Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENENTUAN NILAI KONSTANTA HARMONIK PASANG SURUT DI


PERAIRAN TELUK BALIKPAPAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE LEAST SQUARE

OLEH
NAJWAN ALGHIFARI
NIM. 1307045009

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017

i
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-Nya yang mengalir setiap hari sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada waktu yang
ditentukan. Laporan PKL ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA), Universitas Mulawarman.
Dengan melaksanakan kerja praktek di Pusat Pengendalian Pembangunan
Ekoregion Kalimantan (P3EK), mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan
ilmu yang diperoleh melalui bangku kuliah dengan menerapkannya di dunia kerja,
serta dapat menambah wawasan dunia kerja yang dituangkan dalam benetuk
tulisan. Dalam Praktek Kerja Lapangan ini penulis telah banyak mendapat bantuan
dan petunjuk dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dari
awal hingga terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua saya Ir. Zailan Effendy dan Nida Syarofa, S.Pd yang telah
membimbing dan membesarkan saya dengan sepenuh hati dan kasih sayang.
2. Bapak Dr. Eng. Idris Mandang, M.Si, selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan alam, Universitas Mulawarman.
3. Bapak Suhadi Muliyono, M.Si, selaku Ketua Program Studi Fisika FMIPA,
Universitas Mulawarman.
4. Bapak Kadek Subagiada, M.Si, selaku pembimbing PKL yang telah
memberikan banyak masukan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
laporan PKL.
5. Bapak Drs. Tri Bangun Laksana, selaku kepala Pusat Pengendalian
Pembangunan Ekoregion Kalimantan yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melaksanakan kegiatan PKL di P3EK.
6. Bapak Dr. Ir. Ivan Yusfi Noor, M.Si, Selaku Kepala Bidang 1 Inventarisasi
Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) Sumber Daya Alam dan
Lingkungan P3EK.

iii
7. Kasubid-kasubid serta staf pada bidang 1 Bapak Ruhyat, Bapak Agung,
Mbak Arianty, Mbak Maria, Mbak Belinda, dan Bapak Reza yang telah
banyak membantu penulis selama masa PKL.
8. Seluruh staf Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan.
9. Teman-teman Fisika 2013 dan teman-teman seperjuangan yang melaksanakan
PKL di Balikpapan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin masih ada kekurangan, oleh
karena itu saran dan krtik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis guna
perbaikan laporan PKL ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Samarinda, Februari 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................. v
Daftar Gambar .................................................................................................... vii
Daftar Grafik ...................................................................................................... viii
Daftar Tabel ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah......................................................................... 2
1.3 Tujuan PKL ................................................................................ 2
1.4 Manfaat PKL .............................................................................. 2
1.5 Tempat dan Topik PKL.............................................................. 2
1.5.1 Tempat PKL ................................................................. 2
1.5.2 Topik PKL .................................................................... 3

BAB II DESKRIPSI UMUM DAN TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Deskripsi Mitra PKL .................................................................. 4
2.1.1 Profil P3EK .................................................................. 4
2.1.2 Tugas dan Fungsi P3EK ............................................... 4
2.2 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 6
2.2.1 Pasang Surut ................................................................. 6
2.2.2 Tipe Pasang Surut......................................................... 8
2.2.3 Analisa Harmonik Data Pasut Dengan Metode Leastsquare
...................................................................................... 11
2.2.4 Model Pasang Surut ..................................................... 12
2.2.5 Prinsip Metode Leastsquare ......................................... 12
2.2.6 Analisis Tren ................................................................ 13

v
2.2.7 Analisis Harmonik........................................................ 14

BAB III PELAKSANAAN PKL DAN PEMBAHASAN


3.1 Waktu Pelaksanaan PKL ............................................................ 12
3.2 Deskripsi Lingkup Kerja ............................................................ 12
3.3 Hasil Pelaksanaan PKL .............................................................. 12
3.4 Pembahasan ................................................................................ 15

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 17
4.2 Saran ........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Kantor P3EK ....................................................................... 3


Gambar 2.1 Ilustrasi Pasang Purnama dan Perbani ............................................ 7
Gambar 2.2 Tipe-tipe Pasang Surut .................................................................... 9

vii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1a Grafik Pasang Surut Januari ............................................................ 17


Grafik 3.1b Grafik Pasang Surut Februari .......................................................... 17
Grafik 3.1c Grafik Pasang Surut Maret .............................................................. 17

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe-tipe Pasang Surut ........................................................................ 9


Tabel 2.2 Komponen Harmonik Pasang Surut .................................................... 10
Tabel 3.1 Data Pasang Surut ............................................................................... 16
Tabel 3.2 Nilai Periode Konstanta Harmonik Pasang Surut ............................... 18
Tabel 3.3 Matrik Observasi ................................................................................. 19
Tabel 3.4 Matrik Koefisien ................................................................................. 19
Tabel 3.5 Nilai Parameter ................................................................................... 20
Tabel 3.6 Perhitungan Amplitudo dan Fase ........................................................ 21
Tabel 3.7 Tabel Konstanta Harmonik Pasang Surut ........................................... 21
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan ................................................................................ 22

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan teluk Balikpapan merupakan salah satu perairan yang terletak di
Provinsi Kalimantan Timur. Perairan ini merupakan daerah eksploitasi,
pengilangan minyak, alur pelayaran skala lokal, nasional, maupun internasional.
Menurut Tahir (2002) dalam Rizkiyah (2016), Teluk Balikpapan adalah salah satu
teluk yang terletak di Pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan Timur yang
menyimpan potensi kekayaan alam. Teluk Balikpapan terletak di barat Selat
Makasar atau sekitar barat daya Samudera Pasifik. Teluk Balikpapan merupakan
pusat perekonomian, perdagangan, pusat jasa, pemukiman, serta salah satu wilayah
industri pengolahan minyak dan gas bumi di Kalimantan.
Teluk Balikpapan berbatasan langsung dengan Selat Makasar, sehingga
perairan tersebut tidak lepas dari pengaruh Pasang Surut. Pasang surut merupakan
peristiwa naik turunnya permukaan air laut yang terjadi secara periodik yang
diakibatkan oleh hubungan gravitasional antara matahari, bulan dan bumi. Selain
faktor tersebut pasang surut juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti angin, curah
hujan dan iklim, faktor ini juga menentukan ketinggian tambahan pada permukaan
laut dan fluktuasinya sepanjang masa (Pariwono (1989) dalam Pratama, 2015).
Dengan padatnya aktifitas yang terjadi di Teluk Balikpapan, maka diperlukan
kajian lebih lanjut untuk dapat melihat tipe pasang surut dan chart datum dari
pasang surut tersebut, untuk bisa digunakan di berbagai bidang yang beroperasi di
Teluk Balikpapan.
Untuk menganalisa pasang surut yang terjadi di Teluk Balikpapan, Pihak Pusat
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan (P3EK) menggunakan
beberapa metode dimana yang salah satunya adalah metode least square untuk
mendapatkan nilai-nilai konstanta harmonik pasang surut, kemudian penulis
menggunakan hasil akhir dari metode ini untuk menentukan karakteristik pasang
surut yang terjadi di Teluk Balikpapan

1
2

1.2 Batasan Masalah


1. Data yang digunakan berupa data sekunder yang didapatkan dari bidang II
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan yang berkerjasama
dengan DISHIDROS dan PELNI.
2. Data sekunder pasang surut yang digunakan untuk menentukan karakteristik
pasut hanya selama tiga bulan (Januari hingga Maret 2016).

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Tujuan praktek kerja lapangan ini adalah menentukan nilai konstanta harmonik
pasang surut yang terjadi di Teluk Balikpapan pada bulan Januari hingga Maret
2016.

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Praktek kerja lapangan ini memberikan manfaat agar dapat memahami tentang
analisis dari pasang surut, mendapatkan nilai konstanta harmonik dari pasang surut,
serta menetukan tipe pasang surut yang terjadi di perairan Teluk Balikpapan.
Kemudian hasil yang didapat bisa digunakan oleh berbagai pihak untuk
dikembangkan lebih lanjut diberbagai bidang seperti pembangunan, transportasi,
lingkungan, serta penelitian lainnya.

1.5 Tempat dan Topik PKL


1.5.1 Tempat PKL
PKL ini dilaksanakan di Kantor Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion
Kalimantan di Jl. Jendral Sudirman No. 19A Balikpapan - Kalimantan Timur.
Berada dekat dengan Pelabuhan Semayang dan menghadap langsung ke Teluk
Balikpapan.
3

Gambar 1.1 Lokasi Kantor P3EK

1.5.2 Topik PKL


Adapun kegiatan yang didapat di P3EK selama PKL adalah menentukan
karekteristik pasang surut di Teluk Balikpapan, studi kontribusi pencemar bidang
tranportasi, penilaian jasa ekosistem, dan konservasi pesisir mangrove.
Dari beberapa kegiatan tersebut dipilih penentuan karakteristik pasang surut
di Teluk Balikpapan sebagai topik laporan PKL ini, karena topik tersebut sesuai
dengan disiplin ilmu Program Studi Fisika KBK Oseanografi.
BAB II
DESKRIPSI UMUM DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Mitra PKL


2.1.1 Profil P3EK
Kantor Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan, atau biasa
disingkat dengan P3E Reg. Kalimantan, berdiri sejak pertengahan tahun 2005,
menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 1 tahun 2005.
Sebagai perpanjangan tangan dari Kementerian Lingkungan Hidup, P3E Regional
Kalimantan merupakan instansi pusat yang secara spesifik menangani
permasalahan-permasalahan lingkungan di Kalimantan, yang diharapkan dapat
membantu menekan laju kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Berikut ini adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala Pusat
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan.
1. Ka. P3E Kalimantan tahun 2005 - 2008 : Drs. Heru Waluyo, M. Com
2. Ka. P3E Kalimantan tahun 2008 - 2010 : Drs. B. Widodo Sambodo, M.S.
3. Ka. P3E Kalimantan tahun 2010 – 2014 : Drs. Tutu Hendrawati, MPPPM
4. Ka. P3E Kalimantan tahun 2014 – Sekarang: Drs. Tri Bangun Laksana

2.1.2 Tugas dan Fungsi P3EK


Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia No. P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pusat Pengendalian Pembangunan
ekoregion adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas Kementerian yang berada
dibawah dan bertangung jawab langsung kepada Menteri melalui Sekretaris
Jendral. Pusat Pengendalian Pembanguan Ekoregion dipimpin oleh seorang Kepala.
Dan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan ini berkedudukan di
Balikpapan, dan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion mempunyai tugas
melaksanakan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di wilayah ekoregion
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion mempunyai tugas
melaksanakan pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di

4
5

wilayah ekoregion. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud


sebelumnya, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis pengendalian pembangunan ekoregion;
2. Pelaksanaan kebijakan teknis pengendalian pembangunan, inventarisasi dan
perhitungan daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan
lingkungan hidup di wilayah ekoregion;
3. Pelaksanaan perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup di wilayah ekoregion;
4. Pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup di wilayah ekoregion, dan; Pengelolaan urusan tata usaha
dan rumah tangga pusat.

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion, terdiri atas:


1. Bidang Tata Usaha;
2. Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup;
3. Bidang Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup;
4. Bidang Evaluasi Dan Tindak Lanjut Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.

Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi daya dukung
dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sebelumnya, Bidang
Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya tampung
hutan dan hasil hutan di wilayah ekoregion;
6

2. Pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya tampung


pertambangan, energi, pertanian, kelautan di wilayah ekoregion;
3. Pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya tampung
transportasi, manufaktur, industri dan jasa di wilayah ekoregion; dan
4. Penyiapan bahan pelaporan kinerja bidang inventarisasi dan perhitungan
daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup di
wilayah ekoregion.

Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup terdiri atas:
1. Subbidang Hutan dan Hasil Hutan;
2. Subbidang Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan; dan
3. Subbidang Manufaktur, Prasarana, Jasa dan Transportasi.
(1) Subbidang Hutan dan Hasil Hutan mempunyai tugas melakukan pengumpulan
dan pengolahan bahan penyiapan pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan daya
dukung dan daya tampung sumber daya hutan dan hasil hutan.
(2) Subbidang Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelauatan mempunyai tugas
melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan penyiapan pelaksanaan
inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya tampung sumber daya
pertambangan, energi, pertanian dan kelautan.
(3) Subbidang Manufaktur, Prasarana, Jasa, dan Transportasi mempunyai tugas
melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan penyiapan pelaksanaan
inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya tampung sumebr daya
manufaktur, prasarana, jasa dan transportasi.

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Pasang Surut
Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah
diam pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan
turun sesuai dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai
pada ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi (high water),
7

setelah itu kemudian turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut
pasang rendah (low water). Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik lagi.
Perbedaan ketinggian permukaan antara pasang tinggi dan pasang rendah dikenal
sebagai tinggi pasang (tidal range). Pasang yang mempunyai tinggi maksimum
dikenal sebagai spring tide, sedangkan yang mempunyai tinggi minimum disebut
neap tide. Biasanya terjadi dua siklus lengkap settiap bulan yang berhubungan
dengan fase bulan. Spring tide terjadi pada waktu bulan baru (new moon)

(Hutabarat, 1985).
Gambar 2.1 Ilustrasi pasang purnama dan perbani serta hubungannya dengan fase
bulan. Dan juga nilai rata-rata muka air tinggi (MHW) dan nilai rata-
rata muka air rendah (MLW).
(Sumber :http://you.stonybrook.edu/weather/forecasts/moon-phase/)

Menurut Poerbondono (2005) pasut laut (ocean tide) adalah fenomena naik
dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh
gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Pengaruh gravitasi
benda-benda langit terhadap bumi tidak hanya menyebabkan pasut laut, tetapi juga
mengakibatkan perubahan bentuk bumi (bodily tides) dan atmosfir (atmospheric
tides). Pasut laut sendiri merupakan gerak naik turun muka laut dengan periode rata-
rata sekitar 12,4 jam atau 24,8 jam. Fenomena lain yang berhubungan dengan psaut
adalah arus pasut, yaitu gerak badan air menuju dan meninggalkan pantai saat air
pasang dan surut.
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air
pasang) dan air terendah (lebah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut
8

adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi
yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50
menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada mana muka air naik
disebut pasang, sedangkan pada saat air turun disebut surut. Variasi muka air
menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut. Arus pasang terjadi pada
waktu periode pasang, sedangkan arus surut terjadi pada periode air surut. Titik
balik (slack) adalah saat dimana arus berbalik antara arus pasang dan arus surut.
Titik balik ini bisa terjadi pada saat muka air tertinggi dan muka air terendah, pada
saat tersebut kecepatan arus adalah nol.
2.2.2 Tipe Pasang Surut
Bentuk pasang surut di berbagai tempat tidak sama. Di suatu daerah dalam
satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang
surut diberbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, yaitu :
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi
yang hampir sama dan pasang surut terjad secara berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)


Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali air surut. Periode pasang
surut adalah 24 jam 50 menit.

3. Pasang campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)


Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan
periodenya berbeda.

4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing


diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dansatu kali air surut,
tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda (Triatmodjo, 1999).
9

Gambar 2.2 Tipe-tipe pasang surut


(Sumber : Bambang Triatmodjo Teknik Pantai, 1999)

Defant (1958) dalam Poerbondono (2005), mengelompokkan pasut menurut


perbandingan jumlah amplitudo komponen diurnal terhadap amplitudo komponen
semi diurnal, yang dinyatakan dengan persamaan :
𝐾1 +𝑂1
𝐹= (2.1)
𝑀2 +𝑆2

Setelah didapatkan nilai bilangan Formzahl dari persamaan 2.1 kemudian untuk
menentukan tipe pasang surutnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tipe-tipe Pasang Surut


Nilai Bentuk Jenis Pasut Fenomena
2x pasang sehari dengan
0 < F < 0.25 Harian Ganda
tinggi yang relatif sama
2x pasang sehari dengan
0.25 < f < 1.5 Campuran Ganda perbedaan tinggi dan
interval yang berbeda
1x atau 2x pasang sehari
1.5 < f < 3 Campuran Tunggal dengan interval yang
bebeda
10

1x pasang sehari, saat


F>3 Harian Tunggal spring dapat terjadi 2x
pasang sehari

Pasang surut didefinisikan sebagai proses naik turunnya permukaan air secara
periodik selama interval waktu tertentu yang diakibatkan oleh gaya gravitasi benda-
benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Oleh karena besar massa matahari,
bumi, dan bulan diketahui, maka besarnya gaya pembangkit asang surut dapat
dihitung dengan menguraikan tenaga pembangkit pasang surut ke dalam sejumlah
konstanta harmonik pasang surut.

Tabel 2.2 Komponen-komponen harmonik pasut utama


Komponen
Kategori Fenomena
Harmonik
Gravitasi Bulan dengan orbit lingkaran dan sejajar
Semi Diurnal M2
ekuator Bumi
Gravitasi Matahari dengan orbit lingkaran dan
S2
sejajar ekuator Bumi
N2 Perubahan jarak Bulan ke Bumi akibat lintasan elips
Perubahan jarak Matahari ke Bumi akibat lintasan
K2
elips
Perubahan jarak Bulan ke Bumi akibat lintasan elips
La2
pada komponen M2, K2
Perubahan jarak Matahari ke Bumi akibat lintasan
T2
elips pada komponen S2
Diurnal K1 Deklinasi sistem Bulan dan Matahari
O1 Deklinasi Bulan
P1 Deklinasi Matahari
Q1 Perubahan jarak Bulan ke Bumi pada komponen O1
Periode Dua kali kecepatan sudut M2 akibat pengaruh Bulan
M4
Panjang di perairan dangkal
MS4 Interaksi M2 dan S2 di perairan dangkal
Ssa Deklinasi Matahari
Perubahan jarak Matahari ke Bumi akibat lintasan
Sa
elips
M3 Deklinasi Bulan di perairan dangkal
Perubahan jarak Bulan ke Bumi akibat lintasan elips
M6
di perairan dangkal
Dua kali kecepatan sudut S2 akibat pengaruh
S4
Matahari
(Sumber : Poerbondono Survei Hidrografi, 2005)
11

Pinet (1992) dalam Rampengan (2013) menyatakan, konstanta pasang surut


M2 memiliki amplitudo terbesar dibanding komponen pasang surut lainnya.
Sedangkan konstanta harmonik S2, K1, dan O1 merupakan komponen-komponen
pasang surut penting dalam hubungannya dengan penentuan datum peta. Fluktuasi
amplitudo dari keempat komponen harmoni pasut ini, sangat menentukan kondisi
pasang surut di suatu perairan. Konstanta harmonik M2, S2, K1, dan O1, secara
bersama dibutuhkan dalam perhitungan bilangan Formzahl. Penentuan bilangan
Formzahl adalah cara yang digunakan untuk menentukan tipe pasang surut perairan.
Menurut Pinet (1992), M2 merupakan komponen pasang sutur utama dari bulan,
sedangkan S2 merupakan komponen pasut utama dari matahari. Perbandingan dari
keduanya memeperlihatkan kekuatan pasang surut yang dibangkitkan oleh matahari
dan bulan di suatu kawasan perairan. Sebenarnya pasang surut air laut dibangkitkan
secara serentak oleh tenaga gravitasi matahari dan bulan. Namun demikian,
bereagamnya kontur dasar perairan dan konfigurasi garis pantai mengakibatkan
terjadinya perbedaan amplitudo komponen pasang surut suatu kawasan perairan
dan perairan lainnya. Lebih lanjut dijelaskan, K1 disebut sebagai konstanta soli-
lunar yang merupakan hasi dari perubahan deklinasi bulan dan matahari, sedangkan
O1 adalah konstanta diurnal dari bulan.

2.2.3 Analisa Harmonik Data Pasang Surut Menggunakan Metode


Leastsquare
Terdapat beberapa metode analisis pasut, diantaranya metode harmonik yang
mempertimbangkan bahwa variasi tinggi muka air laut merpakan respon akibat
resultan gaya-gaya pembangkit pasut yang periodik dalam waktu tertentu. Dengan
melakukan pengamatan tinggi muka laut maka sama dengan melakukan
pengamatan terhadap gaya-gaya pembangkit pasut.
Model matematik anals pasut metode harmonik dapat dnyatakan sebagai
berikut:
𝑦(𝑡) = 𝑧0 + ∑𝑛𝑖=1 𝐻𝑖 cos(𝜔𝑖 𝑡 − 𝑔𝑖 ) (2.2)
Dengan:
12

y(t) = kedudukan permukaan air laut hasil pengamatan


Z0 = kedudukan permukaan air laut rata-rata (MSL)
ωi = kecepatan sudut komponen pasut ke-i
t = waktu pengamatan
Hi = amplitudo komponen pasut ke-i
gi = fasa komponen pasut ke-i
i = indeks yang menyatakan komponen pasut, i = 1, 2, ..., n
n = jumlah komponen pasut
Untuk memecahkan persamaan harmonik tersebut dapat digunakan metode
antara lain metode kuadrat terkecil.
Dalam analisis pasut dengan menggunakan metode kuadrat terkecil,
amplitudo dan fasa komponen dari persamaan harmonik pasut dihitung berdasarkan
data pengamatan terhadap kedudukan muka air dalam jangka waktu tertentu, denan
menggunakan komponen yang diketahui frekuensinya. Banyaknya komponen pasut
yang dapat diuraikan ebergantung kepada panjangnya data, semakin panjang data
pengamatan maka komponen pasut yang dapat dihasilkan akan semakin banyak.

2.2.4 Model Pasang Surut


Tinggi muka air merupakan akibat dari berbagai faktor dan dapat
direpresentasikan dengan persamaan model sebagai berikut.
ℎ(𝑡) = (ℎ0 + ℎ1 𝑡) + ∑𝑛𝑘=1 𝑅𝑘 cos(𝜔𝑘 𝑡 + 𝜑𝑘 ) (2.3)
Dengan t adalah waktu dalam satuan jam atau hari, h(t) = tinggi muka laut pada
waktu t, (h0 + h1t) = tinggi muka air rata-rata pada waktu t dengan h0 = tinggi muka
air pada t = 0 dan h1 = tren/gradien perubahan tinggi muka air persatuan waktu. Rk
dan φk adalah amplitudo dan fasa komponen harmonik ke-k, atau dikenal sebagai
komponen pasut, ωk adalah frekuensi harmonik pasut komponen ke-k.

2.2.5 Prinsip Metode Least Square


Jika ht adalah data pengamatan tinggi muka air pada waktu t dan h(t) adalah
prediksi tinggi muka air, dalam metode Least Square maka kuadrat dari selisih
antara pengamatan dan model harus minimal. Oleh karena itu
13

∑𝑛𝑘=1[ℎ𝑡 − ℎ(𝑡)]2 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑛𝑎𝑙 (2.4)


Persamaan (2.2) dapat dituliskan kembali ke dalam bentuk :
ℎ(𝑡) = (𝐻0 + 𝐻1 𝑡) + ∑𝑛𝑘=1 𝐴𝑘 cos(𝜔𝑘 𝑡) + ∑𝑛𝑘=1 𝐵𝑘 sin(𝜔𝑘 𝑡) (2.5)
dengan :
𝐵
H0 = h0, adalah parameter tren, sedangkan Rk = √𝐴2𝑘 + 𝐵𝑘2 , da, φk = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐴𝑘 )
𝑘

adalah komponen harmonik. Dalam hal ini Rk = fk Ak dan φk = (Vk + uk).


Agar kuadrat selisih pengamatan dan model minimal, maka turunan pertama
persamaan (2.4) terhadap H0, H1, Ak, dan Bk harus bernilai nol.

2.2.6 Analisis Tren


Analisis tren yang dimaksud untuk mencari komponen tren yang mungkin
terdapat dalam daata. Dalam analisis ini diasumsikan tren memenuhi persaman
linier, meskipun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Model yang digunakan
adalah persamaan garis lurus sebagai fungsi waktu :
𝑇(𝑡) = (𝐻0 + 𝐻1 𝑡) (2.6)
dengan H1 adalah gradien. Apabila nilai gradien H1 adalah nol, maka kita hanya
mendapatkan nilai rata-rata tinggi muka air h0.
Jika y1 adalah data pengamatan tinggi muka air secara seri waktu dengan
interval tetap dan T(t) adalah model tren tinggi muka air rata-rata, persamaan (2.7)
dapat diselesaikan dengan kriteria kuadrat terkecil (leastsquare) untuk
mendapatkan nilai H0 dan H1, sebagai berikut:
𝑆𝑟 = ∑𝑛𝑡=1[𝑦𝑡 − 𝑇(𝑡)]2 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 (2.8)
𝑆𝑟 = ∑𝑛𝑡=1[𝑦𝑡 − 𝐻0 − 𝐻1 𝑡]2 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 (2.9)
Maka akan diperoleh
𝜕𝑆𝑟
= 2 ∑𝑛𝑡=1(𝐻0 + 𝐻1 𝑡 − 𝑦𝑡 ) (2.10)
𝜕𝐻0
𝜕𝑆𝑟
= 2 ∑𝑛𝑡=1(𝐻0 + 𝐻1 𝑡 − 𝑦𝑡 )𝑡 (2.11)
𝜕𝐻1

Persamaan (2.8) dan (2.9) akan menjadi :


∑𝑛𝑡=1(𝐻0 + 𝐻1 𝑡) = ∑𝑛𝑡=1 𝑦𝑡 (2.12)
∑𝑛𝑡=1(𝐻0𝑡 + 𝐻1 𝑡 2 ) = ∑𝑛𝑡=1 𝑦𝑡 𝑡 (2.13)
14

∑1 ∑ 𝑡𝑖 ℎ ∑ 𝑦𝑖
[ ] 𝑥 [ 0] = [ ] (2.14)
∑ 𝑡𝑖 ∑ 𝑡𝑖2 ℎ1 ∑ 𝑦𝑖 𝑡1
Ini merupakan sistem persamaan linier yang berbentuk :
𝐴ℎ = 𝑏 (2.15)
∑1 ∑ 𝑡𝑖 ℎ0 ∑ 𝑦𝑖
Dengan 𝐴 = [ 2 ], ℎ = [ℎ ], dan 𝑏 = [∑ ]
∑ 𝑡𝑖 ∑ 𝑡𝑖 1 𝑦𝑖 𝑡1
Persamaan ini dapat diselesaikan dengan metode penyelesaian sistem
persamaan linier seperti metode eliminasi gauss.
Dengan memanfaatkan sifat perkalian matriks, maka matriks A dan b dapat
dinyatakan sebagai berikut :
1 𝑡1
𝐴 = 𝑋’𝑋, dan 𝑏 = 𝑋’𝑌, dengan 𝑋 = [ 1 𝑡2 ], 𝑌 = [𝑦1 𝑦2 − 𝑦𝑛 ] (2.16)
1 𝑡𝑛

Dengan menggunakan rekaman tinggi muka air dari pengukuran sebelumnya


dan diaplikasikan ada metode ini maka akan diperoleh nilai h0 dan h1.

2.2.7 Analisis Harmonik


Analisis harmonik dilakukan untuk memperoleh komponen harmonik yang
hadir dalam sinyal tinggi muka air. Jumlah komponen harmonik yang dianalisis
sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan dapat ditetapkan oleh analis sesuai
keperluan.
Penulisan kembali persamaan (2.4) sebagai model harmonik dan
mengurangkan komponen tren dari persamaan ini akan memberikan
𝐻(𝑡) = ∑𝑛𝑘=1 𝐴𝑘 cos(𝜔𝑘 𝑡) + ∑𝑛𝑘=1 𝐵𝑘 sin(𝜔𝑘 𝑡) (2.17)
apabila ht adalah yt – T(t) dimana yt adalah nilai tren pengamatan dan T(t) adalah
perhitungan tren, maka residu dapat diperoleh dengan formulasi:
𝑆𝑟 = ℎ𝑡 − 𝐻(𝑡) (2.18)
𝑆𝑟 = ℎ𝑡 − ∑𝑛𝑘=1 𝐴𝑘 cos(𝜔𝑘 𝑡) + ∑𝑛𝑘=1 𝐵𝑘 sin(𝜔𝑘 𝑡) (2.19)
Least square harus memenuhi kriteria :

𝑆𝑟 2 = [ℎ𝑡 − ∑𝑛𝑘=1 𝐴𝑘 cos(𝜔𝑘 𝑡) + ∑𝑛𝑘=1 𝐵𝑘 sin(𝜔𝑘 𝑡)]2 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 (2.20)


Oleh karena itu:
15

𝜕𝑆𝑟2 𝜕𝑆 2
= 0 dan 𝜕𝐵𝑟 = 0 (2.21)
𝜕𝐴𝑘 𝑘

Koefisien Ak dan Bk diperoleh melalui penyelesaian persamaan amtriks untuk


pendekatan leastsquare sebagai berikut:
[𝐴][𝐶] = [𝑏] (2.22)
Dalam hal ini [C] adalah vektor analisa numerik 2n x 1, [C] = [A1 B1 A2 B2...An Bn]
dengan [A] = [X]’[X] dan [b] = [X]’[Y] dimana
cos 𝜔1 𝑡1 sin 𝜔1 𝑡1 ⋯ cos 𝜔𝑛 𝑡1 sin 𝜔𝑛 𝑡1
𝑥[ ⋮ ⋱ ⋮ ] (2.23)
cos 𝜔1 𝑡𝑘 sin 𝜔1 𝑡𝑘 ⋯ cos 𝜔𝑛 𝑡𝑘 sin 𝜔𝑛 𝑡𝑘
Dengan [Y] = [h1 h2 h3 ... hn] yang berisi n buah data pengamatan setelah dikurangi
tren atau dikurangi nilai rata-ratanya (MSL).
Solusi ini dapat diselesaikan menggunakan metode penyelesaian sistem
persamaan linier dalam metode numerik, seperti metode eliminasi gauss. Hasilnya
adalah koefisien kosinus, Ak, dan sinus, Bk. Selanjutnya amplitudo dan fasa dapat
ditentukan berdasarkan persamaan berikut:
𝐵
𝑅𝑘 = √𝐴2𝑘 + 𝐵𝑘2 𝑑𝑎𝑛 𝜑𝑘 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( 𝑘 ) (2.24)
𝐴𝑘

(Supriyono, 2015)
BAB III
PELAKSANAAN PKL DAN PEMBAHASAN

3.1 Waktu Pelaksaan PKL


Kegiatan PKL berlangsung selama 46 hari yaitu dari tanggal 13 September
sampai 28 Oktober 2016, dengan jam kerja yang dimulai dari pukul 07.30 WITA
hingga pukul 16.00 WITA (jadwal kegiatan terlampir).

3.2 Deskripsi Lingkup Kerja


Data pasang surut yang didapatkan diinput ke dalam excel yang telah
terprogram sehingga mengeluarkan sebuah hasil (output) berupa grafik pasang
surut beserta nilai-nilai dari konstanta harmonik pasang surut yang kemudian
digunakan untuk menentukan tipe pasang surut yang terjadi di Teluk Balikpapan.

3.3 Hasil Pelaksaaan PKL


Berikut adalah contoh data pasang surut yang digunakan.
Tabel 3.1 Data pasang surut di Teluk Balikpapan (dalam meter)
Jam ke-
Hari Tanggal
0 1 2 . . . 21 22 23
1 1-Jan-16 1,200 0,800 0,600 . . . 2,100 2,000 1,700
2 2-Jan-16 1,300 1,000 0,800 . . . 1,900 1,800 1,700
3 3-Jan-16 1,400 1,200 1,000 . . . 1,600 1,700 1,600

. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .

30 30-Jan-16 0,800 0,500 0,500 . . . 2,100 1,900 1,500


31 31-Jan-16 1,000 0,700 0,500 . . . 1,900 1,800 1,500
* Sumber : DISHIDROS
** Data Terlampir

Dari keluaran yang didapat berikut grafik pasang surut pada bulan Januari
hingga Maret 2016 serta tabel dari konstanta harmonik pasang surut pada Teluk
Balikpapan

16
-1
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
-1
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5

-0.5
-0.5

0.5
1.5
2.5

-0.5
0
1
2
3

-1
1-Mar-16 1-Feb-16 1-Jan-16

MSL: 1.40

MSL: 1.40
2-Feb-16 2-Jan-16

MSL: 1.40
2-Mar-16
3-Mar-16 3-Feb-16 3-Jan-16
4-Mar-16 4-Feb-16 4-Jan-16
5-Mar-16 5-Feb-16 5-Jan-16
6-Mar-16 6-Feb-16 6-Jan-16
7-Mar-16 7-Jan-16
7-Feb-16
8-Mar-16 8-Jan-16
8-Feb-16
9-Mar-16 9-Jan-16
9-Feb-16
10-Mar-16 10-Jan-16
10-Feb-16 11-Jan-16
11-Mar-16
11-Feb-16 12-Jan-16
12-Mar-16
12-Feb-16 13-Jan-16
13-Mar-16
13-Feb-16 14-Jan-16
14-Mar-16
15-Mar-16 14-Feb-16 15-Jan-16
16-Mar-16 15-Feb-16 16-Jan-16
17-Mar-16 16-Feb-16 17-Jan-16
18-Mar-16 17-Feb-16 18-Jan-16
19-Mar-16 18-Feb-16 19-Jan-16
20-Mar-16 19-Feb-16 20-Jan-16
21-Mar-16 21-Jan-16
20-Feb-16
22-Mar-16 22-Jan-16
21-Feb-16
23-Jan-16
23-Mar-16 22-Feb-16
24-Jan-16
24-Mar-16 23-Feb-16 25-Jan-16
25-Mar-16 24-Feb-16 26-Jan-16
26-Mar-16 25-Feb-16 27-Jan-16
27-Mar-16
26-Feb-16 28-Jan-16
28-Mar-16

Gambar 3.1c Grafik Pasang Surut di Teluk Balikpapan bulan Maret 2016
27-Feb-16 29-Jan-16
Gambar 3.1a Grafik Pasang Surut di Teluk Balikpapan bulan Januari 2016

29-Mar-16

Gambar 3.1b Grafik Pasang Surut di Teluk Balikpapan bulan Februari 2016
28-Feb-16 30-Jan-16
30-Mar-16
29-Feb-16 31-Jan-16
31-Mar-16
1-Mar-16 1-Feb-16
1-Apr-16
17
18

Mengacu ke persamaan (2.4) , jika akan mencari 9 nilai konstanta harmonik


pasang surut, maka nilai yang akan dicari (parameter) ada 19 parameter yaitu nilai
Z0, A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9.
Kemudian nilai masing-masing Amplitudo dan Phase dihitung dengan
menggunakan persamaan (2.22).
Untuk melakukan perhitungan analisa konstanta harmonik pasang surut dengan
menggunakan metode least square digunakan 6 langkah, pada contoh perhitungan
ini digunakan data sepanjang 15 hari pada bulan Januari 2016 :
1. Input Data Pengamatan
Data pengamatan beserta tanggal pengamatan dimasukkan ke dalam tabel
seperti pada tabel 3.1

2. Data Konstanta`Harmonik Astronomis untuk 9 konstituen


Data periode dari 9 konstanta harmonik tersebut diubah menjadi kecepatan
satuan derajat/jam dengan persamaan
360
(3.1)
𝑇

Kemudian setelah didapatkan kecepatan satuan derajat/jam, nilai tersebut


diubah lagi menjadi kecepatan sudut dengan satuan radian/jam dengan
persamaan
𝜋
𝑋𝑥 (3.2)
180

Tabel 3.2 Nilai Periode Konstanta Astronomis Harmonik Pasang Surut


Periode ω ω
No Simbol Keterangan Constituent
(jam) (der/jam) (rad/jam)
0 Z0 Average water level
1 M2 12,421 28,984 0,506 Main lunar constituent
2 S2 12,000 30,000 0,524 Main solar constituent
semi Lunar constituent, due to
3 N2 12,658 28,440 0,496 diurnal Earth-Moon distance
Soli-lunar constituent, due to
4 K2 11,967 30,082 0,525
the change of declination
5 K1 23,935 15,041 0,263 Soli-lunar constituent
6 O1 25,819 13,943 0,243 diurnal Main lunar constituent
7 P1 24,066 14,959 0,261 Main solar constituent
19

8 M4 6,210 57,968 1,012 Main lunar constituent


quarterly
9 MS4 6,103 58,984 1,029 Soli-lunar constituent

3. Matrik Observasi (L)


Kemudian data yang telah diinput sebelumnya diurutkan seperti berikut

Tabel 3.3 Matrik Observasi


t Hari Jam Tanggal Elevasi (hti)
1 1 00.00 1 Januari 2016 1.20
2 2 01.00 2 Januari 2016 0.8
. . . . .
. . . . .
. . . . .
360 15 23.00 15 Januari 2016 2.60

4. Matrik Koefisien (A)


Tiap-tiap koefisien M2, S2, N2, K2, K1, O1, P1, M4, MS4, dipecah menjadi
parameter A dan B. Pada parameter An dihitung menggunakan persamaan
𝐴𝑛 = cos(𝜔𝑛 𝑡𝑖 ) (3.3)
Dan Bn dihitung menggunakan persamaan
𝐵𝑛 = − sin(𝜔𝑛 𝑡𝑖 ) (3.4)
Dimana i=1 hingga jumlah total data (pada contoh ini 360)
Untuk menghitung 19 parameter dibuat sebuah tabel berbentuk seperti berikut

Tabel 3.4 Matrik Koefisien


M2 S2 ... MS4
ti Z0
ω1 ω1 ω2 ω2 ... ω9 ω9
A1 B1 A2 B2 A9 B9
1 1 0.87475 -0,48457 0,86603 -0.5 ... 0,51527 -0,85703
2 1 0,53039 -0,84775 0.5 -0,86603 ... -0,46899 -0,8832
. . . . . . . . .
. . . . . . ... . .
. . . . . . . . .
360 1 0,99502 0,09969 1 2,156E-14 ... 0,99525 0,09734
20

5. Menghitung Nilai Parameter


Dengan menggunakan persamaan berikut
𝑍0
𝐴1
ℎ𝑡1 1 cos(𝜔1 𝑡1 ) − sin(𝜔1 𝑡1 ) … cos(𝜔9 𝑡1 ) − sin(𝜔9 𝑡1 ) 𝐵1
ℎ𝑡2 1 cos(𝜔1 𝑡2 ) − sin(𝜔1 𝑡2 ) … cos(𝜔9 𝑡2 ) − sin(𝜔9 𝑡2 ) 𝐴2
[ ]=[ ] (3.5)
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⋮ 𝐵2
ℎ𝑡360 1 cos(𝜔1 𝑡360 ) − sin(𝜔1 𝑡360 ) … cos(𝜔9 𝑡360) − sin(𝜔9 𝑡360 ) ⋮
𝐴9
[𝐵9 ]
Maka didapatkan sebuah persamaan berbentuk
𝑍0
𝐴1
1.20 1 0.87475 −0,48457 … 0,51527 −0,85703 𝐵1
0.80 1 0,53039 −0,84775 … −0,46899 −0,8832 𝐴2
[ ]=[ ] (3.6)
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⋮ 𝐵2
2.60 1 0,99502 0,09969 … 0,99525 0,09734 ⋮
𝐴9
[𝐵9 ]
Kemudian digunakan metode penyelesaian sistem persamaan linier untuk
mendapatkan nilai-nilai ke 19 parameter (Z0, A1, B1, A2, B2, ..., A9, B9),
sehingga didapatkan nilai seperti berikut

Tabel 3.5 Nilai Parameter

Parameter Nilai Parameter Nilai


Z0 1,402074 A6 0,076195
A1 0,373916 B6 -0,10433
B1 0,510608 A7 0,019615
A2 -0,36861 B7 0,087974
B2 0,276475 A8 0,021243
A3 -0,00807 B8 -0,00406
B3 -0,07364 A9 0,001451
A4 0,07277 B9 0,043752
B4 -0,04208 A6 0,076195
A5 0,010716 B6 -0,10433
B5 0,229966
21

6. Menghitung Amplitudo Dan Fase


Untuk menghitung Amplitudo konstanta dapat digunakan persamaan
𝑅𝑘 = √𝐴2𝑘 + 𝐵𝑘2 (3.7)
Sedangkan untuk menghitung fase digunakan persamaan
𝐵
𝜑𝑘 = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐴𝑘) (3.8)
𝑘

Lalu nilai dari fase tersebut diubah ke satuan radian/jam. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Amplitudo Dan Fase Konstanta Harmonik Pasang Surut
Parameter Amplitudo Fase Fase
No Konstanta
Z0 A B (meter) (der/jam) (rad/jam)
0 Z0 1,4021 1,4021
1 M2 0,3739 0,5106 0,6329 53,7848 0,9387
2 S2 -0,3686 0,2765 0,4608 143,1282 2,4981
3 N2 -0,0081 -0,0736 0,0741 263,7437 4,6032
4 K2 0,0728 -0,0421 0,0841 329,9624 5,7589
5 K1 0,0107 0,2300 0,2302 87,3320 1,5242
6 O1 0,0762 -0,1043 0,1292 306,1426 5,3432
7 P1 0,0196 0,0880 0,0901 77,4309 1,3514
8 M4 0,0212 -0,0041 0,0216 349,1714 6,0942
9 MS4 0,0015 0,0438 0,0438 88,1005 1,5376

Berikut adalah hasil perhitungan dari nilai konstanta harmonik pasang surut di
perairan Teluk Balikpapan selama bulan Januari hingga Maret 2016

Tabel 3.7 Tabel Konstanta Harmonik Pasang Surut


Amplitudo (m)
Bulan
MSL Semi Diurnal Diurnal Quaterly
(2016)
Z0 M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
Januari 1.4012 0.6303 0.4635 0.0748 0.0969 0.2469 0.1309 0.0768 0.0249 0.0430
Februari 1.4017 0.6336 0.4757 0.0751 0.1015 0.2198 0.1266 0.0771 0.0221 0.0384
Maret 1.4005 0.6334 0.4606 0.0701 0.0913 0.2394 0.1307 0.0888 0.0233 0.0431

Dimana :
Z0 = Nilai rata-rata permukaan air laut K1 = Deklinasi bulan dan matahari
M2 = Gravitasi bulan O1 = Deklinasi bulan
S2 = Gravitasi Matahari P1 = Deklinasi matahari
N2 = Perubahan jarak bulan ke bumi M4 = 2x kecepatan sudut M2
K2 = Perubahan jarak matahari ke bumi MS4 = Interaksi M2 dan S2 di
perairan dangkal
22

Dari nilai-nilai konstanta harmonik yang didapatkan bisa dilakukan beberapa


perhitungan seperti penentuan bilangan Formzahl untuk menentukan tipe pasang
surut dengan menggunakan persamaan (2.1) :
𝐾1 +𝑂1
𝐹= (3.9)
𝑀2 +𝑆2

Kemudian perhitungan muka air rencana untuk pengembangan dan pengelolaan


daerah pantai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut :
𝑀𝑆𝐿 = 𝑍0
𝑆0 = 𝑀2 + 𝑆2 + 𝑁2 + 𝐾2 + 𝐾1 + 𝑂1 + 𝑃1 + 𝑀4 + 𝑀𝑆4 )
𝐻𝐻𝑊𝐿 = 𝑍0 + 𝑆0
𝑀𝐻𝑊𝐿 = 𝑆0 + (𝑀2 + 𝑆2 )
𝐿𝐿𝑊𝐿 = 𝑍0 − (𝑀2 + 𝑆2 + 𝑁2 + 𝐾1 + 𝑂1 + 𝑃1 + 𝑀4 + 𝑀𝑆4 )
𝑀𝐿𝑊𝐿 = 𝑆0 − (𝑀2 + 𝑆2 )

Dimana :
F = Bilangan Formzahl
HHWL = Muka air tinggi tertinggi
MHWL = Rata-rata muka air tinggi
LLWL = Muka air rendah terendah
MLWL = Rata-rata muka air rendah

Contoh perhitungan :
𝐾 +𝑂
𝐹 = 𝑀1 +𝑆1
2 2
0.2469+0.1309
𝐹 = 0.6336+0.4635
𝐹 = 0.35

Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Chart Datum


Bulan HHWL MHWL LLWL MLWL
F MSL (m)
(2016) (m) (m) (m) (m)
Januari 0.35 1.4 3,1892 2,8819 -0,2899 0,6941

Februari 0.31 1.4 3,1715 2,8792 -0,2667 0,6605

Maret 0.34 1.4 3,1813 2,8749 -0,2890 0,6867


23

3.4 Pembahasan
Dilihat dari hasil perhitungan konstanta harmonik pasang surut secara manual
maupun program terdapat selisih perbedaan yang cukup kecil, hal ini membuktikan
bahwa hasil yang mendekati nilai yang sebenarnya.
Dari bulan Januari hingga Maret 2016 amplitudo yang didapatkan pada semua
nilai konstanta harmonik tidak terdapat perubahan yang signifikan, seperti contoh
konstanta harmonik semi-diurnal M2 didapatkan nilai sebesar 0.6306, 0.6336,
0.6334, dan pada nilai konstanta harmonik diurnal seperti K1 didapatkan angka
sebesar 0.2469, 0.2198, dan 0.2394.
Dari data pasang surut selama tiga bulan (Januari hingga Maret 2016)
didapatkan bilangan formzahl 0.31, 0.31, dan 0.34 yang berarti tipe pasang surut
yang terdapat diperairan Teluk Balikpapan adalah tipe campuran condong ke
harian ganda, dimana dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
tetapi dengan tinggi yang berbeda. Pada bulan Januari hingga Maret didapatkan
rata-rata permukaan air laut (MSL) yang sama yaitu 1.4 m
Pada bulan Januari terdapat pasang tertinggi 3.1892 m dengan nilai rata-rata
pasang disekitar 2.8819 m, sedangkan pada saat surut muka air terendah adalah -
0.2899 m dengan rata-rata surut 0.6941 m. Sehingga didapatkan tunggang pasut
sebesar 3.4791 m. Pasang tertinggi dan surut terendah terjadi pada saat purnama
yaitu sekitar tanggal 11-13 dan 25-27 Januari.
Pada bulan Februari purnama puncak terjadi pada tanggal 9-11 dan 22-24
sehingga terjadi pasang tertinggi dan surut terendah pada tanggal tersebut, dengan
tunggang pasut sebesar 3.4382 m dengan pasang tertinggi sebesar 3.1715 m dan
surut terendah sebesar -0.2667 m, sedangkan rata-rata muka air pada saat pasang
sekitar 2.8792 m dan rata-rata muka air surut sebesar 0.6605 m.
Sedangkan bulan Maret memiliki rata-rata muka air pasang sebesar 2.8749 m
dan rata-rata muka air pada saat surut sebesar 0.6967 m. dengan muka air saat
pasang tertinggi sebesar 3.1813 m dan muka air pada saat surut terendah sebesar -
0.2890 m didapatkan tunggang pasut sebesar 3.4703 m. Tunggang pasut yang
dihitung menggunakan chart datum berkisar di angka 3.4 m, sedangkan bila
24

dihitung dari data observasi maka tunggang pasang surut yang didapatkan berkisar
antara 2.4 m.
Hasil yang didapatkan ini bisa digunakan untuk berbagai macam bidang seperti:
a. Pembuatan jaring apung (keramba), data tunggang pasut dapat digunakan
untuk mengetahui panjang toleransi tali yang dibutuhkan untuk keramba
pada saat pasang dan surut.
b. Transportasi, dapat digunakan sebagai acuan untuk kapal saat ingin
bersandar ke dermaga sehingga tidak karam.
c. Infrastruktur, dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan pelabuhan
serta bangunan pinggir pantai (pesisir) lainnya.
d. Batas wilayah, Teluk Balikpapan berbatasan langusng dengan kota
Balikpapan di bagian utara dan Penajam di bagian selatan, data pasang
surut tersebut bisa digunakan untuk pembuatan peta batas wilayah pada
kedua daerah tersebut.
e. Pembuatan peta co-range pasang surut, peta co-range pasang surut adalah
sebuah peta yang menggambarkan sebuag garis imajiner elevasi pasang
surut yang sama pada suatu daerah.
f. Penelitian lebih lanjut, jika digabungkan dengan data yang lain seperti
angin, batimetri, arus, kualitas air, sedimen, kecerahan, salinitas, dan yang
lain, maka dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Teluk Balikpapan
untuk berbagai macam keperluan dan bidang.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Terdapat 9 konstanta harmonik yang terurai dari data yang pasang surut bulan
Januari hingga Maret yaitu MSL (Z0), kemudian komponen semi diurnal (M2, S2,
N2, dan K2), lalu komponen diurnal (K1, 01, dan P1), dan yang terakhir komponen
quaterly (M4 dan MS4). Tidak terdapat perubahanyang signifikan pada nilai-nilai
kosntanta harmonik yang didapat selama tiga bulan tersebut. Pasang surut yang
terjadi di Teluk Balikpapan merupakan pasang surut campuran condong ke harian
ganda dimana pada satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan
elevasi yang berbeda antara pasang surut pertama dan kedua dengan nilai MSL
sebesar 1.4 m. Tunggang pasut (jarak antara surut terendah dan pasang tertinggi)
jika menggunakan data observasi maka didapatkan nilai sebesar 2.4 m, sedangkan
jika menggunakan chart datum didapatkan nilai sebesar 3.4 m. Hasil yang
didapatkan dapat diolah dengan data lain yang berguna untuk keperluan berbagai
bidang dan keperluan yang beraktifitas di perairan Teluk Balikpapan.

4.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal sebaiknya data pasang surut
yang digunakan lebih panjang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Sahala. & Stewart M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta :


UI Press

Poerbondono, Nat. & Eka Djunarsjah. 2005. Survei Hidrografi. Bandung : PT.
Refika Aditama.

Pratama, Aditya Dendi., Elis Indrayanti., & Gentur Handoyo. 2015. Peramalan
Pasang Surut di Perairan Pelabuhan Kuala Stabas, Krui, Lampung
Barat. Jurnal Oseanografi. Volume 4, Nomor 2.

Rampengan, Royke M. 2013. Amplitudo Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1, dan
O1 Di Perairan Sekitar Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
Platax. Volume 1, Nomor 3

Rizkiyah., Denny Nugroho S., & Purwanto. 2016. Studi Pola Sebaran Panas PT.
Pertamina UP V Balikpapan di Perairan Kampung Baru, Teluk
Balikpapan. Buletin Oseanografi Marina. Volume 5, Nomor 1.

Supriyono. 2015. Analisa Dan Perhitungan Prediksi Pasang Surut Menggunakan


Metode Admira;Ty Dan Metode Leastsquare (Studi Kasus Perairan
Tarakan Dan Balikpapan). Jurnal Chart Datum. Volume 1

Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Jogjakarta : Beta Offset.


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai