Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PARA FRASE

A. KASUS A

Masalah emosi dan perilaku pada anak dan remaja merupakan masalah yang cukup serius karena
berdampak terhadap perkembangan, serta menimbulkan penurunan produktivitas. Satu setengah juta anak dan
remaja di Amerika Serikat dilaporkan oleh orang tuanya memiliki masalah emosional, perkembangan dan perilaku
yang persisten. Sebanyak 41% orang tua di Amerika Serikat merasa khawatir anaknya mengalami kesulitan
belajar dan 36% khawatir mengalami gangguan depresi dan ansietas (Blanchard, Gurka, Blackman, 2008). Negara
maju seperti Singapura 12,5% remaja memiliki masalah emosi dan perilaku (Woo, et al, 2007). Salah satu
penyebabnya adalah kehidupan dan pergaulan di kota besar yang penuh dengan tekanan dan tuntutan bagi
pertumbuhan dan perkembangan remaja (Jochen & Patti, 2016). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
ditemukan 1,6% dari penduduk Jawa Barat mengalami gangguan jiwa berat, sementara gangguan mental
emosional pada penduduk Jawa Barat mencapai 9,3% melampaui prevalensi secara nasional (6%) (Riskesdas,
2013). Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15 -22 % remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya
kurang dari 20 % (Kusumawati & Hartono, 2011). Tingginya angka gangguan psikososial pada remaja perlu
menjadi perhatian.

B. KASUS B
Alat pengumpul data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah diri peneliti sendiri serta alat perekam suara
digital (digital voice recorder) berkapasitas 32 GB, pedoman wawancara dan catatan lapangan. Alat perekam yang
digunakan adalah MP4 yang dilengkapi dengan fitur kontrol suara. Alasan penggunaan alat ini adalah kualitas
suara jernih, jelas dan mudah dalam pengoperasiannya baik saat proses perekaman maupun saat pemutaran
ulang untuk dibuat naskah transkrip (Polit & Beck, 2012). Validitas alat perekam dilakukan dengan melakukan tes
alat perekam dengan merekam suara peneliti dan partisipan sebelum proses penelitian dimulai. Tes yang
dilakukan termasuk suara, volume, memastikan ketersediaan kapasitas memori penyimpanan data dan
memastikan daya baterai.
Peneliti menggunakan panduan wawancara berupa pedoman wawancara yang disusun berdasarkan tujuan
penelitian. Panduan ini terdiri dari kalimat pembukaan, kalimat kesepakatan kontrak dan delapan pertanyaan
pokok yang dikembangkan oleh peneliti. Semua pertanyaan mengacu pada tujuan penelitian dan diakhiri dengan
kalimat penutup yang berisi tentang ucapan terimakasih dan kontrak untuk pertemuan selanjutnya ketika ada
jawaban partisipan yang perlu divalidasi.

C. KASUS C

Salah satu masalah yang biasanya terjadi pada seorang remaja adalah gangguan gambaran diri.
Gambaran diri didefinisikan sebagai kesatuan dari sikap sadar dan bawa sadar seseorang terhadap fungsi tubuh
berupa penampilan, fisik dan potensi dirinya. Gambaran diri terdiri dari gambaran diri positif dan gambaran diri
negatif. Remaja yang memiliki gambaran diri positif mengenal betul siapa dirinya dan mau menerima kekurangan
serta kelebihan yang ada pada dirinya. Sedangkan remaja yang mengalami gambaran diri negatif meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak menarik, tidak disukai, kehilangan daya tarik terhadap
hidup, serta cenderung bersikap kurang percaya diri terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya.2
Sebagian kecil remaja kurang mengerti tentang dasar perubahan yang terjadi pada dirinya saat masa pubertas.
Hal yang menggelisahkan remaja pada masa pubertas adalah perasaan berbeda dengan orang lain. Semakin
terlihat berbeda dengan orang lain, remaja akan semakin khawatir, merasa tidak normal, dan akan merasakan
gambaran dirinya rendah. Seorang remaja yang mempunyai masalah dalam mencapai gambaran diri yang positif
membutuhkan dukungan yang penuh dari keluarga.3 Peran orang tua sangatlah penting dalam membentuk
kepribadian diri remaja. Bukan hanya orang tua, anggota keluarga lainnya juga sangat berperan penting.4 Menurut
hasil penelitian Sahban (2014), juga terdapat hubungan yang signifikan antara peran orang tua dengan gangguan
body image pada remaja yang mengalami obesitas.

D. KASUS D
Hasil analisis univariat pada variabel gambaran diri remaja putri dalam menghadapi masa pubertas menunjukan
bahwa dari 50 responden mayoritas dalam kategori positif yaitu sebanyak 42 responden atau 84,0% (Tabel 4),
artinya gambaran diri pada sebagian besar remaja putri dalam kategori baik. Menurut Stuart (2016), remaja yang
memiliki gambaran diri positif dapat mengenal siapa dirinya dan menerima kekurangan serta kelebihan yang ada
pada dirinya. Sedangkan remaja yang memiliki gambaran diri yang negatif akan meyakini dan memandang bahwa
dirinya lemah sehingga dapat melakukan hal-hal yang maladaptif.

Berdasarkan hasil analisis bivariate dengan Spearman Rank diperoleh nilai r hitung sebesar 0,528 dan p value
sebesar 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan gambaran diri dalam menghadapi masa pubertas pada
remaja putri kelas VII di SMPN 2 Depok Sleman Yogyakarta. Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Dyah (2010),
diperoleh nilai korelasi antara persepsi komunikasi orang tua dan remaja dengan konsep diri sebesar 0,416
dengan p value sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara
persepsi komunikasi orang tua dan remaja dengan konsep diri pada remaja.9

E. KASUS E

Pengaruh dari asap pembakaran barbeque dapat menimbulkan gangguan penglihatan. Gangguan
penglihatan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu kelainan refraksi, kelainan organik, dan perpaduan antara
keduanya. Ada 3 jenis kelainan refraksi, yaitu rabun jauh (myopia), rabun dekat (hypermetropia), dan
astigmatismus.
Kelainan refraksi yang dialami para koki disebabkan oleh pencahayaan dan jarak pandang pada saat
membakar masakan yang salah. Kurangnya pencahayaan akibat asap tebal yang memasuki ruangan
mengakibatkan mata lebih berakomodasi dari normalnya, sehingga mata menjadi cepat lelah yang akhirnya
menyebabkan kelainan refraksi. Padahal dapur di sebuah restoran barbeque sudah dirancang khusus dengan
dilengkapi cerobong asap yang fungsinya untuk tempat keluarnya asap, dan pendingin udara (AC) yang berfungsi
untuk menyerap asap sehingga mengurangi sebagian asap yang keluar dari cerobong asap, tetapi masih ada
yang mengenai para koki dan mempengaruhi tajam penglihatannya. Selain karena pencahayaan, jarak pandang
pada saat proses pembakaran masakan juga mempengaruhi tajam penglihatan dan menyebabkan kelainan
refraksi. Itu karena, mata dipaksa untuk terus fokus dalam jarak yang tidak ideal, sehingga mata cepat lelah dan
lama-kelamaan dapat mengganggu tajam penglihatan dan menyebabkan kalainan refraksi.

PARAFRASE
Kasus : masalah tentang emosi dan pengaruh asap pembakaran
terhadap gangguan penglihatan

Kasus E
Intensitas pencahayaan dan jarak pandang yang tidak sesuai dengan standar
dapat berisiko terhadap gangguan penglihatan dan kelelahan pada mata.
Kelelahan mata merupakan gangguan yang dialami mata di sebabkan otot-
ototnya dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dan
terus focus dalam jangka waktu yang lama yang mengakibatkan mata cepat lelah
dan dapat mengganggu ketajaman penglihatan dan juga menyebabkan kelainan
refraksi. Terdapat 3 jenis kelainan refraksi, yaitu rabun jauh (myopia), rabun
dekat (hypermetropia) dan astigmatismus. Kasus ini telah dialami oleh para koki
di restoran barbeque. Dimana restoran ini telah membuat desain dapur dengan
rancangan yang khusus dan melengkapinya dengan cerobong asap dan
pendingin udara, fungsi dari keduanya adalah sebagai tempat keluarnya asap
dan menyerap asap guna mengurangi sebagian asap yang keluar dari cerobong
asap. Namun, rancangan dapur yang sedemikian rupa tidak seluruhnya dapat
membantu menghalangi koki terhindar dari kumpulan asap yang dapat
mengganggu ketajaman penglihatannya. Hal ini tidak dapt dipungkiri karena
kegiatan yang dilakukan oleh para koki didapur berkaitan dengan pencahayaan
dan proses pembakaran masakan yang dapat mempengaruhi ketajaman
penglihatan dan berisiko menyebabkan kelainan refraksi.

KASUS A
Masalah emosi dan perilaku pada anak dan remaja merupakan masalah yang cukup serius karena
berdampak terhadap perkembangan, serta menimbulkan penurunan produktivitas. Satu setengah juta anak dan
remaja di Amerika Serikat dilaporkan oleh orang tuanya memiliki masalah emosional, perkembangan dan perilaku
yang persisten. Sebanyak 41% orang tua di Amerika Serikat merasa khawatir anaknya mengalami kesulitan
belajar dan 36% khawatir mengalami gangguan depresi dan ansietas (Blanchard, Gurka, Blackman, 2008). Negara
maju seperti Singapura 12,5% remaja memiliki masalah emosi dan perilaku (Woo, et al, 2007). Salah satu
penyebabnya adalah kehidupan dan pergaulan di kota besar yang penuh dengan tekanan dan tuntutan bagi
pertumbuhan dan perkembangan remaja (Jochen & Patti, 2016). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
ditemukan 1,6% dari penduduk Jawa Barat mengalami gangguan jiwa berat, sementara gangguan mental
emosional pada penduduk Jawa Barat mencapai 9,3% melampaui prevalensi secara nasional (6%) (Riskesdas,
2013). Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15 -22 % remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya
kurang dari 20 % (Kusumawati & Hartono, 2011). Tingginya angka gangguan psikososial pada remaja perlu
menjadi perhatian.
Masa remaja merupakan masa periode transisi dari anak-anak menuju dewasa
yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan
social. Salah satu masalah yang cukup serius dalam masa pertumbuhan fase
yang dialami remaja adalah fase pertumbuhan mental dan emosional karena
pertumbuhan pada fase ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
kualitas hidup remaja itu sendiri. Banyak kasus menunjukkan masalah gangguan
psikososial dikalangan remaja masih sangat tinggi. Satu setengah juta anak
remaja di Amerika Serikat telah dilaporkan oleh orang tua nya memiliki masalah
emosional, perkembangan dan perilaku yang persisten merupakan salah satu
dari banyak kasus yang timbul berkaitan dengan kesehatan remaja di Amerika
Serikat. Sebanyak 41% orang tua di Amerika Serikat merasa khawatir anaknya
akan menagalami kesulitan belajar dan 36% korang tua khawatir anaknya akan
mengalami depresi dan ansietas (Blanchard, Gurka, Blackman, 2008). Laporan
dari negara maju yang lain seperti singapura menunjukkan bahwa 12,5% remaja
memiliki masalah emosi dan perilaku (Woo, et al, 2007). Salah satu penyebab
dari timbulnya gangguan tersebut adalah kehidupan dan pergaulan dikota besar
yang penuh dengan tekanan dan tuntutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan remaja.

Emosi merpakan reaksi yang muncul dalam bentuk perilaku. Gejolak emosi
cenderung lebih tinggi dan hal ini sangat sering sekali dialami oleh para remaja
masa kini. Periode remaja cenderung lebih ber emosi tinggi. Dalam hal ini emosi
yang dimaksud adalah emosi negative. Emosi negative seperti sedih, cemas,
marah, cemburu dan kecewa. Kepekaan emosi remaja sangat berpengaruh
terhadap kesehatan dan perilakunya. Kepekaan tersebut dapat berbentuk
seperti menyendiri, mudah marah, gelisah, merusak benda,mencoret-coret,
suka berekelahi atau bahkan depresi.

Anda mungkin juga menyukai