OLEH
PERSADA BALI
DENPASAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui prinsip rute pemberian obat dengan
bioavailabilitas obat.
II. Dasar Teori
a. Rute Pemberian Obat
Obat dapat diberikan melalui rute parenteral, enteral, inhalasi, transdermal
(perkutan), atau intranasal untuk absorpsi sistemik. Setiap rute pemakaian obat
mempunyai keuntungan dan kerugian tertentu. Beberapa karakteristik dari rute
pemakaian obat memiliki keuntungan dan kerugian tertentu. Ketersediaan sistemik dan
mula kerja obat dipengaruhi oleh aliran darah ke site pemakaian, karakteristik fisiko
kimia obat dan produk obat, dan kondisi patofisiologis pada site absorpsi (Shargel,
2005).
Rute pemakaian oral merupakan rute yang paling lazim dan popular dari
pendosisan obat. Bentuk sediaan oral harus dirancang untuk memperhitungkan rentang
pH yang ekstrim, ada atau tidak adanya makanan, degradasi enzim, perbedaan
permeabilitas obat dalam darah yang berbeda dalam usus, dan motilitas saluran cerna
(Shargel, 2005). Pemberian intravena dan pemberian intraarterial menghilangkan semua
masalah penyerapan, karena zat aktif langsung masuk ke dalam peredaran darah.
Pemberian obat secara intramuskuler dan subkutan sering dilakukan, jika dikehendaki
suatu efek yang cepat, terutama bila pemberian intravena dinyatakan lebih berbahaya
dan pemilihan cara enteral tidak memungkinkan, misalnya obat dirusak oleh enzim
lambung. Cara intramuskuler dan subkutan mempunyai karakteristik yang mirip, namun
penyerapan zat aktif terjadi lebih cepat jika obat disuntikkan secara intramuskuler
dibandingkan secara subkutan.
Bila suatu obat diberikan melalui suatu rute pemberian ekstravaskuler (oral,
topikal, intranasal, inhalasi, rektal) pertama obat harus diabsorpsi ke dalam sirkulasi
sistemik dan kemudian berdifusi atau ditranspor ke site aksi sebelum menghasilkan
aktivitas biologis atau terapeutik. Prinsip umum dan kinetika absorpsi dari site
ekstravaskuler tersebut mengikuti prinsip yang sama seperti dosis oral, walau fisiologis
site pemakaian berbeda.
b. Model Kompartemen
Model kompartemental merupakan model farmakokinetika klasik yang meniru
proses kinetika absorpsi, distribusi, dan proses eliminasi obat dengan sedikit rincian
fisiologis. Model Kompartemen Satu :
Pemberian Intravena
Pemberian obat melalui intravena juga dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu melaluiinjeksi dan infusi. Jika obat diberikan melalui intravena (IV) dengan cara
injeksi, maka seluruhdosis obat diasumsikan akan langsung masuk ke dalam sistem
peredaran darah dan laju absorbsi obat dapat diabaikan dalam perhitungan. Setelah
itu, obat akan mengalami proses eliminasi.Eliminasi yang terjadi diasumsikan
berlangsung menurut proses order satu, yaitu banyaknya obatyang tereliminasi
sebanding dengan banyaknya obat yang ada dalam tubuh. Gambaran tentangmodel
kompartemen satu pemberian intravena dapat diilustrasikan dalam gambar berikut :
dDb/dt = -k. Db
Db adalah jumlah obat yang berada di dalam tubuh pada waktu (t) setelah pemberian
intravena, k adalah tetapan kecepatan eleminasi orde pertama obat melalui metabolism urine,
empedu, dan proses lainnya. Selanjutnya untuk menerangkan perubahan jumlah obat dalam
tubuh pada setiap waktu, persamaan dapat diintegralkan menjadi:
Dimana Dbt adalah perubahan jumlah obat dalam tubuh pada tiap waktu, Div (dosis
intravena) adalah jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh pada waktu t = 0, dan e adalah
dasar logaritma natural. Berdasarkan persamaan dapat dirubah menjadi persamaan yang
kemudian akan dapat menerangkan kadar obat dalam darah terhadap waktu dalam persamaan
berikut:
Ct = Co .e-k.t
Dimana Ct adalah perubahan konsentrasi obat dalam tubuh tiap waktu, Co adalah
konsentrasi obat yang ada dalam tubuh pada saat waktu t = 0, k adalah konstanta laju eleminasi
dan e adalah dasar logaritma natural.
Pemberian Oral
Jika obat diberikan melalui oral, maka obat tersebut akan mengalami proses absorbsi
lebih dahulu dengan laju yang tetap sebelum masuk ke dalam sistem peredaran darah. Oleh
karena itu, laju absorbsi tidak dapat diabaikan. Ilustrasi dari model farmakokinetik satu
kompartemen dapat dilihat pada Gambar 2.
Untuk obat-obat yang kinetikanya diterangkan dengan model 1-kompartemen terbuka
dengan kecepatan absorbs dan eleminasi orde pertama berlaku persamaan difrensial sebagai
berikut:
Dimana dDb/dt adalah perubahan jumlah obat dalam tubuh setiap saat, Dab
adalah jumlah obat di tempat absorbs, ka dan k berturut-turut adalah tetapan kecepatan
absorbs dan eleminasi (orde-pertama) obat dari tubuh.
Cp = Ae-at + Be-bt
Pemberian Oral
Pada pemberian Intravena kurva kadar plasma waktu untuk suatu obat yang
mengikuti kompartemen dua menenjukkan kadar obat dalam plasma menurun secara
biekponensial sebagai penjumlahan dari dua proses orde kesatu distribusi dan
eliminasi. Namun pada pemberian oral, jika obat diberikan melalui oral, maka obat
tersebut akan mengalami proses absorbsi lebih dahulu dengan laju yang tetap sebelum
masuk ke dalam sistem peredaran darah. Oleh karena itu, laju absorbsi tidak dapat
diabaikan sehingga dalam kompartemen dua ini, pemberian oral memiliki 3 fase yaitu
fase absorpsi, distribusi dan eliminasi. Keseluruhan laju sistemik obat dari suatu
bentuk sediaan padat yang diberikan secara per oral mencangkup proses laju, laju
absorpsi obat menyatakan hasil dari keseluruhan.
d. Parameter Farmakokinetika
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari
model yang berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya dalam
darah, urin atau cairan hayati lainya. Parameter farmakokinetik suatu obat ini dapat
digunakan untuk memperoleh gambaran dan mempelajari suatu kinetika absorpsi,
distribusi dan eliminasi didalam tubuh.
Parameter farmakokinetik yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya
adalah AUC (area under curve), Vd (volume distribusi), F (fraksi obat terabsorbsi atau
bioavailabilitas), t-max (waktu maksimal) dan Cp max (konsentrasi plasma maksimum).
AUC
AUC merupakan parameter yang penting sebagai ukuran yang menggambarkan
jumlah obat di dalam tubuh, sehingga sering dikaitkan dengan efek farmakologi
suatu obat. Karena obat di dalam darah ditentukan pula oleh proses disposisi obat
(yaitu distribusi, metabolism dan ekskresi) sebagai fungsi waktu, maka semua proses
farmakokinetik ini terwujud dalam luas area dibawah kurva kadar obat didalam
darah terhadap waktu (AUC). Dengan kata lain, setiap perubahan AUC dapat
mencerminkan perubahan efek obat. Berikut merupakan persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai AUC.
Volume Distribusi
Volume distribusi merupakan suatu parameter yang berguna yangmengaitkan
konsentrasi plasma dengan jumlah obat dalam tubuh. Dalamkinetika kompartemen
ganda kita dapat menganggap secara matematik volume hipotesa, seperti dari
kompartemen sentral dan volume perifer atauvolume kompartemen jaringan. Untuk
suatu obat yang dianggap mengikutimodel kompartemen dua terbuka, ada beberapa
volume distribusi yang dapatdiperhitungan.
Bioavailabilitas
Bioavailabilitas menunjukan suatu pengukuran laju dan jumlah bahan aktif atau
bagian aktif yang diabsorbsi dari suatu produk obat dan tersedia pada site aksi. Untuk
produk obat yang tidak ditujukan diabsorbsi ke dalam aliran darah, bioavailabilitas
availabilitas absolut.
Availabilitas absolute obat adalah availabilitas sistemik suatu obat setelah pemakaian
ekstravaskuler misalnya oral, rectal, transderma, subkutan. Dibandingkan terhadap dosis
i.v. availabilitas absolute suatu obat biasanya diukur dengan membandingkan AUC
produk yang bersangkutan setelah pemberian ekstravaskuler dan i.v. pengukuran dapat
dilakukan sepanjang VD dan ktidak bergantung pada rute pemberian. Availabilitas
absolute setelah pemakaian oral dengan menggunakan data plasma dapat ditentukan
sebagai berikut:
Availabilitas absolute = F