Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Matematika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang
tidak disukai bahkan dibenci. Hasil survei sederhana yang dilakukan peneliti
setiap awal tahun, jika ada pertanyaan mata pelajaran apa yang disukai siswa,
maka jawabannya hampir 90 % siswa menjawab selain mata pelajaran
matematika. Sebaliknya jika ditanya mata pelajaran apa yang tidak disukai,
maka hampir 75 % menjawab matematika.
Celakanya fakta ini berlanjut sampai ditingkat pendidikan dan proses
kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh sikap siswa yang sebagian
besar kurang antusias ketika pelajaran akan berlangsung, rendahnya respon
umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta
pemusatan perhatian terhadap pelajaran yang kurang, sebagian besar siswa
pasif, mereka tidak berani berbicara tentang apa yang sudah dan belum
diketahui, konsep-konsep mereka benar atau salah sulit diketahui guru,
meskipun guru telah berusaha menjelaskan materi dengan semaksimal
mungkin.
Secara geografis SMP Negeri 1 Karangmalang terletak kurang lebih 2
km dari pusat kota Sragen. Dengan demikian input siswa lulusan SD yang
mempunyai kemampuan menengah ke bawah saja yang memilih bersekolah di
SMP Negeri 1 Karangmalang, sedangkan yang berkemampuan menengah ke
atas memilih sekolah di kota Sragen. Berbagai macam cara digunakan baik
oleh sekolah maupun guru-guru dengan harapan dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan jam tambahan
kelas IX, materi pengayaan kelas VII dan VIII dan bahkan guru-guru
mengadakan kegiatan kelompok mengajar atau sering disebut dengan “team
teaching”. Pada kegiatan tersebut satu kelas diajar oleh dua orang guru dimana
satu guru menjadi guru model (mengajar di depan kelas) dan satu orang guru
menjadi observer (mengamati jalannya pelajaran di belakang siswa)
Namun demikian ternyata hasilnya belum optimal, ini ditunjukan
dengan ketuntasan belajar yang masih rendah. Hasil pengamatan lainnya
adalah kurangnya motivasi belajar terhadap pembelajaran matematika antara
lain:
1. Minat siswa terhadap matematika rendah
2. Kemampuan siswa rendah

1
3. Siswa beranggapan matematika sebagai pelajaran hapalan
4. Siswa tidak dilibatkan secara aktif
5. Guru kurang melaksanakan variasi kegiatan pembelajaran
6. Dukungan dari keluarga di rumah kurang
Untuk mengatasi kurangnya motivasi siswa dalam pelajaran
matematika maka perlu usaha peningkatan motivasi dengan memberi variasi
model pembelajaran yang bersifat Cooperative Learning yang menarik atau
menyenangkan, yang melibatkan siswa, yang dapat meningkatkan aktivitas
dan tanggung jawab siswa.
Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar. Salah satunya adalah model pembelajaran dengan tipe
“Teams Games Tournament” atau biasa disingkat TGT. Dalam TGT siswa
melakukan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Dengan suasana permainan
dalam pembelajaran maka diharapkan akan menarik dan menimbulkan efek
rekreaktif dalam belajar siswa. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam model pembelajaran Cooperative Learning dengan tipe TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Berdasarkan uraian di atas, upaya meningkatkan motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa pada kelas VII B SMP N 1 Karangmalang akan
dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Motivasi dan Prestasi
Belajar Matematika pada Materi Segiempat Kelas VII B SMP N 1
Karangmalang Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya masalah
dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut.
1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran TGT dapat
meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa SMP N 1
Karangmalang?
2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran TGT dapat
meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa SMP N 1
Karangmalang?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model
pembelajaran TGT?

2
C. PEMBATASAN MASALAH
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah Upaya
Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Segiempat
Kelas VII B SMP N 1 Karangmalang Melalui Model Pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT).

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
Apakah terdapat peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika
melalui model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ?

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa SMP N
1 Karangmalang melalui model pembelajaran kooperatif dengan tipe
Teams Games Tournament (TGT).
2. Meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa SMP N
1 Karangmalang melalui model pembelajaran kooperatif dengan tipe
Teams Games Tournament (TGT).
3. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournament
(TGT).

F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
a. Dalam proses pembelajaran siswa lebih tertarik dan lebih
menyenangkan.
b. Membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan
aktivitas siswa lebih meningkat.
c. Melatih siswa lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.
2. Bagi guru
a. Dapat memberi sumbangan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika.

3
b. Sebagai informasi bagi guru-guru matematika, khususnya guru
matematika sekolah menengah pertama mengenai pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning
dengan tipe Teams Games Tournament (TGT).
3. Bagi sekolah
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kualitas sekolah, khususnya mata pelajaran matematika.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

4
A. KAJIAN TEORI
1. Motivasi Belajar
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak,
baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi muncul karena adanya
keinginan kuat yang berkaitan dengan adanya kebutuhan dalam diri seseorang
yang menuntut pemenuhannya.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya dorong yang
menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan
segala kekuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari
keinginan memenuhi kebutuhannya.
Motivasi belajar adalah jantung kegiatan belajar, suatu pendorong yang
membuat seseorang belajar (M. Sobry Sutikno, 2007:137). Menurut W.S.
Winkel (1991:92) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis
di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar dan memberikan arah demi tercapainya tujuan belajar.
Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa motivasi belajar berfungsi
sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus penggerak siswa melakukan
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Wasty Sumanto (1984:108) menyebutkan bahwa faktor belajar
digolongkan menjadi tiga faktor yaitu:
a. Faktor stimulasi belajar, adalah segala hal di luar individu yang
merangsang individu tersebut untuk mengadakan reaksi atau perbuatan
belajar. Stimulasi dalam hal ini mencakup material, penugasan, suasana
lingkungan, eksternal yang harus dipelajari oleh pelajar.
b. Faktor metode belajar, adalah metode yang digunakan guru dalam
mengajar. Perbedaan metode mengakibatkan perbedaan yang berarti bagi
proses belajar.
c. Faktor individual, menyangkut kematangan, usia, jenis kelamin,
pengalaman, mental, kesehatan jasmani.
3. Jenis-jenis Motivasi Belajar Matematika
Berdasarkan dari sumber timbulnya, motivasi belajar matematika
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
siswa. Motivasi Intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi

5
yang didalamnya dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari
dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar
matematikanya. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dari pada
motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu motivasi intrinsik sangat penting pada
anak didik kita. Jangan hendaknya anak mau belajar matematika dan
bekerja karena takut dimarahi, dihukum atau tidak lulus ujian
(Ngalim Purwanto, 1996:82)
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri siswa.
Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktifitas belajar matematika dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktifitas belajar matematikanya. Dalam kegiatan belajar mengajar
matematika, motivasi ekstrinsik juga sangat penting sebab keadaan siswa
itu dinamis dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses
belajar matematika mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Reni Akbar dan Hawadi (2001:44) menyatakan bahwa sebenarnya ada
dua bentuk atau ragam motivasi, yaitu:
a. Motivasi yang berasal dari luar dirinya (Motivasi Ektrinsik) yang artinya
bahwa motivasi ini muncul karena faktor di luar dirinya baik dari
lingkungan rumah maupun sekolah, seperti:
1) Siswa belajar karena takut dihukum guru
2) Siswa belajar karena dijanjikan akan memperoleh hadiah oleh orang
tuanya.
3) Siswa belajar karena untukmenaikkan gengsi dirinya dimata teman
atau saudaranya.
4) Siswa belajar karena akan memperoleh pujian/penghargaan dari
sekolah.
b. Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa (Motivasi Intrinsik). Motivasi
ini muncul tanpa dorongan dari pihak luar. Siswa belajar karena kesadaran
atau keinginannya untuk belajar matematika. Belajar bagi dirinya sudah
merupakan kebutuhan. Ia menyadari sepenuhnya manfaat dari kegiatan
belajar.
4. Fungsi Motivasi Belajar Matematika
Motivasi sangat berarti dalam proses belajar matematika. Dalam
belajar matematika, motivasi mempunyai fungsi:

6
a. Mendukung seseorang untuk belajar matematika, sebagai penggerak yang
memberikan energi atau kekuatan seseorang untuk belajar matematika.
b. Menyeleksi perbuatan, yaitu untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang harus dilakukan.
c. Mendorong timbulnya tingkah laku untuk belajar matematika.
Karena salah satu fungsi dari motivasi adalah sebagai pendorong
sebagaimana disebutkan di atas, maka motivasi belajar matematika sangat
diperlukan dalam pembelajaran matematika dalam usaha pencapaian prestasi
belajar. Sorang siswa melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar matematika akan menunjukkan hasil yang
baik pula. Adanya usaha yang tekun dan terutama diiringi adanya motivasi,
maka siswa yang belajar matematika tersebut akan menghasilkan prestasi yang
baik. Intensitas motivasi siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajar matematikanya. Siswa yang memiliki motivasi belajar
matematika tinggi, akan menampakkan minat yang besar dan perhatian yang
penuh terhadap pembelajaran matematika di kelas ataupun tugas-tugas belajar
yang diberikan oleh guru. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik
maupun psikis terhadap kegiatan belajar matematika.
5. Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:102), untuk meningkatkan
motivasi belajar dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu: (1) Optimalisasi
penerapan prinsip belajar, (2) Optimalisasi unsur dinamis belajar, (3)
Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, dan
(4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.
Dalam kaitannya dengan matematika, masing-masing cara tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar matematika.
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal motivasi belajar matematika.
Untuk dapat membelajarkan matematika disyaratkan guru telah
mempelajari bahan pelajaran, telah menguasai cara-cara mempelajari
bahan, dan guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut serta
menguasai metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas.
b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajar matematika.
Seorang siswa akan belajar matematika dengan seutuh pribadinya, jika
perasaan, kemauan, dan kemampuannya tertuju pada belajar matematika.
Tetapi ketertujuan juga dipengaruhi kelelahan jasmani atau mentalnya,
ataupun naik turun energi jiwanya.

7
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Sebagai penggerak, guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-
kesukaran siswa. Sebagai fasilitator, guru diharapkan memantau tingkat
kesukaran pengalaman belajar matematika, dan segera membantu
mengatasi kesukaran belajar matematika siswa .
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar matematika.
Siswa yang telah termotivasi belajar matematikanya, dengan penuh
kesadaran siswa tersebut dapat menggunakan waktu secara efektif dalam
belajar matematika, baik berupa aktifitas dalam mengikuti kegiatan belajar
matematika, aktifitas dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah,
pemanfaatan perpustakaan, aktifitas dalam kerja kelompok, dan kerajinan
masuk sekolah.
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
matematika adalah suatu dorongan yang ada pada diri sendiri (intrinsik)
maupun suatu usaha dorongan dari luar (ekstrinsik) kepada seseorang
sehingga orang tersebut mau melakukan kegiatan belajar matematika, yang
ditandai dengan menggunakan waktu belajar matematika secara efektif, aktif
mengikuti kegiatan belajar matematika ,aktif mengerjakan tugas–tugas
sekolah, memanfaatkan perpustakaan untuk mendukung belajar
matematikanya, aktif dalam kerja kelompok, dan rajin masuk sekolah.
6. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok
untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi
hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif. (Trianto, 2007:41).
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling
membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan
saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

8
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu tunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif (Trianto, 2007:41).
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
dan memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyampaikan dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
informasi bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan caranya membentuk kelompok belajar dan
siswa ke dalam membantu setiap kelompok agar melakukan
kelompok kooperatif transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Fase 5 Guru mengavaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan upaya maupun hasil belajar individu dan
penghargaan kelompok.

7. Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)


Sesuai dengan namanya, model TGT ini mengandung kegiatan-
kegiatan yang bersifat permainan. Seperti karakteristik pembelajaran
kooperatif lainnya, teknik TGT memunculkan adanya kelompok dan
kerjasama dalam belajar, di samping itu terdapat persaingan antar individu
dalam kelompok maupun antar kelompok. Dalam teknik TGT ini pula siswa
yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda dijadikan
dalam sebuah tim yang terdiri dari empat orang siswa. Di dalam kegiatan
pembelajaran dengan permainan ini semua siswa memiliki peluang yang sama
untuk memperoleh prestasi, baik sebagai tim maupun anggota kelompok.
Adapun tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
sebagai berikut:
a. Mengajar (teach)

9
Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas,
atau kegiatan siswa dalam pembelajaran, dan memberikan motivasi.
b. Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah
guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok
berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi
untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan
mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
c. Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok
yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah
semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana
pertanyaan- pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang
telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
d. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang
diperoleh oleh kelompok dari permainan.

8. Materi Segiempat
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi segiempat
diajarkan di kelas VII pada semester II. Materi segiempat yang diajarkan
terdiri dari beberapa jenis segiempat yaitu:
a. Persegi Panjang
b. Persegi
c. Jajargenjang
d. Belah Ketupat
e. Layang-layang
f. Trapesium
Pada penelitian ini materi yang diterapkan dalam tindakan adalah
materi segiempat yang mencakup persegi panjang, persegi dan jajargenjang.

B. KERANGKA BERPIKIR
Banyak siswa yang menganggap bahwa belajar matematika itu sulit,
sehingga siswa cenderung kurang menyukai pelajaran matematika, bahkan
mereka memiliki motivasi yang rendah dalam menekuni pelajaran
matematika. Ketika pelajaran akan berlangsung, rendahnya respon umpan

10
balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta pemusatan
perhatian terhadap pelajaran yang kurang, sebagian besar siswa pasif.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang mengalami kesulitan bisa
terbantu karena bisa belajar kepada teman sekelompoknya. Dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournament (TGT) siswa
belajar dari sesama teman, bekerja sama dan saling membantu dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota
yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskan.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat
dan keterlibatan belajar. Dengan demikian melalui pembelajaran kooperatif
tipe TGT, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada
akhirnya bermuara pada meningkatnya prestasi belajar matematika siswa kelas
VII F SMP N 1 Karangmalang.

C. HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe
Teams Games Tournament (TGT), maka diharapkan dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi belajar Matematika siswa SMP N 1
Karangmalang khususnya pada materi segi empat.

11

BAB III
METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada peserta didik
kelas VII B semester genap pada mata pelajaran matematika di SMP N 1
Karangmalang tahun pembelajaran 2010/2011.
Subyek penelitian pada kelas VII B ini berjumlah 36 siswa, terdiri dari
20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

B. DESAIN PENELITIAN

11
Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan
tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, serta refleksi untuk setiap siklus.
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga siklus yang ditampilkan pada gambar
berikut. Persiapan

PERENCANAAN I
Peneliti melakukan:
Membuat RPP
Menyiapkan media pembelajaran
Membagi kelompok
Menyiapkan perangkat untuk penilaian
TINDAKAN I
Pembelajaran model TGT
Tahap 3 dengan turnamen
PERENCANAAN II Menyebar angket motivasi
Perbaikan & modifikasi
tindakan I
REFLEKSI I
Diskusi tindakan I
OBSERVASI I
Mengamati kegiatan siswa
Merekap hasil ulangan TINDAKAN II
tindakan I * pembelajaran model TGT
*Tahap 4 dengan penghar
PERENCANAAN III gaan team
Perbaikan dan modifikasi
tindakan II
REFLEKSI II
Diskusi tindakan II

OBSERVASI II
Mengamati kegiatan siswa
Merekap hasil ulangan sesuai TINDAKAN III
tindakan II pembelajaran model TGT
tahap 3 dengan turnamen
tahap 4 dengan penghargaan team dan
PERENCANAAN IV individu
(Bila diperlukan)

REFLEKSI III
Diskusi tindakan III
OBSERVASI III
Mengamati kegiatan siswa
Merekap hasil penilaian proses
Untuk melihat motivasi belajar matematika
Merekap hasil ulangan sesuai
siswa kelas VII B pada
tindakan III
SMP N 1 Karangmalang maka dilakukan observasi kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh peneliti sendiri dan guru lain yang setiap hari menjadi
SIKLUS BERLANJUT SESUAI KEBUTUHAN
team teaching di kelas tersebut. Setelah dilakukan pengkajian reflektif dan
diskusi, maka ditetapkan tindakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams
Games Tournament (TGT).

C. RENCANA TINDAKAN
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 3 siklus, yang tiap-
tiap siklusnya mencakup tahapan berikut.
1. Perencanaan (Planning)

12
Perencanaan tindakan meliputi penyusunan rencana pembelajaran,
membuat skenario pembelajaran dengan teknik Teams Games
Tournament (TGT), membuat media permainan sesuai dengan tema
dalam rencana pembelajaran dengan Teams Games Tournament (TGT)
yang dilengkapi dengan petunjuk kegiatan dan aturan permainan, serta
penyusunan alat-alat evaluasi tindakan.
2. Tindakan (Acting)
Implementasi tindakan atau pelaksanaan tindakan meliputi :
a. Pembuatan kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari empat orang
siswa dengan kemampuan heterogen.
b. Membagi petunjuk kegiatan atau aturan permainan pada tiap
kelompok
c. Siswa melaksanakan permainan sesuai dengan petunjuk kegiatan.
d. Masing-masing anggota berkompetensi untuk mendapatkan nilai.
3. Pengamatan/Observasi (Observing)
Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan
menggunakan instrument monitoring yang telah direncanakan. Data
tentang kondisi pembelajaran matematika diperoleh dari lembar
observasi yang diisi observer. Data tentang tingkat kemajuan motivasi
belajar matematika pada siswa diperoleh dari lembar angket yang
diedarkan setelah kegiatan pembelajaran pada setiap siklus berakhir. Dan
data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang berupa
tugas dan ulangan harian.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, hasil
lembar pengamatan dan hasil diskusi dengan guru . Hasil refleksi
digunakan untuk menentukan langkah-langkah tindakan berikutnya.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
I. Observasi (pengamatan) yaitu untuk mengetahui situasi dan proses
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas.
II. Angket (kueisoner) untuk memperoleh data motivasi belajar matematika
siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
III. Tes yaitu untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

13
E. ANALISIS DATA
Skor motivasi yang diukur dalam penelitian ini menggunakan angket
model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Perhitungan
skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam Angket
Motivasi Siswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1=sangat tidak setuju, 2=tidak
setuju, 3=ragu-ragu, 4=setuju, 5=sangat setuju.
2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1=sangat setuju, 2=setuju,
3=ragu-ragu, 4=tidak setuju, dan 5=sangat tidak setuju.
3. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap
kondisi, kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-
rata:
1,00 – 1,49 = tidak baik
1,50 – 2,49 = kurang baik
2,50 – 3,49 = cukup baik
3,50 – 4,49 = baik
4,50 – 5,00 = sangat baik
Analisis data yang digunakan dalm penelitian ini menggunakan
rumus:
f
p  100%
N
Keterangan :
P = presentase
F = frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = jumlah frekuensi / responden
(Sudijono, 2005:40)

F. INDIKATOR KEBERHASILAN PENELITIAN


Penelitian ini berhasil apabila motivasi belajar matematika siswa
mengalami peningkatan rata-rata motivasi dengan kategori minimal cukup
baik dan juga prestasi belajar mengalami peningkatan dari siklus satu ke
siklus selanjutnya.

14
16

BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. PAPARAN DATA
1. Siklus 1
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 kali
pertemuan dan setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 45 menit).
a. Perencanaan dan Persiapan Tindakan
Perencanaan dan persiapan tindakan yang dilakukan peneliti
meliputi:
1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi
persegi panjang.

15
2). Menyiapkan langkah-langkah pada model pembelajaran TGT
3). Menyiapkan lembar observasi pembelajaran
4) Menyiapkan LKS
5). Menyiapkan kartu soal untuk tournamen
6). Menyiapkan blangko nilai pada setiap meja kelompok dan blangko
nilai kelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini
dilaksanakan satu kali pertemuan dengan langkah-langkah yaitu:
1) Guru menjelaskan materi tentang persegi panjang.
2) Siswa membentuk kelompok belajar dan berdiskusi
3) Permainan (game tournament)
4) Penghargaan kepada kelompok.
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dimulai dengan
menjelaskan materi mengenai persegi panjang dengan metode
demonstrasi dan tanya jawab. Pada akhir penjelasan guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kembali materi yang
kurang dimengerti sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan.
Setelah pemberian materi selesai dilaksanakan siswa
dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelompok dengan masing-masing
beranggotakan 4 (orang) orang siswa sesuai dengan format
pembentukan kelompok belajar siswa yang telah ditentukan pada Pra
Kegiatan. Kemudian guru membagikan LKS materi persegi panjang
untuk didiskusikan setiap kelompok.
Setelah diskusi kelompok selesai maka dilaksanakanlah
pertandingan (tournament) dengan langkah-langkah (peraturan)
sebagai berikut:
1) Setiap anggota kelompok memperoleh penomoran 1, 2, 3, 4, yang
dipasang di dada masing-masing. Penomoran ini kemudian
digunakan untuk menentukan anggota tim tersebut bermain pada
meja turnamen ke berapa. Misal pada kelompok Cinderella, salah
satu anggota yang bernama Vina diberi nomor 1 oleh guru, ini
berarti Vina akan bermain pada meja turnamen 1, Tanti yang diberi
nomor 2, berarti akan bermain pada meja turnamen 2, demikian
seterusnya.
2) Kelompok lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru,
sehingga semua anggota tim yang memperoleh nomor 1, akan

16
bermain di meja turnamen 1, yang memperoleh nomor 2 akan
bermain di meja turnamen 2, dan seterusnya.
3) Setiap meja turnamen terdiri dari 10 orang yang merupakan wakil
dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
sama.
4) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal,
penulis skor dan pemain yang pertama yang akan menjawab soal
dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian
mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal. Untuk variasi, soal dapat di acak lebih
dahulu oleh pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal
sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
5) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh
penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan
membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain
yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.
6) Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua
kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah
jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat
berperan sebagai pembaca soal, penulis nilai, pemain, dan
penantang. (Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan
syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang
sama sebagai pemain, penulis nilai, penantang, dan pembaca soal).
7) Setelah semua kartu selesai terjawab atau karena waktu habis,
setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang
diperoleh dan menentukan berapa skor yang diperoleh berdasarkan
tabel yang telah disediakan.
8) Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya.
Setelah pertandingan berakhir dilakukan penghitungan skor
kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok. Adapun
penghargaan kelompok dengan kriteria seperti tabel berikut ini:

17
Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Nilai Kelompok Predikat


Tim Cukup
30 sampai 49
Tim Baik
50 sampai 60
Tim Baik Sekali
61 ke atas

c. Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan proses pembelajaran pada siklus ini,
siswa sebagian besar antusias mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat
dari banyaknya siswa yang menanggapi setiap pertanyaan yang
diajukan oleh guru mengenai materi yang diajarkan yaitu materi
persegi panjang. Hal lain yang membuat siswa antusias, dari
pemberitahuan sebelumnya bahwa nanti dalam pembelajaran ini ada
kegiatan permainan. Bahkan sebagian siswa bertanya kepada peneliti
permainan yang bagaimana yang membuatnya mereka penasaran.
Dalam diskusi kelompok terlihat kurangnya kerja sama dari
setiap anggota kelompok, meskipun dalam kegiatan pertandingan
(tournament) siswa kelihatan aktif dan antusias dalam menjawab
pertanyaan. Dalam pertandingan tersebut terlihat kurang tertib, hal ini
karena banyaknya siswa yang kurang memahami langkah-langkah atau
peraturan pertandingan sehingga banyak siswa yang bertanya kepada
guru maksud dari langkah yang mereka jalankan.
Hasil evaluasi yang diperoleh oleh siswa setelah pelaksanan
model pembelajaran TGT ini menunjukkan hasil rata-rata kelas 65,40 ,
hal ini bisa terlihat dari lampiran.
d. Refleksi
Dari hasil pengamatan mengenai diskusi kelompok terlihat kurangnya
kerja sama dari setiap anggota kelompok, peneliti dan guru observer
menyimpulkan bahwa hal ini dikarenakan ada beberapa anggota yang
kurang bersemangat dalam belajar, hal ini ditunjukkan dengan hasil
angket motivasi belajar sebagai berikut.
Hasil angket motivasi belajar siswa pada siklus I menunjukkan
adanya motivasi siswa dengan kriteria sangat baik sebesar 9,20 %,
kriteria baik sebesar 30,30 %, kriteria cukup baik sebesar 35,50 % dan
kriteria kurang baik 25 %. Hal ini menunjukkan sebanyak 75 % siswa

18
di kelas VII F mempunyai motivasi meskipun motivasi yang paling
rendah hanya cukup baik.
Dari hasil pengamatan mengenai kegiatan permainan, terlihat
beberapa siswa masih belum paham peraturan-peraturan (langkah-
langkah) permainan, oleh sebab itulah pada siklus II guru memberi
penjelasan secara terinci mengenai langkah-langkah permainannya,
dan guru lebih berperan sebagai motivator baik dalam diskusi
kelompok maupun dalam kegiatan permainan.
Dari hasil evaluasi yang menunjukkan hasil rata-rata kelas
65,40, ini berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang
ditetapkan oleh guru mata pelajaran sebesar 63,00.

2. Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebanyak 1
kali pertemuan dan setiap pertemuan belangsung selama 2 jam pelajaran
(2 x 45 menit).
a. Perencanaan dan Persiapan Tindakan
Perencanaan dan persiapan tindakan yang dilakukan peneliti
meliputi:
1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan revisi
sesuai refleksi siklus I pada materi persegi.
2). Menyiapkan langkah-langkah pada model pembelajaran TGT
3). Menyiapkan lembar observasi pembelajaran
4) Menyiapkan LKS
5). Menyiapkan kartu soal untuk tournamen
6). Menyiapkan blangko nilai pada setiap meja kelompok dan blangko
nilai kelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini
dilaksanakan satu kali pertemuan dengan langkah-langkah yaitu:
1) Guru menjelaskan materi tentang persegi.
2) Siswa membentuk kelompok belajar dan berdiskusi
3) Permainan (game tournament)
4) Penghargaan kepada kelompok.
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dimulai dengan
menjelaskan materi mengenai persegi dengan demonstrasi dan metode
tanya jawab. Pada akhir penjelasan guru memberikan kesempatan

19
kepada siswa untuk menanyakan kembali materi yang kurang
dimengerti sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan.
Setelah pemberian materi selesai dilaksanakan siswa
dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelompok baru yang dibentuk
berdasarkan tes formatif setelah siklus I dengan masing-masing
beranggotakan 4 (empat) orang. Kemudian guru membagikan LKS
materi persegi untuk didiskusikan setiap kelompok.
Setelah diskusi kelompok selesai maka dilaksanakanlah
pertandingan (tournament) dengan langkah-langkah (peraturan)
sebagai berikut:
1) Setiap anggota kelompok memperoleh penomoran 1, 2, 3, dan 4
yang ditentukan oleh guru. Penomoran ini kemudian digunakan
untuk menentukan anggota tim tersebut bermain pada meja
turnamen ke berapa. Misal pada kelompok A, salah satu anggota
yang bernama Rizal diberi nomor 1 oleh guru, ini berarti Rizal
akan bermain pada meja turnamen 1, Hita yang diberi nomor 2,
berarti akan bermain pada meja turnamen 2, demikian seterusnya.
2) Kelompok lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru,
sehingga semua anggota tim yang memperoleh nomor 1, akan
bermain di meja turnamen 1, yang memperoleh nomor 2 akan
bermain di meja turnamen 2, dan seterusnya.
3) Setiap meja turnamen terdiri dari 10 orang yang merupakan wakil
dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
sama.
4) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan
pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang
menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal
dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan
membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh
pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain
dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam
soal.
5) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh
penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan
membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain

20
yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.
6) Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua
kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah
jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat
berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. (Disini
permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap
peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain,
penantang, dan pembaca soal).
7) Setelah semua kartu selesai terjawab atau waktu habis, setiap
pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh
dan menentukan berapa skor yang diperoleh berdasarkan tabel
yang telah disediakan.
8) Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya.
Setelah pertandingan berakhir dilakukan penghitungan skor kelompok
untuk memberikan penghargaan kelompok. Adapun penghargaan
kelompok dengan kriteria seperti tabel 2.
c. Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan proses pembelajaran pada siklus ini,
siswa sebagian besar antusias mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat
dari banyaknya siswa yang menanggapi setiap pertanyaan yang
diajukan oleh guru mengenai materi yang diajarkan yaitu materi
persegi.
Dalam diskusi kelompok yang terlihat lebih aktif kerja sama
dari setiap anggota kelompok dibandingkan dengan siklus I. Dalam
kegiatan pertandingan (tournament) siswa kelihatan aktif dan antusias
dalam menjawab pertanyaan. Setiap anggota dari masing-masing
kelompok sudah memahami betul peraturan dari permainannya, hal ini
dibuktikan lancarnya jalannya permainan tersebut.
Pada akhir siklus guru membagikan angket kepada siswa untuk
mengungkap motivasi belajar matematika siswa terhadap tindakan
yang diberikan.
Hasil evaluasi yang diperoleh oleh siswa setelah pelaksanan
model pembelajaran TGT ini menunjukkan hasil rata-rata kelas 69,00.
d. Refleksi

21
Dari hasil pengamatan dalam pelaksanaan model pembelajaran
TGT, waktu yang tersedia tidak cukup, hanya sampai pada kegiatan
permainan, pada kegiatan pemberian penghargaan tidak sempat
dilaksanakan, hal ini karena waktu pembelajaran pada bulan
Ramadhan dipersingkat, sehingga peneliti dan guru pamong
menyepakati untuk terpenuhinya waktu dalam pelaksanaan model
pembelajaran TGT pada siklus III, maka pelaksanaannya dirancang
dua pertemuan, pertemuan pertama kegiatan menjelaskan materi dan
diskusi kelompok, sedangkan pertemuan kedua kegiatan permainan
(tournament) dan pemberian penghargaan.
Dari hasil evaluasi yang menunjukkan hasil rata-rata kelas
69,00, ini berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang
ditetapkan oleh guru mata pelajaran sebesar 63,00.

2. Siklus III
Kegiatan pembelajaran pada siklus III dilaksanakan sebanyak 1
kali pertemuan selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit).
a. Perencanaan dan Persiapan Tindakan
Perencanaan dan persiapan tindakan yang dilakukan peneliti
meliputi :
1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan revisi
sesuai refleksi siklus I pada materi jajargenjang
2). Menyiapkan langkah-langkah pada model pembelajaran TGT
3). Menyiapkan lembar observasi pembelajaran
4) Menyiapkan LKS
5). Menyiapkan kartu soal untuk tournamen
6). Menyiapkan blangko nilai pada setiap meja kelompok dan blangko
nilai kelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini
dilaksanakan satu kali pertemuan dengan langkah-langkah yaitu :
1) Guru menjelaskan materi tentang jajargenjang
2) Siswa membentuk kelompok belajar dan berdiskusi
3) Permainan (game tournament)
4) Penghargaan kepada kelompok.
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dimulai dengan
menjelaskan materi mengenai jajargenjang dengan metode demonstrasi

22
dan tanya jawab. Pada akhir penjelasan guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan kembali materi yang kurang
dimengerti sebelum kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan.
Setelah pemberian materi selesai dilaksanakan siswa
dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelompok seperti pada siklus II.
Kemudian guru membagikan LKS materi jajargenjang untuk
didiskusikan setiap kelompok.
Setelah diskusi kelompok selesai maka dilaksanakanlah
pertandingan (tournament) dengan langkah-langkah (peraturan) yang
sama seperti pada siklus I maupun II.
Setelah pertandingan berakhir dilakukan penghitungan skor
kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok. Adapun
penghargaan kelompok dengan kriteria seperti tabel 2.
c. Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan proses pembelajaran pada siklus ini,
siswa sebagian mengalami kesulitan memahami materi yang diajarkan
yaitu jajargenjang, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang bertanya
cara mengerjakan soal yang dihadapi dengan gurunya dalam kegiatan
dalam diskusi kelompok.
Pada akhir siklus guru membagikan angket kepada siswa untuk
mengungkap motivasi belajar matematika siswa terhadap tindakan
yang diberikan.
Hasil evaluasi yang diperoleh oleh siswa setelah pelaksanan
model pembelajaran TGT ini menunjukkan hasil rata-rata kelas 68,00 ,
hal ini bisa terlihat dari lampiran 20.
d. Refleksi
Hasil angket motivasi belajar siswa pada siklus III
menunjukkan adanya motivasi siswa dengan kriteria sangat baik
sebesar 13,10%, kriteria baik sebesar 35,40%, kriteria cukup baik
sebesar 41,50 % dan kriteria kurang baik 10 %. Hal ini menunjukkan
sebanyak 90 % siswa di kelas VII F mempunyai motivasi meskipun
motivasi yang paling rendah hanya cukup baik.
Dari hasil evaluasi yang menunjukkan hasil rata-rata kelas
68,00, ini berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang
ditetapkan oleh guru mata pelajaran sebesar 63,00.

B. TEMUAN PENELITIAN

23
Selama kegiatan berlangsung peneliti mendapatkan beberapa kejadian
penting yang dianggap dapat mempengaruhi penelitian antara lain:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif melalui TGT dapat meningkatkat
motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil dari penyebaran angket dilihat dari tabel 3 dan
tabel 4 yaitu tabel motivasi belajar siswa secara umum dihitung jumlah
rata-rata setiap aspek yang diukur mengalami kenaikan dari 75 % menjadi
90 % yang terdiri dari kategori motivasi sangat baik, baik dan cukup baik.
2. Permainan dalam TGT ini dapat menimbulkan antusias dan semangat bagi
siswa.
Pada saat permainan para pemain pada setiap meja turnamen yang
merupakan wakil dari kelompok terlihat bersemangat untuk mampu
menjawab pertanyaan yang dibacakan, bahkan sebelum pemain yang
gilirannya menjawab, ada penantang yang segera ingin menjawab.
3. Penerapan pembelajaran kooperatif melalui TGT dapat meningkatkat hasil
belajar matematika siswa.
Nilai rata-rata siswa setiap siklus mengalami kenaikan. Pada siklus
I dengan materi persegi panjang rata-rata hasil nilai siswa 65,40. Pada
siklus II dengan materi persegi rata-rata hasil nilai siswa 69,00. Pada siklus
III dengan materi jajargenjang rata-rata hasil nilai siswa 68,00.

24
26

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tindakan
kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:
1. Motivasi belajar matematika siswa secara umum mengalami kenaikan
rata-rata motivasi minimal cukup baik yang awalnya sebesar 75 % siswa
menjadi sebesar 90 % siswa di kelas VII F. Hal ini menurut analisis
peneliti dikarenakan sebagai berikut: (1) Siswa senang dengan variasi
model pembelajaran yang menurut mereka baru dan belum pernah mereka
dapat sebelumnya (2) Materi pembelajaran yang dibahas relatif dapat
dipahami oleh siswa karena di jenjang sekolah sebelumnya pernah
diajarkan
2. Hasil tes yang dilaksanakan pada setiap siklus mengalami kenaikan,
kecuali pada siklus III. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 65,40, pada
siklus II nilai rata-rata sebesar 69,00 dan pada siklus III nilai rata-rata
sebesar 68,00. Hal ini menurut pengamatan dan pengalaman peneliti
dikarenakan bagi siswa materi pada siklus III mengenai jajargenjang relatif
lebih sulit dari materi pada siklus I dan II.
B. Saran

25
Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran dengan tipe Team Games Tournament
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran bagi guru yang dapat
memotivasi belajar matematika.
2. Tournamen/permainan dalam model pembelajaran TGT, hendaknya
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa lebih tertarik lagi dan dapat
meningkatkan motivasi pada diri siswa yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Moh.. (2007). Penggunaan Variasi Metode Belajar untuk


Membangkitkan Motivasi Belajar Matematika. Widyatama, Vol. 4.

Purwanto, Ngalim. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja


Rosdakarya.

Sudijono, A. (2005). Pengantar Statistika Pendidikan. PT Raja Grafindo.


Jakarta

Suhadi. (2006). Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Siswa Kelas II


SMPN 4 Danau Panggang melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Teams Games Tournaments).
http://Suhadinet.wordpress.com. Diakses pada tanggal 15 Agustus
2008.

Suhadi. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games


Tournaments). http://Suhadinet.wordpress.com. Diakses pada tanggal
15 Agustus 2008.

26
Sumanto, Wasty. (1984). Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Yogya. Yayasan Paramita.

Sutikno, Sobry. (2007). Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna.


Bandung. NTP Press.

Trianto, Drs. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. Surabaya. Prestasi Pustaka.

Wardono. (2005). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan TGT


(Teams Games Tournaments) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada Siswa SMP. (Laporan PTK). Semarang.

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta. PT.
Gramedia,

27
28

Anda mungkin juga menyukai