PENDAHULUAN
Ikatan antara obat dan reseptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan
ion, hidrogen, hidrofobik, van der waals), mirip ikatan antara substrat dengan enzim,
jarang terjadi ikatan kovalen.
1
RESEP DOKTER
2
II.
ISI
II.1 KLORAMFENIKOL
1. Efek antimikroba
Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem
hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini.
2. Efek Samping
a. Reaksi hematologic
3
c. Sindrom gray
Pada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200
mg/kg BB) dapat timbul sindrom Gray, biasanya antara hari ke 2 sampai hari
ke 9 masa terapi, rata-rata hari ke 4.
Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusui, pernafasan cepat dan tidak
teratur, perutkembung, sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan
bayi tampak sakit berat.
Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan berwarna keabu-
abuan; terjadi pula hipotermia (kedinginan).
3. Penggunaan klinik
4. Sediaan
a. Kloramfenikol
4
iv. Salep kulit 2 %
v. Obat tetes telinga 1-5 %
d. Tiamfenikol
Perubahan Flora Usus. Flora normal usus berperan antara lain dalam :
5
3. Sebagian metabolisme obat (misalnya levodopa), dan
4. Hidrolisis glukuronid yang diekskresi melalui empedu menjadi bentuk obat awal
(parent compund) yang mudah direabsorbsi sehingga meningkatkan sirkulasi
enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (misalnya kontrasepsi oral)
II.2 LOPERAMID.
6
Interaksi
- Dengan Makanan : -
II.3 PARASETAMOL.
Farmakodinamik:
Efek analgesik paracetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri sampai sedang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu paracetamol tidak digunakan
antireumatik. Paracetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek
iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan
pernafasan dan keseimbangan asam basa.
Farmakokinetik :
Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma di capai dalam ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3
jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% paracetamol terikat
protein plasma. Obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
Acetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya
dengan asam sulfat. Selain itu, obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolite
hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.
Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol (3%) dan sebagian
besar dalam bentuk terkonjugasi.
7
Indikasi :
Di Indonesia penggunaan paracetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah
menggantikan fungsi penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya, paracetamol
biasanya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropatik
analgesik. Jika dosis terapi tidak memberikan manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong. Karena hampir tidak megiritasi lambung, paracetamol sering dikombinasi
dengan AINS untuk efek analgetil.
8
DAFTAR PUSTAKA