Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
 Nama : Nn. Ida Rosina Bers
 No. DM : 44 23 28
 Tanggal lahir : 24/10/2005
 Umur : 15 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Sarmi
 Suku : Sarmi
 Agama : Kristen Protestan
 Pendidikan : SMP
 Pekejaan : Siswa
 Tanggal MRS : 15/04/2018 (R. Orthopedi)
 Tanggal Keluar : 27/04/2018

B. Anamnesis (22/01/2018)
1. Keluhan Utama
Nyeri pada lengan kanan atas saat digerakkan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD Jayapura dengan kelainan
bentuk dan keluhan nyeri saat menggerakkan lengan kanannya yang dirasakan sejak
± 1 lalu sebelum MRS. Pasien mengaku saat itu jatuh dari pohon mangga dengan
ketinggian ± 3,5 meter dengan tumpuan siku kanan menahan tubuh dan lengan
kanan terbentur pada fondasi rumah. Saat terjatuh pasien mengaku pusing (+), Mual
(+), muntah (-), Pingsan (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit paru-paru, asma
dan alergi disangkal oleh pasien.

1
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Sepengetahuan pasien, di keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
jantung, riwayat hipertensi, riwayat asma, diabetes mellitus, ataupun alergi.
5. Riwayat Kebiasaan
- Merokok (-)
- Meminum alkohol (-)

C. Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis

 Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Denyut Nadi : 83 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu Tubuh : 36,8 oC
SpO2 : 99 %

 Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor Ø 3 mm.

 Pemeriksaan Hidung
Serumen (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-), perdarahan (-/-).

 Pemeriksaan Mulut
Bibir tampak normal, bibir sianosis (-), oral candidiasis (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-).

 Pemeriksaan Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP (-).

2
 Pemeriksaan Thorax
o Paru:
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : vocal premitus dextra sinistra normal
Perkusi : sonor dextra = sinistra
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
o Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tak tampak
Palpasi : Iktus cordis tak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I – II reguler, mur-mur (-), gallop (-).
 Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas : Sesuai status lokalis
Ekstremitas bawah : Akral terba hangat, edema (-/-) , CRT < 2 detik
 Status Lokalis:
Regio Brachial dextra :
o Look : Luka (-), pus (-), darah (-), bengkak (+), edema (-), eritem (+),
deformitas (+), kelainan bentuk (+).
o Feel : Suhu sama dengan daerah sekitarnya, nyeri tekan (+), sensabilitas
(+), krepitasi (-), capillary refil (< 2 detik), pulsasi arteri (+).
o Move : Gerakan terbatas karena nyeri, gerakan adduksi terbatas, gerakan
abduksi tidak terbatas, gerakan fleksi antebrachii terbatas.

3
D. Pemeriksaan Penunjang Rontgen pre op (14/1/2018) dan post op (24/04/2018) Foto
Humerus Dextra

Kesan: Tampak soft tissue swelling. Foto post op dengan pemasangan


Tampak fraktur humerus 1/3 distal.

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap (16/04/2018)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HGB (Hemoglobin) 11,4 14 – 17,4 g/dL
RBC (Eritrosit) 3.97 4,50 – 5,50 106/mm
HCT (Hematokrit) 35,6 42 – 52 %
PLT (Trombosit) 308 150 – 400 103/mm3
WBC (Leukosit) 9,33 5 – 10 10/3mm3
MCV 75,6 84 – 96 Fl
MCH 26,2 28 – 34 Pg
MCHC 34,7 32 – 36 g/dl
DDR Negatif

Pemeriksaan Laboratorium Hematologi (23/01/2018)


Parameter Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
PT kontrol 11,1 detik 10,7 detik 10,2 – 12,1 detik

4
aPTT kontrol 24,2 detik 28,3 detik 21,5 – 29,1 detik
INR 2–3

Pemeriksaan Kimia Klinik (22/01/2018)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pria : 0,6 – 1,1
Kreatinin 0,8 mg/dL
Wanita : 0,5 – 0,9
Kalium 3,77 3,5 – 5,3 mEq/L
Natrium 134,7 135 – 148 mEq/L

E. Diagnosa
Close Fracture 1/3 distal Right Humerus

F. Terapi
‒ IVFD RL 20 tpn
‒ Ranitidin 2x50mg
‒ Antrain 3x1amp
‒ Tramadol inj jika nyeri (post op)
‒ Siapkan WB 1 bag
‒ ORIF
Instruksi post orif
 RL : D5 2:1 /24 jam
 Hypobach 2 x 100mg amp
 Antrain 3 x 1gr amp
 Ranitidine 2 x 50mg amp
 Cek Hb Post Op bila ≤ 8 gr transfuse sampai Hb ≥ 10 gr
 GV pada hari ke 2
 Foto Ro lateral humerus dextra (control post op)

5
G. Follow Up Pasien

Tanggal Follow Up Planing


16/04/2018 S : nyeri lengan kanan hilang timbul - Pro ORIF
O : KU: tampak sakit sedang; Kes: Compos mentis
TD: 110/80 mmHg, RR: 24 x/menit, N: 82x/menit,
SB: 36,3oC, SpO2: 99%
CA(-/-), SI (-/-), OC(-), P>KGB(-), JVP (-)
Thorax
Pulmo: Simetris ikut gerak nafas, sonor, suara nafas
vesikuler (+/+), Rho(-/-), Whe (-/-)
Cor : IC tidak tampak, Pekak, BJ I-II reguller,
Murmur(-), Gallop (-)
Abdomen : Tampak datar, BU (+) normal, supel, nyeri
tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba, timpani
Ekstremitas: Akral teraba hangat, edema (+/-), CRT <
2”
A : Close Fracture 1/3 distal Right Humerus
17/01/2018 S : nyeri lengan kanan hilang timbul - Pro ORIF
O : KU: tampak sakit sedang; Kes: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg, RR: 26 x/menit, N: 87x/menit,
SB: 36,7oC, SpO2: 99%
CA(-/-), SI (-/-), OC(-), P>KGB(-), JVP (-)
Thorax
Pulmo: Simetris ikut gerak nafas, sonor, suara nafas
vesikuler (+/+), Rho(-/-), Whe (-/-)
Cor : IC tidak tampak, Pekak, BJ I-II reguller,
Murmur(-), Gallop (-)
Abdomen : Tampak datar, BU (+) normal, supel, nyeri
tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba, timpani
Ekstremitas: Akral teraba hangat, edema (+/-), CRT <
2”
A : Close Fracture 1/3 distal Right Humerus

6
18/04/2018 S : nyeri post op - IVFD RL 20 tpm
O : KU: tampak sakit sedang; Kes: Compos mentis - Ranitidin 2x50mg
TD: 150/100 mmHg, RR: 22 x/menit, N: 89x/menit,- Antrain 3x1amp
SB: 36,5oC, SpO2: 99% -
CA(-/-), SI (-/-), OC(-), P>KGB(-), JVP (-)
Thorax
Pulmo: Simetris ikut gerak nafas, sonor, suara nafas
vesikuler (+/+), Rho(-/-), Whe (-/-)
Cor : IC tidak tampak, Pekak, BJ I-II reguller,
Murmur(-), Gallop (-)
Abdomen : Tampak datar, BU (+) normal, supel, nyeri
tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba, timpani
Ekstremitas: Akral teraba hangat, edema (+/-), CRT <
2”
A : Close Fracture 1/3 distal Right Humerus

Post ORIF

23/04/2018 S : nyeri post op - R / ORIF hari ini


O : KU: tampak sakit sedang; Kes: Compos mentis -
TD: 110/70 mmHg, RR: 22 x/menit, N: 90x/menit,
SB: 36,8oC, SpO2: 99%
CA(-/-), SI (-/-), OC(-), P>KGB(-), JVP (-)
Thorax
Pulmo: Simetris ikut gerak nafas, sonor, suara nafas
vesikuler (+/+), Rho(-/-), Whe (-/-)
Cor : IC tidak tampak, Pekak, BJ I-II reguller,
Murmur(-), Gallop (-)
Abdomen : Tampak datar, BU (+) normal, supel, nyeri
tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba, timpani
Ekstremitas: Akral teraba hangat, edema (+/-), CRT <
2”
A : Close Fracture 1/3 Distal Right Humerus

7
Orif Tanggal 23 – 04 – 2018

Laporan operasi (23/04/2018)

Foto klinis durante op (23/04/2018)

8
Foto klinis durante op setelah pemasangan pen

Foto control post op (24/04/2018)

9
Foto klinis luka post op hari ke 2 (25/04/2018)

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi
kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut garis fraktur (transversal, spiral, oblik,
segmental, komunitif), lokasi (diafise, metafise, epifise) dan integritas dari kulit serta jaringan
lunak yang mengelilingi (terbuka atau compound dan tertutup).1
Fraktur humerus adalah salah satu fraktur yang cukup sering terjadi. Insiden terjadinya
fraktur shaft humerus adalah 1-4% dari semua kejadian fraktur.2 Fraktur shaft humerus dapat
terjadi pada sepertiga proksimal, tengah dan distal humerus.1,3
Fraktur korpus humeri dapat terjadi semua usia. Pada bayi, humerus sering mengalami
fraktur pada waktu persalinan sulit, atau cedera non-accidental. Fraktur ini dapat menyembuh
dengan cepat dengan pembentukan kalus massif dan tidak perlu perawatan. Pada orang dewasa,
fraktur pada humerus tidak umum terjadi. Terdapat beberapa jenis fraktur, tetapi dapat dirawat
dengan cara yang sama. Jika perawatan dilakukan dengan baik, maka tidak akan menimbulkan
masalah.3
Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur korpus humerus adalah cedera nervus
radialis.1-10 Biasanya hanya memar (neuropraksia) yang sembuh sempurna secara spontan
dalam waktu dua sampai empat minggu. Tetapi kadang-kadang terjadi kerusakan yang
permanen.1

B. Anatomi dan Fisiologi Os. Humerus

Gambar Anatomi Os. Humerus

11
Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung
bawah.
1) Kaput
Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi
dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu.
Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung
atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah
depan terdapat sebuahmbenjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas
terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep.
Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.
2) Korpus
Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral
batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot
deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial
ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga
disebut celah spiralis atau radialis.
3) Ujung Bawah
Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama
tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-
benang tempat persendian dengan ulna dan disebelah luar terdapat kapitulum yang bersendi
dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu
epikondil lateral dan medial (H o l m e s , 2 0 0 4 ).

Vaskularisasi
Vaskularisasi regio brachii dijelaskan pada bagian berikut: arteri brachialis merupakan
lanjutan a. Axillaris, dimulai dari tepi inferior m. Teres mayor. arteri ini melanjutkan diri ke
fossa cubiti dan di sini berakhir sebagai dua cabang terminal, yaitu aa. Ulnaris et radialis.
Cabang-cabangnya berada di regio ini adalah aa. Profunda brachii, colaterales ulnares
proximal et distalis. Arteri profunda brachii, collaterales ulnares proximal et distalis. Arteri
profunda brachii berjalan ke posterior bersama n. Radialis. Di sisi lateral regio brachii arteri
ini berakhir sebagai dua cabang terminalnya yaitu a. Collateralis radialis, yang berjalan ke
anterior bersama n. Radialis dan a. Collateralis media, yang menuju sisi posterior
epicondylus lateralis humeri.

12
Arteri collateralis ulnaris proximal berawal di pertengahan regio brachii dan berjalan
bersama n. Ulnaris menuju sisi posterior epicondylus medialis humeri. Arteri collateralis
ulnaris distalis awalnya sedikit di superior dari artikulasicubiti d a n berjalan di posterior dari
n. medianus, kemudian cabang-cabangnya menuju sisi anterior dan posterior epicondylus
medialis humeri. Vena brachialis mengikuti arterinya dan kira-kira di dua pertiga aproksimal
regio ini v. basilica berjalan superficial terhadap a. Brachialis (Holmes, 2004).

Innervasi
Persyarafan yang penting pada extreminitas atas ialah N. Musculocutaneus, N.
Medianus, N. ulnaris, N. radialis. N.Musculocutaneus mempesyarafi otot-otot flexor lengan
atas yaitu M.coraccobrachialis, M. biceps bracii dan M. brachialis. Nervus ini akan berakhir
sebagai N.cutaneus antebrachii lateralis yang mengurus kulit sisi radialis lengan bawah. N.
Medianus adalah saraf utama kompartemen anterior. Saraf ini meninggalkan fossa cubitalis
dengan melintas antara caput musculus pronator teres. Lalu nervus medianus ini melintas
di sebelah dalam musculus flexor digitorum superficialis dan melanjutkan ke distal antara
otot ini dan musculcus flexor digitorum profundus N. ulnaris memasuki lengan bawah dengan
dengan lintas antara caput musculus flexor carpi ulnaris. Lalu nervus ulnaris melintas ke
distal antara musculus flexor carpi ulnaris danmusculus flexor digitorum profundus. N. ulnaris
menjadi superficialis di pergelangan tangan danmengurus persyarafan kulit sis bagian medial.
N. radialis muncul pada fossa cubiti antara musculus brachialis dan musculus brachioradialis.
Setelah memasuki lengan bawah, nervus radialis terpecah menjadi ramus. Profundus dan
ramus superficialis. Ramus profundus dilepaskan anterior terhadap epicondiluslateralis
humerus, lalu menembus musculus supinator (Holmes, 2004).

13
Gambar Vaskularisasi Regio Brachii

Fungsi Tulang:
1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2) Tempat mlekatnya otot.
3) Melindungi organ penting.
4) Tempat pembuatan sel darah.
5) Tempat penyimpanan garam mineral.

14
C. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus
(Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur humerus adalah
fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun
tidak langsung.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan
fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang
pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang
terbagi atas :1
1. Fraktur Collum Humerus.
2. Fraktur Batang Humerus.
3. Fraktur Suprakondiler Humerus.
4. Fraktur Interkondiler Humerus.

D. Etiologi

Umumnya fraktur yang terjadi, dapat disebabkan beberapa keadaan berikut:1.


1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.5

Penyebab Fraktur adalah :5


1. Kekerasan langsung: Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.

15
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa twisting, bending dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.

Kebanyakan fraktur shaft humerus terjadi akibat trauma langsung, meskipun fraktur
spiral sepertiga tengah dari shaft kadang-kadang dihasilkan dari aktifitas otot-otot yang kuat
seperti melempar bola. Pada fraktur humerus kontraksi otot, seperti otot-otot rotator cuff,
deltoideus, pectoralis mayor, teres mayor, latissimus dorsi, biceps, korakobrakialis dan triceps
akan mempengaruhi posisi fragmen patahan tulang yang mengakibatkan fraktur mengalami
angulasi maupun rotasi. Di bagian posterior tengah melintas nervus Radialis langsung
melingkari periostum diafisis humerus dari proksimal ke distal sehingga mudah terganggu
akibat patah tulang humerus bagian tengah.9

E. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur penyembuhan tulang:1
1. Faktor intrinsik Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan (fatigue fracture), dan kepadatan atau kekerasan tulang.
2. Faktor ektrinsik Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
Jenis fraktur berdasarkan kekuatan yang mengenainya:
16
 Kompresif: fraktur proksimal dan distal humerus.
 Bending: fraktur transversa shaft humerus.
 Torsional: fraktur spiral shaft humerus.
 Torsional dan bending: fraktur oblik, kadang diikuti dengan fragmen “butterfly”7,9
F. Klasifikasi
Berikut klasifikasi fraktur diafisis humerus menurut Ortopaedics Trauma Association
(OTA):9,12
 Tipe A: fraktur sederhana (simple fracture)
‒ A1: spiral
‒ A2: oblik (>30°)
‒ A3: transversa (<30°)
 Tipe B: fraktur baji (wedge fracture)
‒ B1: spiral wedge
‒ B2: bending wedge
‒ B3: fragmented wedge
 Tipe C: fraktur kompleks (complex fracture)
‒ C1: Spiral
‒ C2: Segmental
‒ C3: Ireguler (significant comminution)

Gambar: Tipe A: fraktur sederhana. A1: fraktur spiral (.1 pada sepertiga proksimal, .2 pada
sepertiga tengah, dan .3 pada sepertiga distal), A2: fraktur oblik, A3: fraktur transversa.12

17
Gambar: Tipe B: fraktur baji (wedge fracture). B1: fraktur baji spiral (spiral wedge
fracture), B2: bending wedge fracture, A3: fragmented wedge fracture.12

Gambar: Tipe C: complex fracture. C1: fraktur spiral kompleks, C2: fraktur segmental
kompleks, C3: fraktur ireguler.12

Berdasarkan arah pergeserannya, fraktur humerus dibagi menjadi:1


1. Fraktur sepertiga proksimal humerus Fraktur yang mengenai proksimal metafisis
sampai insersi m. pectoralis mayor diklasifikasikan sebagai fraktur leher humerus.
Fraktur di atas insersi pectoralis mayor menyebabkan fragmen proksimal abduksi
dan eksorotasi rotator cuff serta distal fragmen bergeser ke arah medial. Fraktur

18
antara insersi m. pectoralis mayor dan deltoid umumnya terlihat adduksi pada akhir
distal dari proksimal fragmen dengan pergeseran lateral dan proksimal dari distal
fragmen.2,9,12
2. Fraktur sepertiga tengah dan distal humerus Jika fraktur terjadi di distal dari insersi
deltoid pada sepertiga tengah korpus humerus, pergeseran ke medial dari fragmen
distal dan abduksi dari fragmen proksimal akan terjadi.2,9,12

Gambar: Lokasi fraktur dan arah pergeseran fragmen. (dari kiri ke kanan) Fraktur diatas insersi
pectoralis mayor, fraktur antara insersi pectoralis mayor dan deltoid, fraktur di bawah insersi
deltoid.12

G. Gambaran Klinis1-12
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas
dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur.

19
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
6. Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis dan arteri brakialis.
Saat pemeriksaan apakah ia dapat melakukan dorsofleksi pergelangan tangan atau
ekstensi jari-jari tangan.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hemoglobin, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.
2. Radiologi
Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis fraktur (transversa,
spiral atau kominutif) dan pergeseran lainnya dapat terbaca jelas). Radiografi humerus AP
dan lateral harus dilakukan.
Sendi bahu dan siku harus terlihat dalam foto. Radiografi humerus kontralateral dapat
membantu pada perencanaan preoperative. Kemungkinan fraktur patologis harus diingat.
CT-scan, bone-scan dan MRI jarang diindikasikan, kecuali pada kasus dengan kemungkinan
fraktur patologis. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang lebih kompleks.9

I. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pada umumnya, pengobatan patah tulang shaft humerus dapat ditangani secara tertutup
karena toleransinya yang baik terhadap angulasi, pemendekan serta rotasi fragmen patah
tulang. Angulasi fragmen sampai 300 masih dapat ditoleransi, ditinjau dari segi fungsi dan
kosmetik. Hanya pada patah tulang terbuka dan non-union perlu reposisi terbuka diikuti
dengan fiksasi interna.6,7,9
Dibutuhkan reduksi yang sempurna disamping imobilisasi; beban pada lengan dengan
cast biasanya cukup untuk menarik fragmen ke garis tengah. Hanging cast dipakai dari bahu
hingga pergelangan tangan dengan siku fleksi 90° dan bagian lengan bawah digantung dengan
20
sling disekitar leher pasien. Cast (pembalut) dapat diganti setelah 2-3 minggu dengan pembalut
pendek (short cast) dari bahu hingga siku atau functional polypropylene brace selama ± 6
minggu.6,7,9

Gambar: Penatalaksanaan pada fraktur shaft humerus dengan konservatif.7

Pergelangan tangan dan jari-jari harus dilatih gerak sejak awal. Latihan pendulum pada
bahu dimulai dalam 1 minggu perawatan, tapi abduksi aktif ditunda hingga fraktur mengalami
union. Fraktur spiral mengalami union sekitar 6 minggu, variasi lainnya sekitar 4-6 minggu.
Sekali mengalami union, hanya sling (gendongan) yang dibutuhkan hingga fraktur mengalami
konsolidasi.7,9
Pengobatan non bedah kadang tidak memuaskan pasien karena pasien harus dirawat
lama. Itulah sebabnya pada patah tulang batang humerus dilakukan operasi dan pemasangan
fiksasi interna yang kokoh.7,9

Berikut beberapa metode dan alat yang digunakan pada terapi konservatif:
 Hanging cast
Indikasi penggunaan meliputi pergeseran shaft tengah fraktur humerus dengan
pemendekan, terutama fraktur spiral dan oblik. Penggunaan pada fraktur transversa dan oblik
pendek menunjukkan kontraindikasi relatif karena berpotensial terjadinya gangguan dan
21
komplikasi pada saat penyembuhan. Pasien harus mengangkat tangan atau setengah diangkat
sepanjang waktu dengan posisi cast tetap untuk efektivitas. Seringkali diganti dengan fuctional
brace 1-2 minggu pasca trauma. Lebih dari 96% telah dilaporkan mengalami union.9
 Coaptation splint
Diberikan untuk efek reduksi pada fraktur tapi coaptation splint memiliki stabilitas yang
lebih besar dan mengalami gangguan lebih kecil daripada hanging arm cast. Lengan bawah
digantung dengan collar dan cuff. Coaptation splint diindikasikan pada terapi akut fraktur shaft
humerus dengan pemendekan minimal dan untuk jenis fraktur oblik pendek dan transversa
yang dapat bergeser dengan penggunaan hanging arm cast. Kerugian coaptation splint meliputi
iritasi aksilla, bulkiness dan berpotensial slippage. Splint seringkali diganti dengan fuctional
brace pada 1-2 minggu pasca trauma.9
 Thoracobranchial immobilization (velpeu dressing)
Biasanya digunakan pada pasien lebih tua dan anak-anak yang tidak dapat ditoleransi
dengan metode terapi lain dan lebih nyaman jadi pilihan. Teknik ini diindikasikan untuk
pergeseran fraktur yang minimal atau fraktur yang tidak bergeser yang tidak membutuhkan
reduksi. Latihan pasif pendulum bahu dapat dilakukan dalam 1-2 minggu pasca trauma.9
 Shoulder spica cast
Teknik ini diindikasikan pada jenis fraktur yang mengharuskan abduksi dan eksorotasi
ektremitas atas. Kerugian teknik ini meliputi kesulitan aplikasi cast, berat cast dan bulkiness,
iritasi kulit, ketidaknyamanan dan kesusahan memposisikan ektremitas atas.9
 Functional bracing
Memberikan efek kompresi hidrostatik jaringan lunak dan mempertahankan aligment
fraktur ketika melakukan pergerakan pada sendi yang berdekatan. Brace biasanya dipasang
selama 1-2 minggu pasca trauma setelah pasien diberikan hanging arm cast atau coaptation
splint dan bengkak berkurang. Kontraindikasi metode ini meliputi cedera massif jaringan
lunak, pasien yang tidak dapat dipercaya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan
asseptabilitas reduksi. Collar dan cuff dapat digunakan untuk menopang lengan bawah; aplikasi
sling dapat menghasilkan angulasi varus (kearah midline).9

2. Tindakan operatif
Pasien kadang-kadang mengeluh hanging cast tidak nyaman, membosankan dan frustasi.
Mereka bisa merasakan fragmen bergerak dan hal ini kadang-kadang cukup dianggap
menyusahkan. Hal penting yang perlu diingat bahwa tingkat komplikasi setelah internal fiksasi

22
pada humerus tinggi dan sebagian besar fraktur humerus mengalami union tanpa tindakan
operatif.7,9
Meskipun demikian, ada beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan,
diantaranya:
‒ Cedera multiple berat
‒ Fraktur terbuka.
‒ Fraktur segmental.
‒ Fraktur ekstensi intra-artikuler yang bergeser.
‒ Fraktur patologis.
‒ Siku melayang (floating elbow), pada fraktur lengan bawah (antebrachii) dan
humerus tidak stabil bersamaan.
‒ Palsi saraf radialis (radial nerve palsy) setelah manipulasi.
‒ Non-union.7,9

Fiksasi dapat berhasil dengan:


1. Kompresi plate and screws
2. Interlocking intramedullary nail atau pin semifleksibel
3. External Fixation
Plating menjadikan reduksi dan fiksasi lebih baik dan memiliki keuntungan tambahan
bahwa tidak dapat mengganggu fungsi bahu dan siku. Biar bagaimanapun, ini membutuhkan
diseksi luas dan perlindungan pada saraf radialis. Plating umumnya diindikasikan pada fraktur
humerus dengan kanal medulla yang kecil, fraktur proksimal dan distal shaft humerus, fraktur
humerus dengan ekstensi intraartikuler, fraktur yang memerlukan eksplorasi untuk evaluasi
dan perawatan yang berhubungan dengan lesi neurovaskuler, serta humerus non-union.
Interlocking intramedullary nail diindikasi pada fraktur segmental dimana penempatan
plate akan memerlukan diseksi jaringan lunak, fraktur humerus pada tulang osteopenic, serta
pada fraktur humrus patologis. Antegrade nailing terbentuk dari paku pengunci yang kaku
(rigid interlocking nail) yang dimasukkan kedalam rotator cuff dibawah kontrol (petunjuk)
fluoroskopi. Pada cara ini, dibutuhkan diseksi minimal namun memiliki kerugian, yaitu
menyebabkan masalah pada rotator cuff pada beberapa kasus yang berarti. Jika hal ini terjadi,
atau apabila nail keluar dan fraktur belum mengalami union, penggantian nailing dan bone
grafting mungkin diperlukan; atau dapat diganti dengan external fixator.8,9

23
Retrograde nailing dengan multiple flexible rods dapat menghindari masalah tersebut,
tapi penggunaannya lebih sulit, secara luas kurang aplikatif dan kurang aman dalam
mengontrol rotasi dari sisi yang fraktur.7,9
External fixation mungkin merupakan pilihan terbaik pada fraktur terbuka dan fraktur
segmental energy tinggi. External fixation ini juga prosedur penyelamatan yang paling berguna
setelah intermedullary nailing gagal.6 Indikasi umumnya pada fraktur humerus dengan non-
union infeksi, defek atau kehilangan tulang, dengan luka bakar, serta pada luka terbuka dengan
cedera jaringan lunak yang luas.7,9

J. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
‒ Cedera vaskuler
Jika ada tanda-tanda insufisiensi vaskuler pada ekstremitas, kerusakan arteri
brakhialis harus disingkirkan. Angiografi akan memperlihatkan tingkat cedera. Hal
ini merupakan kegawatdaruratan, yang memerlukan eksplorasi dan perbaikan
langsung ataupun cangkok (grafting) vaskuler. Pada keadan ini internal fixation
dianjurkan.
‒ Cedera saraf
Radial nerve palsy (wrist drop dan paralisis otot-otot ekstensor
metacarpophalangeal) dapat terjadi pada fraktur shaft humerus, terutama fraktur
oblik pada sepertiga tengah dan distal tulang humerus. Pada cedera yang tertutup,
saraf ini sangat jarang terpotong, jadi tidak diperlukan operasi segera. Pergelangan
tangan dan telapak tangan harus secara teratur digerakkan dari pergerakan pasif
putaran penuh hingga mempertahankan (preserve) pergerakan sendi sampai saraf
pulih. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikkan dalam 12 minggu, saraf harus
dieksplorasi. Pada lesi komplit, jahitan saraf kadang tidak memuaskan, tetapi fungsi
dapat kembali dengan baik dengan pemindahan tendon. Jika fungsi saraf masih ada
sebelum manipulasi lalu kemudian cacat setelah dilakukan manipulasi, hal ini dapat
diasumsikan bahwa saraf sudah mengalami robekan dan dibutuhkan operasi
eksplorasi.
‒ Infeksi
Infeksi luka pasca trauma sering menyebabkan osteitis kronik. Osteitis tidak
mencegah fraktur mengalami union, namun union akan berjalan lambat dan kejadian
fraktur berulang meningkat. Jika ada tanda-tanda infeksi akut dan pembentukan pus,
24
jaringan lunak disekitar fraktur harus dibuka dan didrainase. Pilihan antibiotik harus
disesuaikan dengan hasil sensitivitas bakteri. External fixation sangat berguna pada
kasus ini, namun jika intramedullary nail sudah terlanjur digunakan dan terfiksasi
stabil, nail tidak perlu dilepas.
2. Komplikasi Lanjut
‒ Delayed Union and Non-Union
Fraktur transversa kadang membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menyambung
kembali, terutama jika traksi digunakan berlebihan (penggunaan hanging cast jangan
terlalu berat). Penggunaan teknik yang sederhana mungkin dapat menyelesaikan
masalah, sejauh ada tanda-tanda pembentukkan kalus (callus) cukup baik dengan
penanganan tanpa operasi, tetapi ingat untuk tetap membiarkan bahu tetap bergerak.
Tingkat non-union dengan pengobatan konservatif pada fraktur energi rendah
kurang dari 3%. Fraktur energi tinggi segmental dan fraktur terbuka lebih cenderung
mengalami baik delayed union dan non-union.7-9 Intermedullary nailing
menyebabkan delayed union tetapi jika fiksasi rigid dapat dipertahankan tingkat
non-union dapat tetap dibawah 10%.9
‒ Joint stiffness Joint stiffness sering terjadi.
Hal ini dapat dikurangi dengan aktivitas lebih awal, namun fraktur transversa
(dimana abduksi bahu nyeri disarankan) dapat membatasi pergerakan bahu untuk
beberapa minggu.7 Tambahan, pada anak-anak, fraktur humerus jarang terjadi. Pada
anak-anak di bawah 3 tahun kemungkinan kekerasan pada anak perlu difikirkan.
Fraktur dirawat dengan bandage sederhana pada lengan hingga ke badan untuk 2-3
minggu. Pada anak yang lebih tua memerlukan plaster splint pendek.7

25
BAB III
PEMBAHASAN

Nn. Ida Rosina Bers, usia 15 tahun datang diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD
Jayapura dengan kelainan bentuk dan keluhan nyeri saat menggerakkan lengan kanannya yang
dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu sebelum MRS. Pasien mengaku saat itu jatuh dari pohon
mangga dengan ketinggian ± 3,5 meter dengan tumpuan siku kanan menahan tubuh dan lengan
kanan terbentur pada fondasi rumah. Saat terjatuh pasien mengaku pusing dan Mual
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang foto rontgen regio humerus dextra di
dapatkan foto tampak fraktur humerus 1/3 distal displaced, fraktur inilah yang menyebabkan
pasien sulit bergerak dan terasa nyeri saat digerakkan.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah medikamentosa kemudian menetapkan jadwal
operatif (pro ORIF). Post operasi pasien menggunakan arm sling, perawatan luka dan kontrol.
Pada tanggal 23 – 04 – 2018 dilakukan operasi pemasangan Orif. Saat dibuka lapis
demi lapis sampai tampak fraktur site, terlihat serpihan kecil – kecil tulang dan saling
berhubungan . Hal ini yg menyebabkan diagnose akhir berubah menjadi Close fracture 1/3
distal comunitive right humerus karena sesuai dengan teori Jenis fraktur komunutif.
Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,tulang rawan
epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulanghumerus.
Etiologi fraktur humerus umumnya merupakan akibat trauma. Selain dapat
menimbulkan patah tulang (fraktur), trauma juga dapat mengenai jaringan lunak sekitar tulang
tersebut.
Mekanisme trauma sangat penting dalam mengetahui luasdan tingkat kerusakan
jaringan tulang serta jaringan lunak sekitarnya. Diagnosis fraktur humerus dapat dibuat
berdasarkan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis.
Penatalaksanaan penderita fraktur humerus harus dilakukan secara cepat dan tepat
untuk mencegah komplikasi segera, dini, dan lambat.

26
27

Anda mungkin juga menyukai