Anda di halaman 1dari 13

MATERI BAHASAN

MATERI DISKUSI TENTANG ETIKA DALAM PELAPORAN KEUANGAN

KELOMPOK 11/B-AKUNTANSI

DISUSUN OLEH:

1. FITRI YULIA R. (1513010060)


2. PUSPITA AJENG P. (1513010075)
3. INTAN PUTRI CAHYA N. (1513010130)
4. ARIFAH AZIMATUN N. (1513010143)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2018
ETIKA DALAM PELAPORAN KEUANGAN

Latar Belakang

Perusahaan dalam melakukan aktivitas bisnisnya tidak dapat terlepas dari laporan keuangan
yang merupakan sumber informasi sangat penting dan diperlukan oleh para pelaku bisnis.
Akuntan mempunyai tugas dan wewenang dalam menyediakan sumber informasi yang dapat
dipercaya kepada stakeholders. Laporan keuangan merupakan produk dari proses tahapan
akuntansi yang merupakan informasi yang dihasilkan dari internal perusahaan, dan keberadaan
objektivitasnya perlu diragukan. Harus ada pihak eksternal perusahaan (independen) yang
mempunyai hak dalam menilai dan menentukan kewajaran laporan keuangan itu, yaitu melalui
pendapat (opini) akuntan.

Nilai – nilai etika dan kepatuhan terhadap kode etik profesional sangat penting dalam profesi
akuntansi. Lingkungan yang kompetitif dalam profesi, kompleksitas dan ukuran dari banyak
transaksi keuangan menciptakan banyak celah untuk melakukan kesalahan yang tidak etis.
Yulianti (2005) menyebutkan bahwa laporan keuangan menjadi media penting bagi para manajer
untuk menginformasikan posisi keuangan kepada pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan
cenderung menginginkan laba perusahaan meningkat sehingga mendorong manajer untuk
berperilaku tidak etis. Perilaku tidak etis disebabkan adanya asimetri informasi (information
asimetri) dimana pihak manajer sebagai penyaji laporan keuangan dalam hal ini memiliki
informasi yang lebih dibandingkan pemilik dan pemakai laporan keuangan lainnya sehingga
manajer cenderung melakukan konsep manajemen laba (earning management), bahkan meminta
bantuan akuntan untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat memenuhi syarat kewajaran
tanpa pengecualian. Sudah barang tentu pihak perusahaan menginginkan agar informasi yang
tidak memberikan dampak yang baik bagi perusahaan tidak disajikan dalam laporan. Sebaliknya
informasi yang dapat menguntungkan perusahaan harus disajikan dalam laporan, bahkan jika
perlu dibuat supaya ada. Sehingga Perilaku etis diperlukan dalam pelaporan keuangan.

IAI dan Pernyataan Standar Keuangan

Di Indonesia, praktik akuntansi menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang


terdiri atas beberapa pernyataan standar akuntansi keuangan yang merupakan produk Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Persyaratan pengungkapan yang harus dilakukan oleh akuntan harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yang berisi tentang pernyataan-pernyataan
standar keuangan.

Salah satu standar pelaporan yang harus dipenuhi oleh akuntan bahwa ada pengungkapan
informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laporan akuntan (PSA No. 10). Pernyataan dalam PSA No. 10 ini berlaku bagi akuntan dalam
rangka melaksanakan pekerjaan auditnya. Sedangkan para akuntan yang tidak dalam suatu
pekerjaan audit, tetapi memberikan jasa akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, maka
standar yang digunakan berlaku sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Seperti Pernyataan SAK No. 7, yang menyatakan perlunya pengungkapan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan
pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dan masih banyak lagi pengungkapan-
pengungkapan yang diatur dalam pernyataan-pernyataan standar akuntansi.

Praktik akuntansi yang dilakukan oleh akuntan juga diatur dalam suatu etika tersendiri, dan
ini dikenal dengan nama Kode Etik. Dalam kode etik dijelaskan bahwa aktivitas pekerjaan yang
dijalankan oleh akuntan dilandasi oleh aturan-aturan etika moral.

Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, kata sifat dari ethos yang artinya perilaku.
Solomon (1984) yang dikutip dari Media Akuntansi menyatakan istilah etika mengandung arti
sifat individu yang baik. Ini berarti suatu aturan sosial yang mengarahkan dan membatasi tingkah
laku seseorang, khususnya menyangkut suatu yang baik dan buruk. Sedangkan Beauchamp dan
Bowie (1993), menyatakan etika secara umum merupakan sistem yang berhubungan dengan
suatu yang benar dan yang salah, juga yang seharusnya dilakukan dan tidak. Menurutnya dan
juga Murphy dan Laczniak yang dikutip dari Media Akuntansi (1981), secara umum teori etika
dapat diklasifikasikan menjadi dua macam teori. Pertama, teori deontologi, menitik beratkan
pada tindakan-tindakan tertentu atau perilaku-perilaku dari seorang individu. Pendekatannya
kepada kebenaran yang mendasar dari sebuah tindakan. Kedua, teori teleologi, lebih menitik
beratkan pada konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan atau perilaku tertentu. Dasar
pendekatannya berupa jumlah kebaikan atau keburukan yang terdapat dalam konsekuensi suatu
tindakan.

Secara umum etika dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
membicarakan mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk
bertindak secara etis. Etika umum sebagai ilmu atau filsafat moral dapat dianggap sebagai etika
moral. Sedangkan etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika khusus memberi aturan sebagai pegangan, pedoman
dan orientasi praktis bagi setiap orang dalam kehidupan dan kegiatan khusus tertentu yang
dijalani dan dijalankannya. Etika khusus dibagi menjadi tiga yaitu etika individual, etika sosial,
dan etika lingkungan hidup. Etika individual lebih menekankan kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang secara khusus relevan dalam etika ini adalah
prinsip integritas. Etika sosial menekankan pada kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya. Etika lingkungan hidup
merupakan cabang khusus yang berbicara mengenai hubungan antara manusia baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam totalitasnya,
dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya yang berdampak
langsung atau tidak langsung pada lingkungan hidup secara keseluruhan.

Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04) mengemukakan bahwa:

“Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis
yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan.”

Isi Laporan keuangan terdiri dari:

1. Neraca
Neraca menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada
jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan.

Menurut harahap (2007:107) mengemukakan bahwa:


“Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan.
Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan
ini disusun setiap saat dan merupakan opname situasi keuangan pada saat itu.”

Dalam penyajiannya neraca dapat dibagi dalam 3 bentuk, menurut Harahap (2002:75)
bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

a. Bentuk Neraca Staffel (Refort Form)


Neraca ini dilaporkan satu halaman bertikal. Disebelah atas dicantumkan total
aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.

b. Bentuk Neraca Skontro (Account Form)


Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban serta modal ditempatkan di
sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah-menyebelah.

c. Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)


Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk
sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-
tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui
modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi
utang jangka panjang, maka akan diperoleh model pemilik.

2. Laporan laba rugi


Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban-beban dari
satu kesatuan usaha suatu perusahaan untuk satu periode tertentu. Laporan laba rugi juga
merupakan tujuan utama untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan dalam suatu
periode tertentu. Hasil akhir dari suatu laporan laba rugi adalah keuntungan bersih atau
kerugian. Kemudian bila perusahaan tidak membagi deviden, maka seluruh hasil akhir
tersebut menjadi laba ditahan. Tetapi bila perusahaan membagi deviden, maka hasil akhir
tersebut terlebih dahulu dikurangi dengan deviden untuk memperoleh nilai laba ditahan.

3. Laporan Perubahan Ekuitas


Menurut Rivai, Veithzal dan Idroes (2007:619) mengemukakan bahwa:
“Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan perubahan saldo
akun ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal disetor, laba yang ditahan dan akun
ekuitas lainnya.”

4. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat
dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang bersangkutan.
Menurut Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa:

“Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Laporan arus
kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi
berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.”

5. Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan berisi informasi yang tidak dapat diungkapkan dalam
keempat laporan keuangan di atas, yang mengungkapkan seluruh prinsip, prosedur, metode,
dan teknik yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut.

Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)

Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan yang ditambah dengan informasi-informasi


lain yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan
oleh sistem akuntansi keuangan, seperti informasi tentang sumber daya perusahaan, earnings,
current cost, informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan bagian integral dengan
tujuan untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup.

Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objective of Financial Reporting by Business Enterprises,


tujuan pelaporan keuangan adalah:

a. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial
lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit
dan keputusan lain yang sejenis.
b. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial
lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek
penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau
jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada
perusahaan.
c. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan
perubahannya.

Rumusan tujuan pelaporan keuangan tersebut, berkaitan dengan aspek-aspek sebagai


berikut:

a) Informasi yang berguna untuk keputusan kredit dan investasi.


b) Informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas.
c) Informasi tentang alokasi sumber daya ekonomi, klaim dan perubahannya.

Dalam paragraf berikutnya SFAC mengemukakan bahwa pelaporan harus menyajikan


tentang kinerja dan earnings dari satu kesatuan usaha tersebut, yaitu:

1. Pelaporan harus menyediakan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan (financial


performance) selama suatu periode tertentu.
2. Pelaporan kinerja keuangan tersebut berguna untuk mengukur earning power dengan
seluruh komponennya, karena para pengguna sangat berkepentingan atas prospek
penerimaan kas bersih dari perusahaan.
3. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi, bagaimana manajemen perusahaan
mempertanggungjawabkan kepada para stakeholders-nya atas pengelolaan sumber daya
ekonomi yang telah dipercayakan kepada manajemen.

Sementara itu, bagi organisasi nirlaba (nonbisnis) tujuan pelaporan keuangan akan berbeda
dengan pelaporan keuangan untuk perusahaan bisni. Perbedaan tujuan tersebut dikarenakan
karakteristik organisasi yang berbeda. Berikut adalah karakteristik dari organisasi nonbisnis,
antara lain:

1) Tidak terdapatnya indikator kinerja seperti pada perusahaan bisnis.


2) Tujuannya tidak mencari keuntungan.
3) Jumlah sumber daya yang diterima dari penyedia sumber daya, maka penyedia sumber daya
tersebut tidak berharap menerima pembayaran atau manfaat ekonomi dari sumber daya yang
diberikannya.
4) Hak kepemilikan tidak dapat dijual, ditransfer atau ditebus, atau tidak terdapat hak untuk
memperoleh bagian distribusi sumber daya residual ketika organisasi tersebut dilikuidasi.

Contoh organisasi nirlaba adalah yayasan sosial, lembaga swadaya masyarakat (LSM), non-
government organization (NGO), universitas, unit pemerintahan pusat dan daerah, dan organisasi
keagamaan. Pengguna informasi dari organisasi nirlaba, diantaranya:

1. Penyandang dana dan pemberi kontribusi.


2. Anggota dari organisasi tersebut yang memperoleh manfaat dari jasa yang diberikan oleh
organisasi tersebut.
3. Badan pengawas yang mengatur dan bertangungjawab dalam menyusun kebijakan dari
organisasi tersebut.
4. Manajer yang mengelola organisasi tersebut. (Yadiati, 2007:53)

Statement of Financial Accounting Concepts (SPAC) mengemukakan bahwa tujuan


pelaporan keuangan organisasi nonbisnis sebagai berikut:

a. Memberikan informasi yang berguna kepada pengguna dalam mengambil keputusan


rasional tentang alokasi sumber daya dalam organisasi.
b. Memberikan informasi yang berguna bagi penyedia sumber daya dalam menilai jasa yang
diberikan dalam oleh organisasi nonbisnis dan kemampuannya untuk meneruskan
penyediaan jasa tersebut.
c. Memberikan informasi yang berguna untuk menilai pekerjaan manajemen dan kinerja
manajer organisasi nonbisnis dalam melaksanakan tugasnya, seperti akuntabilitasnya.
d. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, penggunaan sumber daya,
(aktivitas organisasi), atau sumber daya bersih dari organisasi nonbisnis tersebut.

Etika dalam Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang


dibebankan sehingga menghasilkan informasi bagi pihak-pihak terkait. Etika menggambarkan
prinsip moral atau peraturan perilaku individu atau kelompok individu yang mereka akui. Etika
ini berlaku ketika seseorang harus mengambil keputusan dan beberapa alternatif menyangkut
prinsip moral.

Laporan keuangan tersebut dibuat manajemen bertujuan untuk memberikan informasi


tentang posisi laporan keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Pengguna laporan keuangan tersebut antara lain
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lain, pelanggan, pemerintah,
dan masyarakat yang berkepentingan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi asset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan arus kas.

Etika Dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan
yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim, dan di Indonesia prinsip
akuntansi disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Unsur penyajian laporan keuangan yang layak
terdiri dari empat kategori, yaitu:

a. Misstate (kecenderungan untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan)

Kecenderungan bagi setiap perusahaan di Indonesia yang sering mengalami kesulitan


dalam menyajikan laporan keuangan yang baik dan sesuai dengan standar akuntansi
merupakan sesuatu problematika tersendiri. Dan hal ini merupakan sesuatu kondisi yang ada
korelasinya memiliki keterkaitan antara penyusunan laporan keuangan dan sikap serta
perilaku baik para penyaji maupun penggunanya.

Hal ini memunculkan semacam kode etik yang terbentuk secara prosedural dan
sistematis yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwewenang, yaitu IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia). Namun demikian masih terdapat perbedaan-perbedaan persepsi tentang
penyajian laporan keuangan yang terbentuk dari sikap dan perilaku masing-masing individu.
Oleh karena itu sifat manusia yang cenderung memiliki ketidakterikatan tentang suatu
pemikiran. Bahkan di dalam naungan perusahaan yang sama pun akan terjadi perbedaan
sikap dan persepsi diantara individu-individu yang berkepentingan terhadap penyajian
laporan keuangan.

b. Disclosure (Pengungkapan Laporan Keuangan)

Laporan keuangan merupakan komponen sentral dari pelaporan keuangan dan


memegang peran penting dalam mengkomunikasikan efek dari bergbagai transaksi serta
kejadian-kejadian ekonomi lain bagi para pengambil keputusan. Untuk itu laporan keuangan
harus dapat menyediakan informasi mengenai perusahaan dan operasinya kepada pihak yang
berkepentingan sebagai basis dalam pengambilan keputusan yang disajikan secara bervariasi
sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang tercakup. Variasi tersebut antara lain meliputi
informasi mengenai laba atau rugi terhadap investasi untuk mengidentifikasikan hubungan-
hubungan informasi tersebut, maka diperlukan analisis data yang dingkapkan dalam
perhitungan laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan
tersebut sebagai komponen laporan keuangan.

c. Cost & Benefit (beban persahaan untuk melakukan pengungkapan)

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi


selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan itu sendiri dibuat oleh pihak
manajemen yang memiliki tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan sehingga menghasilkan informasi bagi pihak-pihak terkait. Adanya laporan
keuangan sangat membantu setiap pihak yang berkepentingan demi mencapai tujuan.
d. Responsibility (tanggung jawab dalam penyajian laoran keuangan yang informatif bagi
penggunanya)

Menurut IAI, Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan informasi dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan menyediakan informasi
non keuangan.

Pihak manajemen harus bertanggung jawab atas apa yang dilaporkan dalam laporan
keuangan artinya pihak manajemen harus membuat laporan itu sesuai dengan kenyataan
sebenarnya sehingga laporan keuangan itu memberikan informasi yang dapat dipercaya bagi
penggunanya.

Pengungkapan Laporan Keuangan dan Etika Akuntan


Dalam praktek, para akuntan mengetahui dan bahkan menyadari, bahwa mereka dikendalikan
oleh suatu etika yang dapat menyatakan benar atau salah melanggar moral. Sudah sepantasnya
akuntan tidak melakukan atau menghindari pengungkapan yang berlebihan yang dapat
merugikan pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pengungkapan yang wajar,
tidak menyembunyikan informasi penting yang sebenarnya harus diungkapkan dan tidak
mengungkapkan informasi yang baik-baik, yang sebenarnya tidak sesuai kenyataan yang ada
(window dressing). Tindakan para akuntan yang melanggar etika, tindakan yang semestinya tdak
dibenarkan secara moral dan memberikan akibat yang tidak baik bagi masyarakat.
Jika ditinjau dari teori deontologi, tindakan yang dilakukan akuntan memberikan sejumlah
kebaikan yang dirasakan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kant, bahwa suatu
tindakan itu dianggap benar kalau orang lain mengehendaki tindakan itu. Akuntan dihadapkan
pada suatu pilihan, disatu pihak kewajiban untuk mengatakan yang benar (kejujuran) dengan
tidak melakukan tindakan pengungkapan yang tidak semestinya, dilain pihak pilihan untuk
melindungi dirinya, hidupnya dan bahkan juga nasib istri dan anak-anaknya.
Sementara dari teori teleologi lebih menitik beratkan pada konsensus-konsensus dari
tindakan atau perilaku tertentu. Menurut teori ini tindakan para akuntan dalam pengungkapan itu
dapat dibenarkan, karena mendatangkan kebaikan bagi perusahaan. Tetapi bagi masyarakat
secara umum (pihak-pihak yang berkepentingan) tindakan yang dilakukan akuntan ini justru
malah merugikan.
Seseorang cenderung mempunyai persepsi-persepsi yang berbeda-beda tentang situasi yang
mempunyai muatan etika dan biasanya mereka akan menggunakankerangka berpikir yang
berbeda-beda dalam pengambilan keputusan. Semuanya dikembalikan kepada individu pelaku
bisnis. Meskipun semua perangkat standar telah diciptakan (dibuat) termasuk kode etik (etika
moral) untuk mengatur jalannya suatu bisnis atau profesi, tetapi masyarakat berhak menilai dan
memilih perusahaan-perusahaan atau khususnya pelaku bisnis yang menurut mereka dapat
menjadi mitra bisnsis karena dijalankan dengan menjunjung tinggi etika moral, mempunyai visi
jangka panjang ke depan. Hal ini seiring dengan terjadinya perubahan global yang begitu cepat
dan meuju pada ketertiban dan keteraturan yang memaksa dunia untuk merubah aktivitasnya
yang dinilai tidak etis.
DAFTAR PUSTAKA
Budiwitjaksono, Gideon S, “Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan Suatu Tinjauan Etika
Akuntan”, Jurnal Akuntansi Krida Wacana. September-Desember 2001, Vol 1 No 2

http://gibran-de-leonardo.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-laporan-keuangan.html diakses
pada 2 Mei 2018 pukul 20.50 WIB

http://fendyalfarisy.blogspot.co.id/2011/01/etika-dalam-laporan-keuangan.html diakses pada 2


Mei 2018 pukul 20.53 WIB

Anda mungkin juga menyukai