Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM IV

BIOFARMASI DAN FARMAKOKINETIKA


HUBUNGAN RUTE PEMBERIAN OBAT DENGAN BIOAVAILIBILITAS OBAT

OLEH

I Gusti Ayu Arya Puspaningsih ( 161200049 )


I Kadek Adijayana Putra ( 161200050 )
I Kadek Angga Mardana ( 161200051 )
I Kadek Ryan Farmawangsa Ceteg ( 161200052 )
I Kadek Udayana Dwi Permana ( 161200053 )
I Kadek Wira Adijaya ( 161200054 )
I Ketut Agus Sanjaya Putra ( 161200055 )
Kelas : A1-B

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KEEHATAN MEDIKA

PERSADA BALI

DENPASAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui prinsip rute pemberian obat dengan
bioavailabilitas obat.
II. Dasar Teori
a. Rute Pemberian Obat
Obat dapat diberikan melalui rute parenteral, enteral, inhalasi, transdermal
(perkutan), atau intranasal untuk absorpsi sistemik. Setiap rute pemakaian obat
mempunyai keuntungan dan kerugian tertentu. Beberapa karakteristik dari rute
pemakaian obat memiliki keuntungan dan kerugian tertentu. Ketersediaan sistemik dan
mula kerja obat dipengaruhi oleh aliran darah ke site pemakaian, karakteristik fisiko
kimia obat dan produk obat, dan kondisi patofisiologis pada site absorpsi (Shargel,
2005).
Rute pemakaian oral merupakan rute yang paling lazim dan popular dari
pendosisan obat. Bentuk sediaan oral harus dirancang untuk memperhitungkan rentang
pH yang ekstrim, ada atau tidak adanya makanan, degradasi enzim, perbedaan
permeabilitas obat dalam darah yang berbeda dalam usus, dan motilitas saluran cerna
(Shargel, 2005). Pemberian intravena dan pemberian intraarterial menghilangkan semua
masalah penyerapan, karena zat aktif langsung masuk ke dalam peredaran darah.
Pemberian obat secara intramuskuler dan subkutan sering dilakukan, jika dikehendaki
suatu efek yang cepat, terutama bila pemberian intravena dinyatakan lebih berbahaya
dan pemilihan cara enteral tidak memungkinkan, misalnya obat dirusak oleh enzim
lambung. Cara intramuskuler dan subkutan mempunyai karakteristik yang mirip, namun
penyerapan zat aktif terjadi lebih cepat jika obat disuntikkan secara intramuskuler
dibandingkan secara subkutan.
Bila suatu obat diberikan melalui suatu rute pemberian ekstravaskuler (oral,
topikal, intranasal, inhalasi, rektal) pertama obat harus diabsorpsi ke dalam sirkulasi
sistemik dan kemudian berdifusi atau ditranspor ke site aksi sebelum menghasilkan
aktivitas biologis atau terapeutik. Prinsip umum dan kinetika absorpsi dari site
ekstravaskuler tersebut mengikuti prinsip yang sama seperti dosis oral, walau fisiologis
site pemakaian berbeda.
b. Model Kompartemen
Model kompartemental merupakan model farmakokinetika klasik yang meniru
proses kinetika absorpsi, distribusi, dan proses eliminasi obat dengan sedikit rincian
fisiologis. Model Kompartemen Satu :
 Pemberian Intravena
Pemberian obat melalui intravena juga dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu melaluiinjeksi dan infusi. Jika obat diberikan melalui intravena (IV) dengan cara
injeksi, maka seluruhdosis obat diasumsikan akan langsung masuk ke dalam sistem
peredaran darah dan laju absorbsi obat dapat diabaikan dalam perhitungan. Setelah
itu, obat akan mengalami proses eliminasi.Eliminasi yang terjadi diasumsikan
berlangsung menurut proses order satu, yaitu banyaknya obatyang tereliminasi
sebanding dengan banyaknya obat yang ada dalam tubuh. Gambaran tentangmodel
kompartemen satu pemberian intravena dapat diilustrasikan dalam gambar berikut :

Model kompartemen satu terbuka pemberian intravena merupakan model yang


menganggap bahwa obat dapat masuk dan meninggalkan tubuh, dan tubuh berlaku seperti
suatu kompartemen tunggal yang seragam. Rute intravena merupakan rute pemakaian obat
yang paling sederhana dari pandangan pemodelan. Model kinetik yang paling sederhana
menggambarkan disposisi obat dalam tubuh adalah dengan menganggap obat diinjeksikan
sekaligus dalam suatu kotak, atau kompartemen, dan obat berdistribusi secara serentak dan
homogeny ke dalam kompartemen. Eliminasi obat terjadi dari kompartemen segera setelah
injeksi (Shargel, 2005).
Jika suatu obat sibrikan secara intravena bolus dosis tunggal dan obat tersebut
terdistribusi sangat cepat dalam tubuh menurut model kompartemen 1. (Gambar 1), serta
dieleminasi dengan proses orde pertama, hilangnya obat dalam tubuh per satuan waktu
diterangkan sebagai berikut:

dDb/dt = -k. Db

Db adalah jumlah obat yang berada di dalam tubuh pada waktu (t) setelah pemberian
intravena, k adalah tetapan kecepatan eleminasi orde pertama obat melalui metabolism urine,
empedu, dan proses lainnya. Selanjutnya untuk menerangkan perubahan jumlah obat dalam
tubuh pada setiap waktu, persamaan dapat diintegralkan menjadi:

Dbt = Div .e-k.t

Dimana Dbt adalah perubahan jumlah obat dalam tubuh pada tiap waktu, Div (dosis
intravena) adalah jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh pada waktu t = 0, dan e adalah
dasar logaritma natural. Berdasarkan persamaan dapat dirubah menjadi persamaan yang
kemudian akan dapat menerangkan kadar obat dalam darah terhadap waktu dalam persamaan
berikut:

Ct = Co .e-k.t

Dimana Ct adalah perubahan konsentrasi obat dalam tubuh tiap waktu, Co adalah
konsentrasi obat yang ada dalam tubuh pada saat waktu t = 0, k adalah konstanta laju eleminasi
dan e adalah dasar logaritma natural.

 Pemberian Oral

Jika obat diberikan melalui oral, maka obat tersebut akan mengalami proses absorbsi
lebih dahulu dengan laju yang tetap sebelum masuk ke dalam sistem peredaran darah. Oleh
karena itu, laju absorbsi tidak dapat diabaikan. Ilustrasi dari model farmakokinetik satu
kompartemen dapat dilihat pada Gambar 2.
Untuk obat-obat yang kinetikanya diterangkan dengan model 1-kompartemen terbuka
dengan kecepatan absorbs dan eleminasi orde pertama berlaku persamaan difrensial sebagai
berikut:

dDb/dt = ka. Dab – k.Db

Dimana dDb/dt adalah perubahan jumlah obat dalam tubuh setiap saat, Dab
adalah jumlah obat di tempat absorbs, ka dan k berturut-turut adalah tetapan kecepatan
absorbs dan eleminasi (orde-pertama) obat dari tubuh.

c. Model Kompartemen Ganda


Model kompartemen ganda dikembangkan untuk menjelaskan pengamatan
dimana setelah suatu injeksi i.v. cepat, kurva kadar dalam plasma-waktu tidak menurun
secara linier sebagai proses tunggal, laju orde kesatu. Kurva kadar plasma waktu
mencerminkan eliminasi obat orde kesatu dari tubuh hanya setelah kesetimbangan
distribusi atau kesetimbangan obat dalam plasma dengan jaringan perifer terjadi. Suatu
obat mengikuti farmakokinetika dari suatu model kompartemen dua kesetimbangan
dalam tubuh tidak terjadi secara cepat, sebagaimana yang terjadi pada model
kompartemen satu. Pada model ini, obat terdistribusi ke dalam dua kompartemen,
kompartemen sentral dan jaringan atau kompartemen perifer. Kompartemen sentral
mewakili darah, cairan ekstraseluler dan jaringan dengan perfusi tinggi. Kompartemen
ke dua, dikenal sebagai kompartemen jaringan atau perifer, terjadi jaringan-jaringan
yang mana obat bersetimbangan dengan lebih lambat. Transpor obat antar dua
kompartemen dianggap terjadi melalui proses orde ke satu. Gambaran mengenai model
kompartemen ganda dan persamaannya ditampilkan sebagai berikut:
 Pemberian Intravena
Ada beberapa kemungkinan model kompartemen dua. Model A merupakan yang
paling sering digunakan dan menggambarkan kurva kadar plasma-waktu teramati.
Perjanjiannya, kompartemen satu adalah kompartemen sentral dan kompartemen dua
adalah kompartemen jaringan. Tetapan laju “k” menunjukkan tetapan perpindahan laju
orde ke satu untuk pergerakan obat dari kompartemen satu ke kompartemen dua, dan
dari kompartemen dua ke kompartemen satu. Kadang-kadang tetapan perpindahan
tersebut tetapan mikro dan harganya tidak dapat diestimasi secara langsung. Sebagian
besar model kompartemen dua mengganggap bahwa eliminasi terjadi dari model
kompartemen sentral, kecuali informasi lain dari obat ini diketahui. Eliminasi obat
dianggap terjadi dari kompartemen sentral, oleh karena site utama eliminasi obat
(ekskresi renal dan metabolisme obat hepatik) terjadi dalam organ ginjal dan liver,
dengan perfusi darah yang tinggi.

Cp = Ae-at + Be-bt

Kurva kadar obat dalam plasma-waktu menunjukkan suatu fase kesetimbangan


awal yang cepat dengan kompartemen sentral (fase distribusi) yang diikuti oleh fase
eliminasi setelah kompartemen jaringan berkesetimbangan dengan obat. Fase distribusi
dapat terjadi dalam beberapa menit atau jam dan dapat kehilangan semuanya bila
pengambilan cuplikan darah terlambat atau interval yang lebar setelah pemberian obat.

 Pemberian Oral
Pada pemberian Intravena kurva kadar plasma waktu untuk suatu obat yang
mengikuti kompartemen dua menenjukkan kadar obat dalam plasma menurun secara
biekponensial sebagai penjumlahan dari dua proses orde kesatu distribusi dan
eliminasi. Namun pada pemberian oral, jika obat diberikan melalui oral, maka obat
tersebut akan mengalami proses absorbsi lebih dahulu dengan laju yang tetap sebelum
masuk ke dalam sistem peredaran darah. Oleh karena itu, laju absorbsi tidak dapat
diabaikan sehingga dalam kompartemen dua ini, pemberian oral memiliki 3 fase yaitu
fase absorpsi, distribusi dan eliminasi. Keseluruhan laju sistemik obat dari suatu
bentuk sediaan padat yang diberikan secara per oral mencangkup proses laju, laju
absorpsi obat menyatakan hasil dari keseluruhan.

d. Parameter Farmakokinetika
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari
model yang berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya dalam
darah, urin atau cairan hayati lainya. Parameter farmakokinetik suatu obat ini dapat
digunakan untuk memperoleh gambaran dan mempelajari suatu kinetika absorpsi,
distribusi dan eliminasi didalam tubuh.
Parameter farmakokinetik yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya
adalah AUC (area under curve), Vd (volume distribusi), F (fraksi obat terabsorbsi atau
bioavailabilitas), t-max (waktu maksimal) dan Cp max (konsentrasi plasma maksimum).
 AUC
AUC merupakan parameter yang penting sebagai ukuran yang menggambarkan
jumlah obat di dalam tubuh, sehingga sering dikaitkan dengan efek farmakologi
suatu obat. Karena obat di dalam darah ditentukan pula oleh proses disposisi obat
(yaitu distribusi, metabolism dan ekskresi) sebagai fungsi waktu, maka semua proses
farmakokinetik ini terwujud dalam luas area dibawah kurva kadar obat didalam
darah terhadap waktu (AUC). Dengan kata lain, setiap perubahan AUC dapat
mencerminkan perubahan efek obat. Berikut merupakan persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai AUC.
 Volume Distribusi
Volume distribusi merupakan suatu parameter yang berguna yangmengaitkan
konsentrasi plasma dengan jumlah obat dalam tubuh. Dalamkinetika kompartemen
ganda kita dapat menganggap secara matematik volume hipotesa, seperti dari
kompartemen sentral dan volume perifer atauvolume kompartemen jaringan. Untuk
suatu obat yang dianggap mengikutimodel kompartemen dua terbuka, ada beberapa
volume distribusi yang dapatdiperhitungan.
 Bioavailabilitas
Bioavailabilitas menunjukan suatu pengukuran laju dan jumlah bahan aktif atau
bagian aktif yang diabsorbsi dari suatu produk obat dan tersedia pada site aksi. Untuk
produk obat yang tidak ditujukan diabsorbsi ke dalam aliran darah, bioavailabilitas
availabilitas absolut.

Availabilitas absolute obat adalah availabilitas sistemik suatu obat setelah pemakaian
ekstravaskuler misalnya oral, rectal, transderma, subkutan. Dibandingkan terhadap dosis
i.v. availabilitas absolute suatu obat biasanya diukur dengan membandingkan AUC
produk yang bersangkutan setelah pemberian ekstravaskuler dan i.v. pengukuran dapat
dilakukan sepanjang VD dan ktidak bergantung pada rute pemberian. Availabilitas
absolute setelah pemakaian oral dengan menggunakan data plasma dapat ditentukan
sebagai berikut:

Availabilitas absolute = F

Availabilitas absolute, F, dapat dinyatakan sebagai fraksi atau persen dengan


mengalikan F x 100.Studi klinis berguna dalam menentukan keamanan dan kemajuan
produk obat. Studi bioavailabilitas berguna dalam menetapkan pengaruh perubahan sifar
fisikokimia bahan obat dan pengaruh produk obat pada farmakokinetik obat. Studi
bioekuivalensi berguna dalam membandingkan bioavailabilitas obat yang sama dari
berbagai produk obat. Bioavailabilitas dan bioekuivalensi juga dapat dipertimbangkan
sebagai ukuran tampilan produk obat in vivo. apabila produk-produk obat dinyatakan
bioekuivalen dan ekuivalen terapeutik maka profil kemanjuran klinis dan keamanan
produk obat tersebut dianggap sama dan dapat digantikan satu dengan yang lain.

 AVAILABILITAS RELATIF DAN ABSOLUT


AUC berguna sebagai ukuran dari jumlah obat total obat yang utuh tidak berubah
yang mencapai sirkulasi sistemik. AUC tergantung pada jumlah total obat yang tersedia,
dibagi tetapan laju eliminasi,k dan volume distribusi, F adalah fraksi dosis terabsorpsi.
Setelah pemberian i.v, F samadengan satu, karena seluruh dosis terdapat dalam sirkulasi
sistemik dengan segera. Setelah pemberian obat secara oral, F dapat berbeda mulai dari
harga F sama dengan nol sampai F sama dengan satu (absorpsi obat sempurna).
 AVAILABILITAS RELATIF
Availabilitas relatif (apparent) adalah ketersediaan dalam sistemik suatu produk
obat dibandingkan terhadap suatu standar yang diketahui. Fraksi dosis yang tersedia
secara sistemik dari suatu produk oral sukar dipastikan. Availabilitas obat dalam suatu
formula dibandingkan terhadap availabilitas obat dalam formula standar, yang biasanya
berupa suatu larutan dari obat murni, dievaluasi dalam studi “crossover”.
 T Max
Nilai ini menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai
puncak. Di samping Ka, Tmax ini juga digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan
kecepatan absorpsi, dan parameter ini lebih mudah diamati/dikalkulasi dari pada Ka.
Hambatan pada proses absorpsi obat dapat dengan mudah dilihat dari
mundurnya/memanjangnya T max. Satuan jam atau menit, dengan persamaan pada
pemberian oral sebagai berikut:
 Cp Max
Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah/serum/plasma.
Nilai ini merupakan resultante dari proses absorpsi, distribusi dan eliminasi, dengan
pengertian bahwa pada saat kadar mencapai puncak, proses-proses absorpsi, distribusi
dan eliminasi berada dalam keadaan seimbang. Selain menggambarkan derajad absorpsi,
nilai Cp max ini umumnya juga digunakan sebagai tolak ukur, apakah dosis yang
diberikan cenderung memberikan efek toksik atau tidak. Dosis dikatakan aman apabila
kadar puncak obat tidak melebihi kadar toksik minimal (KTM).
BAB II
METODELOGI
I. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Kalulator Scientific
 Laptop
 Kertas Semilogaritmik
 Alat Tulis
 Penggaris
b. Bahan
 Text Book

II. PROSEDUR KERJA


a. Menentukan Model Kompartemen
Pemberian Intravena, Intramuskular, dan Oral
 Preparasi Data : Masukkan data pada Microsoft excel berupa tabel yang menyatakan
waktu (t) dalam satuan jam dan konsentrasi plasma (Cp) dalam satuan µg/mL.
 Menentukan Model Kompartemen dengan Kurva : Data yang telah diinput kemudian
ditentukan model kompartemennya dengan membuatnya menjadi suatu kurva logaritma,
dengan cara data diblock seluruhnya t dan Cp lalu klik insert, pilih chart pada tool,
pilih scatter dan pilih model smooth lines. Kurva yang ditampilkan dirubah ke tampilan
kurva logaritma dengan cara klik kanan pada bagian angka di sumbu “y” yang
menyatakan konsentrasi (Cp) kemudian pilih format axis, lalu centang pada pilihan
logaritmic scale maka kurva berubah menjadi format kurva logaritma.
 Menampilkan Persamaan dan nilai R pada Kurva : Setelah mengetahui model
kompartemen dari kurva yang ditampilkan, kemudian dicari persamaan garis serta nilai
R, dengan cara klik kanan pada garis kurva kemudian pilih add trendline, centang
pilihan exponential, centang juga pada pilihan display equation on chatdan display R-
squared value on chart.
b. Menentukan Persamaan Farmakokinetika
Prosedur preparasi data, penentuan model kompartemen dengan kurva, sampai
penampilan persamaan pada kurva dilakukan dengan prosedur yang sama untuk
pemberian intravena, intramuskular, dan oral. Tahapan selanjutnya untuk menentukan
parameter farmakokinetika pada kompartemen dua adalah sebagai berikut:
 Kurva eliminasi dapat ditampilkan dengan memblock 3 data terbawah t dan cp,
kemudian langkah yang sama dilakukan untuk menampilkan kurva, dengan
cara klik insert, pilih chart pada tool, pilih scatter dan pilih model smooth
lines. Kurva yang ditampilkan dirubah ke tampilan kurva logaritma dengan
cara klik kanan pada bagian angka di sumbu “y” yang menyatakan konsentrasi
(Cp) kemudian pilih format axis, lalu centang pada pilihan logaritmic
scale maka kurva berubah menjadi format kurva logaritma. Setelah
mengetahui kurva eliminasi, kemudian dicari persamaan garis serta nilai R,
dengan cara klik kanan pada garis kurva kemudian pilih add trendline, centang
pilihan exponential, centang juga pada pilihan display equation on
chat dan display R-squared value on chart.
 Menentukan Cp Terminal dan Cp Residual : Cp terminal dapat ditentukan
dengan memasukkan ke rumus, nilai A pada persamaan sumbu “y” kurva
eliminasi dikalikan dengan eksponen nilai Ke yang didapat dari persamaan,
dan dikalikan dengan waktu (t) teratas, begitu seterusnya sampai 4 waktu (t)
teratas.Cp residual dapat ditentukan dengan memasukkan ke rumus, nilai Cp
pada data teratas dikurangi dengan masing-masing Cp terminal.
 Menentukan Persamaan Fase Kedua pada Kompartemen Dua : Kurva
distribusi merupakan perbandingan waktu (t) dengan Cp residual, dengan cara
memblock data waktu (t) dan Cp residual, kemudian klik insert,
pilih chart pada tool, pilih scatter dan pilih model smooth lines. Kurva yang
ditampilkan dirubah ke tampilan kurva logaritma dengan cara klik kanan pada
bagian angka di sumbu “y” yang menyatakan konsentrasi (Cp) kemudian
pilih format axis, lalu centang pada pilihan logaritmic scalemaka kurva
berubah menjadi format kurva logaritma. Setelah mengetahui kurva eliminasi,
kemudian dicari persamaan garis serta nilai R, dengan cara klik kanan pada
garis kurva kemudian pilih add trendline, centang pilihan exponential, centang
juga pada pilihan display equation on chat dan display R-squared value on
chart.

Anda mungkin juga menyukai