KELOMPOK 11/B-AKUNTANSI
DISUSUN OLEH:
2018
ETIKA DALAM PELAPORAN KEUANGAN
Latar Belakang
Perusahaan dalam melakukan aktivitas bisnisnya tidak dapat terlepas dari laporan keuangan
yang merupakan sumber informasi sangat penting dan diperlukan oleh para pelaku bisnis.
Akuntan mempunyai tugas dan wewenang dalam menyediakan sumber informasi yang dapat
dipercaya kepada stakeholders. Laporan keuangan merupakan produk dari proses tahapan
akuntansi yang merupakan informasi yang dihasilkan dari internal perusahaan, dan keberadaan
objektivitasnya perlu diragukan. Harus ada pihak eksternal perusahaan (independen) yang
mempunyai hak dalam menilai dan menentukan kewajaran laporan keuangan itu, yaitu melalui
pendapat (opini) akuntan.
Nilai – nilai etika dan kepatuhan terhadap kode etik profesional sangat penting dalam profesi
akuntansi. Lingkungan yang kompetitif dalam profesi, kompleksitas dan ukuran dari banyak
transaksi keuangan menciptakan banyak celah untuk melakukan kesalahan yang tidak etis.
Yulianti (2005) menyebutkan bahwa laporan keuangan menjadi media penting bagi para manajer
untuk menginformasikan posisi keuangan kepada pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan
cenderung menginginkan laba perusahaan meningkat sehingga mendorong manajer untuk
berperilaku tidak etis. Perilaku tidak etis disebabkan adanya asimetri informasi (information
asimetri) dimana pihak manajer sebagai penyaji laporan keuangan dalam hal ini memiliki
informasi yang lebih dibandingkan pemilik dan pemakai laporan keuangan lainnya sehingga
manajer cenderung melakukan konsep manajemen laba (earning management), bahkan meminta
bantuan akuntan untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat memenuhi syarat kewajaran
tanpa pengecualian. Sudah barang tentu pihak perusahaan menginginkan agar informasi yang
tidak memberikan dampak yang baik bagi perusahaan tidak disajikan dalam laporan. Sebaliknya
informasi yang dapat menguntungkan perusahaan harus disajikan dalam laporan, bahkan jika
perlu dibuat supaya ada. Sehingga Perilaku etis diperlukan dalam pelaporan keuangan.
Salah satu standar pelaporan yang harus dipenuhi oleh akuntan bahwa ada pengungkapan
informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laporan akuntan (PSA No. 10). Pernyataan dalam PSA No. 10 ini berlaku bagi akuntan dalam
rangka melaksanakan pekerjaan auditnya. Sedangkan para akuntan yang tidak dalam suatu
pekerjaan audit, tetapi memberikan jasa akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, maka
standar yang digunakan berlaku sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Seperti Pernyataan SAK No. 7, yang menyatakan perlunya pengungkapan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan
pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dan masih banyak lagi pengungkapan-
pengungkapan yang diatur dalam pernyataan-pernyataan standar akuntansi.
Praktik akuntansi yang dilakukan oleh akuntan juga diatur dalam suatu etika tersendiri, dan
ini dikenal dengan nama Kode Etik. Dalam kode etik dijelaskan bahwa aktivitas pekerjaan yang
dijalankan oleh akuntan dilandasi oleh aturan-aturan etika moral.
Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, kata sifat dari ethos yang artinya perilaku.
Solomon (1984) yang dikutip dari Media Akuntansi menyatakan istilah etika mengandung arti
sifat individu yang baik. Ini berarti suatu aturan sosial yang mengarahkan dan membatasi tingkah
laku seseorang, khususnya menyangkut suatu yang baik dan buruk. Sedangkan Beauchamp dan
Bowie (1993), menyatakan etika secara umum merupakan sistem yang berhubungan dengan
suatu yang benar dan yang salah, juga yang seharusnya dilakukan dan tidak. Menurutnya dan
juga Murphy dan Laczniak yang dikutip dari Media Akuntansi (1981), secara umum teori etika
dapat diklasifikasikan menjadi dua macam teori. Pertama, teori deontologi, menitik beratkan
pada tindakan-tindakan tertentu atau perilaku-perilaku dari seorang individu. Pendekatannya
kepada kebenaran yang mendasar dari sebuah tindakan. Kedua, teori teleologi, lebih menitik
beratkan pada konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan atau perilaku tertentu. Dasar
pendekatannya berupa jumlah kebaikan atau keburukan yang terdapat dalam konsekuensi suatu
tindakan.
Secara umum etika dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
membicarakan mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk
bertindak secara etis. Etika umum sebagai ilmu atau filsafat moral dapat dianggap sebagai etika
moral. Sedangkan etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika khusus memberi aturan sebagai pegangan, pedoman
dan orientasi praktis bagi setiap orang dalam kehidupan dan kegiatan khusus tertentu yang
dijalani dan dijalankannya. Etika khusus dibagi menjadi tiga yaitu etika individual, etika sosial,
dan etika lingkungan hidup. Etika individual lebih menekankan kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang secara khusus relevan dalam etika ini adalah
prinsip integritas. Etika sosial menekankan pada kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya. Etika lingkungan hidup
merupakan cabang khusus yang berbicara mengenai hubungan antara manusia baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam totalitasnya,
dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya yang berdampak
langsung atau tidak langsung pada lingkungan hidup secara keseluruhan.
Laporan Keuangan
“Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis
yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan.”
1. Neraca
Neraca menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada
jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan.
Dalam penyajiannya neraca dapat dibagi dalam 3 bentuk, menurut Harahap (2002:75)
bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
“Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Laporan arus
kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi
berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.”
a. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial
lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit
dan keputusan lain yang sejenis.
b. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial
lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek
penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau
jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada
perusahaan.
c. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan
perubahannya.
Sementara itu, bagi organisasi nirlaba (nonbisnis) tujuan pelaporan keuangan akan berbeda
dengan pelaporan keuangan untuk perusahaan bisni. Perbedaan tujuan tersebut dikarenakan
karakteristik organisasi yang berbeda. Berikut adalah karakteristik dari organisasi nonbisnis,
antara lain:
Contoh organisasi nirlaba adalah yayasan sosial, lembaga swadaya masyarakat (LSM), non-
government organization (NGO), universitas, unit pemerintahan pusat dan daerah, dan organisasi
keagamaan. Pengguna informasi dari organisasi nirlaba, diantaranya:
Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan
yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim, dan di Indonesia prinsip
akuntansi disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Unsur penyajian laporan keuangan yang layak
terdiri dari empat kategori, yaitu:
Hal ini memunculkan semacam kode etik yang terbentuk secara prosedural dan
sistematis yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwewenang, yaitu IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia). Namun demikian masih terdapat perbedaan-perbedaan persepsi tentang
penyajian laporan keuangan yang terbentuk dari sikap dan perilaku masing-masing individu.
Oleh karena itu sifat manusia yang cenderung memiliki ketidakterikatan tentang suatu
pemikiran. Bahkan di dalam naungan perusahaan yang sama pun akan terjadi perbedaan
sikap dan persepsi diantara individu-individu yang berkepentingan terhadap penyajian
laporan keuangan.
Menurut IAI, Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan informasi dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan menyediakan informasi
non keuangan.
Pihak manajemen harus bertanggung jawab atas apa yang dilaporkan dalam laporan
keuangan artinya pihak manajemen harus membuat laporan itu sesuai dengan kenyataan
sebenarnya sehingga laporan keuangan itu memberikan informasi yang dapat dipercaya bagi
penggunanya.
http://gibran-de-leonardo.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-laporan-keuangan.html diakses
pada 2 Mei 2018 pukul 20.50 WIB