Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang
disebabkan kurangnya produksi insulin, zat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Bisa
pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin, meskipun jumlahnya normal (Redaksi
Agro Media, 2009). Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi
insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (M. Clevo
Rendy, 2012).
Diabetes adalah penyakit yang berbeda dari kebanyakan penyakit lainnya dengan
dua alasan penting. Pertama, seperti halnya hipertensi, diabetes dapat merupakan
pembunuh tersembunyi. Yaitu, karena hanya terdapat sedikit gejala, sampai tahap akhir
penyakit, dimana pada waktu tersebut biasanya sudah terlambat untuk memulihkan
kerusakan yang diakibatkan. Kedua, para penderita harus terlibat secara aktif dalam
pengobatannya ( Michael Bryer, 2012).
Penyakit DM juga dikenal sebagai penyakit akibat dari pola hidup modern
dimana orang lebih suka makan makanan siap saji, kurangnya aktivitas fisik karena lebih
memanfaatkan teknologi seperti penggunaan kendaraan bermotor dibandingkan dengan
berjalan kaki. Banyak penderita DM dikarenakan gaya hidup/perilaku masyarakat yang
tidak memperhatikan pola hidup sehari-hari seperti mengkonsumsi gizi seimbang dan
berolahrga cukup. Perilaku dan gaya hidup yang kurang memperhatikan pola hidup sehat
disebabkan oleh pengetahuan dan pendidikan yang kurang. (www. media Indonesia.co.id,
2012).
Para penderita diabetes harus terlibat secara aktif dalam pengobatannya. Seperti
pada kebanyakan penyakit lain, dokter meresepkan obat-obatan dan satu-satunya
tanggung jawab bagi pasien adalah untuk meminumnya secara tepat. Tidak demikian
halnya pada diabetes, pasien harus cermat dalam diet mereka, olahraga lebih sering,
mengukur kadar glukosanya dalam banyak kasus, membuat jadwal dan mematuhinya
serta melakukan pemeriksaan pencegahan (misal. Pengukuran kebocoran albumin dan
urin) dan pemeriksaan (misalnya memeriksa pembesaran mata pada optalmologi yang
berwenang), semua hal ini dilakukan jika pasien merasa baik (Michael Bryer, 2012).
Berdasarkan fenomena di atas maka tergambar bahwa pasien perlu memiliki
pengetahuan yang baik tentang penatalaksanaan pengobatan diabetes agar dapat
berperilaku yang baik dalam mengatur pola hidupnya. Maka dari itu peneliti tertarik
untuk meneliti tentang ”Analisa gambaran tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus
tentang penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus di Ruang Putih RSUD Sidoarjo.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana gambaran
tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang penatalaksanaan pengobatan
diabetes mellitus di Ruang Mawar Putih RSUD Sidoarjo.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum:
Mendapatkan gambaran mengenai tingkat pengetahuan pasien diabetes
mellitus tentang penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus di Ruang Mawar Putih
RSUD Sidoarjo.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penderita DM tentang
penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus di Ruang Mawar Putih RSUD
Sidoarjo.
b. Menganalisis gambaran tingkat pengetahuan penderita DM tentang
penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus di Ruang Flamboyan Mawar Putih
RSUD Sidoarjo.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi peneliti
Hasil dari penelitian dapat memberikan gambaran mengenai tingkat
pengetahuan penderita DM tentang penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus di
Ruang Mawar Putih RSUD Sidoarjo dan dapat memberi informasi untuk penelitian
selanjutnya
1.4.2 Manfaat bagi perawat/profesi
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi tenaga keperawatan untuk
melaksanakan tindakan keperawatan pada klien DM, sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien yang bersifat
komprehensif.
1.4.3 Bagi instasi kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan institusi pelayanan
asuhan keperawatan di Puskesmas sebagai edukator sekaligus pembaharuan
pelayanan pada klien DM.
1.4.4 Bagi masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat tentang DM khususnya penderita DM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2..1.1Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata
dan telinga terhadap objek tertentu. (Sunaryo, 2004 : 25). Pengetahuan adalah hasil kegiatan
ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan alat-alat tertentu (Suhartono, 2004 :
77).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2003 : 127).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang
tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah
pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan
seeorang tentu suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif, kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seeorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Menurut teori WHO yang dikutip Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan
dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overtbehavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan-
pengetahuan yang cukup, di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo,
2003) yaitu:
1. Tahu
Tahu artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah faham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
4. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian –penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Faktor internal
a. Pendidikan
Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
Dengan pendidikan yang tinggi masyarakat mudah mengetahui informasi kesehatan salah
satunya diabetes melitus.
b. Pekerjaan
Pekerjaan umumnya merupakan kegiatan yang banyak menyita waktu. Dengan pekerjaan
yang padat dan banyak menyita waktu mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan.
c. Umur
Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan umur yang matang
masyarakat mampu berfikir atau mencari informasi kesehatan diabetes mellitus.
2. Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan merupakan seluruh
kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. suatu lingkungan yang kurang
mendapatkan tentang informasi kesehatan terutama tentang diabetes melitus.
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi kesehatan tentang diabetes melitus.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden kedalam pengetahuan yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden kedalam pengatahuan yang akan kita ukur adapun pertanyaan yang akan
digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu:
a. Pertanyaan subjektif, misal pertanyaan jenis essay.
b. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, betul salah, dan
pertanyaan menjodohkan.

Dari kedua pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih
disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena akan lebih
mudah disesuaikan dalam pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat
(Arikunto, 2001).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat


tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian
dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi
nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang
diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus
yang digunakan sebagai berikut:

N = Sp x 100% / Sm
Keterangan:
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%
b. Cukup : Hasil presentase 56%-75%
c. Kurang : Hasil presentase < 56%
2.2 Diabetes mellitus
2.2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and Suddart, 2001).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan
kurangnya produksi insulin, zat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Bisa pula karena
adanya gangguan pada fungsi insulin, meskipun jumlahnya normal (Redaksi Agro Media,
2009).
Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia
yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (M. Clevo Rendy, 2012).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan diabetes melitus merupakan gangguan hormonal
yang menimbulkan berbagai kelainan metabolik akibat dari gangguan hormonal yang ditandai
kenaikan kadar glukosa dalam darah dan menimbulkan komplikasi kronik.

2.2.2 Tipe Diabetes Mellitus


1. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah penyakit yang serius. Penyakit ini merupakan penyakit
autoimun yang sering muncul pada anak-anak atau pada orang dewasa dibawah umur 30
tahun. Juvenile diabetes muncul pada masa kanak-kanak dan harus ditanggulangi dengan
memberikan insulin. Lima sampai 10% dari seluruh kasus diabetes di dunia adalah diabetes
melitus tipe 1.
2. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes tipe 2 sering disebut DM yang tidak tergantung pada insulin.Diabetes ini
muncul pada usia dewasa dan disebabkan karena kurangnya produksi insulin atau tidak
efektifnya penggunaan insulin oleh tubuh. Sekitar 90-95% dari kejadian diabetes di seluruh
dunia adalah diabetes tipe 2.
2.2.3 Etiologi
1. Faktor Genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destruksi sel β pancreas.
2.2.4 Tanda dan Gejala
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila menderita dua dari tiga
gejala, yaitu:
1. keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing, dan penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah: Poliuria, polidipsia,
polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, bisul luka, keputihan.
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah sebagai berikut:
a. Kesemutan.
b. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
c. Rasa tebal di kulit.
d. Kram.
e. Cape.
f. Mudah mengantuk.
g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
h. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, bahkan
impotensi.
j. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

2.2.5 Kebiasaan Kecil Pemicu Diabetes


Menurut (Adib, 2011) diabetes bukan hanya di karenakan kekurangan insulin di dalam
tubuh, tetapi faktor makanan dan minuman juga bisa memicu perkembangan penyakit ini.
Meskipun pada dasarnya makanan dan minuman bukan faktor utama penyebab diabetes
melitus. Namun ketika makanan dan minuman dikonsumsi secara berlebihan, maka akan
membahayakan tubuh kita. Berikut ini makanan dan minuman yang dapat memicu diabetes
dalam tubuh.
1. Teh manis
Asupan gula yang tinggi dapat menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Hal
ini belum ditambah dengan resiko kelebihan kalori. Sekaligus teh manis kira-kira
mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan).
2. Gorengan
Jika hanya mengkonsumsi satu gorengan kecil, tentu belum cukup karena bentuknya
yang kecil. Padahal, gorengan adalah salah satu pemicu penyakit degeneratif, seperti
kardiovaskuler, DM, dan stroke. Sebab, penyebab penyakit kardiovaskuler (PKV)
adalah penyumbatan pembuluh darah dengan dislipedemia sebagai resiko utama.
Sebenarnya dislipedemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat), dan trigliserida, serta
penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Biasanya, peningkatan proporsi
dislipedemia dalam masyarakat disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi berbagai
makanan rendah serat tinggi lemak, termasuk gorengan. Karena itu kita bisa
mengkonsumsi kacang jepang dan pie buah sebagai pengganti gorengan.
3. Kebiasaan memakan cemilan
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau makan malam, bisa
menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Namun, ketika kita belum merasa
kenyang, perut biasanya diisi dengan sepotong kue dua potong kue cemilan, seperti
biskuit atau keripik kentang. Padahal biskuit, kripik kentang, kue dan lainnya
mengandung hidrat arang yang tinggi tanpa kandungan pangan yang memadai,
sehingga semua makanan tersebut digolongkan sebagai glikemik indeks tinggi.
Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan
dalam menaikan kadar gula dalam darah. Untuk menghindari penyakit DM,
sebaiknya kita mengkonsumsi buah potong sebagai pengganti cemilan.
4. Malas beraktivitas
WHO mengatakan bahwa kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga
90% dalam dua puluh tahun ke depan. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan tubuh
mudah terangsang kegemukan dan memiliki resiko obesitas lebih tinggi, untuk
menghindarinya, kita sebaiknya membiasakan diri untuk bersepeda, jalan kaki atau
aktivitas fisik lainnya.
5. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian menemukan bahwa perokok aktif memiliki resiko DM sebesar
22%. Selain itu, disebutkan pula bahwa kenaikan resiko ini tidak hanya disebabkan
oleh rokok, tetapi juga kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, misalnya pola
makan yang buruk dan kurang berolahraga.

2.2.6 Komplikasi
Komplikasi-komplikasi pada Diabetes melitus menurut (Hartini, 2009) dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia.
Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik
(HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hipoglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah
dari 60 mg % dan gejala yang muncul yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah, lemah,
lapar dan dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Hiperglikemi yaitu apabila
kadar gula darah lebih dari 250 mg % dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi
pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma.
2. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh (Angiopati diabetik). Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi
dua yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang
tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.
Komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a. Mikrovaskuler :
1) Ginjal.
2) Mata.
b. Makrovaskuler :
1) Penyakit jantung koroner.
2) Pembuluh darah kaki.
3) Pembuluh darah otak.
4) Neuropati: mikro dan makrovaskuler
5) Mudah timbul ulkus atau infeksi : mikrovaskuler dan makrovaskuler.

2.2.7 Pengendalian Diabetes Mellitus


Menurut (Hartini, 2009), pengobatan diabetes atau yang biasa disebut pegendalian
diabetes. Ada 4 hal terpenting yang perlu dijalankan agar penderita diabetes dapat hidup sehat.
Empat hal terpenting itu disebut empat pilar pengendalian diabetes :
1. Edukasi
Pengobatan diabetes lama, teratur, terjadwal dan perlu disiplin, terkadang akan
mengubah pola hidup. Namun pada sebagian orang, peraturan itu malah membosankan.
Oleh karena itu, penderita diabetes harus dibekali dengan pengetahuan tentang diabetes.
Melalui edukasi, penderita diabetes atau siapa saja bisa mengetahui dan mengerti apa itu
diabetes, masalah yang harus dihadapi, mengapa penyakit ini perlu dikendalikan
secepatnya, dan seterusnya.
2. Pengaturan makanan (diet)
Pengaturan makanan merupakan pilar terpenting bagi pengobatan diabetes. Penderita
diabetes yang bijak adalah yang mau belajar mengenal makanan yang menyebabkan gula
darah tinggi dan berusaha mengindari makanan tersebut. Selain makanan penderita juga
harus memantau minumanya. Baik dari diabetes tipe 1 maupun tipe 2 tetap memerlukan
semua bentuk zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat. Pengaturan makanan maksudnya
merancang sedemikian pula makanan yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan sehingga
insulin yang tersedia mencukupi. Disamping itu, susunan zat gizinya sehat dan seimbang.
3. Olahraga / gerak badan
Olahraga atau latihan jasmani adalah pilar pengendalian diabetes ketiga yang sangat
penting. Olahraga baik untuk kesehatan pada umumnya dan dapat membantu pengendalian
gula darah dan berat badan. Gula darah yang tinggi juga disebabkan oleh resistensi insulin
yang dicetuskan oleh kegemukan. Apabila kegemukan dikurangi, resistensi juga berkurang.
Disamping itu, olahraga walaupun tanpa menurunkan kegemukan juga dapat mengurangi
resistensi insulin.
4. Obat : tablet atau insulin
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Pada penderita diabetes melitus mempunyai dua masalah yaitu pancreas yang
sakit sehingga produksi insulin kurang atau karena sel menjadi resisten dan tidak
sensitif terhadap adanya insulin. Keadaan itu akan diperberat jika makan dengan jumlah
yang terlalu banyak. Oleh karena itu, diet dan olahraga harus dipertahankan walaupun
sudah mendapat obat-obatan.
Terdapat berbagai obat yang masing-masing dikelompokan menjadi :
1) Obat untuk memperbaiki jumlah insulin yang kurang adalah membantu merangsang
pankreas untuk meningkatkan produksi insulin. Obatnya adalah sulfonylurea dan
golongan glinid.
2) Obat untuk memperbaiki hambatan terhadap kerja insulin atau resistensi insulin
pada sel-sel, obatnya adalah yang mengurangi resisten insulin tersebut, yaitu
golongan biguanid (metformin) dan tiazolidindion (TZD).
3) Obat yang diberikan untuk merangsang insulindan menekan glukogen inhibitor
DPP-IV. Pengobatan dengan OHO hanya berlaku untuk diabetes tipe-2. Untuk
diabetes tipe-1 harus segera diberikan suntikan insulin.
b. Insulin
Untuk diabetes tipe-1, insulin merupakan satu-satunya obat dan diberikan
langsung tanpa pertimbangan lain karena pancreas sudah tidak menghasilkan insulin.
Untuk diabetes tipe-2 insulin biasanya diberikan dalam berbagai kondisi :
1) Apabila bermacam jenis OHO sudah diberikan maksimum, tetapi gula darah tetap
tidak terkendali, obat diganti insulin.
2) Insulin biasanya diberikan sebagai obat pertama pada penderita yang waktu datang
berobat berat badannya sudah turun dratis dalam waktu singkat dengan gula darah
yang tinngi.
3) Insulin biasanya juga diberikan apabila penderita menderita infeksi hebat atau
menjalani operasi besar
4) Pada komplikasi seperti gagal ginjal, gagal hati dan gagal jantung yang berat, OHO
biasanya harus segera dihentikan dan langsung diganti insulin.

2.3 Kerangka Teori


Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2003 : 127).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and Suddart, 2001). Dalam
membahas diabetes mellitus, ada beberapa hal yang perlu diketahui mulai dari pengertian
diabetes mellitus, penyebab, klasifikasi, faktor resiko, gejala klinis, komplikasi, sampai kepada
penatalaksanaan pengobatannya.
Menurut (Hartini, 2009), penatalaksanaan pengobatan diabetes atau yang biasa disebut
pegendalian diabetes. Ada 4 hal terpenting yang perlu dijalankan agar penderita diabetes dapat
hidup sehat. Empat hal terpenting itu disebut empat pilar pengendalian diabetes :
1. Edukasi
2. Pengaturan makanan (diet)
3. Olahraga / gerak badan
4. Obat : tablet atau insulin
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
b. Insulin
Kerangka Teori

Pengertian

Klasifikasi
Penyebab

Tingkat
Pengetahuan
penderita DM

Gejala Klinis Komplikasi

Penatalaksanaan
pengobatan DM

Aktivitas Farmakolo
Fisik/ gis/ Obat
Edukasi Diet
Olahraga

Tingkat Pengetahuan:
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berhubungan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertannyaan penelitian. Desain penelitian
mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta
berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2007)
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Desain dalam
penelitian ini adalah cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran/observasi data variabel dependen dan independen hanya satu kali, pada satu saat
(Nursalam, 2003). Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel
pada satu saat. Artinya subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek
dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Sastroasmoro dan Ismael, 1995).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2005). Populasi adalah objek penelitian atau objek
yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menderita Diabetes Mellitus di
Ruang Mawar Putih RSUD Sidoarjo dalam kurun waktu 3 bulan terhitung mulai bulan Maret
sampai dengan bulan Mei 2018.

3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2007). Sampel merupakan sebagian dari sejumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Hidayat, 2007). Sampel merupakan bagian
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat, 2007).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita Diabetes Mellitus di Ruang
Mawar Putih RSUD Sidoarjo dalam kurun waktu 3 bulan terhitung mulai bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 2018.
3.2.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Nursalam, 2008).
Pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu suatu teknik
penetapan sampling dengan cara menjadikan semua populasi sebagai sampel penelitian.
(Nursalam, 2008).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang Mawar Putih RSUD Sidoarjo yang
berjumlah 20 orang.
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018.

3.4 Pengumpulan Data


3.4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2007). Pada penelitian
ini pengumpulan data adalah dengan memberikan kuisioner kepada setiap responden.
Kuesioner berisi beberapa pertanyaan yang sebelum pengisian kuisioner dilakukan,
menjelaskan terlebih dahulu kepada responden mengenai maksud dan tujuan penelitian. Hasil
kuisioner akan dikonfirmasi dalam bentuk prosentase dan narasi.
3.4.2 Proses Pengumpulan Data
Persiapan Perijinan
a. Peneliti terlebih dahulu mengajukan judul pada institusi pendidikan.
b. Institusi pendidikan mengajukan permohonan surat ijin penelitian dan studi
pendahuluan.
c. Setelah mendapat ijin dari institusi pendidikan peneliti membawa surat tembusan dari
institusi kepada badan Kesbang.
d. Setelah mendapat surat ijin dari badan Kesbang peneliti membawa surat ke Ruang
Mawar Putih RSUD Sidoarjo.
e. Peneliti membuat proposal dengan bimbingan dari institusi pendidikan, proposal akan
diujikan terlebih dahulu kemudian dilakukan penelitian.

3.4.3 Pelaksanaan
Cara kerja dan teknik pengumpulan data:
1. Membuat instrument (kuesioner)
2. Menyebarkan kuisoner kepada responden
3. Melakukan scoring dan tabulating data

3.5 Analisis Data


3.5.1 Rencana Analisa Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat
pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus di
Ruang Mawar Putih RSUD Sidoarjo. Maka untuk mendapatkan gambaran antara variable
menggunakan metode analisa data chi square.
Variabel Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
P = f/n × 100%
Keterangan:
P = Prosentase
F = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah skor maximal

3.6 Etika Penelitian


Penelitian dengan menggunakan manusia sebagai objek tidak boleh bertentangan
dengan etika.
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum dilakukan penelitian ( Aziz,
2007).
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Jika responden
penelitian bersedia untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut. Jika menolak untuk di teliti maka peneliti tidak memaksa dan menghormati hak –
hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama responden tidak akan di cantumkan pada lembar kuesioner, dan untuk
mengetahui keikutsertaan responden maka peneliti akan memberi kode pada lembar
kuesioner.
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada
lembar kuesioner tetapi lembar tersebut tetap diberi kode (Hidayat, 2007).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi di jamin oleh peneliti dengan cara hanya menyajikan /
melaporkan data tertentu.
BAB IV

KERANGKA KONSEPTUAL

4.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan sistem

dengan menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, dan output, maka

kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Input Proses Output

Pasien DM Penatalaksanaan Tingkat


di Ruang Pengobatan DM: Pengetahuan
Mawar
Putih RSUD - Edukasi Tinggi 76-100%
Sidoarjo - Diet Sedang 56-75%
Tahun 2018. - Aktivitas Fisik/ Kurang <56%
Olahraga
- Farmakologis/
Obat

3.2 Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

1 Variabel Gambaran tingkat Kuisioner Tinggi 76- Ordinal

Independen: pengetahuan pada 100%

Tingkat pasien DM Sedang 56-

Pengetahuan tentang 75%


Pasien DM penatalaksanaan Kurang <56%

DM yang diukur

dengan kuisioner

sebanyak…..

dengan kriteria

hasil :

Tinggi 76-100%

Sedang 60-75%

Kurang <60%

2 Variabel Pengetahuan Kuisioner Tinggi 76- Ordinal

Dependen: Penatalaksanaan 100%

Penatalaksanaan Pengobatan DM Sedang 56-

Pengobatan DM dalam: 75%

1. Edukasi Kurang <56%

2. Diet

3. Aktivitas Fisik

4. Farmakologis/

obat
Kerangka Teori

Pengertian

Klasifikasi
Penyebab

Tingkat
Pengetahuan
penderita DM

Gejala Klinis Komplikasi

Penatalaksanaan
pengobatan DM

Aktivitas Farmakolo
Fisik/ gis/ Obat
Edukasi Diet
Olahraga

Tingkat Pengetahuan:
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berhubungan

Anda mungkin juga menyukai

  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen9 halaman
    Lamp Iran
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen9 halaman
    Lamp Iran
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Hiv
    Leaflet Hiv
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Hiv
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi 1
    Daftar Isi 1
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi 1
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Pijat
    Pijat
    Dokumen10 halaman
    Pijat
    siti farihatud
    Belum ada peringkat
  • WOC Strokes
    WOC Strokes
    Dokumen3 halaman
    WOC Strokes
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • 2 SOAL UAS Napza Dan Narkoba 14 15
    2 SOAL UAS Napza Dan Narkoba 14 15
    Dokumen12 halaman
    2 SOAL UAS Napza Dan Narkoba 14 15
    Efadwi Rusdiana
    100% (1)
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen2 halaman
    Lampiran 1
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Renpra Efa
    Renpra Efa
    Dokumen7 halaman
    Renpra Efa
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen31 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • A. Pathway
    A. Pathway
    Dokumen1 halaman
    A. Pathway
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Komunitas Efa
    Komunitas Efa
    Dokumen32 halaman
    Komunitas Efa
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Stroke Infark
    Stroke Infark
    Dokumen3 halaman
    Stroke Infark
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Askep Cemas EFA2-1
    Askep Cemas EFA2-1
    Dokumen6 halaman
    Askep Cemas EFA2-1
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • LP Cva Infark
    LP Cva Infark
    Dokumen17 halaman
    LP Cva Infark
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Toddle
    Toddle
    Dokumen14 halaman
    Toddle
    NilaLaili
    Belum ada peringkat
  • Kritis
    Kritis
    Dokumen1 halaman
    Kritis
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Stroke Infark
    Stroke Infark
    Dokumen3 halaman
    Stroke Infark
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • A. Pathway
    A. Pathway
    Dokumen1 halaman
    A. Pathway
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Komunitas Efa
    Komunitas Efa
    Dokumen32 halaman
    Komunitas Efa
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • KP Baru
    KP Baru
    Dokumen1 halaman
    KP Baru
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Renpra Efa
    Renpra Efa
    Dokumen7 halaman
    Renpra Efa
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Askep Cemas EFA2-1
    Askep Cemas EFA2-1
    Dokumen6 halaman
    Askep Cemas EFA2-1
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Askep Cemas EFA2-1
    Askep Cemas EFA2-1
    Dokumen6 halaman
    Askep Cemas EFA2-1
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • TBC Annak Fix
    TBC Annak Fix
    Dokumen3 halaman
    TBC Annak Fix
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • Sop Diare Akut
    Sop Diare Akut
    Dokumen2 halaman
    Sop Diare Akut
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat
  • TBC Annak
    TBC Annak
    Dokumen18 halaman
    TBC Annak
    Efadwi Rusdiana
    Belum ada peringkat