara bidang ekonomi di Indonesia harus terhindar dari

sistem persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang berpotensi

menimbulkan penderitaan rakyat dan penindasan terhadap sesama

manusia. Sebaliknya, sistem perekonomian yang dapat dianggap

paling sesuai dengan upaya mengimplementasikan Pancasila

dalam bidang ekonomi adalah sistem ekonomi kerakyatan, yaitu

sistem ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan

rakyat secara luas.

6. implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam

bidang sosial budaya : nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat Indonesia diwujudkan dalam proses pembangunan

masyarakat dan kebudayaan di Indonesia.

7. Menurut Koentowijoyo, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:

240), sebagai kerangka kesadaran, Pancasila dapat merupakan

dorongan untuk: 1) universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol

dari keterkaitan struktur; dan 2) transendentalisasi, yaitu

meningkatkan derajat kemerdekaan, manusia, dan kebebasan

spiritual. Dengan demikian, Pancasila sebagai sumber nilai dapat

menjadi arah bagi kebijakan negara dalam mengembangkan

bidang kehidupan sosial budaya Indonesia yang beradab, sesuai

dengan sila kedua,kemanusiaan yang adil dan beradab.

18
8. Hak dan kewajiban warga negara merupakan satu kesatuan, yaitu

bahwa untuk turut serta dalam bela negara pada satu sisi merupakan

hak asasi manusia, namun pada sisi lain merupakan kewajiban asasi

manusia.

9. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam

bidang pertahanan keamanan harus diawali dengan kesadaran

bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian dan

demi tegaknya hakhak warga negara, diperlukan peraturan

perundangundangan negara untuk mengatur ketertiban warga negara

dan dalam rangka melindungi hak-hak warga negara.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara sesungguhnya secara

implicit sejak 1 Juni 1945, walaupun secara yuridis hal tersebut baru

disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Negara yang berdasarkan

Pancasila itu ingin mencapai masyarakat yang adil dan makmur dan ikut

membangun perdamaian dunia. Pancasila tidak secara statis sebagai dasar

Negara tetapi juga sebagai ideologi bangsa yang selalu diperjuangkan

dengan sekuat tenaga. Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara dan

sebagai falsafah hidup bangsa karena Pancasila digali dari nilai-nilai luhur

bangsa Indonesia.

Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok

pikiran yang meliputi suasana kebatinan, citacita hukum dan cita-cita

moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung

nilai-nilai yang dijunjung karena bersumber dari pandangan hidup

dan dasar Negara, yaitu Pancasila.

B. Saran

Berdasarkan uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa

Pancasila merupakan filsafah negara kita Republik Indonesia maka kita

harus menunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari pancasila tersebut

dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.

20
DAFTAR PUSTAKA

MKD IAIN Sunan Ampel surabaya, pendidikan pancasila. Surabaya, IAIN SA

press, 2011

Trianto dan Triwulan Tutik, falsafah negara dan pendidikan kewarganegaraan.

Jakarta: prestasi pustaka,2007

Kaelan, pendidikan pancasila, yogyakarta: paradigma offset,2004

Winarno Dwi, paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, jakarta: bumi

aksara,2006

Syahar, H.Syaidus, 1975, Pancasila Sebagai Paham Kemasyarakatan Dan

Kenegaraan Indonesia, Alumni, Bandung.

Kaelan, 2003, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Kaelan, 2003, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.hlm:29-46Syahar,

H.Syaidus, 1975, Pancasila Sebagai Paham Kemasyarakatan Dan Kenegaraan

Indonesia, Alumni, Bandung.hlm:110-112

21
22

Anda mungkin juga menyukai