PENDAHULUAN
2.1 Pengetahuan
2..1.1Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata
dan telinga terhadap objek tertentu. (Sunaryo, 2004 : 25). Pengetahuan adalah hasil kegiatan
ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan alat-alat tertentu (Suhartono, 2004 :
77).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2003 : 127).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang
tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah
pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan
seeorang tentu suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif, kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seeorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Menurut teori WHO yang dikutip Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan
dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overtbehavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan-
pengetahuan yang cukup, di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo,
2003) yaitu:
1. Tahu
Tahu artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah faham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
4. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian –penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor internal
a. Pendidikan
Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
Dengan pendidikan yang tinggi masyarakat mudah mengetahui informasi kesehatan salah
satunya diabetes melitus.
b. Pekerjaan
Pekerjaan umumnya merupakan kegiatan yang banyak menyita waktu. Dengan pekerjaan
yang padat dan banyak menyita waktu mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan.
c. Umur
Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan umur yang matang
masyarakat mampu berfikir atau mencari informasi kesehatan diabetes mellitus.
2. Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan merupakan seluruh
kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. suatu lingkungan yang kurang
mendapatkan tentang informasi kesehatan terutama tentang diabetes melitus.
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi kesehatan tentang diabetes melitus.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden kedalam pengetahuan yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden kedalam pengatahuan yang akan kita ukur adapun pertanyaan yang akan
digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu:
a. Pertanyaan subjektif, misal pertanyaan jenis essay.
b. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, betul salah, dan
pertanyaan menjodohkan.
Dari kedua pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih
disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena akan lebih
mudah disesuaikan dalam pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat
(Arikunto, 2001).
N = Sp x 100% / Sm
Keterangan:
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%
b. Cukup : Hasil presentase 56%-75%
c. Kurang : Hasil presentase < 56%
2.2 Diabetes mellitus
2.2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and Suddart, 2001).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan
kurangnya produksi insulin, zat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Bisa pula karena
adanya gangguan pada fungsi insulin, meskipun jumlahnya normal (Redaksi Agro Media,
2009).
Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia
yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (M. Clevo Rendy, 2012).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan diabetes melitus merupakan gangguan hormonal
yang menimbulkan berbagai kelainan metabolik akibat dari gangguan hormonal yang ditandai
kenaikan kadar glukosa dalam darah dan menimbulkan komplikasi kronik.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi-komplikasi pada Diabetes melitus menurut (Hartini, 2009) dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia.
Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik
(HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hipoglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah
dari 60 mg % dan gejala yang muncul yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah, lemah,
lapar dan dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Hiperglikemi yaitu apabila
kadar gula darah lebih dari 250 mg % dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi
pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma.
2. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh (Angiopati diabetik). Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi
dua yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang
tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.
Komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a. Mikrovaskuler :
1) Ginjal.
2) Mata.
b. Makrovaskuler :
1) Penyakit jantung koroner.
2) Pembuluh darah kaki.
3) Pembuluh darah otak.
4) Neuropati: mikro dan makrovaskuler
5) Mudah timbul ulkus atau infeksi : mikrovaskuler dan makrovaskuler.
Pengertian
Klasifikasi
Penyebab
Tingkat
Pengetahuan
penderita DM
Penatalaksanaan
pengobatan DM
Aktivitas Farmakolo
Fisik/ gis/ Obat
Edukasi Diet
Olahraga
Tingkat Pengetahuan:
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berhubungan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2007). Sampel merupakan sebagian dari sejumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Hidayat, 2007). Sampel merupakan bagian
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat, 2007).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita Diabetes Mellitus di Ruang
Mawar Putih RSUD Sidoarjo dalam kurun waktu 3 bulan terhitung mulai bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 2018.
3.2.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Nursalam, 2008).
Pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu suatu teknik
penetapan sampling dengan cara menjadikan semua populasi sebagai sampel penelitian.
(Nursalam, 2008).
3.4.3 Pelaksanaan
Cara kerja dan teknik pengumpulan data:
1. Membuat instrument (kuesioner)
2. Menyebarkan kuisoner kepada responden
3. Melakukan scoring dan tabulating data
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan sistem
dengan menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, dan output, maka
Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
DM yang diukur
dengan kuisioner
sebanyak…..
dengan kriteria
hasil :
Tinggi 76-100%
Sedang 60-75%
Kurang <60%
2. Diet
3. Aktivitas Fisik
4. Farmakologis/
obat
Kerangka Teori
Pengertian
Klasifikasi
Penyebab
Tingkat
Pengetahuan
penderita DM
Penatalaksanaan
pengobatan DM
Aktivitas Farmakolo
Fisik/ gis/ Obat
Edukasi Diet
Olahraga
Tingkat Pengetahuan:
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berhubungan